TUGAS
Disusun untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang Diampu oleh
Bapak Drs. H.M. Nur Fawzan Ahmad, M.A
Oleh
2. Dunn (2014: 251) “analisis kebijakan merupakan suatu aktivitas intelektual dan praktis
yang ditujukan untuk menciptakan, menilai secara kritis, dan mengomunikasikan
pengetahuan dan didalam proses kebijakan. Analisis kebijakan dilakukan dalam proses
politik.”
3. Secara umum, ada dua bentuk analisis kebijakan yaitu analisis retrospektif dan analisis
prosepektif. Analisis untuk kebijakan bersifat prospektif adalah produksi dan transformasi
informasi sebelum aksi kebijakan itu dimulai dan diimplementasikan, bertujuan untuk
mengetahui apa yang akan terjadi dan apa yang harus dilakukan guna
mengimplementasikan suatu kebijakan. Dengan kata lain, analisis prospektif berupaya
untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi dan mengharuskan pemikiran strategi untuk
masa depan (Dunn, 2003 & Buse, dkk, 2006)
4. Implementasi kebijakan merupakan sebuah proses politik oleh pemerintah yang berkuasa
dan kompleksitas sistem. DeLeon (1999) mendefinisikan “implementasi kebijakan
sebagai apa yang terjadi antara ekspektasi kebijakan dan hasil kebijakan.”
6. Organisasi adalah sistem kerja sama antara dua orang atau lebih (Barnard, 1938).
7. Organisasi adalah setiap bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan bersama (Mooney,
2014: 1).
10. “Pengawasan ialah suatu proses yang menentukan mengenai apa yang harus dikerjakan,
supaya apa yang harus dikerjakan, supaya apa yang diselenggarakan dapat sejalan sesuai
dengan rencana. Disini Soekarno K lebih menekankan bahwa pengawasan ialah sebagai
proses yang menentukan mengenai apa yang harus dikerjakan” (Sukarno).
11. “Pengawasan ialah terdiri dari pengujian apakah seluruh sesuatu telah berlangsung sesuai
dengan rencana yang sudah ditentukan dengan instruksi yang sudah digariskan. Hal itu
memiliki tujuan untuk dapat menunjukan atau juga menentukan kelemahan-kelemahan
dan juga kesalahan-kesalahan dengan sebuah maksud agar memperbaiki dan juga
mencegah terulangnya kembali sebuah kesalahan-kesalahan tersebut” (Fayol).
12. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati
(Winston, 1956).
14. Menurut Notoatmojo (2010), “penyakit menular (communicable disease) adalah penyakit
yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun tidak
langsung.”
15. Menurut Syarifdatati (2008), “kedudukan hak anak yang dilahirkan melalui proses bayi
tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami istri kemudian
embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim surrogate mother adalah sebagai anak
angkat.”
17. Menurut Zavos (2014), “kloning manusia bertujuan membantu pasangan yang tidak bisa
memperoleh keturunan, dengan catatan pasangan itu tak hendak menginginkan anak
biologis yang berasal dari sel telur atau sperma orang lain.”
18. Menurut Annas (2002), “kloning memiliki dampak buruk bagi kehidupan, yaitu merusak
peradaban manusia, memperlakukan manusia sebagai objek, manusia seolah sebagai
barang mekanis yang bisa dicetak semaunya oleh pemilik modal.”
19. Marzuki (2002), mengemukakan bahwa “Hingga kini belum ada hukum positif di
Indonesia terlebih lagi dalam bentuk Undang-undang (UU) yang mengatur mengenai
kloning manusia. Padahal, produk kloning dalam bentuk paling sederhana, yaitu sel tunas
sudah mulai dipasarkan di dunia dan tidak tertutup kemungkinan masuk ke Indonesia.”
20. Pratimarati (2008), menyatakan bahwa “kloning reproduksi manusia merupakan suatu
permasalahan sosial yang perlu ditanggulangi oleh hukum pidana.”
21. Euthanasia secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani yaitu eu dan thanasia yang
berarti “mati yang baik” atau “mati yang tenang” (Said, 1989).
22. “Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan suatu usaha untuk memperpanjang
hidup seseorang pasien atau sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpendek atau
mengakhiri hidup seorang pasien, dan semua ini dilakukan khusus untuk kepentingan
pasien itu sendiri” (Griffiths, 2008).
23. Menurut Philo, euthanasia berarti mati dengan tenang dan baik.
25. Menurut Hilman, euthanasia berarti pembunuhan tanpa penderitaan (mercy killing).
26. Euthanasia adalah sikap mempercepat proses kematian pada penderita penyakit-penyakit
yang tidak dapat disembuhkan dengan melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan
medis, dengan maksud untuk membantu korban menghindarkan diri dari penderitaan
dalam menghadapi kematiannya dan untuk membantu keluarganya menghindarkan diri
melihat penderitaan korban dalam menghadapi saat kematiannya (Lamintang, 1986).
27. Suseno (1995), ajaran moral dapat diibaratkan dengan buku petunjuk bagi kita merawat
motor dengan baik, sedangkan etik memberikan pengertian tentang struktur dan teknologi
sepeda motor tersebut.
28. Menurut Priharjo (1995), etika merupakan suatu disiplin yang diawali dengan
mengidentifikasi, mengorganisasi, menganalisa dan menutuskan perilaku manusia dengan
menerapkan prinsip-prinsip untuk mendeterminasi perilaku yang baik terhadap suatu
situasi yang dihadapi.
29. Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discplin which can act as the
performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika akan
memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di
dalam kelompok sosialnya.
30. Menurut Priharjo (1995), etik profesi yaitu perilaku yang diharapkan bagi setiap anggota
profesi untuk bertindak dengan kapasitas profesionalnya.
31. Model pemecahan masalah (Megan, 1989) dimana ada lima langkah-langkah dalam
pemecahan masalah dalam dilema etik yaitu: mengkaji situasi, mendiagnosa masalah etik
moral, membuat tujuan dan rencan pemecahan, melaksanakan rencana, mengevaluasi
hasil.
32. Guwandi (2004), menyatakan hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang
berhubungan langsung pada pemberian pelayanan hukum perdata, hukum administrasi,
dan hukum pidana.
33. Guwandi (2004), hukum kesehatan dapat dirumuskan sebagai sekumpulan peraturan yang
berkaitan dengan pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada hukum perdata,
hukum pidana, dan hukum administrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Triwibowo, Cecep. 2014. Etika dan Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.