Anda di halaman 1dari 13

BAB II

IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

TUJUAN
 Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling
 Memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling
1. Jelaskan perbedaan mendasar antara aldehid dan keton!
Perbedaan mendasar antara aldehid dan keton adalah pada aldehid sedikitnya satu
atom hidrogen terikat pada karbon dalam gugus karbonil. Sedangkan pada keton, atom
karbon pada gugus karbonil terikat pada dua gugus hidrokarbon (Chang, 2005).
Jika R atau gugus fungsi R’ adalah atom H, maka senyawanya adalah aldehid. Jika R
atau gugus fungsi R’adalah gugus alkil atau aromatic (aril), senyawanya adalah keton.
System penamaan IUPAC untuk aldehid menggunakan akhiran –al, sedangkan untuk
keton menggunakan akhiran –ol (Petrucci, 2007).

Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki sebuah atom hidrogen yang
terikat pada gugus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi.
Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak mudah dioksidasi. Keton
hanya bisa dioksidasi dengan menggunakan agen pengoksidasi kuat yang memiliki
kemampuan untuk memutus ikatan karbon-karbon (Clark, 2007).

2. Jelaskan prinsip uji Tollens !


Pada dasarnya uji tollens digunakan untuk membedakan antara aldehid dan keton.
Tes positif menunjukkan adanya fungsi aldehida, sedangkan tidak ada reaksi terjadi
dengan keton. Reagen tollen terdiri dari kompleks perak amonia, Ag(NH3)2. Di larutan
ammonia, reagen ini teroksidasi baik alphatic dan aromatik aldehida menjadi asam
karboksilat yang sesuai: ion perak mengurangi perak unsur, yang disimpan sebagai
cermin perak dari endapan (Gilbert, 2010).

Reaksi ini berguna untuk identifikasi aldosa dan terdiri dari oksidasi fungsi
aldehida dengan agen oksidasi moderat (garam amonium perak) untuk mengambil
glukuronida dari garam amonium dan logam perak, yang menghasilkan efek cermin
perak (Brito, 2007).

3. Apa fungsi pereaksi fehling pada uji fehling?


Pereaksi fehling adalah pereaksi yang mengandung ion Cu2+ (berwarna biru
transparan) berfungsi untuk menunjukkan adanya gugus aldehid (-CHO) yang ditandai
dengan timbulnya endapan Cu2O berwarna merah bata. Pada reaksi ini gugus aldehid
mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ (Dhuha, 2010).

Aldehid bereaksi dengan pereaksi fehling mnghasilkan endapan merah bata.


Adapun keton tidak bereaksi baik dengan pereaksi fehling (Brito,2007).
A. PRE-LAB

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Aldehid
Aldehid merupakan senyawa organic yang mengandung gugus –CHO; namanya
diturunkan dari asam yang terbentuk bila senyawa dioksidasi lebih lanjut. Aldehid diperoleh
pada pengoksidasian sebagian alcohol primer. Aldehid sederhana seperti metanal memiliki
wujud gas (titik didih -21°C), dan etanal memiliki titik didih +21°C. Aladehid berwujud cair,
tidak berwarna dengan titik didih yang semakin meningkat apabila molekul semakin besar
karena senyawanya polar. Besarnya titik didih dikendalikan oleh kekuatan gaya-gaya antar-
molekul (Clark,2007).
Aldehid dapat larut secara bebas dalam air tetapi kelarutannya berkurang seiring dengan
pertambahan panjang rantai. Aldehid memiliki sifat lebih reaktif daripada alkohol, dapat
mengalami reaksi adisi, dapat mengalami reaksi oksidasi, dapat mengalami reaksi
polimerisasi. Karakteristik dari aldehid ini adalah berwujud gas pada suhu kamar dengan bau
tidak enak, berwujud cair pada suhu kamar dengan bau sedap (Clark,2007).

2. Pengertian Keton
Keton adalah senyawa dengan gugus karboksil terikat pada dua radikal hidrokarbon;
keton berwujud cair tidak berwarna yang mudah terbakar dan mempunyai baud an rasa yang
khas. Keton biasanya digunakan sebagai pelarut dlam industry dan laboratorium. Keton
berwujud cair, dengan titik didih yang semakin meningkat apabila molekul semakin besar.
Keton adalah molekul polar karena adanya ikatan rangkap C=O. Keton yang kecil dapat larut
secara bebas dalam air tetapi kelarutannya berkurang seiring dengan pertambahan panjang
rantai (Clark,2007).

3. Tinjauan Bahan
a. Aseton
Aseton merupakan keton yang paling penting. Senyawa ini adalah cairan volatile (titik
didih 56C) dan sangat mudah terbakar. Aseton merupakan pelarut yang baik untuk
berbagai senyawa organic dan digunakan secara luas sebagai pelarut vernis, lak dan plastic.
Aseton dapat bercsampur dengan air dalam segala proporsi (Petrucci, 2007).

b. Glukosa
Glukosa adalah monosakarida (gula terkecil / sederhana) yang berkarbon 6 (heksosa)
dan digunakan sebagai sumber dasar energy oleh kebanyakan sel heterotrof
(Stansfield,2006). Gugus hidroksil terikat pada setiap karbon kecuali satu, yang berikatan
ganda dengan oksigen untuk membentuk gugus karbonil. Glukosa tergolong aldoheksosa.
Aldoheksosa merupakan suatu heksosa yang memiliki gugus fungsi aldehid -CHO yang
terikat pada atom C nomor satu (Campbell, 2006).
c. Fruktosa
Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula paling manis. Fruktosa
mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa, C6H12O6, namun strukturnya berbeda.
fruktosa adalah ketoheksosa yang berarti gugus yang berkarbon 6 (heksosa) yang
mengandung gugus fungsi keton (Tonang, 2013).

d. Formalin
Formalin merupakan jenis formaldehid dalam kepekatan 40-50%. Formalin berwujud
cair tak berwarna, dan mudah larut dalam air.  Kegunaan formalin adalah untuk
mengawetkan cairan dan jaringan-jaringan  (Petrucci,2007).
e. Tollens (AgNO3)
Tollens adalah pereaksi yang mengandung perak sebagai ion kompleks yaitu
[Ag(NH3)2]+. Umumnya dalam persamaan reaksi pereaksi tollens ditulis sebagai Ag 2O.
Pereaksi tollens dibuat dengan menambahkan NaOH ke dalam perak nitrat yang
membentuk endapan coklat Ag2O. Kemudian endapan dilarutkan dalam larutan ammonia
(Purba, 2007).
Bila reaksi dilangsungkan dalam bejana kaca, maka endapan perak yang terbentuk
akan melapisi cermin. Oleh sebab itu reaksi ini dikatakan cermin perak. Reaksi aldehida
dengan pereaksi tollen sebagai berikut:
                              R-CHO  +  Ag2O  -->  R-COOH  + 2Ag(s) (Purba, 2007).

f. NH4OH
Amonium hidroksida adalah larutan gas amoniak (NH3) dalam air, berbau khas
menusuk hidung. Kelarutan gas amoniak dalam air sangat besar yaitu 1.145 l/l air pada
suhu 0 oC dan tekanan 1 atmosfer, gas ini selain larut dalam air juga larut dalam alkohol
dan eter. Bila uap amonia bercampur dengan uap asam klorida maka akan terbentuk kabut
putih yang mengendap. Endapan putih tersebut adalah NH4Cl padat yang disebut salmiak.
Dalam dunia perdagangan dapat dijumpai larutan amonia pekat yang mengandung 25% gas
NH3. Larutan amonia pekat harus disimpan di tempat yang sejuk agar konsentrasinya tidak
menurun karena menguap. Kegunaan amonia di laboratorium adalah sebagai pereaksi
analisis, baik kualitatif maupun kuantitatif (Aditama, 2011).

g. NaOH
Natrium Hidroksida atau sodium hidroksida berbentuk fisik padat, berwarna putih dan
hodroskopis. Memiliki titik lebur: 318,4 C dan titik didih:1390 C. NaOH mempunyai berat
molekul 40 g/mol dan massa jenis 50% (m) 1,5253 g/ml. NaOH . sangat basa, keras, rapuh
dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap
karbondioksida dan lembab. mudah larut dalam air (20 C) dan dalam etanol tetapi tidak
larut dalam eter. Bersifat korosif (Rifai, 2013).

h. Fehling A
Larutan Fehling A merupakan larutan biru dari Tembaga (II) Sulfat (CuSO4) dalam
air. Selanjutnya larutan Fehling A dan Fehling B nanti akan dicampur dengan volum yang
sama membentuk larutan berwarna biru tua, membentuk senyawa
kompleks bistartratocuprate (II) (Azhar, 2014).

i. Fehling B
Larutan Fehling B merupakan larutan tidak berwarna dari Kalium Natrium Tartrat
(KNaC4H4O6·4H2O) dan basa kuat didalam air. Selanjutnya larutan Fehling A dan Fehling
B nanti akan dicampur dengan volum yang sama membentuk larutan berwarna biru tua,
membentuk senyawa kompleks bistartratocuprate (II) (Azhar, 2014).

j. Aquades
Aquades denagn nama IUPAC Dihydrogen monoxide dan rumus molekul H 2O adalah
air hasil destilasi atau penyulingan, sama dengan air murni dan tidak ada mineral-mineral
lain dan tidak berwarna. Berat molekunya sekitar 18,20 gr/mol. Titik lelehnya 0°C dan titik
didihnya 100°C.Karakteristik aquades yaitu cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak mempunyai rasa. Dalam penyimpaan sebaiknya di tempat tertutup.Aquades
merupakan cairan atau air yang biasanya digunakan di dalam laboratorium sebagai pelarut
(Chester, 2006).

C. DIAGRAM ALIR
1. . Uji Tollens
1 ml AgNO3
Dimasukkankedalamtabungreaksi

Ditambahkan NH4OH beberapa tetes sampai endapan hilang

Ditambahkan 1 ml sampel

Dipanaskan sekitar 2 menit

Diamati perubahan

Hasil

2. Uji Fehling
5 tetes fehling A

Dimasukkankedalamtabungreaksi

5 tetes NaOH

Ditambahkan 10 tetes Fehling

Ditambahkan 1 ml sampel

Dipanaskan sekitar 2 menit

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

D. DATA HASIL PRAKTIKUM

1. Uji Tollens
No. Sampel Sampel + reagen Setelah dipanaskan Uji (+)/(-)
1. Aseton Bening Bening -
2. Fruktosa Bening Bening -
3. Glukosa Bening Endapan Cermin perak +
4. Sukrosa Bening Tambah Keruh -
5. Formaldehid Endapan cermin perak tidak dipanaskan +

2. uji fehling

Sampel + reagen
No. Sampel Uji (+)/(-)
Tanpa pemanasan Pemanasan
1. Aseton Biru bening Biru bening -
2. Fruktosa Biru kehijauan Merah bata +
3. Glukosa Biru kehijauan Merah bata +
4. Sukrosa Biru bening Biru bening -
Endapan Merah bata
5. Formaldehid Biru bening namun terdapat endapan +
cermin perak

E. PEMBAHASAN

1. Uji Tollens
a) Prinsip uji Tollens
Prinsip dari uji tollens adalah untuk membedakan aldehid dan keton dengan
penambahan reagen Tollens (AgNO3). Dimana akan terbentuk reaksi redoks pada
aldehid, yatu dimana aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat. Sementara itu ion Ag+
dalam AgNO3 direduksi menjadi Ag sehingga hasil yang didapatkan dari reaksi yaitu uji
(+) dtandai dengan terbentuknya cermin perak. Uji tollens hanya terjadi pada gugus
fungsi aldehid.
b) Analisa prosedur
Untuk memulai praktikum identifikasi gugus fungsi aldehid dan keton, prosedur awal
yang harus dilakukan pertama yaitu disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.Alat-alat
yang diperlukan antara lain tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, beaker glass 100 mL,
apin Bunsen, korek api, ballpoint dan label.Pada percobaan yang dilakukan tabung reaksi
digunakan untuk wadah atau tempat mencampurkan antara sampel dan reagen. Selain
tabung reaksi, pada percobaan tersebut dibutuhkan beaker gelas 100mL.Gelas ini
digunakan untuk tempat atau wadah penempatan pipet tetes.Pipet tetes juga merupakan
salah satu alat yang digunakan untuk meneteskan atau memindahkan reagen dan sampel
kedalam tabung reaksi.Rak tabung juga salah satu alat dalam praktikum ini, dimana alat
ini berfungsi untuk menempatkan tabung reaksi agar larutan tidak tumpah.Pipet ukur
dalam praktikum ini digunakan untuk mengambil suatu larutan. Alat berikutnya yaitu api
Bunsen adalah alat yang berfungsi sebagai sumber panas untuk memanaskan larutan
untuk mempercepat reaksi.Korek api adalah alat yang digunakan untuk memanaskan api
bunsen dan alat terakhir yaitu ballpoint dan label dimana ballpoint digunakan untuk
menuliskan label sebagai alat agar lebih mudah untuk membedakan larutan yang
digunakan. Sementara label digunakan untuk melabel larutan agar mudah dalam
membedakan larutan yang digunakan.
Selain terdapat alat-alat yang dbutuhkan juga terdapat bahan-bahan yang digunakan
antara lain 5% AgNo3, NH4OH, NaOH , Pereaksi fehling A dan B , formaldehid , aseton,
glukosa, sukrosa, dan fruktosa. Pengunaan AgNo3 dalam praktikum ini yaitu sebagai
faktor pengoksidasi dan reagen tollens. Selain itu terdapat pula pereaksi fehling A dan B
yaitu bahan yang berfungsi sebagai media pengoksidasi dan reagen fehling. Teradapat
pula NH4OH yaitu larutan yang berfungsi untuk menghilangkan endapan perak dan
membentuk suasana basa.NaOH yaitu bahan yang berfungsi untuk menambah volume
NaOH di fehling. Dan yang terakhir adalah larutan sampel , formaldehid , aseton,
glukosa, sukrosa, dan fruktosa yang berfungsi sebagai bahan uji dan sebagai agen
pereduksi.
Setelah semua alat dan bahan terkumpul dan siap, langkah pertama yaitu adalah
mengambil ballpoint dan label. Tulis semua nama bahan –bahan pada label sesuai dengan
bahan yang dipakai, setelah semua dipakai tempelkan pada tabung reaksi dan pipet tetes
untuk memudahkan praktikan dalam membedakan bahan-bahan yang dipakai dan
menghindarkan dari kegagalan atau bercampurnya suatu larutan karena habis pakai.
Setelah dilabeli, gunakan pipet ukur yang berlabelkan AgNO 3. Ambil sekitar 1 ml
AgNO35%. Kemudian masukkan pada masing-masing tabung reaksi. Setelah itu
tambahkan masing-masing sampel pada tabung reaksi menggunakan pipet tetes,
tambahkan NH4OHhingga terbentuk atau terjadi endapan dan tambahkan terus hingga
endapan menghilang. Kemudian tambahkan 1 ml larutan sampel yaitu formaldehid ,
aseton, glukosa, sukrosa, dan fruktosa pada masing-masing tabung reaksi menggunakan
pipet ukur 1 ml. Setelah ditambahkan sampel dlanjutkan dengan mengocok atau
menghomogenkan larutan dengan menggoyang-goyangkan tabung reaks hingga terjadi
reaksi. Jika belum terjadi reaksi maka untuk mempercepat reaksi dilakukan pemanasan
agar terjadi reaksi lebih cepat yaitu sekitar lebih kurang 2 menit.
c) Analisa Hasil
Setelah dilakukannya percobaan yaitu didapatkan hasil sebagai berikut, pertama yaitu
pada sampel aseton ketika ditambahkan dengan reagen tollens dikocok tidak terjadi
perubahan melainkan larutan tetap berwarna bening begitu juga setelah dipanaskan. Jika
dianalisa berarti dapat disimpulkan bahwa aseton bukan merupakan gugus fungsi aldehid
melainkan keton karena tidak terjadi reaksi yang ditandai dengan perubahan warna atau
endapan cermin perak. Sampel yang kedua yaitu fruktosa dengan hasil yang didapatkan
yaitu ketika ketika ditambahkan dengan reagen tollens dikocok tidak terjadi perubahan
melainkan larutan tetap berwarna bening begitu juga setelah dipanaskan. Jika dianalisa
berarti dapat disimpulkan bahwa aseton bukan merupakan gugus fungsi aldehid
melainkan keton karena tidak terjadi reaksi yang ditandai dengan perubahan warna atau
endapan cermin perak. Sampel ketiga adalah glukosa yaitu ketika ditambahkan dengan
reagen tollens kemudian dikocoktidak terjadi perubahan melainkan larutan tetap
berwarna bening akan tetapi ketika larutan setelah dipanaskan glukosa berubah menjadi
endapan cermin perak. Jika dianalisa berarti dapat disimpulkan bahwa glukosa adalah
gugus fungsi aldehid karena bereaksi dengan reagen tollens sehingga membentuk
perubahan warna dan endapan. Berikutnya adalah sampel sukrosa dimana ketika
ditambahkan dengan reagen tollens dikocok tidak terjadi perubahan melainkan larutan
tetap berwarna bening akan tetapi berubah warna hitam keruh namun tidak terdapat
endapan cermin perak yang terjadi. Hal ini bisa jadi karena penyusun dari sukrosa yaitu
gabungan dari glukosa dan fruktosa atau gabungan dari aldehid dan keton sehingga
terdapat aldehid yang bereaksi namun keton tidak sehingga reaksi berlangsung tidak
sempurna dan perubahan warna tidak menghasilkan endapan cermin perak. Sampel
terakhir yaitu formaldehid yang ketika ditambahkan dengan reagen tollens dikocok
langsung terjadi perubahan warna atau endapan cermin perak ketika dihomogenkan.
Artinya adalah formaldehid adalah termasuk gugus fungsi aldehid.
Menurut Gilbert and Stephen (2010) Tes positifmenunjukkan adanyafungsialdehida,
sedangkan tidak adareaksiterjadidenganketon. Reagentollenterdiri
darikompleksperakamonia, Ag(NH3)2. Di larutan ammonia, reagen
initeroksidasibaikalphaticdanaromatikaldehidamenjadi asam karboksilatyang sesuai:
ionperakmengurangiperakunsur,yangdisimpansebagaicermin perakdariendapan sebagai
reaksi akhir dari uji tollens. Sehingga praktkum yang telah dilakukan sesua dengan
literatur karena hasil yang didapatkan dari praktikum terdapat gula aldosa dan aldehid
yang menghasilkan endapan cermin perak ketka direaksikan dengan reagen Tollens.
d) Reaksi setiap sampel
a. Aseton

b. Fruktosa

c. Glukosa

d. Sukrosa

e. Formaldehid

2. Uji Fehling

a) Prinsip uji Fehling


Prinsip dari uji Fehling adalah untuk membedakan aldehid dan keton dengan
penambahan reagen Fehling A dan Fehling B Dimana akan terbentuk reaksi redoks pada
aldehid, yatu dimana aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat. Sementara itu ion
Cu2+dalam CuSO4 direduksi menjadi Cu+ sehingga hasil yang didapatkan dari reaksi yaitu
uji (+) dtandai dengan terbentuknya endapan merah bata. Uji Fehling hanya terjadi pada
gugus fungsi aldehid.
b) Analisa prosedur
Untuk memulai praktikum identifikasi gugus fungsi aldehid dan keton, prosedur awal
yang harus dilakukan pertama yaitu disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.Alat-alat
yang diperlukan antara lain tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, beaker glass 100 mL,
apin Bunsen, korek api, ballpoint dan label.Pada percobaan yang dilakukan tabung reaksi
digunakan untuk wadah atau tempat mencampurkan antara sampel dan reagen. Selain
tabung reaksi, pada percobaan tersebut dibutuhkan beaker gelas 100mL.Gelas ini
digunakan untuk tempat atau wadah penempatan pipet tetes.Pipet tetes juga merupakan
salah satu alat yang digunakan untuk meneteskan atau memindahkan reagen dan sampel
kedalam tabung reaksi.Rak tabung juga salah satu alat dalam praktikum ini, dimana alat
ini berfungsi untuk menempatkan tabung reaksi agar larutan tidak tumpah.Pipet ukur
dalam praktikum ini digunakan untuk mengambil suatu larutan. Alat berikutnya yaitu api
Bunsen adalah alat yang berfungsi sebagai sumber panas untuk memanaskan larutan
untuk mempercepat reaksi. Korek api adalah alat yang digunakan untuk memanaskan api
bunsen dan alat terakhir yaitu ballpoint dan label dimana ballpoint digunakan untuk
menuliskan label sebagai alat agar lebih mudah untuk membedakan larutan yang
digunakan. Sementara label digunakan untuk melabel larutan agar mudah dalam
membedakan larutan yang digunakan.
Selain terdapat alat-alat yang dbutuhkan juga terdapat bahan-bahan yang digunakan
antara lain 5% AgNo3, NH4OH, Pereaksi fehling A dan B , formaldehid , aseton,
glukosa, sukrosa, dan fruktosa. Pengunaan AgNo3 dalam praktikum ini yaitu sebagai
faktor pengoksidasi dan reagen tollens. Selain itu terdapat pula pereaksi fehling A dan B
yaitu bahan yang berfungsi sebagai media pengoksidasi dan reagen fehling. Teradapat
pula NH4OH yaitu larutan yang berfungsi untuk menghilangkan endapan perak dan
membentuk suasana basa. Dan yang terakhir adalah larutan sampel , formaldehid , aseton,
glukosa, sukrosa, dan fruktosa yang berfungsi sebagai bahan uji dan sebagai agen
pereduksi.
Setelah semua alat dan bahan terkumpul dan siap, langkah pertama yaitu adalah
mengambil ballpoint dan label. Tulis semua nama bahan –bahan pada label sesuai dengan
bahan yang dipakai, setelah semua dipakai tempelkan pada tabung reaksi dan pipet tetes
untuk memudahkan praktikan dalam membedakan bahan-bahan yang dipakai dan
menghindarkan dari kegagalan atau bercampurnya suatu larutan karena habis pakai.
Setelah dilabeli, gunakan pipet tetes yang berlabelkanfehling A kemudian ambil larutan
dan masukkan kedalam masing-masing tabung reaksi yaitu sekitar 5 tetes. Kemudian
ditambahkan NaOH sebanyak 5 tetes menggunakan pipet tetes. Kemudian ditambahkan
10 tetes fehling B dengan pipet tetes. Setelah itu ditambahkan 1 ml sampel yaitu
formaldehid , aseton, glukosa, sukrosa, dan fruktosa menggunakan pipet ukur dan
masukkan kedalam masing-masing tabung reaksi. Setelah itu masing-masing sampel
dipanaskan sekitar 2 menit dalam api bunsen. Diamati perubahan yang terjadi pada
masing-masing sampel.
c) Analisa Hasil
Setelah dilakukannya percobaan yaitu didapatkan hasil sebagai berikut, pertama yaitu
pada sampel aseton ketika direaksikan dengan reagen fehling dikocok terjadi perubahan
warna menjadi biru bening, kemudian setelah dipanaskan 2 menit larutan tetap menjadi
biru bening. Jika dianalisa berarti dapat disimpulkan bahwa aseton bukan merupakan
gugus fungsi aldehid melainkan keton karena tidak terjadi reaksi yang ditandai dengan
perubahan warna atau endapan merah bata. Sampel yang kedua yaitu fruktosa dengan
hasil yang didapatkan yaitu ketika direaksikan dengan reagen fehling dikocok terjadi
perubahan warna menjadi biru kehijauan, kemudian setelah dipanaskan 2 menit larutan
bereaksi dan menghasilkan endapan merah bata. Jika dianalisa berarti dapat disimpulkan
bahwa fruktosasebenarnya bukan merupakan gugus fungsi aldehid melainkan keton akan
tetapi fruktosa memliki sifat sebagai gula pereduksi sehingga dapat mereduksi fehling
dan bereaks membentuk endapan merah bata. Sampel ketiga adalah glukosa yaitu ketika
direaksikan dengan reagen fehling dikocok terjadi perubahan warna menjadi biru
kehijauan, kemudian setelah dipanaskan 2 menit larutan bereaksi dan menghasilkan
endapan merah bata. Jika dianalisa berarti dapat disimpulkan bahwa glukosa adalah
gugus fungsi aldehid karena bereaksi dengan reagen fehling sehingga membentuk
perubahan warna dan endapan merah bata. Berikutnya adalah sampel sukrosa dimana
ketika direaksikan dengan reagen fehling dikocok terjadi perubahan warna menjadi biru
bening, kemudian setelah dipanaskan 2 menit larutan tetap menjadi biru bening. Jika
dianalisa berarti dapat disimpulkan bahwa sukrosa bukan merupakan gugus fungsi
aldehid karena tidak terjadi reaksi yang ditandai dengan perubahan warna atau endapan
merah bata. Sampel terakhir yaitu formaldehid yang ketika ketika direaksikan dengan
reagen fehling dikocok terjadi perubahan warna menjadi biru bening dan setelah
dipanaskan larutan menmbentuk endapan merah bata namun terdapat endapan cermin
perak juga. Hal ni seharusnya tidak terjadi karena formal dehid merupakan gugus fungsi
aldehid dan seharusnya membentuk endapan merah bata. Karena terdapat endapan
cermin perak bisa jadi hal ini dikarenakan kesalahan alat yang digunakan bercampur
dengan larutan lan sehingga tidak dapat bekerja dengan baik. Bisa juga karena bahan
yang dibuat tidak sesuai atau bisa juga karena kesalahan praktikan yang mungkin tidak
memberikan porsi yang pas.
Menurut Brito (2007)Tes positifmenunjukkan adanyafungsialdehida, Aldehid
bereaksi dengan pereaksi fehling mnghasilkan endapan merah bata. Adapun keton tidak
bereaksi baik dengan pereaksi fehling. Tentu hal ini praktikum sudah berhasil dan sesuai
dengan literatur hanya saja terdapat kesalah yang terjadi pada formal dehid dimana hasil
akhir yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur.Bisa jadi hal ini dikarenakan
kesalahan alat yang digunakan bercampur dengan larutan lan sehingga tidak dapat
bekerja dengan baik. Bisa juga karena bahan yang dibuat tidak sesuai atau bisa juga
karena kesalahan praktikan yang mungkin tidak memberikan jumlah yang pas saat
penambahan kedalam sampel.
d) Reaksi setiap sampel
a. Aseton

b. Fruktosa
c. Glukosa

d. Sukrosa

e. Formaldehid

G. KESIMPULAN

Uji tollens digunakan untukmembedakan antaraaldehiddanketon. Tes positifmenunjukkan


adanyafungsialdehida, sedangkan tidak adareaksiterjadidenganketon. Reagentollenterdiri
darikompleksperakamonia, Ag(NH3)2. Di larutan ammonia, reagen
initeroksidasibaikalphaticdanaromatikaldehidamenjadi asam karboksilatyang sesuai:
ionperakmengurangiperakunsur,yangdisimpansebagaicermin perakdariendapan. Sedangkan
Pereaksi fehling adalah pereaksi yang mengandung ion Cu2+ (berwarna biru transparan)
berfungsi untuk menunjukkan adanya gugus aldehid (-CHO) yang ditandai dengan timbulnya
endapan Cu2O berwarna merah bata. Pada reaksi ini gugus aldehid mereduksi ion Cu 2+ menjadi
ion Cu+.

Tujuan dari praktikum ini yaitu bertujuan agar mahasiswa atau praktikan dapat
Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling. Lalu
praktikan juga dapat mengert reaksi yang terjadi saat uji tollens dan uji fehling.

Adapun data hasil yang didapat dari percobaan ini yaitu pada uji pertama uji tollens
praktikum berhasil dan sesuai dengan literatur dimana sampel yang tergolong gugus fungsi
aldehid antara lain glukosa dan formaldehid sedangkan fruktosa, aseton dan sukrosa bukan
termasuk gugus fungsi aldehid. Sedangkan pada percobaan ke dua yaitu pada uji fehling
didapatkan hasil dimana sampel yang tergolong gugus fungsi aldehid antara lain glukosa,
formaldehid dan fruktosa sedangkanaseton dan sukrosa bukan termasuk gugus fungsi aldehid.

Anda mungkin juga menyukai