Anda di halaman 1dari 12

ETIKA PROFESI KEGURUAN

A. PENDAHULUAN
Pendidikan berperan mengantarkan suatu bangsa pada satu tujuan mulia
untuk mencerdaskan anak bangsa dan meningkatkan taraf kebudayaan bangsa
tersebut. Salah satu pernyataan mengatakan bahwa “semakin tinggi dan maju
tingkat pendidikan suatu Negara, maka semakin tinggi budaya dan kehidupan
sosial warga Negara tersebut”.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/ menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik, serta dedikasi yang
tinggi. Ciri-ciri atau kriteria suatu profesi ialah adanya kode etik yang dijadikan
sebagai satu pedoman perilaku anggota berserta sanksi yang jelas dan tegas
terhadap pelanggar kode etik tersebut. Begitu juga dengan guru. Guru memiliki
kode etik karena guru merupakan salah satu profesi yang ada di Indonesia
berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 1) yang
berbunyi: “Guru adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah”.
Dengan Kode Etik Guru Indonesia dapat menempatkan guru sebagai
profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Maka
dari itu perlu sikap profesional dalam setiap sasaran. Sasaran sikap keprofesional
guru   yaitu: Sikap terhadap peraturan perundang-undangan, Sikap terhadap
organisasi profesi, Sikap terhadap teman sejawat, Sikap terhadap anak didik,
Sikap terhadap tempat kerja, Sikap terhadap pemimpin, Sikap terhadap pekerjaan.
Sikap-skap tersebut harus benar-benar dipahami oleh guru karena citra guru yang
berkembang di masyarakat baik. Masyarakat akan melihat bagaimana sikap dan
perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut ditaladani atau
tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan
pengetahuannya, memberikan arahan dan dorongan kepada anak didiknya, cara
guru berpakaian, berbicara serta bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta
anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas.
Di samping itu, bagaimana sikap guru terhadap peraturan perundang-
undangan juga menjadi perhatian masyarakat luas. Apalagi saat ini pemerintah
banyak mengeluarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berhubungan dengan
dunia pendidikan. Kebijaksanaan tersebut menjadi peraturan perundang-undangan
yang wajib ditaati oleh guru, sebab guru merupakan unsur aparatur negara dan
abdi Negara mutlak perlu mematuhi kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan,. Hal ini juga dipertegas dalam kode etik guru butir
Sembilan bahwa Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan (PGRI, 1973). Di sini sikap profesional guru dituntut karena
akan dilihat oleh khalayak banyak. Sehingga guru harus cermat dan bijak dalam
menanggapi berbagai peraturan perundang-undangan yang telah dibuat dan
disahkan oleh pemerintah. Jadi sangatlah jelas bahwa seorang guru harus
menampilkan sikap yang baik/ positif terhadap peraturan perundang-undangan
yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.
Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utamanya mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada jalur pendidikan formal. Sedangkan profesi sendiri suatu pekerjaan
yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan atau menuntut keahlian. Maka
tugas guru akan efektif jika memiliki derajan profesionalitas tertentu yang
tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang
memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.
Allah SWT meletkan kejayaan, kesuksesan manusia di dunia dan akhirat
hanya dalam amal agama yang sempurna, seperti yang dibawakan oleh Rasulullah
SAW. Amal agama yang sempurna antara lain menggunakan landasan etika,
moral, norma, dalam kehidupan sebagai implementasi ketaatan seseorang kepada
Allah SWT. Pada saat ini mahasiswa calon pendidik belum mampu mengamalkan
agama secara sempurna. Tetapi para sahabat Nabi SAW yang jumlahnya skitar
124.000 orang, dahulu mampu mengamalkan agama secara sempurna yang
didalamnya ada landasan etika, akhlak, nilai dan moral, dan mereka telah
mendapat jaminan sukses di dunia dan akherat dan dibelakang nama mereka
mendapat gelar r.a (Radhiyallahu Anhu) Karena pada diri para sahabat terdapat
sifat-sifat karekter yang mulia diantaranya ada 6 sifat.
Para mahasiswa calon pendidik akan memiliki kemampuan mengamalkan
agama secara sempurna baik etika, nilai, norma, moral maupun akhlak apabila
berusaha memiliki ke-6 karakter yang mulia atau ke-6 sifat-sifat sahabat nabi.
1. Yakin kepada kalimah Toyibah
Lailahailalloh muhammadur Rasululloh
“ Tidak ada yang berhak disembah selain kecuali Allah”
Maksudnya adalah mengeluarkan keyakinan kepada makhluk dari hati kita dan
memasukan keyakinan hanya kepada Allah dalam hati kita.
Keuntungan :
1. Dijamin masuk surga
Dasarnya :
 HR Muslim dari Usman r.a
Artinya : Barang siapa meninggal dunia sedang ia mengetahui
atau meyakini bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali
Allah maka dia pasti masuk surga.
 HR Abu Ya’la dari Abu Bakar r.a
Artinya : Barang siapa bersaksi bahwa tidak ada yang berhak
disembah selain Allah, di ucapkan oleh lisannya maka dia akan
masuk surga dan pintu mana saja yang dia kehendaki.

Pengertian Etika profesi Guru Etika profesi Guru merupakan gabungan dari tiga
kata yaitu, etika, profesi dan Guru.

 Etika

Secara bahasa berarti suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau
tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat.

Sedangkan dalam bahasa Yunani Etika berasal dari kata Ethos yang berarti


karakter, watak kesusilaan atau adat.

Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh indvidu ataupun kelompok
untuk menilai apakah tindakan yang telah dikerjakan itu benar atau salah.

 Profesi

Secara terminologi berarti pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi


bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, yaitu adanya persyaratan
pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis bukan
pekerjaan manual. (Danin, 2002)

Berarti dapat disimpulkan jika profesi harus memiliki tiga pilar utama yaitu
pengetahuan, keahlian dan persiapan akademik.

 Guru

Menurut UU RI No 14 Tahun 2000. Guru adalah pendidik profesional dengan


tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
Dari ketiga pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa etika profesi guru
adalah ilmu yang mempelajari tentang perbuatan baik yang harus dikerjakan oleh
seorang guru sebagai pendidik yang profesional.

Ruang Lingkup Etika Profesi Keguruan terbagi menjadi 6 bagian yaitu :

1. Etika Profesi Guruan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan

2. Etika Profesi Guru Terhadap Teman Sejawat

3. Etika Profesi Guru Terhadap Anak Didik

4. Etika Profesi Guru Terhadap Organisasi Profesi

5. Etika Profesi Guru Terhadap Pimpinan

6. Etika Profesi Guru Terhadap Tempat Kerja

B. ISI DAN PEMBAHASAN

Dari bebera ruang lingkup etika profesi keguruan yang di sebutkan diatas berikut
penjelasannyan.

1. Etika Terhadap Peraturan Perundang-Undangan

Pada butir Sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa: “Guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan” (PGRI,
1973). Kebijaksanaan pendidikan di Indonesia di pegang oleh pemerintah, dalam
hal ini oleh Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam rangka
pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang
merupakan kebijaksanaanyang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi
antara lain: pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan
belajar antara lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu
pendidikan, pemerataan kesempatanbelajar antara laindengan melalui kewajiban
belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dengan
menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-lain. Kebijaksanaan pemerintah
tersebut biasanya akan dituangkan ke dalam bentuk ketentuan-ketentuan
pemerintah. Dari ketentuan-ketentuan pemerintah ini selanjutnya dijabarkan ke
dalam program-program umum pendidikan.
Guru merupakan unsur aparatur Negara dan abdi Negara. Karena itu, guru
mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah
segala peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Departeman
Pendidikan dan Kebudayaan, di pusat maupun di daerah, maupun departemen lain
dalam rangka pembinaan pendidikan di Negara kita. Sebagai contoh, peraturan
tentang (berlakunya) kurikulum sekolah tertentu, pembebasan uang sumbangan
pembiayaan pendidikan (SPP), ketentuan tentang penerimaan murid baru,
penyelenggaraan evaluasi belajar tahap akhir (EBTA), dan lain sebagainya.

Untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan ketentuan-


ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan,
Kode Etik Guru Indonesia mengatur hal tersebut, seperti yang tertentu dalam
dasar kesembilan dari kode etik guru. Dasar ini juga menunjukan bahwa guru
Indonesia harus tunduk dan taat kepada pemerintah Indonesia dalam menjalankan
tugas pengabdiannya, sehingga guru Indonesia tidak mendapat pengaruh yang
negative dari pihak luar, yang ingin memaksakan idenya melalui dunia
pendidikan. Dengan demikian, setiap guru Indonesia wajib tunduk dan taat kepada
segala ketentuan-ketentuan pemerintah. Dalam bidang pendidikan ia harus taat
kepada kebijaksanaan dan peeraturan, baik yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan maupun departemen lain yang berwenang mengatur
pendidikan, di pusat dan di daerah dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan-
kebijaksanaan pendidikan di Indonesia.

2. Etika Terhadap Organisasi Profesi

Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi


PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukkan kepada
kita betapa pentingnya peranan organisasi profesi sebagai wadah dan sarana
pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan pembinaan, agar lebih
berdayaguna dan berhasil guna sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan
memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat bergantung kepada
kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab, dan kewajiban para anggotanya.
Organisasi PGRI merupakan suatu system, di mana unsure pembentuknya adalah
guru-guru. Oleh karena itu, guru harus bertindak sesuai dengan tujuan system.
Ada hubungan timbal balik antara anggota profesi dengan organisasi, baik dalam
melaksanakan kewajiban maupun dalam mendapatkan hak.
Organisasi professional harus membina mengawasi para anggotanya.
Siapakah yang dimaksud dengan organisasi itu? Jelas yang dimaksud bukan hanya
ketua, atau sekretaris, atau beberapa orang pengurus tertentu saja, tetapi yang
dimaksud dengan organisasi di sini adalah semua anggota dengan seluruh
pengurus dan segala perangkat dan alat-alat perlengkapannya. Kewajiban
membina organisasi profesi merupakan kewajiban semua anggota bersama
pengurusnya. Oleh sebab itu, semua anggota dan pengurus organisasi profesi,
karena pejabat-pejabat dalam organisasi merupakan wakil-wakil formal dari
keseluruhan anggota organisasi, maka merekalah yang melaksanakan tindakan
formal berdasarkan wewenang yang telah didelegasikan kepadanya oleh seluruh
anggota organisasi itu. Dalam kenyataannya, para pejabat itulah yang memegang
peranan fungsional dalam melakukantindakan pembinaan sikap organisasi,
merekalah yang mengkomunikasikan segala sesuatu mengenai sikap profesi
kepada para anggotanya. Dan mereka pula yang mengambil tindakan apabila
diperlukan.

Setiap anggota harus memberikan sebagian waktunya untuk kepentingan


pembinaan profesinya, dan semua waktu dan tenaga yang diberikan oleh para
anggota ini dikoordinnasikan oleh para pejabat organisasi tersebut, sehingga
pemanfaatannya menjadi efektif dan efisien. Dengan perkataan lain setiap anggota
profesi, apakah ia sebagai pengurus atau anggota biasa, wajib berpartisipasi guna
memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi profesi, dalam rangka
mewujudkan cita-cita organisasi.

Dalam dasar keenam dari Kode Etik ini dengan gambling juga di tuliskan,
bahwa Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan, dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Dasar ini sangat tegas mewajibkan
kepada seluruh anggota profesi guru untuk selalu meninmgkatkan mutu dan
martabat profesi guru itu sendiri. Siapa lagi, kalau tidak anggota profesi itu
sendiri, yang akan mengangkat martabat suatu profesi serta meningkatkan
mutunya.

Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan,


dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan penataran,
lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi perbandingan,
dan berbagai kegiatan akademi lainnya. Jadi, kegiatan pembinaan profesi tidak
hanya terbatas pada pendidikan prajabatan atau pendidikan lanjutan di perguruan
tinggi saja, melainkan dapat juga dilakukan setelah yang bersangkutan lulus dari
pendidikan prajabatan ataupun sedang dalam melaksanakan jabatan.

Kalau sekarang kita lihat kebanyakan dari dari usaha peningkatan mutu profesi
diprakarsai dan dilakukan oleh pemerintah, maka di waktu mendatang diharapkan
organisasi profesilah yang seharusnya merencanakan dan melaksanakannya,
sesuai dengan fungsi dan peranan organisasi itu sendiri.

3. Etika Terhadap Teman Sejawat

Dalam ayat 7 Kode Etik guru disebutkan bahwa “Guru memelihara


hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.” Ini
berarti bahwa:

 Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru


dalam lingkungan kerjanya,
 Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.

Dalam hal ini kode etik guru menunjukkan kepada kita betapa pentingnya
hubungan yang harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan perasaan
bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi. Hubungan sesama
anggota profesi dapat dilihat dari dua segi, yakni hubungan formal dan hubungan
kekeluargaan.

Hubungan formal ialah hubungan yang perlu dilakukan dalam rangka


melakukan tugas kedinasan. Sedangkan hubungan kekeluargaan ialah hubungan
persaudaraan yang perlu dilakukan, baik dalam lingkungan kerja maupun maupun
dalam hubungan keseluruhan dalam rangka menunjang tercapainya keberhasilan
anggota profesi dalam membawakan misalnya sebagai pendidik bangsa.

a) Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja

Seperti diketahui, dalam lingkungan sekolah terdapat seorang kepala


sekolah dan beberapa guru ditambah dengan beberapa orang personel sekolah
lainnya sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut. Berhasil tidaknya sekolah
membawa misinya akan banyak bergantung kepada semua manusia yang terlibat
didalamnya. Agar setiap personel sekolah dapat pungsi sebagaimana mestinys,
mutlak adanya hubungan yang baik dan harmonis di antara sesame personel yaitu
hubungan baik di antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, dan
kepala sekolah dengan semua personal sekolah lainnya. Semua personal ini harus
dapat menciptakan hubungan baik dengan anak didik di sekolah tersebut.

Sikap professional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah sikap
ingin bekerja sama, saling harga menghargai, saling pengertian, dan rasa tanggung
jawab. Jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasip
sepenanggunganserta menyadari akan kepentingan bersama, tidak mementingkan
kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain
(Hermawan, 1979). Dalam suatu pergaulan hidup, bagaimanapun kecilnya jumlah
manusia, akan terdapat perbedaan-perbedaanpikiran, perasaan, kemauan, sikap,
watak, dan lain sebagainya. Sekalipun demikian hubungan tersebut dapat berjalan
lancar, tenteram, dan harmonis, jika di antara mereka tumbuh sikap saling
pengertian dan tenggang rasa antara satu dengan lainnya.

b) Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Keseluruhan

Kalau kita ambil contoh profesi kedokteran, maka dalam sumpah dokter
yang diucapkan pada upacara pelantikan dokter baru, antara lain terdapat kalimat
yang menyatakan bahwa setiap dokter akan memperlakukan teman sejawatnya
sebagai saudara kandung. Dengan ucapan ini para dokter manganggap profesi
mereka sebagai suatu keluarga yang harus dijunjung tinggi dan dimuliakan.

Sekarang apa yang terjadi pada profesi kita, profesi keguruan? Dalam hal ini
kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan masih
memerlukan pembinaan yang sungguh-sungguh. Rasa persaudaraan seperti
tersebut, bagi kita masih perlu ditumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita lihat
bahwa hubungan guru dengan temansejawatnya berlangsung seperti halnya
dengan profesi kedokteran.

Uraian ini dimaksudkan sebagai perbandingan untuk menjadikan bahan dalam


meningkatkan hubungan guru dengan guru sebagai anggota profesi keguruan
dalam hubungan keseluruhan.

4. Etika Terhadap Anak Didik

Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa: Guru
berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang
harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni:
tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya.

Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dibaca dalam UU No. 2/1989


tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta
didik, bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian membimbing seperti yang
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam system amongnya. Tiga kalimat
yang terkenal dari system itu adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun
karso, dan tut wuri handayani.. Tiga kalimat ini mempunyai arti bahwa
pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat memberi pengaruh, dan
harus dapat mengendalikan peserta didik. Dalam tut wuri terkandung maksud
membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara guru
memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik,
dalam dalam arti membimbing atau mengajarnya. Dengan demikian membimbing
mengandung arti bersikap menetukan ke arah pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi
memaksanya menurut kehendak sang pendidik. Motto tut wuri handayani
sekarang telah diambil menjadi motto dari Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan RI.

Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia


sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupan rohani, tidak hanya
berilmu tinggi tetapi juga bermoral tinggi pula. Guru dalam mendidik seharusnya
tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja,
tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik,
baik jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat
pendidikan. Ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi
manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan dalam kehidupannya
sebagai insane dewasa. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata
yang harus patuh kepada kehendak dan kemauan guru.

5. Etika Terhadap Tempat Kerja

Sudah menjadi pengtahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat


kerja akan meningkatkan produktifitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya
oleh setiap guru, dan guru berkewajiban menciptakan suasana yang demikian
dalam lingkungannya. Untuk menciptakan suasana kerjayang baik ini ada dua hal
yang harus diperhatikan, yaitu:

 Guru sendiri
 Hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling.

Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam salah satu butir
dari Kode Etik yang berbunyi: “Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-
baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.” Oleh sebab itu,
guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai cara, baik
dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai, maupun dengan penyediaan
alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun
pendekatan lainnya yang diperlukan.

Suasana yang harmonis disekolah tidak akan terjadi bila personil yang
terlibat di dalamnya, yakni kepala sekolah, guru, staf administrasi dan siswa, tidak
menjalin hubungan yang baik diantara sesamanya. Penciptaan suasana kerja
menantang harus dilengkapi dengan terjalinnya hubungan yanmg baik dengan
orang tua dan masyarakat sekitarnya. Ini dimaksudkan untuk membina peran serta
dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. Hanya sebagian kecil dari
waktu, dimana peserta didik berada di sekolah dan di awasi oleh guru-guru.
Sebagian besar waktujustru digunakan peserta didik di luar sekolah, yakni di
rumah dan di masyarakat sekitar.

Dalam menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah dapat
mengambil prakarsa, misalnya dengan caramengundang orang tua sewaktu
mengambil rapor, mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat
sekitar, mengikutsertakan persatuan orang tua siswa atau BP3 dalam membantu
meringankan permasalahan sekolah, terutama menanggulangikekurangan fasilitas
ataupun dana penunjangkegiatan sekolah.

Keharusan guru membina hubungan dengan orang tua dan masyarakat


sekitarnya ini merupakan isi dari butir ke lima Kode Etik Guru Indonesia.

6. Etika Terhadap Pemimpin

Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun


organisasi yang lebih besar (Departeman Pendidikan dan Kebudayaan) guru akan
selalu berada dalam bimbingan dan pengwasan pihak atasan. Dari organisasi guru,
ada strata kepemimpinan mulai dari pengurus cabang, daerah, sampai ke pusat.
Begitu juga sebagai anggota keluarga besar Depdikbud, ada pembagian
pengawasan mulai dari kepala sekolah, kakandep, dan seterusnya sampai menteri
pendidikan dan kebudayaan.

Kerja sama juga dapat diberikan dalam bentuk usulan dan malahan kritik
yang membangun demi pencapaiantujuan yang telah di gariskan bersama dan
kemajuan organisasi. Oleh sebab itu, dapat kita simpulkan bahwa sikap seorang
guru terhadap pemimpin harus positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam
menyukseskan program yang telah disepakati, baik disekolah maupan diluar
sekolah.

7. Etika Terhadap pekerjaan

Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami


mempunyai persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam
sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila
berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil. Barangkali tidak semua
orang dikarunia sifat seperti itu, namun bila seseorang telah memilih untuk
memasuki profesi guru, ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.

Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil
baik, bila dia mencintai kariernya dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan berbuat
apapun agar kariernya berhasil baik, ia committed dengan pekerjaannya. Ia harus
mau dan mampu melaksanakan tugasnya serta mampu melayani dengan baik
pemakai jasa yang membutuhkannya.

Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus


selalu dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan
dan permintaan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan para orang tuanya.
Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi.
Oleh kerenanya, guru selalu dituntut untuk secara terus-menerus meningkatkan
dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya.
Keharusan meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir yang
keenam dalam Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi: Guru secara pribadi dan
bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya.
Dalam butir keenam ini dituntut kepada guru, baik secara pribadi maupun
secara kelompok, untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru
sebagaimana juga dengan profesi lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan
mutu dan martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan atau menambah
pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang
profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.

Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat


melakukannya secara formal maupun informal. Secara formal, artinya guru
mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan bidang
tugas, keinginan, waktu, dan kemampuannya. Secara informal guru dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui media masa seperti
televisi, radio, majalah ilmiah, Koran, dan sebagainya, ataupun membaca buku
teks dan pengetahuan lainnya yang cocok dengan bidangnya.

C. PENUTUP

Sebagai sosok yang menjadi panutan dan sorotan, guru harus


menampilkan sikap yang sesuai yaitu melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang telah ditetapkan. Walaupun peraturan perundang-undangan yang
telah ditetapkan tidak sesuai dengan keinginan pribadi atau berat untuk
dilaksanakan, guru tetapharus bersikap positif menerima, memahami dan
menerapkan. Sebab hal ini sudah jelas tertuang dalam kode etik guru butir
Sembilan. Akan tetapi guru bisa mengawasi jalannya peraturan perundang-
undangan. Sebagai wacana perbaikan peraturan perundang-undangan apabila
peraturan yang dibuat kurang atau melenceng dari tujuan pendidikan nasional.

Guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik.


Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam
otak anak didik, sedangkan sebagaiu pendidik guru bertugas membimbing dan
membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan
mandiri.

D. DAFTAR PUSTAKA

https://titanesia.com/etika-profesi-guru/

https://contohmakalah4.blogspot.com/2012/12/makalah-etika-profesi-
keguruan.html

http://profesikeguruanartikel.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai