Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG PUBERTAS PRECOX

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 4
1. ROSELINA RIKA D. BAGO
2. SUNDARI PUTRI WIJAYA
3. TASYA NUR AULIA

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM)
2020/2021
KATA PENGANTAR

Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-
Nya, sehinggai makalah tentang ‘Pubertas Procex’ ini dapat tersusun dengan baik sampai
selesai. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan, kalimat, isinya, maupun tata bahasanya . Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih
sempurna.

Kami berharap yang telah disusun ini bisa memberikan sumbangsih untuk menambah
pengetahuan para pembaca. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ‘Pubertas
Procex’ ini dapat bermanfaat dan menginspirasi kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
1. Defenisi Pubertas Prekoks ......................................................................... 2
2. Epidemiologi (Insiden) .............................................................................. 2
3. Penyebab Pubertas Perkoks ....................................................................... 2
4. Gejala Pubertas perkoks .............................................................................. 4
5. Diagnosis Pubertas Dini .............................................................................. 4
6. Pengobatan Pubertas Perkoks ...................................................................... 5
7. Komplikasi Pubertas Perkoks ...................................................................... 6
8. Pubertas Dini .............................................................................................. 6
9. Faktor Resiko ............................................................................................. 7
10. Patofisiologi ............................................................................................... 8
11. Klasifikasi (Penggolongan) ....................................................................... 8
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 10
a. Kesimpulan ............................................................................................... 10
b. Saran ......................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan
pematangan fungsi seksual. Pubertas merupakan tahapan dalam kehidupan dimana terjadi
pematangan sistem reproduksi bersama pertumbuhan somatik dan kematangan seksual. Masa
pubertas biasanya dimulai saat berumur 10 tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16
tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada
anak perempuan pubertas ditandai oleh pertumbuhan payudara, pertumbuhan puncak kecepatan
tinggi badan, dan menarke, pada anak laki-laki di tandai dengan pertumbuhan rabut pubis,
perubahan suara dan produksi sperma (Said, 2004).

Mekanisme terjadinya pubertas belum diketahui sepenuhnya, namun pengaruh utama


tampaknya berasal dari sistem saraf pusat. Sistem neuroendokrin khususnya hormon
gonodatropin yang dilepas neuron gonadotropin-releasing hormone di nukleus arkuatus
hipotalamus berperan dalam mempengaruhi terjadinya pubertas. Neurotransmiter yang
menyebabkan penghambatan (inhibitor) atau stimulasi (stimulator) seperti asetilkolin,
katekolamin, gamma-aminobutyric acid, peptida opioid, prostaglandin dan serotonin turut
mempengaruhi kejadian pubertas (Anonim, 2009)

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan pubertas prekoks adalah terletak bagaimana kita mendiagnosis dan bisa
menentukan penyebab terjadinya prekoks, menetukan stadium pubertas normal, dan pengaruh
pubertas prekoks bagi perkembangan fisik dan mental anak. Penatalaksanaan yang tepat dapat
memberikan hasil kesembuhan yang lebih baik.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mempelajari mengenai manifestasi klinis,
penegakkan diagnosis patofisiologi, dan penatalaksanaan dari pubertas prekoks.
BAB II
PEMBAHASAN

1.  Definisi Pubertas Prekoks

Pubertas Prekoks adalah suatu keadaan dimana masa pubertas anak terjadi lebih awal
pada umumnya, yaitu sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan usia 10-17 tahun pada
anak laki-laki. Kondisi ini terjadi dipicu oleh otak secara spontan atau dikarenakan pengaruh
bahan kimia dari luar tubuh dan biasanya proses ini dimulai diakhir-akhir masa kanak-kanak
(kurang dari umur 9 tahun) dengan ditandai munculnya tanda-tanda kematangan organ
reproduksi lebih awal dan telah berakhirnya masa pertumbuhan. Pubertas yang lebih awal ini
bisa merupakan bagian dari variasi perkembangan normal seseorang, namun bisa pula
merupakan penyakit atau paparan hormon pertumbuhan yang tidak normal (Pramesemara, 2009).
Pada wanita buah dada dan rambut pubis timbul pada usia < 8 tahun. Pada laki-laki
terjadi perubahan pubertas pada usia < 9 tahun. Pubertas prekok dibagi menjadi ; Pubertas dini
sentral (tergantung kadar gonadotropin), Pubertas dini perifer (tidak tergantung kadar
gonadotropin ). Beberapa anak dengan kelainan struktur bawaan pada susunan syaraf pusat,
tumor otak dan hamartoma dapat terjadi pubertas dini. Radiasi otak dapat memperlambat
timbulnya pubertas (Rudi, 2005)

2. Epidemiologi (Insiden)
Dari berbagai sumber seluruhnya menyatakan bahwa insiden Pubertas Prekoks dominan
terjadi pada anak-anak perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini dimungkinkan karena Pubertas
Prekoks membawa sifat genetik yang autosomal dominan dan lebih sering akibat paparan
hormon estrogen dini pada usia bayi. Untuk anak perempuan sering diakibatkan etiologi yang
idiopatik dan sebaliknya pada anak laki-laki secara signifikan terbanyak diakibatkan adanya
penyakit pada otak (Pramesemara, 2009) .

3. Penyebab Pubertas Perkoks


Pubertas normal terjadi saat awal masa remaja, ketika anak sudah berusia 10 tahun ke
atas. Pubertas ini dipicu oleh hormon gonadotropin (GnRH), yaitu hormon yang merangsang
produksi hormon esterogen pada anak perempuan dan hormon testoteron pada anak laki-laki.
Pada pubertas perkoks, pubertas terjadi lebih awal. Ada 2 jenis pubertas dini, yaitu yang
disebabkan oleh pelepasan hormon gonadotropin sama seperti pubertas normal (central
precocious puberty) dan yang tidak disebabkan hormon GnRH (peripheral precocious puberty).

Kedua jenis pubertas dini ini sama-sama meningkatkan produksi homon estrogen dan testoteron
dalam tubuh.

Central precocious puberty (CPP)

Belum diketahui secara jelas apa yang menjadi penyebab pelepasan hormon gonadotropin
secara dini pada penderita central precocious puberty. Meski demikian, CPP bisa terjadi pada
kondisi-kondisi berikut:

 Hipotiroidisme.
 Hiperplasia andrenal kongenital.
 Tumor atau cedera pada otak dan sumsum tulang belakang.
 Kondisi cacat otak saat lahir, seperti hidrosefalus.

Peripheral  precocious  puberty

Peningkatan hormon testosteron dan estrogen pada penderita pubertas dini ini tidak
disebabkan oleh hormon gonadotropin, namun akibat penyakit atau faktor pemicu lainnya.
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya peripheral precocious puberty adalah:

 Tumor pada kelenjar adrenal atau kelenjar pituitari.


 Sindrom McCune-Albright.
 Tumor atau kista indung telur pada anak perempuan.
 Tumor dalam sel penghasil sperma atau sel penghasil testosteron pada anak laki-laki.

Selain penyakit-penyakit di atas, ada beberapa faktor pemicu lain yang dapat meningkatkan
risiko seorang anak mengalami pubertas dini, di antaranya:

 Obesitas.
 Riwayat kelainan genetik dari orang tua atau saudara kandung.
 Paparan estrogen dan testosteron dari luar, misalnya melalui penggunan krim atau salep.
 Menjalani radioterapi pada kepala dan tulang belakang.

4. Gejala Pubertas perkoks

Gejala atau tanda pubertas dini sama dengan gejala pubertas pada umumnya, namun gejala-
gejala ini terjadi jauh lebih awal.

Anak perempuan dikatakan mengalami pubertas dini ketika pubertasnya terjadi sebelum usia 8
tahun. Pubertas dini tersebut ditandai dengan pertumbuhan payudara dan menstruasi pertama
yang lebih awal.

Sementara pada anak laki-laki, pubertas dini terjadi sebelum anak berusia 9 tahun, dengan gejala
berupa perubahan suara menjadi lebih berat, tumbuhnya kumis, serta pembesaran testis dan
penis.

Gejala lainnya yang dapat menyertai pubertas dini pada anak laki-laki dan peremuan adalah:

 Munculnya jerawat di wajah.
 Pertumbuhan tinggi badan menjadi lebih pesat.
 Bau badan berubah menjadi seperti orang dewasa.

Kapan harus ke dokter

Anda dianjurkan untuk memeriksakan anak ke dokter jika ia mengalami beberapa gejala pubertas


dini di atas, saat usianya masih 7-9 tahun, atau bahkan lebih muda.

Dengan begitu, dokter dapat mengevaluasi kondisi anak. Jika diduga mengalami pubertas dini,
dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya.

5. Diagnosis Pubertas Dini

Dokter akan menanyakan mengenai gejala, serta penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh
anak dan keluarganya. Dokter juga akan memeriksa perubahan fisik pada tubuh anak, dan
melakukan tes darah serta tes urine untuk memeriksa kadar hormon dalam tubuh anak.
Selanjutnya, dokter akan melakukan stimulasi GnRH untuk mencari tahu jenis pubertas dini
yang diderita anak. Pada tes ini, dokter akan mengambil sampel darah anak, lalu menyuntik anak
dengan hormon GnRH, dan melakukan pengambilan sampel darah lagi setelah beberapa waktu.

Ada beberapa tes tambahan yang mungkin juga akan dilakukan oleh dokter, di antaranya:

 Tes hormon tiroid, untuk melihat apakah ada penurunan jumlah hormon tiroid
(hipotiroidisme), yang merupakan salah satu kondisi penyebab pubertas dini.
 MRI, untuk melihat adanya kelainan pada otak yang memicu pubertas dini.
 Foto Rontgen padatangan dan pergelangan tangan, untuk mengetahui kondisi dan usia
tulang anak, apakah sesuai dengan umurnya. Pada pubertas dini, kondisi tulang anak
tidak sesuai dengan usianya.
 USG, untuk memastikan tidak ada gangguan lain yang menyebabkan pubertas dini.

6. Pengobatan Pubertas Perkoks

Penderita pubertas dini pada awalnya akan bertumbuh lebih tinggi dari anak-anak
seusianya. Namun ketika menginjak usia dewasa, penderita biasanya akan memiliki tinggi badan
yang lebih pendek dari rata-rata. Oleh karena itu, pengobatan pubertas dini bertujuan agar anak
tumbuh secara normal hingga dewasa, terutama dalam hal tinggi badan.

Pengobatan pubertas dini dapat berbeda-beda, tergantung pada penyebabnya. Pubertas


dini yang tidak disebabkan oleh penyakit atau kondisi tertentu dapat diobati dengan dengan
terapi analog GnRH.

Pada terapi analog GnRH, dokter endokrin akan memberikan suntikan untuk


menghambat perkembangan tubuh anak akibat pubertas dini. Suntikan ini diberikan setiap bulan
hingga anak mencapai usia pubertas normal. Umumnya, proses pubertas akan berlangsung
kembali sekitar 16 bulan setelah suntikan dihentikan.

Apabila pubertas dini disebabkan oleh penyakit tertentu, dokter akan mengobati
penyebabnya terlebih dahulu. Sebagai contoh, jika pubertas dini disebabkan oleh hormon yang
dikeluarkan tumor, dokter bedah akan mengangkat tumor tersebut.
7. Komplikasi Pubertas Perkoks

Anak yang mengalami pubertas dini akan memiliki tinggi badan dan perawakan yang berbeda
dari teman-teman seusianya. Hal ini dapat menyebabkan anak menjadi tidak percaya diri dan
merasa canggung.

Ada beberapa dampak negatif yang dapat terjadi pada anak di kemudian hari bila pubertas dini
tidak diobati, di antaranya

 Masalah emosional dan sosial

Perubahan bentuk tubuh yang dialami oleh seorang anak dapat membuatnya malu dan
stres karena merasa dirinya berbeda dari teman-teman sebayanya. Kondisi ini juga dapat
meningkatkan risiko anak mengalami depresi.

 Memiliki tubuh yang pendek  

Anak yang mengalami pubertas dini akan tumbuh lebih cepat, sehingga akan terlihat
lebih tinggi dari anak-anak sebayanya. Namun, hal ini menyebabkan tulang menjadi
cepat matang dan berhenti bertumbuh sebelum waktunya. Akibatnya, tubuh anak akan
menjadi lebih pendek daripada rata-rata ketika ia dewasa nanti.

8. Pubertas Dini
 Penyebab pubertas dini kebanyakan tidak dapat dicegah, misalnya akibat kelainan
genetik yang diturunkan. Namun karena obesitas merupakan salah satu faktor risiko
pemicu pubertas dini, Anda perlu membantu anak untuk menjaga berat badannya agar
tidak berlebih, dengan memberikan makanan yang sehat dan mendorongnya untuk aktif
bergerak dan berolahraga.
 Paparan krim atau salep yang mengandung hormon tertentu juga dapat memicu terjadinya
pubertas dini. Oleh karena itu, jangan memberikan anak krim atau obat-obatan apa pun
tanpa berkonsultasi dahulu dengan dokter, khususnya krim dan obat-obatan yang berisi
hormon.
9. Faktor Resiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian pubertas prekoks meliputi ; Jenis


kelamin perempuan, umumnya pada ras Afrika-Amerika, seseorang yang mengalami obesitas
(Kegemukan), terpapar hormone seksual (kosmetik ataupun makanan), sedang mengidap suatu
penyakit genetik ataupun gangguan metabolik. Pubertas prekoks banyak ditemui pada pasien
dengan sindrom McCune-Albright atau Hiperplasia Adrenal Kongenital, yaitu suatu kondisi
perkembangan abnormal dari produksi hormon androgen pada laki-laki. Pada kasus yang jarang,
Pubertas Prekoks memiliki hubungan dengan kejadian hipotiroidism (Prameswara, 2009).

Table 3. Keadaan-keadaan yang menyebabkan pubertas prekoks :


Pubertas tergantung gonadotropin
Idiopatik (konstitusional, fungsional)
Lesi otak organic (Hamartoma hipotalamik, Tumor otak,
hidrosefalus, trauma kepala berat)
Hipotiroidisme berkepanjangan dan tidak diobati.
Pubertas tidak tergantung gonadotropin (pseudopubertas prekoks)
Wanita Keadaan isoseksual ; sindrom mcCune-Albright,
kista ovarium otonom, tumor ovarium, tumor
feminisasi adrenokorteks, Estrogen eksogen
Keadaan heteroseksual ; Hiperplasia adrenal
congenital, tumor adrenal, tumor ovarium, defek
reseptor glukokortikoid, androgen estrogen.
Laki-laki Keadaan isoseksual ; hyperplasia adrenal
congenital, tumor adrenokorteks, tumor sel leydig,
pubertas prekoks laki-laki familial, terisolasi, terkait
dengan hipoparatiroidisme, tumor pensekresi hCG,
teratoma, defek reseptor glukokortikoid, androgen
eksogen.
Keadaan heteroseksual ; tumor feminisasi
adrenokorteks, tumor tali-seks dengan tubulus
anularis (SCTAT) terkait dengan sindrom Peutz
Jegher, Estrogen eksogen
Gabungan pubertas tergantung gonadotropin dan tidak tergantung
gonadotropin
Hiperplasia adrenal congenital terobati
Sindrom mcCune Albright lambat
Pubertas prekoks laki-laki familial lambat
Pubertas prekoks inkomplit
Thelarke premature
Adrenerkhe premature
Menarkhe premature
                  (Nelson, 2006)

10. Patofisiologi
Secara sederhana, gambaran perjalanan kasus Pubertas Prekoks diawali produksi
berlebihan GnRH yang menyebabkan kelenjar pituitary meningkatkan
produksi luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone  (FSH). Peningkatan jumlah
LH menstimulasi produksi hormon seks steroid oleh sel Leydig pada testis atau sel granul pada
ovarium. Peningkatan kadar androgen atau esterogen menyebabkan fisik berubah dan mengalami
perkembangan dini meliputi pembesaran penis dan tumbuhnya rambut pubis pada anak laki-laki
dan pembesaran payudara pada anak perempuan, serta mendorong pertumbuhan badan.
Peningkatan kadar FSH mengakibatkan pengaktifan kelenjar gonad dan akhirnya membantu
pematangan folikel pada ovarium dan spermatogenesis pada testis (Pramesmara, 2009).

11. Klasifikasi (Penggolongan)


Perkembangan dini rambut pubis (bulu kemaluan), payudara atau alat-alat kelamin bisa
terjadi dari proses pematangan yang alamiah atau dari beberapa kondisi patologis. Pubertas
Prekoks bisa dibagi menjadi dua tipe utama, yaitu :
Secara alamiah pubertas dini dapat terjadi dalam berbagai aspek fisik, kondisi ini
disebut idiopathic central precocious puberty atau GnRH-dependent (Pubertas Prekoks Sentral).
Hal ini bisa terjadi parsial ataupun transien. Pubertas sentral bisa muncul secara dini bila terjadi
gangguan pada sistem penghambatan hormon yang diproduksi otak, atau adanya hamartoma
hipotalamus yang memproduksi sedikit gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Pubertas
prekoks sejati selalu melibatkan isoseksual dan melibatkan aktivasi  hipotalamus-pituataria-
gonad; prekositas melibatkan ciri-ciri sekunder dan kenaikan ukuran yang diperantarai
gonadotropin (Pramesmara, 2009).
Perkembangan organ seksual sekunder dipengaruhi oleh hormon steroid yang berasal dari
keadaan abnormal lainnya (tumor gonad atau adrenal, hiperplasi adrenal kongenital dan lainnya).
Keadaan ini tidak dipengaruhi gonadotropin-releasing hormone (GnRH-independent)
disebut peripheral precocious puberty atau precocious pseudopuberty (Pubertas Prekoks
Perifer) (Pramesmara, 2009).

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pubertas merupakan tahapan dalam kehidupan dimana terjadi pematangan sistem reproduksi
bersama pertumbuhan somatik dan kematangan seksual. Masa pubertas biasanya dimulai saat
berumur 10 tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun.

Mekanisme terjadinya pubertas belum diketahui sepenuhnya, namun pengaruh utama


tampaknya berasal dari sistem saraf pusat. Sistem neuroendokrin khususnya hormon
gonodatropin yang dilepas neuron gonadotropin-releasing hormone di nukleus arkuatus
hipotalamus berperan dalam mempengaruhi terjadinya pubertas.

Tahapan perkembangan pubertas di nilai dengan menggunakan skala tanner, untuk wanita
dengan menentukan stadium pembesaran buah dada dan pertumbuhan rambut pubis sedangkan
untuk laki-laki dengan pertumbuhan rambut pubis dan menilai volume testis.

Penegakan diagnosis pubertas prekoks dengan melakukan pemeriksaan menyeluruh dari


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang khususnya untuk menilai sebab
terjadinya pubertas prekoks. Penatalaksanaan pubertas prekoks bergantung kepada penyebabnya.

3.2. Saran

Jika anak mengalami gejala pubertas dini, buatlah janji untuk berkonsultasi dengan
dokter. Sebaiknya Anda melakukan langkah-langkah berikut ini agar kunjungan lebih efektif,
yaitu Patuhi pantangan sebelum berkonsultasi dengan dokter, jika ada, Tuliskan gejala yang
terjadi, termasuk yang tidak berhubungan dengan pubertas dini, Tuliskan obat, vitamin dan
suplemen yang dikonsumsi, Tuliskan riwayat medis keluarga

Anda mungkin juga menyukai