RUJAK BUAH
KELOMPOK 1 :
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh masyarakat.
Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering dan penyelenggaraan
makanan RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat bahan makanan yang
berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya dapat terjaga. Cara
penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
– Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan memenuhi
syarat
– Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak memberi
kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk
produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan pada suhu yang dingin.
3. Proses pengolahan
Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian
Yaitu:
1. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat
pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam
proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya
harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan
sanitasi.
2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan
Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung
berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan,
pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan,
peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini
mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan
melalui penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui
hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus,
Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus
selalu dalam keadansehat dan terampil.
3. Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan
sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip
higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good manufacturing practice).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah pedagang rujak buah sudah melaksanakan sanitasi dengan
benar
2. Untuk mengetahui apakah pedagang sudah memenuhi 8 kunci SSOP
3. Untuk mengetahui apakah ada perilaku pedagang yang melanggar sanitasi
4. Untuk mengetahui apakah pedagang selalu memperhatikan kebersihan dan kesehatan diri
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Observasi
Metode Observasi ialah pengamatan langsung menggunakan alat indera atau alat bantu
untuk penginderaan suatu subjek atau objek. Observasi juga merupakan basis sains yang
dilakukan dengan menggunakan panca indera atau instrument sebagai alat bantu
penginderaan ( Purnomo, 2008).
Berdasarkan hasil observasi, pedagang rujak buah berjualan di daerah kampus
Universitas Muhammadiyah Surakarta, yakni di jalan Garuda Mas. Daerah ini merupakan
salah satu daerah yang mana banyak masyarakatnya bekerja sebagai pedagang makanan dan
minuman.
2.2 Wawancara
Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara). Walaupun wawancara adalah proses
percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses
pengumpulan data untuk suatu penelitian.
Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai 8 kunci
SSOP dan hygiene sanitasi makanan terhadap pedagang rujak buah. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah pedagang telah menerapkan prinsip SSOP dengan baik atau belum.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Biodata responden
1. Nama Anto
2. Usia 32 tahun
3. Alamat Karanganyar
4. Status Sudah menikah
1. Gerobak
2. 2 bilah pisau
3. 2 kain serbet
4. 1 ember
5. Plastik
Bahan –bahan
1. Semangka 6. Mangga
2. Jambu 7. Mentimun
3. Papaya 8. Nanas
4. Belimbing 9. Melon
5. Bengkoang
3.2 Pembahasan
Karakteristik Pedagang
Hasil wawancara menunjukkan bahwa jenis kelamin pedagang rujak buah adalah pria
dengan golongan umur 30-49 tahun. Pedagang rujak buah tersebut telah berjualan selama 10
tahun. Cara penjualan pedagang dengan menjajakan buahnya di pinggir jalan dengan
menggunakan gerobak.
Kualitas Higiene dan Sanitasi Penjualan Rujak Buah
Observasi dan wawancara tentang pelaksanaan prinsip higiene sanitasi makanan rujak
buah dilakukan terhadap para pedagang. Prinsip tersebut meliputi pemilihan bahan,
penyimpanan bahan, pengolahan makanan, dan penyajian makanan
a. Pemilihan Bahan
Pedagang rujak membeli buah-buahan di pasar. Pemilihan bahan baku berupa buah-
buahan dilakukan dengan memilih buah yang masih segar. Buah yang dipilih juga
berwarna cerah. Selain itu pedagang rujak juga menggunakan bahan baku sambal rujak
yang baik.
b. Penyimpanan Bahan
Penyimpanan bahan makanan yang belum diolah, sebagian disimpan pada wadah
khusus yang dikelilingi oleh kaca etalase. Penyimpanan buah yang belum disajikan juga
diberi bongkahan es batu sehingga buah tetap segar dan tidak mudah busuk. Wadah
tersebut dalam keadaan bersih karena selalu di bersihkan setiap selesai berjualan dan
sebelum berjualan. Wadah penyimpanan yang cenderung sering dibuka dapat
menyebabkan kontaminasi pada makanan yang disebabkan oleh bakteri dan debu polusi
dari kendaraan yang melintas.
c. Pengolahan Makanan
Proses pengolahan makanan yang dilakukan pedagang rujak buah pada tidak
menggunakan sarung tangan pada saat mengolah rujak. Sentuhan tangan merupakan
penyebab yang paling umum terjadinya pencemaran pada makanan. Saat berjualan dan
mengolah rujak, pedagang menggunakan penutup kepala. Hal ini sesusai dengan
Kepmenkes RI No. 942 / MENKES / SK /VII/2003 dimana seorang penjamah makanan
harus menggunakan tutup kepala. Rambut yang kotor akan menimbulkan rasa gatal pada
kulit kepala yang dapat mendorong penjamah makanan untuk menggaruknya dan dapat
mengakibatkan kotoran atau ketombe dan rambut dapat jatuh ke dalam makanan.
Pedagang yang tidak menggunakan celemek selama mengolah rujak. Pakaian kerja
yang bersih akan menjamin sanitasi dan higiene pengolahan makanan karena tidak
terdapat debu atau kotoran yang melekat pada pakaian yang secara tidak langsung dapat
menyebabkan pencemaran makanan. Pedagang menggunakan perhiasan pada saat
mengolah rujak, padahal perhiasan bisa menjadi sarang kuman dan sebaiknya dilepaskan
pada saat mengolah makanan agar tidak menjadi salah satu sumber pencemar. Dari hasil
penelitian yang dilakukan terhadap pedagang rujak buah menunjukkan bahwa pedagang
mencuci tangan sebelum mengolah rujak. Tangan manusia merupakan tempat kuman
berkembang biak. Cuci tangan merupakan kegiatan membasuh tangan dengan air untuk
tujuan membersihkan tangan dari kotoran. Cuci tangan harus dilakukan dengan memakai
sabun karena sabun dapat membantu menghilangkan atau membunuh kuman penyakit,
melepaskan kotoran, lemak atau minyak dari kulit dan mempunyai manfaat melindungi
diri dari berbagai penyakit misalnya seperti diare, cacingan, infeksi kulit, Salmonellosis
dan lain-lain (Isnaini, 2013). Pedagang yang sedang sakit sebaiknya tidak berjualan
terlebih dahulu. Hal ini tidak boleh dilakukan karena mereka dapat menularkan penyakit
yang dideritanya kepada orang lain melalui bakteri yang secara tidak sengaja masuk
lewat percikan ludah, atau tangan mereka. Kondisi ini terjadi karena kurangnya
pengetahuan para pedagang tentang higiene sanitasi dalam pengolahan makanan.
Dimana dari hasil pengamatan penelitian terlihat masih yang bercakap-cakap pada saat
mengolah.
Berdasarkan pengamatan peneliti, pedagang memiliki tempat pengolahan yang
tidak bersih dikarenakan masih terlihatnya lalat ada disekitar tempat pengolahan sebesar.
Pedagang kaki lima memiliki tempat pengolahan dekat sekali dengan lalu lintas
kendaraan bermotor, dan dekat dengan selokan. Berdasarkan hasil pengamatan,
pedagang rujak tidak memenuhi syarat seperti yang tertera dalam Kepmenkes RI
No.942/MENKES/SKVII/2003. Menurut penelitian Dharma (2010) yang mengkaitkan
dengan tidak dipenuhinya aspek-aspek higiene dalam mengolah makananan, maka hal
ini dapat berdampak pada terjadinya pencemaran terhadap makanan yang diolah dan
disajikan seperti terjadinya pencemaran makanan oleh bakteri atau zat zat lain yang
membahayakan kesehatan yang diakibatkan oleh tangan yang kotor, rambut, pakaian dan
penjamah yang sedang menderita penyakit sehingga menjadi sumber penularan penyakit
kepada konsumen yang memakan makanan rujak tersebut .
d. Penyajian Rujak
Penyajian rujak kepada konsumen meliputi wadah penyajian dan penyaji. Observasi
menunjukkan bahwa pada umumnya penyajian rujak dalam keadaan bersih dan di
sajikan dalam wadah berupa plastik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa pedagang rujak buah belum
menerapkan hygiene dan sanitasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari lokasi pedagang
berjualan. Meskipun gerobak di bersihkan setiap hari namun kondisi lingkungan tempat
berjualan sangat mudah terkontaminasi oleh polusi dan debu serta terdapat bau menyengat
dari selokan.
DAFTAR PUSTAKA
Karya Tulisku, Admin. 2016. Teknik Pengumpulan Data (Wawancara, Angket, dan Observasi).
http://www.karyatulisku.com/2016/04/teknik-pengumpulan-data-wawancara.html (diakses
22 Januari 2019).
,
LAMPIRAN