Anda di halaman 1dari 13

Penyakit Fatty Liver pada Orang Dewasa

Monica C F Obisuru 102016121


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
monioby@gmail.com
Abstrak

Hati merupakan organ penting di tubuh manusia karena memproduksi enzim dan hormone. Di
dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan manusia yaitu proses penyimpanan
energy, pembentukan protein, dan asam empedu, pengaturan metabolism kolesterol dan
penetralan racun atau obat yang masuk dalam tubuh. Untuk mejaga kesehatan organ hati, pola
makan kita perlu diperhatikan agar tidak terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan
gangguan hati, contohnya perlemakan hati atau fatty liver. Penegakan diagnosis fatty liver
membutuhkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta penunjang yang tepat agar penatalaksanaan
dapat segera dilakukan agar tidak semakin parah. Fatty liver termasuk dalam spectrum Non
Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang juga dapat berkembang menjadi Non Alcoholic
Steato Hepatitis (NASH). Pola makan yang seimbang serta berolahraga berpengaruh dalam
upaya penatalaksanaan fatty liver.

Kata Kunci: Perlemakan Hati, NAFLD, NASH, diet

Abstract

The liver is an important organ in our body because it produces enzymes and hormones. In the
liver occurs processes important for human life is a process of energy storage, the formation of
proteins and bile acids, regulation of cholesterol metabolism and neutralization of toxins or
drugs that enter the body . To preserve liver health, our diet should be considered in order to
avoid imbalances that cause liver disorders, for example, fatty liver or fatty liver. Diagnosis of
fatty liver requires a history, physical examination and appropriate support so that the
management can be done so as not to worsen. Fatty liver is included in the spectrum of Non
Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD), which can develop into Steato Non Alcoholic Hepatitis
(NASH). A balanced diet and exercising influence in the management of fatty liver effort.

Keywords: Fatty Liver, NAFLD, NASH, diet


Pendahuluan

Pola hidup yang tidak sehat seperti sering makan makanan cepat saji yang banyak mengandung
lemak dapat mengakibatkan berbagai penyakit pada tubuh yang salah satunya ialah fatty liver.
Fatty liver adalah suatu keadaan di mana terdapat penimbunan lemak yang berlebihan di sel-sel
hati. Pada keadaan normal hati kita akan mengandung lemak tetapi apabila lemak sudah lebih
dari 10% dari berat hati sehingga sebagian sel-sel hati yang sehat sudah diganti dengan sel
lemak. Hati sudah berubah warnanya menjadi kuning mengkilat karena berlemak, membesar dan
lebih berat dari keadaan normal. Fatty liver umumnya terkait dengan alcohol dan obesitas.1

Penyakit fatty liver dapat dimulai dari steatosis (hanya perlemakan hati), steatohepatitis
(perlemakan hati disertai dengan inflamasi). Keadaan ini dapat terjadi karena konsumsi alkohol
yang berlebihan yang disebut dengan ASH (Alcoholic Steatohepatitis) atau bukan karena
konsumsi alkohol yang disebut NASH (Nonalcoholic Steatohepatitis). Fatty liver ini jarang
menimbulkan keluhan, karena penimbunan lemak ini terjadinya secara perlahan-lahan. Gejala
klinis yang dikeluhkan penderita adalah perut terasa penuh, Hal ini disebabkan karena lemak
kebanyakan menumpuk di hati bagian atas. Ketika kondisi memburuk, pasien bisa merasa letih,
berat badan menurun, tidak nyaman di perut, lemah, dan pening. Penderita umumnya tidak
mengetahui sedang menderita fatty liver dan baru diketahui setelah melakukan pemeriksaan
lengkap karena penyakit lainnya.1

Anamnesis

Tahap awal yang dilakukan dalam setiap pemeriksaan untuk mengetahui riwayat penyakit dan
untuk menegakkan diagnosis ialah anamnesis. Anamnesis merupakan suatu wawancara dari
dokter kepada pasien mengenai keluhan yang dirasakan pasien dan segala hal yang berhubungan
dengan keluhan tersebut. Anamnesis ini sangat penting untuk mengetahui apa kira-kira penyakit
yang diderita pasien sesuai dengan keluhan-keluhannya. Dari anamnesis biasa setelah didapatkan
arahan ke suatu penyakit barulah dilakukan pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan penyakit
yang dicurigai untuk menegakan diagnosis. Anamnesis dapat langsung dilakukan pada pasien
(autoanamnesis) atau terhadap keluarga atau pengantarnya (aloanamnesis) bila keadaan pasien
tidak memungkinkan untuk diwawancarai. Anamnesis terdiri dari identitas, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat
sosial ekonomi dan riwayat pengobatan.1,2
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, alamat, pendidikan terakhir,
pekerjaan, suku bangsa, dan agama. Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang
membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Riwayat perjalanan penyakit
merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak
sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Waktu dan lamanya keluhan
berlangsung; sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan-lahan, terus
menerus, hilang timbul, cenderung bertambah atau berkurang dan sebagainya, lokalisasi dan
penyebarannya, menetap, menjalar, berpindah-pindah, lebih sakit daripada siang dan sore atau
sebaliknya ataupun terus menerus tidak mengenal waktu. Faktor-faktor yang memperberat
atau meringankan gejala, apakah ada keluarga atau teman dekat yang menderita keluhan yang
sama, riwayat perjalanan ke daerah endemis untuk penyakit tertentu, perkembangan penyakit.
Pengobatan yang berhubungan dengan penyakit yang sedang diderita.1,2

Riwayat penyakit dahulu bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya


hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Riwayat penyakit
keluarga penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi.
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Di samping itu,
lingkungan tempat tinggal pasien termasuk keadaan rumahnya, sanitasi, sumber air minum,
tempat pembuangan sampah, ventilasi, dan sebagainya.1,2

Pada skenario yang ada, dari anamnesis didapatkan keluhan utama pasien laki-laki berusia 35
tahun dengan keluhan perut terasa begah dan tidak nyaman pada perut kanan atas sejak 1 bulan
lalu. Pasien datang periksa ke dokter dikarenakan saat medical check up kantor ia mendapatkan
hasil obesitas, gangguan fungsi hati, dan hipertrigliseridemia. Ayah pasien menderita diabetes
mellitus.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan 4 cara, yaitu dimulai dari inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien dalam
keadaan berbaring dan relaks, kedua lengan berada di samping, dan pasien bernapas
melalui mulut. Pasien diminta untuk menekukkan kedua lutut dan pinggulnya sehingga otot-
otot abdomen menjadi relaks. Untuk menghindari terjadinya reflex tahanan otot oleh pasien,
tangan pemeriksa harus dihangatkan.

1. Inspeksi menyeluruh abdomen dilakukan untuk memeriksa hal seperti distensi yang
menyeluruh biasanya disebabkan oleh lemak, cairan, janin, atau udara, sedangkan
penyebab dari pembengkakan yang terlokalisasi adalah hernia atau pembesaran organ.
Umbilikus dapat menonjol keluar pada distensi abdomen yang menyeluruh yang
disebabkan oleh asites. Bila ada trombosis pada vena porta, vena-vena yang mengalami
dilatasi dapat dilihat. Pada individu normal yang kurus, gerakan peristaltik yang terlihat
dapat dijumpai tetapi pada orang yang gemuk, gerakan peristaltik hanya terlihat di
sebelah proksimal dari letak lesi obstruktif usus.2

2. Palpasi abdomen dilakukan secara acak dan sistematis dari atas ke bawah terutama jika
pasien menderita nyeri abdomen. Palpasi dilakukan pada setiap kuadran secara berurutan,
yang awalnya dilakukan tanpa penekanan yang berlebihan dan dilanjutkan dengan palpasi
secara khusus jika tidak terdapat area nyeri yang diderita atau diketahui. Tahanan
abdomen merupakan suatu refleks penegangan otot-otot abdominal yang terlokalisasi
yang tidak dapat dihindari. Tahanan tersebut merupakan tanda iritasi peritoneum
perifer atau tanda nyeri tekan yang tajam dari organ di bawahnya.2

3. Perkusi berguna untuk memastikan adanya pembesaran beberapa organ, khususnya hati,
limpa, atau kandung kemih pada pasien yang gemuk. Perkusi selalu dilakukan dari daerah
timpani ke daerah pekak, dengan jari pemeriksa yang sejajar dengan bagian tepi organ.
Shifting dullness adalah suatu daerah pekak yang terdapat di bawah permukaan
horizontal cairan intraperitoneal umumnya pada asites. Kandung kemih juga harus
dikosongkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan asites.2

4. Auskultasi abdomen dilakukan secara acak dan sistematis dari atas ke bawah untuk
mendengarkan bising usus meningkat (hiperperistaltik), normal (normoperistaltic) dan
menurun (hipoperistaltik). Auskultasi peristaltik usus di masing-masing kuadran selama 1
menit dan dihitung berapa kali per menit. Bising usus yang meningkat dapat ditemukan
pada keadaan seperti ileus obstruksi, diare dan perdarahan yang berasal dari saluran cerna
atas. Bising usus dapat menurun atau menghilang pada keadaan seperti ileus paralitik,
perforasi usus dan peritonitis generalisata.2

Gambar 1: Palpasi Hepar.2

Palpasi organ hati dilakukan dengan posisi pasien tidur terlentang, pemeriksa di samping kanan
dan menghadap pasien. Telapak tangan kanan diletakkan di atas abdomen, jari-jari mengarah ke
atas pasien dan diekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di garis midclavicular di bawah
batas bawah hati. Kemudian ditekan dengan lembut ke dalam dan ke atas. Pemeriksa meminta
pasien untuk menarik napas dan hati akan bergerak ke bawah karena gerakan ke bawah
diaphragma dan meraba tepi hati saat abdomen mengempis untuk merasakan tekstur hati, yaitu
lembut / perusahaan / keras / nodular. Hasilkan dari pemeriksaan palpasi yaitu nyeri tekan karena
peregangan organ-organ, peregangan peritonium dan tumor. Pada keadaan normal hati tidak
teraba, teraba kenyal dan ujung tajam. Pada keadaan abnormal hati teraba nyata, lunak dan
ujung tumpul merupakan hepatomegali. Selain itu hati teraba nyata, keras, tidak merata, ujung
ireguler merupakan hepatoma.2

Pada skenario yang ada, didapatkan hasil pemeriksaan fisik abdomen yaitu hepar teraba 2 jari
dibawah arcus costae, 3 jari dibawah processus xyphoideus, tepi tumpul, permukaan rata,
konsistensi kenyal, nyeri tekan negatif, dan pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium pertama yang bisa dilakukan ialah pemeriksaan darah lengkap. Hasil
pemeriksaan darah lengkap pada pasien pasien perlemakan hati non-alkoholik seringkali atau
hampir selalu didapatkan peningkatan ringan sampai sedang konsentrasi AST dan ALT. Ada
juga sebagian kecil pasien yang datang dengan enzim hati yang masih dalam batas normal.
Kenaikan enzim hati biasanya tidak melebihi empat kali (kurang dari 300IU/L) dengan rasio
AST:ALT kurang dari satu, tetapi pada fibrosis lanjut rasio ini dapat mendekati atau bahkan bisa
melebih satu. Pemeriksaan laboratorium lain seperti alkali fosfatase, g-glutamiltransferase,
ferritin darah atau saturasi tranferin juga dapat meningkat sedangkan hipoalbuminemia, waktu
protrombin yang memanjang, dan hiperbilirubinemia biasanya ditemukan pada pasien yang
sudah menjadi sirosis hati. Pada pasien dapat juga ditemukan dyslipidemia yang biasanya dapat
berupa peningkatan konsentrasi trigliserida. Selain itu pada hasil dapat menunjukan adanya
peningkatan konsentrasi gula darah juga karena salah satu faktor resiko perlemakan hati non-
alkoholik ialah diabetes.2,3

Selanjutnya pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan ialah USG. Pada hasil USG dapat
terlihat infiltrasi lemak di hati akan menghasilkan peningkatan difus ekogenisitas (hiperekoik,
bright liver) bila dibandingkan dengan ginjal. USG memiliki sensitifitas yang baik yaitu 89%
dengan spesifitas yang cukup tinggi yaitu 93% dalam mendeteksi steatosis. USG dan MRI
memiliki sensitifitas yang baik untuk mendeteksi perlemakan hati non-alkoholik tetapi tidak
dapat membedakan steatosis dengan steatohepatitis. Infiltrasi lemak di hati menghasilkan gambar
parenkim hati dengan densitas rendah yang bersifat difus pada CT dan ada yang berbentuk fokal.
Gambaran berbentuk fokal ini dapatsalah terbaca sebagai massa ganas di hati. Pada hasil yang
meragukan seperti itu, MRI dapat dipakai untuk membedakan nodul akibat keganasan dari
infiltrasi fokal lemak di hati.2,3

Pemeriksaan penunjang gold standard untuk menegakkan diagnosis fatty liver ialah biopsi hati.
Selain itu biopsi hati juga merupakan satu-satunya metode untuk membedakan steatosis non-
alkoholik dengan perlemakan tanpa atau disertai inflamasi. Biopsi hati perlu dilakukan sebagai
pemeriksaan rutin dalam proses penegakkan diagnosis perlemakan hati non-alkoholik tetapi
terdapat risikonya. Sebagian ahli mendukung biopsi hati sebaiknya dilakukan karena
pemeriksaan histopatologi mampu menyingkirkan etiologi penyakit hati lain, membedakan
steatosis dari steatohepatitis, memperkirakan prognosis dan menilai progresi fibrosis dari waktu
ke waktu. Oleh karena pemeriksaan radiologi dan kimia darah terus menerus diteliti dan
dioptimalkan sebagai metoda pemeriksaan alternatif yang bersifat non invasif. Dari pemeriksaan
secara histologi, perlemakan hati non-alkoholik tidak dapat dibedakan dengan perlemakan hati
akibat alkohol. Gambaran biopsi hati antara lain berupa steatosis, infitrasi sel radang, hepatocyte
ballooning, nekrosis, nucleus glikogen, Mallory’s hialin dan fibrosis. Fibrosis yang ditemukan
pada perlemakan hati non-alkoholik menunjukkan kerusakan hati lebih lanjut dan lebih berat.2,3

Working Diagnosis

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, working diagnosis
yang didapat adalah fatty liver, berarti adanya pengumpulan lemak yang berlebihan di dalam sel-
sel hati. Secara umum, sel hati yang normal sudah mengandung lemak, namun kandungan
lemaknya sedikit. Ketika akumulasi lemak di hati mencapai lebih dari 5% berat hati, inilah yang
dikenal sebagai fatty liver. Pada keadaan ini, sebagian sel-sel hati yang sehat sudah diganti
dengan sel lemak. Hati berubah warna menjadi kuning mengkilat karena berselimut lemak,
membesar dan lebih berat dari keadaan normal, kondisi kesehatan hati akan terganggu. Fatty
liver umumnya tidak berbahaya karena fungsi liver tidak terganggu tetapi dalam jangka panjang,
fatty liver berpotensi menjadi penyebab kerusakan hati dan sirosis serta hepatoma. Penyakit fatty
liver dapat dibagi kepada steatosis (hanya perlemakan hati), Steatohepatitis (perlemakan hati
disertai dengan inflamasi). Keadaan ini terjadi karena konsumsi alkohol yang berlebihan yang
disebut dengan ASH (Alcoholic Steatohepatitis), atau bukan karena alkohol yang disebut NASH
(Nonalcoholic Steatohepatitis). Lemak berlebihan akan memicu terjadinya peradangan pada liver
dan umumnya peradangan akibat lemak hati dikaitkan dengan penyalahgunaan alkohol.1

Tabel 1. Grading untuk steatosis.1


Differential Diagnosis

Penyakit Fatty Liver NAFLD NASH

Gejala Rasa lemah, Rasa lemah, malaise, Rasa lemah,


malaise, keluhan berat badan menurun, malaise, berat
tidak enak dan kadang ada jaundice badan menurun dan
seperti mengganjal ringan dan keluhan keluhan tidak
di perut kanan atas tidak nyaman pada nyaman pada perut
perut kanan atas. kanan atas.
Tidak ada inflamasi Terdapat inflamasi
hati. hati.

Etiologi Obesitas, obat- Obesitas, resistensi Obesitas, resistensi


obatan, gaya hidup, insulin, diabetes insulin, diabetes
penurunan berat mellitus tipe 2, mellitus tipe 2,
badan drastic dan hiperkolesterolemia, pelepasan protein
kekurangan gizi. hipertrigliseridemia inflamasi toksik
dan sindrom oleh sel lemak
metabolik. (sitokin),

stres oksidatif
(kerusakan sel) di
dalam sel-sel hati.4

Etiologi

Kondisi yang paling sering dikaitkan dengan perlemakan hati (fatty liver) adalah sindrom
metabolik (diabetes tipe II, obesitas, dan hipertrigliseridemia). Faktor-faktor lain seperti:5

▪ Obat-obat: misalnya amiodaron, tamoxifen, methotrexate

▪ Alkohol
▪ Kelainan metabolik: misalnya galaktosemia, penyakit penyimpanan glikogen,
homocystinuria dan tyrosinemia

▪ Status gizi: misalnya kelebihan gizi, gizi buruk, nutrisi parenteral total, kelaparan, diet

▪ Masalah kesehatan lainnya: celiac sprue, penyakit wilson

Epidemiologi

Fatty liver bisa terjadi pada segala umur, bahkan anak-anak yang kegemukan. Penderita
steatosis/fatty liver di Amerika Serikat terjadi kira-kira pada 25-35% jumlah populasi di sana.
80% penderita fatty liver adalah obese untuk NASH (Nonalcoholic Steatohepatitis). Risiko fatty
liver meningkat bagi orang dengan berat badan berlebihan atau obese, penderita diabetes dan
pada orang dengan kadar trigliserid yang tinggi. Prevalensi fatty liver pada populasi umum
berkisar antara 10% sampai 24% di berbagai negara. 75% penderita fatty liver merupakan pasien
obesitas, 35% di antaranya akan maju ke NASH walaupun tidak ada bukti konsumsi alkohol
yang berlebihan. Fatty liver terjadi pada 33% dari Eropa-Amerika, 45% dari Hispanik-Amerika,
dan 24% Afrika-Amerika.5,6

Patofisiologi

Gambar 2. Patofisiologi Steatosis (Fatty Liver).7

Lemak dapat mengalami akumulasi di hati melalui beberapa mekanisme. Antaranya adalah
peningkatan pengiriman lemak atau asam lemak dari makanan ke hati. Makanan berlemak
dikirim melalui sirkulasi terutama dalam bentuk kilomikron. Lipolisis pada jaringan adipose
akan melepaskan asam lemak bebas kemudian bergabung dengan trigliserida di dalam adipocyte,
tetapi beberapa asam lemak dilepaskan ke dalam sirkulasi dan diambil oleh hati. Sisa kilomikron
akan dihantar ke hati. Peningkatan sintesis asam lemak atau pengurangan oksidasi di
mitokhondria, keduanya akan meningkatkan produksi trigliserida. Gangguan pengeluaran
trigliserida keluar dari sel hati. Pengeluaran trigliserida dari sel hati tergantung ikatannya dengan
apoprotein, fosfolipid dan kolesterol untuk membentuk VLDL. Fatty liver sendiri terbagi atas 2
macam yaitu non alcoholic fatty liver disease (NAFLD) dan alcoholic fatty liver disease
(AFLD). NAFLD dianggap merepresentasikan komponen hepatik dari sindroma metabolik
berupa obesitas, hiperinsulinemia, resistensi insulin, diabetes, hipertrigliserida dan hipertensi.
Diabetes tipe 2 merupakan komponen utama dari sindroma metabolik dan berkaitan dengan
obesitas maupun NAFLD.Resistensi insulin memainkan peran besar pada patogenesis NAFLD
dimana ditemukan bahwa resistensi ringan sangat umum terjadi pada stadium awal NAFLD dan
semakin berat resistensi insulin (diabetes tipe 2) berhubungan dengan semakin beratnya stadium
dari NAFLD. Pengetahuan tentang patogenesis NAFLD masih belum seluruhnyaterungkap
dengan jelas. Hipotesis yang umum diterima adalah ‘two hit theory’yang dikemukakan oleh Day
dan James pada tahun 1998.7

‘Hit’ pertama adalahterbentuknya perlemakan hati atau steatosis, kemudian terjadi


peningkatansensitifitas hati terhadap ‘hit’ kedua, dimana terjadi inflamasi dan kerusakan selhati,
yang selanjutnya terjadi fibrosis hati. ‘First Hit’ pada jaringan hati adalah penumpukan lemak di
hepatosit yang disebabkan oleh beberapa keadaan seperti dislipidemia,diabetes dan obesitas.
Dalam keadaan normal, asam lemak bebas masuk kehati melalui sirkulasi darah, kemudian
dalam hati akan dimetabolisir lebih lanjut seperti re-esterifikasi menjadi trigliserid atau
digunakan untuk pembentukan lemak lainnya. Adanya lemak dalam tubuh yang berlebih,
misalkan peningkatan jaringan lemak tubuh, khususnya obesitas sentral akan meningkatkan
penglepasan asam lemak bebas yang kemudian menumpuk dalam hepatosit. Hal ini akan diikuti
peningkatan oksidasi dan esterifikasi lemak. Proses ini terfokus pada mitokondria sel hati
sehingga akhirnya terjadi kerusakan mitokondria. Proses tersebut merupakan ‘Second Hit’.7

Hati merupakan tempat metabolisme etanol/alkohol yang terbesar. Sebagian besar jaringan tubuh
termasuk otot rangka mengandung enzim-enzim untuk metabolisme etanol baik secara oksidatif
maupun non-oksidatif. Di dalam hati, ada tiga jalur utama metabolisme alkohol, Alkohol
Dehidrogenase (ADH), sitokrom P-450 2E1 (CYP2E1) dan katalase peroksidase. Ketika stress
oksidatif yang terjadi di hati melebihi kemampuan perlawanan antioksidan, maka aktivasi
hepatic stellate cell dan sitokin proinflamasi akan berlanjut dengan inflamasi yang progresif,
pembengkakan hepatosit dan kematian sel, pembentukan badan Mallory serta fibrosis.7
Manifestasi Klinik

Fatty liver jarang menimbulkan gejala maupun tanda-tanda adanya penyakit hati, karena
penimbunan lemak ini terjadinya secara perlahan-lahan. Gejala klinis yang sering dikeluhkan
penderita adalah rasa lemah, malaise, keluhan tidak enak dan seperti mengganjal di perut kanan
atas. Ini disebabkan karena lemak kebanyakan menumpuk di hati bagian atas serta terdapat
hepatomegali pada palpasi hati. Pada waktu penyakit bertambah parah, mungkin penderita akan
mengalami rasa lelah, sakit di sekitar perut dan lemah. Kuning dapat ditemukan pada 15% pasien
fatty liver.7

Komplikasi

Fatty liver umumnya tidaklah berbahaya karena fungsi liver juga tidak terganggu tetapi dalam
jangka panjang, fatty liver berpotensi menjadi penyakit hati kronik, kerusakan hati atau sirosis
hati. Selain itu, steatosis yang kronik juga dapat melanjut ke hepatoma.8

Penatalaksanaan

Fatty liver adalah kondisi reversibel yang dapat diselesaikan dengan berubahnya perilaku dan
sering tidak memiliki gejala dan biasanya tidak menyebabkan kerusakan permanen. Terdapat
beberapa penatalaksanaan fatty liver, yaitu menurunkan berat badan pada pasien dengan berat
badan yang berlebihan dengan penurunan aman sebanyak ½ kg per minggu, mengurangi
konsumsi alcohol serta meningkatkan vitamin E sebanyak 800 IU per hari. Selain itu juga
memakan diet tinggi asam lemak omega 3 untuk pasien dengan hipertrigliserida. Pioglitazone
juga telah digunakan untuk mengobati fatty liver yakni Nonalcoholic Steatohepatitis, tapi
penggunaan ini pada saat ini dianggap eksperimental.8,9

Edukasi

Perlemakan hati merupakan penyakit yang tidak disadari dan tanpa gejala. Penyakit ini secara
keseluruhan disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Penderita harus membiasakan diri
untuk hidup sehat merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya keadaan
perlemakan hati memburuk dan mencegah efek negatif. Pola hidup sehat yang dapat dilakukan
sejak dini adalah dengan membatasi konsumsi lemak agar tidak berlebih dan melakukan olahraga
rutin setiap hari serta menurunkan konsumsi alkohol.8,9

Prognosis

Prognosis steatosis baik karena steatosis merupakan penyakit reversibel dengan penurunan berat
badan, penghentian penggunaan alkohol, atau keduanya. Hal ini pernah diyakini kondisi jinak
yang jarang berkembang menjadi penyakit hati kronis. Namun, steatosis atau steatohepatitis
dapat berlanjut ke fibrosis hati atau sirosis dan dapat mengakibatkan morbiditas terkait hati dan
kematian.8,9

Kesimpulan

Fatty liver merupakan suatu penyakit yang jarang menimbulkan keluhan karena penimbunan
lemak terjadi secara perlahan-lahan. Awalnya fatty liver tidak menimbulak gejala. Bila
didiamkan selanjutnya gejala klinis yang paling dirasakan pasien biasanya hanya perut terasa
begah dan rasa tidak nyaman pada perut kanan atas. Hal ini dissebabkan karena lemak banyak
menumpuk di hati. Fatty liver merupakan kondisi reversibel yang dapat ditangani dengan
mengubah perilaku serta pola makan dan hidup.
Daftar Pustaka

1. Tirosh O. Liver metabolism and fatty liver disease. New York: CRC Press; 2015.

2. Khanna S. Non-alcoholic fatty liver disease. New Dehli: Elsevier; 2010.

3. Farrell GC, McCullough AJ, Day CP. Non-alcoholic fatty liver disease: a practical guide.
Unisted States: Wiley-Blackwell; 2013

4. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi. Jakarta: Biro Publikasi Fakultas


Kedokteran UKRIDA; 2013.

5. Farrell GC, George J, Hall P de la M, McCullough AJ. Fatty liver disease: NASH and
related disorders. Australia: Blackwell Publishing; 2005.

6. Hasan I. Perlemakan hati non alkoholik. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2014.

7. Schiff ER, Sorrell MF, Maddrey WC. Schiff’s diseases of the liver. 10th Ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2007

9. Younossi ZM. The impact of obesity and nutrition on chronic liver diseases. New York:
Elsevier Inc; 2014.

Anda mungkin juga menyukai