Anda di halaman 1dari 26

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/336529781

REVIEW POTENSI TROGAN-SPRAY: NANO SPRAY EKSTRAK AKAR


WIDURI SEBAGAI PHYTOMEDICINE TERAPI ASMA

Article · October 2019

CITATIONS
READS
0
331

3 authors:

Gergorius Gena Maran


Candra Adianto
Universitas Gadjah Mada
Universitas Gadjah Mada
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

Arief Adi Nugroho


Universitas Gadjah Mada
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The proliferative effect of tempeh in female ovariectomized rats View project

REVIEW POTENSI TROGAN-SPRAY: NANO SPRAY EKSTRAK AKAR WIDURI SEBAGAI PHYTOMEDICINE TERAPI ASMA View project

All content following this page was uploaded by Gergorius Gena Maran on 14 October 2019.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
JurnalIlmiahPenalarandanPenelitianMahasiswa
Volume3Nomor1,2019|1

REVIEW POTENSI TROGAN-SPRAY: NANO SPRAY EKSTRAK AKAR WIDURI


SEBAGAI PHYTOMEDICINE TERAPI ASMA

Candra Adianto1, Arief Adi Nugroho2, Gergorius Gena Maran3


1
Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Indonesia
2
Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Indonesia
3
Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Indonesia
1
candra.adianto@mail.ugm.ac.id, 2arief.adi.n@mail.ugm.ac.id
3
gergorius.gena.m@mail.ugm.ac.id

Abstract
Salah satu sorotan permasalahan secara global yang dicetuskan dalam Sustainable
Development Goals (SDGs) 2030 adalah masalah kesehatan. Kualitas sumber daya manusia
dan tingkat kesejahteraan manusia menjadi fokus utama bidang kesehatan. Salah satu
permasalahan kesehatan saat ini adalah penyakit asma. World Health Organization (WHO)
tahun 2015 memperkirakan 334 juta jumlah penduduk dunia menderita penyakit asma
dengan angka kematian lebih dari 4 juta orang tiap tahun, termasuk Indonesia. Yogyakarta
merupakan salah satu provinsi dengan jumlah penderita asma yang tinggi dan terus
meningkat. Daerah kawasan Gumuk Pasir Yogyakarta banyak dijumpai debu bertebaran
ditambah aktivitas tambak udang yang menghasilkan limbah berbau menyengat, dapat
menjadi sumber permasalahan penyakit asma. Salah satu tanaman yang ditemukan di daerah
Gumuk Pasir berpotensi sebagai obat asma adalah akar tanaman Widuri. Senyawa α-amirin
dan β-amirin pada tanaman ini beraktivitas sebagai antiinflamasi, bronkodilator dan
antihistamin pada saluran pernafasan. Melalui inovasi sediaan nano spray, senyawa dari
ekstrak tanaman ini dijadikan ukuran nano dan dienkapsulasi dengan kitosan dengan
memanfaatkan limbah kulit udang sebagai agen pengkapsul nano partikel dengan
keuntungan melindungi zat aktif hingga mencapai target aksi. Formulasi sediaan ini
menggunakan sistem aerosol dengan rute pemberian dihirup melalui mulut dan dikemas
dalam produk Trogan-Spray. Metode penulisan yang dilakukan adalah deskriptif-kualitatif
menggunakan metode studi kepustakaan yang selanjutnya data-data yang diperoleh
dianalisis secara komprehensif. Dengan demikian, pemanfaatan tanaman Widuri dan limbah
kulit udang dengan teknologi nano penting dilakukan karena dapat menjadi solusi untuk
mengatasi permasalahan limbah kulit udang dan penyakit asma yang terjadi di kawasan
Gumuk Pasir sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
mewujudkan SDGs 2030.

Keywords: Trogan-Spray, Akar Widuri, Asma, Kitosan.


JurnalIlmiahPenalarandanPenelitianMahasiswa
Volume3Nomor1,2019|2

PENDAHULUAN juta orang meninggal akibat penyakit asma


Sustainable Development Goals (SDGs) tiap tahunnya. WHO juga melaporkan pada
merupakan hasil kesepakatan 193 negara tahun 2014, asma menjadi salah satu
yang tergabung dalam PBB sebagai upaya penyebab kematian terbesar di Indonesia,
mewujudkan pembangunan besar untuk sedangkan secara global Indonesia
mencapai kemaslahatan manusia dan bumi, menempati peringkat ke-20 sebagai negara
yang mencakup 17 bidang target dan dengan tingkat kematian akibat asma
diupayakan tercapai pada tahun 2030 terbanyak (Anonim, 2014). Sementara itu,
mendatang, salah satunya yakni mencapai berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
kehidupan sehat dan sejahtera (tujuan butir (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, setiap
3) (United Nations, 2015). Bidang kesehatan satu dari 22 orang di Indonesia menderita
menjadi salah satu sorotan karena asma. Namun, hanya 54% yang didiagnosis
berdampak langsung pada kualitas sumber dan 30% kasus diantaranya terkontrol
daya manusia dan tingkat kesejahteraan dengan baik. Angka kematian yang tinggi
manusia. Untuk mencapai tujuan yang disebabkan oleh serangan asma yang tidak
bersifat holistik tersebut, salah satu diikuti dengan penanganan yang tepat.
targetnya adalah mengurangi 25% kematian Selain serangan asma, tanda dan gejala lain
akibat penyakit pernapasan kronis di tahun yang muncul yakni sesak napas, mengi, rasa
2030. Penyakit pernapasan kronis yang berat di dada, nyeri tenggorokan dan lainnya
menjadi perhatian saat ini adalah asma (Krishnan et al., 2012).
(Kementerian Kesehatan Republik Serangan asma dipicu oleh alergen
Indonesia, 2015). maupun iritan. Alergen tersebut dapat
Asma merupakan salah satu penyakit berupa debu pasir, bau menyengat,
sistem pernapasan yang ditandai dengan makanan, asap rokok dan sebagainya. Di
inflamasi kronis pada saluran pernapasan, daerah Gumuk Pasir, debu pasir dapat
dimana penyakit asma ini termasuk dalam menjadi salah satu sumber alergen yang
daftar penyakit yang menjadi fokus SDGs memicu terjadinya serangan asma. Selain
bersama dengan kanker dan penyakit debu pasir, limbah udang dari tambak di
kardiovaskuler. WHO melaporkan bahwa Gumuk Pasir juga menjadi salah satu
334 juta orang di dunia menderita asma di penyebab terjadinya serangan asma.
tahun 2015 dan diperkirakan lebih dari 4 Pasalnya, keberadaan limbah kulit udang
tersebut dikeluhkan oleh warga. Hal ini golongan agonis beta-2 dalam jangka waktu
disebabkan karena selain mencemari yang lama berupa gangguan kardiovaskuler,
lingkungan, juga berpotensi untuk peningkatan tekanan darah, tremor,
menimbulkan berbagai penyakit seperti palpitasi, takikardi dan sakit kepala
penyakit kulit serta penyakit gangguan (Meiyanti dan Mulia, 2000). Hal ini
pernapasan. Di sisi lain, kulit udang sendiri mendasari berbagai upaya pencarian dan
memiliki potensi untuk dimanfaatkan lebih penemuan alternatif terapi lain yang relatif
lanjut. Penelitian terdahulu menunjukkan aman.
bahwa, kulit udang mengandung kitosan Momentum gerakan back to nature
yang banyak dimanfaatkan dalam menginisiasi masyarakat dunia untuk
nanoteknologi sebagai suatu sistem kembali mengoptimalkan pemanfaatan
penghantaran obat (Meler et al., 2013). Oleh bahan alam, salah satunya sebagai alternatif
karena itu, diperlukan suatu upaya yang terapi dalam mengobati berbagai penyakit.
tepat dalam pengelolaan limbah kulit udang Indonesia sebagai negara dengan
tersebut dengan memanfaatkan potensinya keanekaragaman hayati terbesar kedua di
sehingga dapat memiliki nilai tambah dunia menyimpan potensi bahan alam yang
khususnya dalam penanganan penyakit dapat dimanfaatkan sebagai phytomedicine.
asma. Salah satu tanaman yang mudah tumbuh
Saat ini, terapi pilihan yang digunakan serta banyak dijumpai di Indonesia adalah
dalam tatalaksana penanganan penyakit tanaman Widuri (Calotropis gigantea).
asma adalah obat sintesis golongan agonis Bagian akar Widuri mengandung senyawa
beta-2 yang merupakan suatu bronkodilator α-amirin, β-amirin, taraxasterol, β-sitosterol,
yang kuat pada pengobatan asma, dengan stigmasterol (Anjaneyulu dan Row, 1968).
efek bronkodilatasi, menurunkan α-amirin dan β-amirin dilaporkan memiliki
permeabilitas kapiler, serta mencegah aktivitas antiinflamasi dengan aktivitas
pelepasan mediator dari sel mast dan basofil. antilipooksigenase melalui penghambatan 5-
Golongan agonis beta-2 merupakan HETE (Kweifio dan Macrides, 1992).
stabilisator bagi sel mast, tapi obat golongan Penelitian lain menunjukan tanaman Widuri
ini tidak dapat mencegah respon lambat secara empiris digunakan untuk
maupun menurunkan hiperresponsif menyembuhkan berbagai penyakit
bronkus. Selain itu, efek samping obat tradisional seperti asma, bronkitis dan
JurnalIlmiahPenalarandanPenelitianMahasiswa
Volume3Nomor1,2019|4

ekspektoran (Kirtikar dan Basu, 2005). sediaan spray melalui saluran nafas hidung
Uraian ini menunjukkan bahwa tanaman atau mulut, dapat berukuran nano maupun
Widuri, khususnya bagian akar Widuri mikro menggunakan sistem aerosol, untuk
memiliki potensi untuk dikembangkan memperoleh efek lokal dan sistemik
sebagai alternatif terapi penyakit asma (Anonim, 1995). Oleh karena itu, sediaan
berbasis bahan alam. nano spray menjadi opsi dalam
Phytomedicine dengan metode nano penghantaran ekstrak akar Widuri menuju
belum banyak dikembangkan di Indonesia. target aksinya.
Padahal, penggunaan bahan herbal sangat Angka kematian tinggi penyakit asma,
potensial di Indonesia. Selain bahan pemanfaatan limbah kulit udang yang belum
bakunya melimpah, juga cenderung lebih optimal dan potensi tanaman asli Gumuk
aman digunakan oleh manusia serta ramah Pasir yaitu Widuri (Calotropis gigantea)
lingkungan. Dalam pemanfaatan akar sebagai phytomedicine menginisiasi inovasi
Widuri sebagai suatu phytomedicine, produk Trogan-Spray. Artikel ini bertujuan
terdapat keterbatasan utama sifat fisikokimia untuk mengkaji lebih lanjut ide Trogan-
seperti kelarutannya. Hal ini disebabkan Spray yang merupakan suatu inovasi sediaan
oleh senyawa α-amirin dan β-amirin yang nano spray mengandung ekstrak akar Widuri
terdapat di akar tanaman Widuri termasuk terenkapsulasi kitosan dari limbah kulit
golongan triterpen pentasiklik dengan sifat udang sebagai phytomedicine dalam
lipofilisitas tinggi (Furtado et al., 2017). tatalaksana terapi asma.
Nanoteknologi merupakan salah satu sistem
penghantar obat yang banyak dikembangkan METODE PENELITIAN

saat ini. Beberapa keuntungan pemanfaatan Penulisan ini bersifat deskriptif-

nanoteknologi diantaranya adalah kualitatif menggunakan metode studi

kemampuan dalam meningkatkan kelarutan kepustakaan. Data dan informasi diperoleh

senyawa obat dan melindungi degradasi. dari berbagai jurnal ilmiah, artikel ilmiah,

Karakteristik dari obat yang digunakan buku dan internet. Pengumpulan studi

dalam terapi asma bertarget pada saluran pustaka dilakukan di Perpustakaan Pusat

pernapasan bawah sehingga umumnya UGM, Perpustakaan Farmasi UGM,

memanfaatkan sediaan khusus seperti Departemen Biologi Farmasi dan

inhaler. Inhaler merupakan salah satu Farmasetika, Fakultas Farmasi UGM.


Setelah dilakukan pengumpulan data dan
informasi, semua hasil diseleksi untuk mukus sebagai akibat dari inflamasi dan
diambil data dan informasi yang relevan sekresi histamin (GINA, 2014).
dengan masalah yang dikaji melalui analisis WHO mengestimasi 330 juta orang di
deskriptif bentuk teks. Data diolah dengan dunia menderita asma di tahun 2015 dan
cara membandingkan dan mengaitkan hasil diperkirakan lebih dari 4 juta orang
peninjauan literatur satu sama lain. Hasil meninggal akibat penyakit asma tiap tahun
pengolahan data kemudian disusun secara (GAN, 2015). WHO bersama organisasi
sistematis sesuai kerangka berpikir yang penyakit asma dunia yakni Global Asthma
menjadi landasan solusi dalam mengatasi Network (GAN) memprediksikan jumlah
masalah terkait. pasien asma akan mengalami peningkatan
sebanyak 400 juta orang pada tahun 2025
HASIL DAN PEMBAHASAN
(GAN, 2015). Di Indonesia, penyakit asma
Kasus Penyakit Asma
termasuk dalam sepuluh besar penyakit
Asma didefinisikan sebagai suatu
penyebab utama kesakitan dan kematian
kelainan berupa inflamasi kronik saluran
(Kementerian Kesehatan Republik
napas yang menyebabkan hipereaktivitas
Indonesia, 2013). Angka kejadian asma dari
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
hasil survey Riskesdas di tahun 2013
ditandai dengan gejala episodik berulang
mencapai 4.5% dengan jumlah kumulatif
berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa
kasus asma sekitar 11.179.032 (Kementerian
berat di dada terutama pada malam dan dini
Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
hari yang umumnya bersifat reversibel baik
Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai
dengan atau tanpa pengobatan (Kementerian
prevalensi penyakit asma melebihi angka
Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Asma
nasional, bahkan hingga tahun 2018
bersifat fluktuatif artinya dapat tenang tanpa
memiliki prevalensi penyakit asma paling
gejala dan tidak mengganggu aktifitas, tetapi
tinggi di Indonesia (Kementerian Kesehatan
serangan dapat muncul dengan gejala ringan
Republik Indonesia, 2018). Asma
hingga berat bahkan dapat menimbulkan
berpengaruh pada disabilitas dan kematian
kematian (GINA, 2014). Gejala-gejala dapat
dini terutama pada anak usia 10-14 tahun
berupa kesulitan bernapas dan mengeluarkan
dan orang tua usia 75-79 tahun. Asma
udara dari paru-paru akibat bronkokonstriksi
menjadi masalah kesehatan yang dialami
(penyempitan saluran napas), penebalan
banyak anak-anak dan orang dewasa di
dinding saluran napas dan hipersekresi
dunia. Sebagai penyakit kronis, tatalaksana Gejala asma seperti batuk, mengi, mukus
asma memerlukan pengobatan yang berlebih dan rasa sesak di dada adalah akibat
berkelanjutan (Haryanti et al., 2016). Angka dari obstruksi bronkus yang didasari oleh
kematian dan jumlah penderita asma yang inflamasi kronik dan hiperaktivitas bronkus.
tinggi menjadi masalah kesehatan yang Inflamasi ini disebabkan karena mediator
serius. dari sel mast banyak ditemukan di lumen
Alergen dalam lingkungan tempat jalan napas. Selain itu, inflamasi juga
tinggal seperti debu, spora jamur, bau disebabkan karena akumulasi eosinofil dan
menyengat, serpihan kulit binatang, dan limfosit di submukosa, degranulasi sel mast,
lainnya adalah faktor lingkungan yang hipertrofi dan hiperplasia otot polos saluran
mencetuskan terjadinya asma (PDPI, 2006). napas (Brightling et al., 2002; PDPI, 2006).
Faktor lain yang berpengaruh diantaranya Sel mast, sel inflamasi lain seperti eosinofil,
alergen makanan (susu, telur, udang, neutrofil, dan limfosit dapat melepaskan
kepiting, ikan laut, bahan penyedap, mediator inflamasi secara langsung seperti
pengawet, dan pewarna makanan), bahan leukotrien, dan dapat memperkuat reaksi
iritan (parfum, household spray, asap asma (Ikawati et al., 2001). Aktivitas sel-sel
rokok), gangguan emosi, polusi udara, inflamasi yang terus meningkat akan
cuaca, dan aktivitas fisik (PDPI, 2006). berdampak pada sekresi mukus berlebih
Menurut Haq (2010), Stres juga menjadi pada bronkus serta penebalan dinding
faktor risiko pemicu pelepasan histamin saluran napas. Alhasil, penderita akan
yang menyebabkan penyempitan saluran mengalami sesak napas dan gejala-gejala
napas ditandai dengan sakit tenggorokan dan asma akan bermunculan memicu terjadinya
sesak napas, yang akhirnya memicu serangan asma (Saeki dan Yokomizo, 2017).
terjadinya serangan asma (Tumigolung et Reaksi inflamasi terjadi akibat adanya
al., 2016). Beberapa faktor risiko asma alergen atau pemicu lainnya (lampiran 1).
memperantarai terjadinya penyempitan Inflamasi yang kronis memicu rilisnya sel
saluran napas. TH2 yang berperan untuk mensekresi
Penyebab penyempitan saluran napas sitokin. Sitokin akan merangsang pelepasan
antara lain akibat kontraksi otot polos, eosinofil ke dalam sirkulasi. Eosinofil
edema, penebalan dinding saluran napas dan merupakan sumber kaya akan leukotrien
hipersekresi mukus (Miglino et al., 2011). dimana leukotrin dapat menuntun otot
sistem pernapasan berkontraksi, penting mencegah pasien asma mengalami
meningkatkan permeabilitas pembuluh serangan asma atau asma yang menetap.
darah dan dapat merekrut lebih banyak Serangan asma yang terjadi menjadi
eosinofil ke saluran napas. Hal ini akan penyebab utama kematian tinggi pada
menyebabkan peningkatan produksi lendir penyakit ini sehingga perlu diberikan terapi
dan serangan asma (QIAGEN, 2009). asma yang tepat.
Inflamasi menginduksi dilepaskannya Permasalahan obat antiasma
mediator yang dapat mengaktivasi sel target Penatalaksanaan terapi asma memiliki
di saluran pernapasan dan mengakibatkan tujuan untuk mencapai kondisi terkontrol
bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskuler sehingga penderita asma dapat hidup
dan edema serta hipersekresi mukus normal. Prinsip tatalaksana ini bertujuan
(Meiyanti dan Mulia, 2000). untuk mengatasi serangan asma sewaktu-
Histamin telah dikenal sebagai mediator waktu, mengembalikan fungsi normal paru,
inflamasi yang penting dan terbukti mencegah kekambuhan dan tentunya
menyebabkan kontraksi otot polos termasuk mencegah kematian akibat serangan asma
pada sistem pernapasan. Histamin disimpan (Kementerian Kesehatan Republik
dalam granula sel mast dan basofil, dan Indonesia, 2013). Pilihan terapi asma
dilepaskan ketika terpapar alergen (lampiran ditujukan untuk mencegah bronkokonstriksi
1). Ketika reseptor H1 berinteraksi dengan dengan obat-obatan sintesis bronkodilator
histamin, maka akan mengaktifkan golongan β-2 agonis, antagonis reseptor
signaling pathway fosfolipase C dan PIP2 muskarinik dan metilxantin. Bronkodilator
sehingga menginisiasi kontraksi otot polos merupakan pengobatan untuk pertolongan
edema mukosa, dan sekresi lendir, yang pertama pada serangan asma. Golongan obat
semuanya berkontribusi terhadap ini sering dikombinasikan dengan obat
bronkokonstriksi pada individu dengan asma kortikosteroid sebagai obat pengontrol
(Wilson, 2006). penyakit asma. Namun berkenaan dengan
Serangan asma dapat mengganggu angka kesakitan, penggunaan obat golongan
pekerjaan pada orang dewasa dan β-2 agonis jangka panjang dapat
mengganggu aktivitas belajar pada anak- menyebabkan hiperresponsif bronkus,
anak. Pada kondisi yang lebih berat, asma takikardi, aritmia, hipokalemia,
dapat mengancam jiwa dan menurunkan hiperglikemia, tremor dan sakit kepala
kualitas hidup penderita sehingga sangat
(Aliyu et al., 2017). Selain itu, sensitivitas menunjukkan perbedaan pengaruh terhadap
respon tubuh terhadap obat golongan ini terjadinya asma.
juga berisiko terhadap kejadian penyakit Beberapa warga Gumuk Pasir
jantung koroner. Penelitian terbaru mengeluhkan debu pasir dan bau menyengat
menjelaskan reseptor β-2 agonis dapat dari limbah kulit udang. Debu pasir yang
mengalami polimorfisme genetik sehingga berada di wisata alam ini menjadi salah satu
efektivitas terapi menurun (Billington et al., pemicu serangan asma atau menjadi faktor
2017). Salbutamol yang menjadi opsi utama risiko penyakit asma. Menurut Watanabe et
sebagai obat serangan asma memiliki efek al. (2015), debu pasir dapat memperburuk
samping vaskular sistemik serius yang gejala saluran pernapasan. Selain itu, debu
kemungkinan berhubungan dengan kematian pasir juga memiliki hubungan yang
mendadak pada pasien asma (Burggraff et signifikan dengan gejala saluran pernapasan
al., 2001). Salmeterol juga mengalami bawah pada orang dewasa asma hingga 5
resistensi pada beberapa pasien asma hari setelah paparan debu berat. Di sisi lain,
sehingga berdampak pada kegagalan terapi Kanatani et al. (2010) menjelaskan bahwa
(Wechsler et al., 2006). Dengan demikian, paparan debu pasir berkaitan dengan risiko
perlu dilakukan penelusuran alternatif baru rawat inap bagi pasien asma. Pada pasien
untuk pengobatan asma. asma dengan usia yang lebih tua,
Kondisi Gumuk Pasir penyebabnya hampir selalu hipersensitivitas
Gumuk Pasir merupakan salah satu terhadap bahan iritan non alergen di udara,
destinasi wisata alam yang unik berada di seperti iritan pada debu pasir (Guyton dan
desa Parangtritis. Meskipun unik, banyak Hall, 2006).
problem yang terjadi disini khususnya di Disamping debu pasir, permasalahan
bidang kesehatan. Hasil Riset Kesehatan lain di daerah Gumuk adalah limbah udang.
Dasar menunjukkan bahwa DIY memiliki Menurut Saraswati (2004), kawasan Gumuk
prevalensi penderita asma tertinggi Pasir telah mengalami berbagai tekanan
dibandingkan provinsi lain di tahun 2018. lingkungan, yang dalam pengelolaannya
Berdasarkan data tersebut, bukan tidak seringkali bertentangan antara kegiatan
mungkin penduduk dari Gumuk Pasir ekonomi dengan kepentingan konservasi.
menderita penyakit ini. Menurut Oemiati et Pada tahun 2013, masyarakat yang
al. (2010), letak pemukiman desa-kota tidak menganggap gumuk pasir sebagai potensi
yang kurang produktif, mulai melakukan menjadi faktor risiko penyakit asma
upaya konversi menjadi lahan pertambakan (Purwanti et al., 2003).
udang. Pada mulanya, kegiatan konversi Permasalahan yang muncul pada daerah
dilakukan oleh sekelompok masyarakat Gumuk Pasir tentu berpengaruh pada
Desa Parangtritis, kemudian sejak saat itu kualitas kesehatan masyarakat di daerah
lahan tambak udang semakin meluas, hingga tersebut. Maka dari itu diperlukan suatu
pada Desember 2014 luasnya mencapai 6,30 upaya kuratif untuk menangani
ha (Dinas Kelautan dan Perikanan permasalahan tersebut. Salah satu upaya
Kabupaten Bantul, 2015). Namun, yang dapat dilakukan adalah dengan
pembukaan lahan tersebut menimbulkan memanfaatkan sumber daya alam potensial
permasalahan seperti bau menyengat dan dari daerah Gumuk Pasir dan memanfaatkan
pencemaran lingkungan akibat dari limbah limbah udang menjadi bahan fungsional lain
tambak udang. Permasalahan tersebut untuk mengatasi permasalahan kesehatan
berdampak pada kesehatan masyarakat terutama penyakit asma dan mengurangi
Gumuk Pasir, terutama penyakit asma. limbah tambak udang.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Potensi Daerah Gumuk Pasir
Jaen dan Dalton (2014), bau menyengat Gumuk pasir merupakan fenomena
menjadi pemicu serangan asma yang dapat hutan pantai unik dan di Asia Tenggara
memperburuk keadaan pasien. hanya ditemukan di Desa Parangtritis.
Saat ini budidaya dengan tambak Kawasan pesisir merupakan salah satu
berkembang pesat karena udang menjadi sumber daya alam yang belum mendapat
komoditi ekspor non migas yang dapat perhatian cukup baik. Salah satu bentuk
diandalkan dan bernilai ekonomis tinggi sumber daya alam yang ada adalah vegetasi
(Keliat, 2010). Sejalan dengan terus gumuk pasir. Tumbuhan asli Gumuk Pasir
berkembangnya produksi udang di daerah Parangtritis telah diidentifikasi oleh Badan
Gumuk Pasir, maka limbah tambak udang Lingkungan Hidup (BLH) DIY pada tahun
dari proses pengolahan pun akan semakin 2016. Suatu tumbuhan dikatakan asli dari
bertambah. Limbah tersebut menyebarkan Gumuk Pasir Parangtritis apabila telah
bau-bau menyengat yang bersumber dari ditemukan sebelum tahun 1980 dan
hidrogen sulfida dan gas lainnya. Bau yang umumnya berdaun kecil dan berakar
menusuk hidung atau menyengat dapat panjang. Beberapa jenis diantaranya adalah:
waru, Widuri, siwalan, tapak kambing, kurang subur, padang rumput kering dari
rumput gulung, bay bean dan teki-tekian lereng-lereng gunung yang rendah serta di
(Putra, 2018). Salah satu tanaman yang pantai. Tanaman ini mempunyai persebaran
berpotensi menjadi obat herbal di wilayah tropis dan subtropis di benua
(phytomedicine) untuk terapi asma yaitu Asia dan Afrika (Kumar et al., 2013).
Widuri (Calotropis gigantea). Penelitian Tanaman ini cukup adaptif di lingkungan
terbaru menunjukkan senyawa yang yang ekstrim, kering dan panas. Widuri
terkandung dalam tanaman ini memiliki dikenal memiliki berbagai potensi obat dan

Gambar 1. Tanaman Widuri dan akar Widuri (Garg, 2008).

aktivitas antiinflamasi, antihistamin dan secara empiris telah digunakan untuk


bronkodilatasi sehingga berpotensi sebagai menyembuhkan berbagai penyakit. Akar
agen antiasma. dari tanaman Widuri secara tradisional
Tanaman Widuri merupakan jenis digunakan untuk mengobati asma, bronkitis
tanaman semak yang memiliki ketinggian dan ekspektoran (Kirtikar dan Basu, 2005).
0,5-3,0 m dan tumbuh di lahan kering Tanaman ini telah diteliti memiliki beberapa
dengan periode kering yang lama (gambar aktivitas farmakologi seperti antiinflamasi,
1). Tanaman ini belum banyak aktivitas antiradikal, antidiare, analgesik,
dimanfaatkan, bahkan sering dianggap wound healing,
sebagai gulma (Habib et al., 2009). antidiabetes,
Tanaman ini tersebar di seluruh Asia hepatoprotective dan imunomodulator
Tenggara, biasanya tumbuh di tanah yang (Bulani, 2011). Akar Widuri mengandung
senyawa α-amirin, β-amirin, taraxasterol, β-
sitosterol, stigmasterol (Anjaneyulu dan 2000). Jadi jumlah yang terbuang dari
Row, 1968). α-amirin dan β-amirin dengan limbah udang cukup tinggi. Salah satu jenis
struktur pada gambar 2, dilaporkan memiliki limbah udang yang dapat dimanfaatkan
aktivitas antiinflamasi dengan aktivitas adalah limbah kulit udang. Limbah kulit
antilipoksigenase melalui penghambatan 5- udang mengandung konstituen utama yaitu
HETE (Kweifio dan Macrides, 1992). kitin. Seiring berkembangnya ilmu
Klasifikasi tanaman Widuri sebagai berikut : pengetahuan teknologi, kitosan yang
Kingdom : Plantae merupakan derivat kitin telah banyak
Divisi : Magnoliophyta digunakan dalam penelitian terutama bidang
Kelas : Magnoliopsida kesehatan sebagai sistem penghantaran obat
Subkelas : Asteridae atau dikenal sebagai drug delivery system.
Ordo : Gentianales Kitin merupakan polisakarida yang
Famili : Asclepiadaceae paling melimpah di alam setelah selulosa.
Genus : Calotropis Kitin tidak beracun dan mudah terurai secara
Spesies : Calotropis gigantea hayati. Bentuk fisiknya merupakan padatan
(L.) (Yaligar, 2001) amorf yang berwarna putih. Kitin banyak

Gambar 2. Kandungan kimia dalam akar Widuri A) α-amirin, B) β-amirin

Di sisi lain, limbah udang yang dilirik dijumpai pada crustaceae dan arthropoda.
sebagai masalah di daerah Gumuk Pasir, Dalam cangkang udang, kitin ditemukan
berpotensi menjadi sesuatu yang berguna. sebagai mukopolisakarida yang berikatan
Limbah yang dihasilkan dari proses dengan garam-garam anorganik, terutama
pembekuan, pengalengan udang dan kalsium karbonat, protein dan lipid termasuk
pengolahan kerupuk udang berkisar antara pigmen-pigmen (Wardaniati dan
30-75% dari berat udang (Hanafi et al., Setyaningsih, 2009). Sedangkan kitosan
merupakan polisakarida alam yang mulai tanaman. Oleh karena itu banyak
banyak diaplikasikan dalam industri farmasi, dimanfaatkan sebagai bahan eksipien atau
pangan dan kesehatan yang dapat diperoleh pembawa sekaligus bahan aktif dalam
dari deasetilasi kitin. Bentuk fisiknya sediaan farmasi.
merupakan padatan amorf yang berwarna Pemanfaatan sumber daya alam sebagai
putih kekuningan (Sugita, 2009). Kitin tanaman obat untuk terapi asma dan
diperoleh dari cangkang udang melibatkan pemanfaatan kitosan dari limbah kulit udang
proses deproteinasi dan demineralisasi, sebagai sistem penghantaran obat dapat
sedangkan untuk mendapatkan kitosan menjadi upaya meningkatkan kualitas hidup
dilanjutkan dengan proses deasetilasi masyarakat dan mengurangi permasalahan
(Wardaniati dan Setyaningsih, 2009). Kadar limbah udang di daeraah Gumuk Pasir
kitin dalam berat udang berkisar antara 60- sehingga dapat menjadi solusi alternatif
70% dan bila diproses menjadi kitosan dalam mewujudkan SDGs 2030.
menghasilkan rendemen 15-20% (Hanafi et Potensi Trogan-Spray
al., 2000). Kitosan mempunyai beberapa Trogan-Spray merupakan inovasi
sifat yang menguntungkan yaitu bersifat inhaler nano spray berbahan aktif dari
tidak beracun, murah, biokompatibel, tanaman Widuri terenkapsulasi kitosan dari
biodegradable dan larut air (Wardaniati dan limbah kulit udang sebagai phytomedicine
Setyaningsih, 2009). Kitosan banyak untuk terapi asma. Komponen aktif dari
diaplikasikan dalam sistem nanopartikel. Trogan-Spray berasal dari akar tanaman asli
Salah satunya adalah nanoenkapsulasi Gumuk Pasir, yakni Widuri. Penelitian
kitosan. Ukuran nanopartikel memiliki luas sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak
permukaan yang berlipat sehingga reaksi metanol akar Widuri memiliki aktivitas
kimia yang terjadi lebih cepat dan lebih antiinflamasi pada tikus yang diinduksi
banyak. Menurut Meler et al. (2013), ovalbumin ditandai dengan penurunan
penambahan kitosan 1% dapat jumlah sel inflamasi secara signifikan
mengakselerasi pelepasan bioaktif. menggunakan kadar 400 mg/kg (Bulani et
Nanopartikel kitosan mempunyai banyak al., 2011). Selain itu, ekstrak ini juga diuji
keunggulan yakni tidak toksik, stabil selama pada kelompok tikus diinduksi oleh asam
penggunaan, dan dapat dijadikan matriks arakidonat dan diperoleh aktivitas
untuk berbagai jenis obat dan ekstrak antiinflamasi dengan nilai inhibisi volume
edema ka ki sebesar 46,29% dengan dosis partikel tidak padat. Sediaan ini dapat
400 mg/kg, lebih baik dibandingkan obat digunakan untuk pemakaian topikal pada
indomethacin yang hanya menghambat kulit dan juga pemakaian lokal pada hidung
sebesar 5,55% (Bulani et al., 2011). (aerosol nasal), mulut (aerosol lingual) atau
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh paru-paru (aerosol inhalasi). Formulasi nano
Aliyu et al. (2017), ekstrak metanol akar spray yang dipilih yaitu metered dose
Widuri dengan dosis 0.5 mg/ml mampu inhaler (MDI) yang telah terbukti secara
merelaksasi kontraksi otot polos pada trakea klinik efektif sebagai formula inhalasi obat
marmut secara signifikan, yang diinduksi asma di pasaran (Islam dan Ferro, 2016).
oleh histamin. Data toksisitas ekstrak akar Menurut Heyder et al. (1986), partikel
Widuri telah teruji melalui uji toksisitas akut aerosol yang mengandung obat sebaiknya <
dan menunjukkan bahwa lethal dose (LD50) 5 mikron untuk mencegah kontak dengan
diperkirakan lebih dari 5.000 mg/kg dan saluran pernapasan atas dan mampu
tidak ada angka kematian tikus (Aliyu et al., mencapai ke paru-paru, tetapi sistem
2017). Data penelitian tersebut penghantaran obat untuk sistem pernapasan
menunjukkan bahwa tanaman yang secara efisien mensyaratkan ukuran
dianggap sebagai gulma dan kurang nanopartikel <100 nm. Sediaan nano spray
bermanfaat ternyata berpotensi dijadikan dipilih karena termasuk ke dalam model
tanaman obat untuk terapi asma. noninvasif sehingga berkontribusi dalam
Sediaan Trogan-Spray berupa nano meningkatkan kepatuhan pasien tidak seperti
spray, merupakan sediaan yang mengandung sediaan per oral, mempercepat onset aksi
zat aktif dalam ukuran nano partikel dan dari senyawa target dan mencegah
terdispersi dalam sistem aerosol. Aerosol metabolisme dan degradasi obat melalui
merupakan sediaan dalam wadah saluran pencernaan dan hati, serta
bertekanan, dimana bahan aktif atau obat menyediakan area permukaan yang relatif
dikeluarkan melalui sistem katup yang besar dan tervaskularisasi dengan baik untuk
sesuai (Anonim, 1995). Aerosol merupakan penyerapan (Vetter et al., 2010).
suatu sistem koloid hidrofil, dimana fase Trogan-Spray diformulasikan dengan
eksternalnya berupa gas atau campuran gas teknologi nanoenkapsulasi kitosan untuk
dan fase internalnya berupa partikel zat cair mengatasi permasalahan kelarutan dan
yang terbagi sangat halus atau partikel- bioavailabilitas dari senyawa aktif. Senyawa
yang terkandung dalam akar Widuri yang mengurangi efek toksisitas dari senyawa
beraktivitas sebagai anti asma, yakni α- target, biodegradable dan biokompatibel
amirin dan β-amirin, memiliki problem serta mampu meningkatkan bioavaibilitas
terkait sifat fisika-kimia. Senyawa tersebut (Islam dan Ferro, 2016). Kitosan juga tidak
memiliki harga log P = 9 dan 9.2 yang toksik pada sel epitelial saluran pernapasan
artinya memiliki kelarutan dalam air rendah, (Grenha et al., 2007). Selain itu, formulasi
sehingga akan mengurangi nanokitosan memiliki keuntungan stabilitas

Tabel 1. Perkembangan nano phytomedicine saat ini (Sharma et al., 2017).


Tanaman obat Efek nanopartikel Target terapi
Trypterygium wilfordii
Meningkatkan hidrofilisitas Terapi retinoblastoma
Hook F.
Boswellia caraterii Meningkatkan hidrofilisitas Anti tumor
Commiphora myrrha Meningkatkan bioavaibilitas Anti tumor
Meningkatkan bioavaibilitas
Curcuma longa Terapi glioblastoma
pada jaringan otak
Salvia miltiorrhiza Meningkatkan hidrofilisitas
Anti kanker kantung kemih
Bunge dan bioavaibilitas
Artemisia annua L. Meningkatkan bioavaibilitas Anti kanker
Meningkatkan bioavaibilitas Terapi cerebral iskemik dan
Panax notoginseng
dan mencegah degradasi sindrom koroner akut

bioavailabilitasnya dan mengurangi yang tinggi, kapasitas pembawa yang tinggi,


efektivitas terapi. Senyawa ini termasuk ke memungkinkan penggabungan dua substansi
dalam triterpen polisiklik dimana hidrofilik dan hidrofobik, dan
permasalahan utama berupa sifat lipofilisitas memungkinkan berbagai rute administrasi,
tinggi menyebabkan sukar larut dalam air termasuk oral dan inhalasi. Nanopartikel
(Furtado et al., 2017). Dengan dapat berkembang menjadi nano
nanoenkapsulasi kitosan, masalah kelarutan phytomedicine dan telah dilakukan banyak
dan bioavailabilitas dari produk Trogan- penelitian (Sharma et al., 2017). Beberapa
Spray dapat diatasi. Kitosan digunakan tanaman obat yang telah dikembangkan
sebagai drug delivery sistem terbukti dapat
JurnalIlmiahPenalarandanPenelitianMahasiswa
V o l u m e 3 N o m o r 1 , 2 0 1 9 | 15

sebagai nano phytomedicine ditunjukkan dengan histamin pada reseptor H1 sehingga


pada tabel 1. kontraksi otot polos bronkus terhambat
Rute pemberian Trogan-Spray adalah (Shimamura et al., 2011). Pengaktifan
secara oral. Trogan-Spray ini ditujukkan reseptor β-adrenergik akan merelaksasi otot
untuk serangan asma dan meringankan polos bronkus dan mengurangi mukus di
gejala asma lain. Serangan asma ditandai saluran pernapasan (Aliyu et al., 2017).
dengan penyempitan saluran pernapasan Penghambatan enzim lipooksigenase akan
akibat dari hipersekresi mukus dan berdampak pada produksi leukotrien
bronkokonstriksi. Mekanisme aksi obat dari menjadi berkurang sehingga mengurangi
Trogan-Spray ditunjukkan pada lampiran 2. keparahan inflamasi (Bulani et al., 2011).
Nanopartikel kitosan akan terhirup hingga Aktivitas ekstrak ini tentunya akan
mencapai saluran pernapasan bawah. memperlebar dan melegakkan saluran napas,
Muatan kationik kitosan memberikan sifat mengurangi reaksi inflamasi dan
mukoadhesif sehingga memungkinkannya mengurangi hipersekresi mukus. Secara
untuk melekat pada mukosa sel epitel paru- ringkas keunggulan dari Trogan-Spray ini
paru dan berkontribusi pada pelepasan obat yaitu dari bentuk bahan aktifnya berupa
enkapsulasi (Islam dan Ferro, 2016). Sifat nanopartikel terenkapsulasi kitosan memiliki
mukoadesif dari kitosan ini mempercepat keuntungan dalam meningkatkan kelarutan
transport obat hingga menuju alveolus. zat aktif sehingga dapat meningkatkan
Nantinya, nano kitosan akan didegradasi bioavaibilitas. Enkapsulasi kitosan juga
melalui reaksi depolimerisasi enzimatis oleh dapat melindungi zat aktif dari pengaruh
lisozim pada sel saluran pernapasan bawah lingkungan sehingga lebih stabil.
meliputi bronkus dan alveolus (Islam dan Penggunaan kitosan sebagai bahan
Ferro, 2016). Alhasil, senyawa aktif pengenkapsul juga terbukti Biodegradable
triterpen akan dilepaskan di saluran dan tidak toksik sehingga aman digunakan.
pernapasan dan akan beraksi sebagai Di sisi lain, bentuk Metered Dose Inhaler
inhibitor enzim lipooksigenase, agonis β- (MDI) memiliki keuntungan antara lain
adrenergik serta sebagai antagonis dan tertarget saluran pernafasan bawah sehingga
reseptor histamin-1 (Aliyu et al., 2017; memepercepat onset aksi senyawa aktif.
Kweifio dan Macrides, 1993). Senyawa aktif Bentuk MDI merupakan formula inhalasi
dari ekstrak akar Widuri akan berkompetisi yang terbukti efektif secara klinis.
JurnalIlmiahPenalarandanPenelitianMahasiswa
V o l u m e 3 N o m o r 1 , 2 0 1 9 | 16

Penggunaannya yang non invasive dapat proses pengeringan, hasil kulit udang
meningkatkan kepatuhan pasien. Selain itu diblender hingga halus untuk memperkecil
ramah lingkungan dan renewable karena ukuran. Setelah itu dilakukan proses
memeanfaatkan bahan alam dari daerah pengayakan sehingga didapatkan tepung
Gumuk Pasir sehingga lebih ekonomis. kulit udang. Tahapan selanjutnya adalah
Kebermanfaatan lain dari produk ini jika deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi
dikembangkan secara masif dapat seperti yang telah tertera pada skema di
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lampiran 3 (Pratiwi dkk., 2008). Tepung
khususnya daerah Gumuk Pasir melalui kulit udang yang diperoleh pada tahap
kegiatan pertanian tanaman widuri dan sebelumnya, dilakukan proses deproteinasi
pengolahan limbah kulit udang. pada suhu 75-80°C, dengan menggunakan
Berdasarkan teori dan hasil penelitian larutan NaOH 1 M dengan perbandingan
yang dipaparkan diatas, Trogan-Spray serbuk udang dengan NaOH = 1 : 10 (gr
berpotensi untuk dikembangkan menjadi serbuk/ml NaOH ) sambil diaduk konstan
phytomedicine terapi asma termasuk selama 60 menit, kemudian disaring dan
serangan asma. endapan yang diperoleh dicuci dengan
Formulasi Trogran-Spray menggunakan aquades. Proses ini
Ekstraksi Akar Widuri dimulai dari dilanjutkan dengan proses demineralisasi
pengumpulan dan pengeringan simplisia pada suhu 25-30°C dengan menggunakan
akar widuri kemudian diserbukhaluskan. larutan HCl 2M dengan perbandingan
Sebanyak 450 gram serbuk kering akar sampel dengan larutan HCl = 1 : 10 (gr
Widuri kemudian dilakukan ekstraksi serbuk/ml HCl ) sambil diaduk konstan
dengan metode maserasi menggunakan selama 120 menit. Kemudian disaring dan
etanol 96% selama 3 hari. Ekstrak yang endapan yang diperoleh dicuci dengan
diperoleh kemudian dipekatkan dengan cara menggunakan aquades sampai pH netral.
menguapkan etanol menggunakan rotary Hasil dari proses ini disebut kitin. Kitin
evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. kemudian dimasukkan dalam larutan NaOH
Pembuatan kitosan dari limbah kulit dengan konsentrasi 20% pada suhu 90-
udang mula-mula dilakukan pencucian 100°C sambil diaduk konstan selama 60
limbah kulit udang dengan air mengalir, menit pada proses deasetilasi. Hasil yang
kemudian dikeringkan. Setelah dilakukan berupa slurry disaring, dicuci dengan
aquades sampai pH netral lalu dikeringkan. crosslinker. Kemudian, 2 gram ekstrak akar
Hasil yang diperoleh disebut kitosan. Widuri dilarutkan dalam ethanol 96%,
Enkapsulasi ekstrak akar Widuri ke selanjutnya ditambahkan ke dalam larutan
dalam nano kitosan didahului dengan cara kitosan 100 ml dan dicampur dengan
melarutkan 200 mg kitosan ke dalam 100 ml magnetic stirrer. Selanjutnya dilakukan
larutan asam asetat 1% dengan penguapan kembali pelarut etanol dengan
menggunakan magnetic stirrer (lampiran 4). rotatory evaporator. Preparasi larutan
Asam asetat 1% memberikan suasana asam natrium tripolifosfat (TPP) dilakukan
dengan pH sekitar 4 sehingga kitosan mudah dengan cara melarutkan 40 mg natrium
terbentuk kation sehingga akan membentuk tripolifosfat dengan 40 ml akuades. Setelah
ikatan silang dengan tripolifosfat sebagai itu, larutan natrium tripolifosfat 0,1%

Gambar 3. Ekstrak akar Widuri terenkapsulasi nanopartikel kitosan.


dituangkan secara bertahap disertai merata. propelan yang biasa digunakan
pengadukan 5000 rpm menggunakan dalam formula adalah P-134a (1,1,1,2
homogenizer selama 30 menit sehingga tetrafluoroethane). Sedangkan pelarut yang
terbentuk suspensi nanoenkapsulasi. digunakan dalam formula ini adalah etanol
Natrium tripolifosfat ini akan membentuk karena merupakan pelarut universal yang
crosslinker kitosan. Nanopartikel kitosan dapat melarutkan hampir semua komponen
ekstrak akar Widuri kemudian dipisahkan kimia yang terkandung dalam tanaman baik
dengan cara sentrifugasi (Rismana et al, yang bersifat non polar, semi polar, dan
2014). Hasil senyawa aktif terenkapsulasi polar (Lenny, 2006). Surfaktan yang
nanokitosan ditunjukkan pada gambar 3. digunakan adalah asam oleat berfungsi
Proses pembuatan nano spray berbentuk untuk meningkatkan kelarutan dari bahan-
sediaan aerosol dengan rute pemberian bahan pembuat aerosol. Proses pembuatan
inhalasi melalui mulut dengan bahan aktif nano spray ditunjukkan pada lampiran 5,
dari ekstrak akar Widuri terenkapsulasi yang meliputi prosedur pencampuran bahan,
nanokitosan (lampiran 5). Bahan aktif pengisian serta penutupan wadah aerosol
dihantarkan dalam bentuk spray berukuran (canister) dengan katup. Pencampuran
nanopartikel dan dikemas dengan nama serbuk nanopartikel ekstrak Widuri
produk Trogran-Spray. Dalam proses dilakukan dengan melarutkan etanol yang
pembuatan trogan-spray, formula yang sebelumnya telah ditambah asam oleat di
umum digunakan antara lain bahan aktif, dalam kontainer tertutup dengan suhu dijaga
propelan, pelarut, pelarut pembantu 20-22oC dengan ice bath. Campuran tersebut
(cosolvent) dan penstabil (pensuspensi, kemudian dimasukkan canister melalui pipa
pengemulsi). Zat aktif dalam sediaan ini yang merupakan bagian dari aerosol filling
adalah senyawa yang terkandung didalam machine. Setelah itu dilakukan proses
ekstrak akar Widuri dalam bentuk serbuk penutupan canister dengan katup yang telah
berukuran nanometer. Propelan sering dilengkapi metering valve sebagai pengatur
digunakan dalam formulasi sediaan aerosol dosis obat. Propelan diisikan lewat lubang
karena berfungsi memberikan tekanan pada katup melalui aerosol filling machine
wadah dan menjadi driving force dengan tekanan tinggi (Khale and Amirta,
(pendorong) bahan aktif agar dapat keluar 2011). Langkah terakhir dilakukan kualitas
dari wadah/kontainer dengan dispersi yang kontrol. Pertama, karakterisasi morfologi
bertujuan untuk mengetahui morfologi Development Goals (SDGs) 2030. Proses
nanopartikel Trogan-Spray menggunakan formulasi pembuatan Trogan-Spray dimulai
mikroskop elektron transmisi (JOEL dari ekstraksi akar Widuri, pembuatan
JEM1400). Sampel nanopartikel ditetesi kitosan dari limbah kulit udang, enkapsulasi
diatas copper grid kemudian dilapisi karbon dan proses pembuatan nano spray.
dengan alat Auto Carbon Coated selama 5
detik setelah itu dikeringkan pada suhu SARAN

ruang selama 24 jam. Setelah sampel Trogan-Spray perlu dilakukan uji preklinis

nanopartikel kering dilapisi lagi dengan dan klinis lebih lanjut serta dilakukan

carbon seperti tersebut di atas lalu copper optimasi formula. Trogan-Spray ini

grid dimasukkan ke dalam holder dan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut

sampel siap dianalisis dengan percepatan sebagai phytomedicine terapi asma sehingga

voltage 120 kV dan magnifikasi 120.000. memerlukan kerjasama berbagai pihak

Kedua, entrapment efficiency terhadap meliputi lembaga penelitian, industri,

Trogan-Spray yang telah dibuat ditentukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

konsentrasi obat bebas dalam medium dan BPOM.

pelarut. Selanjutnya, disentrifugasi selama


UCAPAN TERIMAKASIH
60 menit dengan kecepatan 10.000 rpm.
Terimakasih kepada Adhyatmika, Apt.,
Supernatan dipisahkan dan disaring dengan
M.Biotech., Ph.D. selaku pembimbing
membrane 0.45 mikrometer milipore. Filtrat
dalam penulisan artikel ilmiah ini.
dilarutkan dengan menggunakan 75% etanol
dan diukur secara spektrofotomoetri. REFERENSI
Aliyu, I., U. Abdulkadir dan J. M.
KESIMPULAN Muhammed. 2017. Anti-histamic and
Trogan-Spray merupakan inovasi inhaler Bronchodilatory Activities of Aquoeus
and Methanol Extracts of Calotropis
nano spray berbahan aktif dengan
gigantea Root Bark on Allergic
memanfaatkan potensi dari daerah Gumuk Asthma in Rodents. Journal of
Pasir berupa akar Widuri terenkapsulasi Pharmacy and Bioresources. 4 (2):
kitosan dari limbah kulit udang sebagai 128-137.
Anjaneyulu, V. dan L. R. Row. 1968. The
phytomedicine untuk terapi asma sehingga Triterpenes Esters of Calotropis
diharapkan dapat meningkatkan kualitas gigantea Linn. Current Science. 6:
hidup pasien dan mewujudkan Sustainable 156-157.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Andre. 2017. Pentacyclyc Triterpen
4. Departemen Kesehatan Republik Bioavaibility : An Overview of In
Indonesia, Jakarta. Vitro and In Vivo Studies. Molecules.
Anonim. 2014. The Global Asthma Report 22(400): 1-24.
2014.http://www.globalasthmareport.o GAN. 2015. The global asthma report 2014.
rg/2014/burden/burden.php. Diakses Global Asthma Network. Auckland.
tanggal 19 April 2019. Garg, J. M. 2008. Gigantic swallow-wort
Billington, C. K., R. B. Penn dan I. P. Hall. (Calotropis gigantea) in Hyderabad.
2017. β2 Agonists. Handbook of https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:G
experimental pharmacology. 237: 23- igantic_swallow_wort_(Calotropis_gi
40. gantea)_in_Hyderabad,_AP_W_IMG_
Brightling, C. E., P. Bradding, F. A. Symon 7954.jpg. Diakses tanggal 22 Maret
, S. T. Holgate, A. J. Wardlaw dan I. 2019.
D. Pavord. 2002. Effects of Aerobic GINA. 2014. Global Initiative for
Training on Airway Inflammation in Asthma Global Strategy for
Asthmatic Patients. N. Engl. J. Med. Asthma Management and
346(22): 1699-1705. Prevention. Global Initiative for Asthma.
Bulani, Vipin, B. Kailash, K. Ravindra, J. Ontario-Canada. Grenha, A., C. I.
Unmesh, C. Kishor, K. Dinesh dan P. Grainger, L. A. Dailey, B. Seijo, G. P.
Ramesh. 2011. Inhibitory effect of Martin, C. Remunan- Lopez dan B.
Calotropis gigantea Extract on Forbes. 2007. Chitosan Nanoparticles are
Ovalbumin-induced Airway Compatible with Respiratory Epithelial
Inflammation and Arachidonic acid Cells in Vitro.
induced Inflammation in a Murine Eur. J. Pharm. Sci. 31: 73-84.
model of Asthma. Int. J. Cur. Bio. Guyton, A. C dan John E. H. 2006. Buku
Med. 1(2): 19 – 25. Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Burggraaf, J., R. G. J. Westendorp, J. C. C. EGC. Jakarta.
MintVeen, R. C. Schoemaker, P. J. Habib, R. M., M. A. Alam, M. A. Haue, N.
Sterk, A. F. Cohen dan G. J. Blauw. Farjana, dan M. R. Reazaul. 2009.
2011. Cardiovascular Side Effects of Cytotoxicity and Antkhiifungal
Inhaled Salbutamol in Hypoxic Activities of Root Bark of Calotropis
Asthmatic Patients. Thorax. 56: 567- gigantea L. Stanford Journal of
569. Pharmaceutical Science. 2(2): 38-41.
DKP Kabupaten Bantul. 2015. Data Luas Hanafi, M., A. Syahrul, D. Efriana, dan B.
Tambak di Kabupaten Bantul. Dinas Suwandi. 2000. Pemanfaatan Kulit
Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Udang untuk Pembuatan Kitosan dan
Bantul, Yogyakarta. Glukosamin. LIPI kawasan
Furtado, N. A. J. C., L. Pirson, H. Edelberg, PUSPITEK. Serpong, Jakarta.
Miranda, M. Lisa, C. Loira-Pastoriza, Haq, R. K. 2010. Hubungan Tingkat
V. Preat, Y. Larondelle dan C. M. Kecemasan dengan Serangan Asma
pada Penderita Asma Bronkial di BP4
Semarang. Jurnal KesMaDaSka. 1(1): 2010. Skripsi. Fakultas Kesehatan
26-33. Masyarakat, Universitas Sumatera
Ikawati, Z., N. Masato dan M. Kazutaka . Utara.
2001. Do Mucosal Mast Cells Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Contribute to the Immediate Asthma 2013. Riset Kesehatan Dasar
Response? Jpn. J. Pharmacol. 86: 38 – Riskesdas. Kementerian Kesehatan
46. Republik Indonesia. Jakarta.
Haryanti, S., Z. Ikawati, T. M. Tri dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mustofa. 2016. Hubungan Kepatuhan 2015. Kesehatan dalam Kerangka
Menggunakan Obat Inhaler β2-Agonis Sustainable Development Goals
dan Kontrol Asma pada Pasien Asma. (SDGs). Dirjen Bina Gizi KIA
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 5(4): Kementerian Kesehatan Republik
238–248. Indonesia. Jakarta.
Heyder, J., J. Gebhart, G. Rudolf, C. F. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Schiller dan W. Stahlhofen, 1986, 2018. Riset Kesehatan Dasar
Deposition of particles in the human Riskesdas. Kementerian Kesehatan
respiratory tract in the size range Republik Indonesia. Jakarta.
0.005–15 μm. J. Aerosol Sci. 17: 811- Kitikar, K. R. dan B. D. Basu. 2005. Indian
825. Medical Plants. Edisi 3. International
Islam, N. dan V. Ferro. 2016. Recent Book Distribution. Dehradun-India.
Advances in Chitosan-Based Khale, A. dan B. Amirta. 2011. Formulation
Nanoparticulate Pulmonary Drug and Development of Metered Dose
Delivery. Nanoscale. 8(30): 1-50. Inhalations of Salbutamol in Solution
Jaen, C. dan D. Pamela. 2014. Asthma and Form. Indian Journal of
odors: The role of risk perception in Pharmaceutical Sciences. 73(5): 543-
asthma exacerbation. J. Psychosom 549.
Res. 77(4): 302–308. Krishnan, J., A. Krishnan, R. F. Lemanske-
Kanatani, K. T., I. Ito, W. K. Al-Delaimy, Jr, J. C. Glorisa J., S. E. Kurtis, K.
Y. Adachi, W. C. Mathews dan J. W. Meyer, C. M. Elizabeth, M. Herman,
Ramsdell, Toyama Asian Desert Dust E. S. Rand dan M. Michael. 2012.
dan Asthma Study Team. 2010. Desert Asthma Outcomes: Asthma
Dust Exposure is Associated with Symptoms. J. Allergy. Clin. Immunol.
Increased Risk of Asthma 129(30): S124–S135.
Hospitalization in Children. Am. J. Kumar, M. N. V. R. A, 2013, Review of
Respir. Crit. Care Med. 182: 1475- Chitin and Chitosan Applications.
1481. React Funct. Polym. 46: 1–27.
Keliat, H. A. B. 2010. Penggunaan Chitosan Kweifio, G., dan T. A. Macrides. 1992.
dari Cangkang Udang (Litopenaeus Antilipoxygenase Activity of Amirin
vannamei) untuk Memperlama Waktu Triterpenes. Respiratory
Simpan pada Tahu di Medan Tahun
Communication Chemistry Pathology on/323959881_Ekosistem_dan_Sosial
and Pharmacology. 78:367-372. _Ekonomi_Gumuk_Pasir. Diakses
Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil tanggal 16 April 2019.
Propanoida dan Alkaloida. Skripsi. QIAGEN. 2009. Airway Inflammation in
Fakultas Matematika dan Ilmu Alam, Asthma.https://www.qiagen.com/ch/sh
Universitas Sumatera Utara, Medan. op/genes-and-pathways/pathway-
Meiyanti dan J. I. Mulia. 2000. details/?pwid=21. Diakses tanggal 17
Perkembangan Patogenesis dan Maret 2019.
Pengobatan Asma Bronkial. Jurnal Rismana, E., S. Kusumaningrum, O. Bunga,
Kedokteran Trisakti. 19(3): 125-132. Nizar and Marhamah. 2014. Pengujian
Meler, J., S. Maria, G. Bozena and P. Aktivitas Antiacne Nanopartikel
Janusz. 2013. Application of Chitosan Kitosan-Ekstrak Kulit Buah Manggis
in The Formulation if Hydrogel (Garcinia mangostana). Media
Applied on Skin. Progress on Litbangkes. 24(1), 19-27.
Chemistry and Application of Chitin,. Saeki, K. dan T. Yokomizo. 2010.
18:181-186. Identification, signaling, and functions
Miglino, N. M. Roth, M. Tamm dan P. of LTB4 receptor. Seminar in
Borger. House dust mite extract Immunology. 33: 30-36.
downregulates C/EBPa in asthmatic Saraswati, A. A. 2004. Konsep Pengelolaan
bronchial smooth muscle cells. Eur Ekosistem Pesisir (Studi Kasus
Respir J. 38: 50–58. Kecamatan Ulujami, Kabupaten
National Heart, Lungs and Blood Institute. Pemalang, Jawa Tengah). Jurnal
1996. Global Strategy for Asthma Teknologi Lingkungan. 5(3): 205–211.
Management and Prevention Sharma, R., J. Hazra dan P. Prajapati. 2017.
Workshop Report. Publication. 95: 6- Nanophytomedicines: A Novel
10. Approach to Improve Drug Delivery
PDPI. 2006. Asma Pedoman Diagnosis dan and Pharmacokinetics of Herbal
Penatalaksanaan di Indonesia. Balai Medicine. Bio Bulletin. 3(1): 132-135.
Penerbit FKUI. Jakarta. Shimamura, Tatsuro, M. Shiroishi, S.
Pratiwi, S. U. T. 2008. Mikrobiologi Weyand, H. Tsujimoto, G. Winter, V.
Farmasi. Erlangga Medical Series. Katritch, R. Abagyan, V. Cherezov,
Yogyakarta. W. Liu, G. W. Han, T. Kobayashi, R.
Purwanti, E., Sukarsono dan Z. Siti. 2003. C. Stevens, dan S. Iwata. 2011.
Teknologi Pemanfaatan Limbah Structure of the Human Histamine H1
Pengolahan Udang dengan Metode Receptor Complex with Doxepin.
Deasetilasi. Jurnal Dedikasi. 1(1): 65- Nature. 475(7354): 65–70.
72. Sugita, P. 2009. Kitosan: Sumber
Putra, M. D. 2018. Ekosistem dan Sosial Biomaterial Masa Depan. IPB Press.
Ekonomi Gumuk Pasir. Bogor.
https://www.researchgate.net/publicati
Tumigolung, G. Tesalonika, L. Kumaat dan Wechsler, M. E., E. Lehman, S. C. Lazarus,
F. Onibala. 2016. Hubungan Tingkat R. F. Lemanske, H. A. Boushey, A.
Kecemasan dengan Serangan Asma Deykin, J. V. Fahy, C. A. Sorkness, V.
pada Penderita Asma di Kelurahan M. Chinchilli, T. J. Craig, E.
Mahakeret Barat dan Mahakeret DiMango, M. Kraft, F. Leone, R. J.
Timur Kota Manado. Journal Martin, S. P. Peters, S. J. Szefler, W.
Keperawatan. 4(2): 1-8. Liu dam E. Israel. 2006. beta-
United Nations. 2015. The Sustainable Adrenergic receptor polymorphisms
Development Goals Report 2018. and response to salmeterol. American
https://unstats.un.org/sdgs/files/report/ journal of respiratory and critical
2018/TheSustainableDevelopmenGoal care medicine. 173(5): 519-26.
sReport2018-EN.pdf. Diakses tanggal Wilson, A. M. 2006. The Role of
18 Maret 2019. Antihistamines in Asthma
Vetter, A., R. Martien dan A. Bernkop- Management. Treat. Respir. Med.
Schnurch. 2010. Thiolated 5(3): 150-158.
Polycarbophil as an Adjuvant for Yaligar, K. 201. Preliminary Phytochemical
Permeation Enhancement in Nasal Investigatifnya and Screening of
Delivery of Antisense Anticonvulsant Activity of Leaves of
Oligonucleotides. Journal of Calotropis gigantea L. Skripsi.
Pharmaceutical Sciences. 99(30): Karnataka, Rajiv Gandhi University of
1427-1439. Health School.
Wardaniati, R. A. dan S. Setyaningsih. 2009.
Pembuatan Chitosan Dari Kulit
Udang dan Aplikasinya Untuk
Pengawetan Bakso.
http://eprints.undip.ac.id/1718/1/mkala
h_penelitian_fix.pdf. Diakses tanggal
20 Maret 2019.
Watanabe, Masanari, H. Noma, J. Kurai, A.
Shimizu, H. Sano, K. Kato, A.
Yamasaki, M. Mikami, T. Igishi, Y.
Ueda, H. Kitano, T. Tatsukawa dan E.
Shimizu. 2015. Association of Sand
Dust Particles with Pulmonary
Function and Respiratory Symptoms
in Adult Patients with Asthma in
Western Japan Using Light Detection
and Ranging: A Panel Study. Int. J.
Environ. Res. Public Health. 12:
13038-13052.
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai