“GOD”
OLEH :
KELOMPOK 7
Hari ini dan selama berabad-abad ada jutaan orang percaya mengenai beberapa
jenis supranatural yang menciptakan alam semesta. Falsafah agama berkenaan dengan
apakah sebuah keyakinan dibenarkan. Namun, sebelum berbalik untuk isu-isu
pembenaran, kita harus memperjelas apa yang kita maksud dengan Tuhan. Jenis Tuhan
yang disembah oleh agama-agama monoteistik Yudaisme, Kristiani dan Islam. Ini
adalah Tuhan yang cerdas, salah satu yang dapat menangguhkan hukum alam, dan dapat
campur tangan dalam urusan manusia dari waktu ke waktu. Tuhan tersebut Maha Kuasa
(dapat melakukan apa-apa), Maha Mengetahui (tahu segalanya), sangat baik, dan kekal.
Berbagai argumen atau bukti telah diuji untuk mengetahui keberadaan Tuhan.
Formulasi awal dari argumen ini difokuskan pada struktur biologis. Mata
manusia dan daun pohon sempurna dirancang untuk tujuan visi dan fotosintesis;
dengan demikian mereka adalah bagian dari rencana desain dari pencipta. Ini
akan menjadi luar biasa jika mereka hanyalah produk dari kebetulan. Hume,
bagaimanapun, menunjukkan bahwa: berpikir, desain, kecerdasan, pada manusia
dan hewan lainnya, tidak lebih dari salah satu sumber prinsip-prinsip alam
semesta (Hume, 1998, pt II, p.19). Mungkin ada sumber lain untuk urutan yang
kita temukan di alam. Dan, satu abad setelah Hume, Charles Darwin (1859)
menunjukkan kepada kita apa ini dari seleksi alam. Ini adalah teori evolusi
Darwin melalui seleksi alam yang menjelaskan beradaptasi sarana untuk tujuan.
Ada cetak biru dari struktur tubuh kita dikodekan dalam DNA kita. Sesekali
mutasi acak tertentu dalam bahan genetik ini menyebabkan kelainan struktural,
kelainan yang biasanya baik ada konsekuensinya atau merugikan bagi
kelangsungan hidup. Kadang-kadang, bagaimanapun, mutasi tersebut terbukti
berguna untuk organisme dan DNA yang kode untuk mereka kemudian
ditularkan melalui reproduksi kepada generasi berikutnya. Evolusi oleh seleksi
alam memberikan penjelasan untuk keteraturan dan kompleksitas biologi yang
tidak menarik bagi kejelian seorang desainer cerdas.
Namun ada perintah di alam yang tidak dapat dijelaskan dengan evolusi
Darwin, dan itu adalah tatanan kosmik. Richard Swinburne (1968; 1991)
menarik dalam versinya argumen dari desain. Alam semesta memiliki urutan
spatio-temporal: berbagai macam galaksi mengandung pengaturan reguler
badan-badan astronomi, dan semua benda - baik besar maupun kecil-terus
berperilaku sesuai dengan hukum-hukum alam. Selalu dan di mana-mana tubuh
tertarik satu sama lain melalui gaya gravitasi; arus listrik menghasilkan medan
magnet dan pada tekanan atmosfer, air mendidih pada 100C. Swinburne
memungkinkan bahwa banyak dari perintah ini dapat diberikan penjelasan
ilmiah yang lebih dalam. Urutan spasial alam semesta - yaitu, susunan galaksi -
dapat dijelaskan dengan merujuk pada hukum gravitasi. Demikian pula,
beberapa dari hukum-hukum alam dapat diturunkan dari hukum-hukum yang
lebih mendasar. Fakta bahwa air mendidih pada 100C dapat dijelaskan dengan
menarik hukum-hukum fisika mengenai ikatan molekul H2O. Meskipun, hukum
tertentu yang tidak dapat dijelaskan dalam hal keteraturan ilmiah lainnya; ini
adalah hukum dasar alam. Ada beberapa perdebatan dalam fisika mengenai
hukum-hukum ini yang mungkin, tetapi masuk akal bahwa hukum tentang
gravitasi dan elektromagnetisme memiliki status tersebut. Ada pilihan
sehubungan dengan keteraturan tersebut. Hal ini baik dapat diterima bahwa tidak
ada penjelasan mengapa alam semesta adalah biasa dalam cara-cara itu hanya
fakta kasar tentang alam - atau dapat bersikeras bahwa harus ada beberapa
penjelasan untuk pesanan ini. Swinburne berpendapat bahwa strategi terakhir
adalah lebih memuaskan dan bahwa penjelasan terbaik bagi tatanan kosmik
adalah bahwa hal itu diberlakukan oleh Tuhan.
1. Nilailah klaim berikut ini yang dibuat oleh Michael Dummett, seorang filsafat
bahasa terkemuka:
Saya tidak mengatakan bahwa mengejar ide ini tentang... [filsafat bahasa] akan
mengarah pada kesimpulan ateistik, tetapi jika memang demikian, meskipun hal
tersebut tidak akan nyaman bagi saya, saya tidak terlalu mempermasalahkan.
Keyakinan religius saya akan mengatakan bahwa saya pasti membuat kesalahan
entah dimana, (Pyle, 1999, hal. 6)
2. Apakah Hume berpikir Bahwa mukjizat tidak mungkin terjadi atau mustahil?
3. Mengapa kita meragukan kesaksian seseorang mengenai mukjizat?
4. Guru teologi anda adalah seorang ateis, namun ia mengajarkan anda ontologis dan
argumen desain terkait keberadaan Tuhan. Jika keyakinan guru anda sendiri tidak
benar / palsu, dan Tuhan benar-benar ada, bisahkah melalui kesaksiannya
menyebabkan anda memiliki pengetahuan tentang Tuhan? (Lihat bab 4, pertanyaan
5.)
5. Dalam Misa Katolik, teman saya mendengar suara bernada tinggi yang indah
mengiringi pujian/nyanyian, tetapi pada saat melihat disekeliling tidak ada orang di
sana yang memiliki suara itu. Beberapa saat kemudian, dia diberitahu oleh pendeta
bahwa orang lain juga telah mendengar suara tersebut (meskipun dia tidak
merasakan sendiri). Haruskah pengalaman seperti ini dianggap sebagai pembenaran
untuk keyakinan religius teman saya?
6. Bisakah anda hidupi/ikuti atheisme? Bisakah hidup benar-benar indah jika tidak ada
Tuhan?
Jawaban
1. Michael Dummett adalah salah satu filsuf Inggris yang paling berpengaruh dari
generasinya. Reputasi filosofisnya sebagian didasarkan pada penelitian tentang
sejarah filsafat analitis dan sebagian pada kontribusi sendiri untuk mempelajari
filsafat logika, bahasa, matematika dan metafisika. Dimana arti dari kalimat diatas
adalah jika kita mengejar sebuah ide atau ilmu baru untuk pengetahuan dimana pasti
akan mengesampingkan keberadaan Tuhan, karena semua berdasarkan ilmu pasti
dimana tidak akan ada namanya suatu keajaiban. Oleh karena itu itu bisa di
simpulkan menjadi atheism. Tetapi oleh Michael Dummett itu tidak dibenarkan,
Karena dengan adanya religius belief semua orang akan sadar bahwa mereka pernah
melakukan kesalahan entah dimana dan mungkin percaya akan adanya hukum
karma seseorang bisa dikatakan tidak atheism. Jadi walaupun seseorang yang
mencari sebuah ilmu pengetahuan pasti yang diman mengeyampingkan keajaiban
atau mukjizat tetapi orang tersebut mempunyai religius belief maka orang tersebut
bukan atheisme.
2. Hume menyatakan bahwa tidak pernah ada laporan persuasive tentang keajaiban,
Mujizat adalah peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam. Hume kemudian
melanjutkan untuk menunjukkan bahwa ada berbagai alasan mengapa kesaksian
empiris tentang mukjizat akan cenderung palsu . Orang sering berhayal fantastis dan
tampaknya tak dapat dijelaskan , karena itu mereka hanya terlalu terbuka untuk
keyakinan bahwa harus ada penjelasan supernatural untuk fenomena tertentu.
3. Hume menjelaskan bahwa ada berbagai alasan mengapa kesaksian empiris tentang
mukjizat akan cenderung palsu. Karena keajaiban adalah menentang hukum alam,
dimana orang mati memang harus tetap mati dan air mendidih pada suhu 100 derajat
celcius. Karena keajaiban tidak dapat dijelaskan dengan hokum alam dan tidak di
ketahui itu benar terjadi atau tidak.
4. Kita tidak bisa mendapatkan pengetahuan tentang Tuhan dari kesaksian seorang
atheis. Atheisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai
keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme. Persepsi
yang dimiliki oleh seorang atheis mengenai keberadaan Tuhan tidaklah tepat untuk
dijadikan dasar untuk memperoleh pengetahuan tentang Tuhan. Karena persepsi
merupakan seperangkat proses mengenali, mengorganisasikan dan memahami
serapan-serapan indrawi yang kita terima dari stimulus lingkungan. Persepi adalah
representasi mental mengenai sebuah stimulus yang sudah dimengerti. Cara kita
merepresentasikan objek–objek bergantung sebagian kepada sudut pandang kita
dalam memahami objek –objek. Jadi persepsi merupakan pengetahuan tentang
sesuatu yang ditangkap oleh indera kita. Di dalam kasus mengenai atheis ini,
seorang atheis seharusnya menyampaikan apa yang dipercayai dan dipahaminya.
5. Pengamatan terhadap terdengarnya suara bernada tinggi yang indah mengiringi
pujian pada misa katholik dapat dianggap sebagai pembenaran keyakinan religious
karena kita dapat menyimpulkankeberadaan Tuhan dengan merasakan
kehadiranNya. Pengalaman ini dapat diklaim sebagai pengenalan langsung dengan
Tuhan yang tidak tersimpulkan. Pengalaman ini tidak dijadikan dasar untuk
berargumen. Pembenaran keyakinan religious ini menyimpulkan bahwa Tuhan itu
ada sebagai makhluk hidup yang masuk dalam pengalamannya sendiri. Tuhan hadir
meskipun tidak dapat dilihat dan tidak dapat disentuh namun dengan kesadaran
dapat merasakan kehadiran Tuhan. Hal ini dapat dibenarkan pembenarannya dengan
fondalisme yaitu pembenaran dilakukan dengan pengalaman kehidupan religious
dan bukan dari alasan yang dapat diartikulasikan.
6. Menurut kami, kami tidak bisa hidup atau mengikuti paham atheisme, apalagi kita
dibesarkan di Negara Indonesia, dimana dari kecil kita sudah dikondisikan untuk
percaya bahwa tanpa agama manusia tidak akan berfungsi secara social dan akan
bertindak anarkis, dalam hal ini agama bisa berperan sebagai rem moral. Maka
mungkin wajar kalau ada ketakutan bahwa tanpa rem moral tersebut, manusia akan
bertindak semaunya. Bahkan yang lebih mendasar, orang-orang berpikir bahwa
tanpa Tuhan hidup mereka tidak akan bermakna dan sebuah hidup hanyalah diikuti
oleh kematian yang hampa.
Menurut kami hidup tidak bisa benar-benar indah jika tidak ada Tuhan. Jika tidak
ada Tuhan kita akan selalu merasa was-was/ tidak tenang dalam menjalankan hidup
ini, karena kita tidak memiliki sumber pegangan hidup. Berbeda halnya ketika kita
percaya dengan tuhan, dimana kita tidak perlu khawatir dalam menjalani hidup ini
meskipun hal buruk menimpa kita karena kita akan selalu dilindungi oleh Tuhan.
Tuhan akan selalu memberikan petunjuk-petunjuk dalam setiap permasalahan yang
kita alami agar kita tidak salah melangkah. Petunjuk-petunjuk tersebut bisa kita
jadikan sebagai pegangan untuk mencapai tujuan yang akan kita capai. Sama
halnya ketika kita ingin meraih sesuatu, dimana kita juga tidak perlu
mengkhawatirkan hasil dari usaha kita, yang penting kita sudah melakukan usaha
yang tebaik, maka hasilnya bisa kita serahkan kepada Tuhan. Dengan demikian
hidup kita bisa terasa lebih indah apabila ada Tuhan karena kita tidak perlu
mengkhawatirkan hal-hal yang berada diluar kendali kita.
REFERENSI