Anda di halaman 1dari 3

Hasil Uji Daya Kembang

1. Hasil kelompok 7

Produk : Mie Instan Merk Indomie Goreng.

Berat mie kering : 30 gram.

Berat mie basah : 90 gram.

Volume awal air (v0) : 350 mL.

Volume setelah penambahan mie kering(va) : 380 mL.

Volume setelah penambahan mie basah(vb) : 410 mL.

Perhitungan Daya Kembang:

%DK: (vb-v0) – (va-v0)/(va-v0) x 100%

%Daya Kembang : (410-350) – (380-350)/(380-350) x 100%

%Daya Kembang : (60) – (30)/30 x 100%

%Daya Kembang : 30/30 x 100 %

%Daya Kembang : 100%

Sehingga daya kembang produk indomie goreng sebesar 100%.

2. Hasil Kelompok 8

Produk : Mie Instan Merk Indomie Kuah.

Volume awal air (v0) : 250 mL.

Volume setelah penambahan mie kering(va) : 290 mL.

Volume setelah penambahan mie basah(vb) : 330 mL.

Perhitungan Daya Kembang:

%Daya Kembang : (vb-v0) – (va-v0)/(va-v0) x 100%

%Daya Kembang : (330-250) – (290-250)/(290-250) x 100%

%Daya Kembang : (80) – (40)/40 x 100%

%Daya Kembang : 40/40 x 100 %


%Daya Kembang : 100%

Sehingga daya kembang produk indomie kuah sebesar 100%.

Pembahasan

Pada pengujian daya kembang dari produk indomie goreng dan kuah memilki presentase
yang sama yaitu 100 %. Daya kembang sendiri merupaka pengukuran kenaikan volume sebelum
dan sesudah perebusan produk mie. Selain itu, daya kembang juga ingin melihat bagaimana
pengaruh tepung terhadap pengembangan volume produk mie (Billiana, et al. 2013). Tingginya
persentase daya kembang untuk setiap jenis tepung akan berbeda karena daya kembang sangat
ditentukan sifat dan kegunaan dari tepung tersebut (Rahmi dan Wahyuni, 2018). Proses
pengembangan ini juga terjadi akibat pati yang dipanaskan dalam air, maka air akan menembus
granula pati dari luar menuju bagian dalam granula pati hingga berisi air secara menyeluruh dan
sampai terhidrasi. Setelah granula terisi air secara menyeluruh, ikatan hidrogen antara rantai
amilosa dan amilopektin akan berusaha mempertahankan integritas granula pati dan terjadi
proses pembengkakan yang berawal dari inti granula pati (Tester dan Morrison, 1990) dalam
(Setiyoko et al. 2018). Begitupula dengan yang terjadi pada mie instan yang mengandung pati
dari tepung terigu dan tapioka.

Prosedur dari pengecekan mie rebus ini adalah dengan menyiapkan air terlebih dahulu
sebenyak x ml, dan juga menyiapkan berat mie yang akan diuji sebesar x gram. Setelah itu,
masukkan mie kering hitung kenaikan volumenya, dengan mengurangi volume penambahan
dengan volume awal. Setelah itu rebus mie tersebut selama 5 menit. Angkat dan tiriskan. Setela
itu ukur volume gelas kembali sebesar x ml. Tambahkan mie rebus yang sudah ditiriskan
kemudian ukur kenaikan volume (b). Lalu dimasukkan dengan rumus b-a/a x 100%, yang akan
memberikan persentase daya kembang mie (Safitri, 2015).

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi daya kembang dari produk mie adalah daya
rehidrasi. Daya rehidrasi sendiri dapat dikatakan sebagai daya serap air, dimana ada korelasi
positif antara keduanya. Semakin tinggi kemampuan mie dalam menyerap air maka semakin
tinggi pula kemampuannya untuk mengembang dan menghasilkan persentase daya kembang
yang tinggi. Hal ini terjadi akibat kemampuan penyerapan air yang maksimal pada mie akan
menyebabkan kenaikan volume pada mie yang di uji (Nurlalili, 2013) dalam (Uba’idillah, 2015).
Daya rehidrasi juga dipengaruhi oleh partikel dan ukuran, struktur dan permukaan mie serta
energi yang diberikan melalui perebusan atau perendaman dengan air panas (Koswara, 2009).
Pada pembuatan mie konvensional interaksi antara air dengan kuning telur yang digunakan akan
memberikan sifat hidrasi dalam proses pengembangan adonan.

Faktor adanya bahan pengikat air seperti telur, garam, dan bahan pengikat lain, dapat
menyebabkan daya serap air pada mie meningkat dan juga meningkatkan daya kembangnya.
Untuk produk indomie penggunaan Natrium, selain memberikan rasa, pengawet, namun juga
berguna untuk mengikat. Salah satu senyawa natrium yang sering digunakan untuk industri mie
adalah Natrium tripolifosfat sebagai pegikat air agar uap air dalam mie tidak menguap sehingga mie
tidak menjadi kering (Koswara, 2009). Untuk indomie sendiri dalam komposisinya tidak
menunjukkan adanya penggunaan pengikat seperti telur, namun pada indomie terkandung stabilizer
dan emulsifier yang secara teori juga mampu meningkatkan volume mie setelah perebusan (Kaur A,
2015)

Daftar Pustaka:

Billina, A., Waluyo, S., dan Suhandy, D. 2013. Kajian sifat fisik mie basah dengan penambahan
rumput laut. Jurnal Teknik Pertanian Lampung 4 (2) : 109-116.

Koswara, S. (2009). Teknologi pengolahan mie. Seri Teknologi Pangan Populer. eBook Pangan.
com.

Safitri, M. (2005). Pembuatan Mie Kering Dengan Formulasi Tepung Gandum, Tepung jagung
Kuning, dan Tepung Tapioka Dengan Penambahan CMC, STPP, dan Gum Xanthon
[Skripsi]. Jember: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.

Setiyoko, A., Nugraeni, N., & Hartutik, S. (2018). KARAKTERISTIK MIE BASAH DENGAN
SUBSTITUSI TEPUNG BENGKUANG TERMODIFIKASI HEAT MOSITURE
TREATMENT (HMT). Jurnal Teknologi Pertanian Andalas, 22(2), 102-110.

St Rahmi, R., & Wahyuni, S. (2018). KARAKTERISASI SIFAT FISIK PRODUK MIE BASAH
DARI TEPUNG OPA (Dioscorea esculenta L.) TERMODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN
BUBUR RUMPUT LAUT. Jurnal Sains dan Teknologi Pangan, 3(5).

Tester, R. dan W. Morrison. 1990. Swelling and Gelatinization of Cereal Starches. I: Effect of
Amylopectin, Amylose, and Lipid. Journal of Cereal Chemistry 67 (6): 551-557.

Uba’idillah, A. (2015). Karakteristik Fisiko Kimia Mie Kering Dari Tepung Terigu Yang di
Substitusi Tepung Gadung Termodifikasi. [Skripsi]. Jember: Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai