Anda di halaman 1dari 12

TUGAS IMUNOSEROLOGI

Tentang
“INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI”

Disusun oleh:

Rolita Lesmana Sari

1813453056

Dosen pembimbing:

Renowati, M.Biomed

D-III Teknologi Laboratorium Medik

STIKes Perintis Padang

Tahun Ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr. wb…

Puji dan syukur marilah selalu kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan
Mata Kuliah Imunoserologi yang membahasas tentang “Interaksi Antigen dan Antibodi”.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik yang
membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Padang , 1 April 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................1

DAFTAR ISI....................................................................................2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................3


B. Rumusan Masalah................................................................4
C. Tujuan Penulisan..................................................................4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Antigen...............................................................5
B. Pengertian Antibodi..............................................................5
C. Reaksi Antigen Antibodi......................................................6

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................10
B. Saran...................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Tubuh manusia memiliki suatu sistem pertahanan untuk melindungi diri dari
benda asing yang mungkin bersifat patogen. Sistem pertahanan tubuh inilah yang
disebut sistem imun. Sistem imun terdiri dari semua sel, jaringan, dan organ yang
membentuk imunitas, yaitu kekebalan tubuh terhadap infeksi atau suatu penyakit.
Sistem imun memiliki beberapa fungsi pada tubuh, yaitu penangkal “benda” asing
yang masuk ke dalam tubuh, menjaga keseimbangan fungsi tubuh, sebagai pendeteksi
adanya sel-sel yang tidak normal, termutasi, atau ganas dan segera
menghancurkannya
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang
bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia
melekat pada protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen
tersebut dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier
respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk
dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi.
Sebelum pertemuan pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkan
molekul immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma untuk
berfungsi sebagai reseptor antigen. Jumlahnya mencapai 50.000 sampai 100.000 per
sel dan semuanya spesifik bagi satu determinan antigen. Sebuah antigen merangsang
sel untuk membuat dan menyisipkan dalam membrannya molekul immunoglobulin
yang memiliki daerah pengenalan spesifik untuk antigen itu. Setelah itu, limfosit
harus membentuk immunoglobulin untuk antigen yang sama. Pemaparan kedua kali
terhadap antigen yang sama memicu respon imun sekunder yang segera terjadi dan
meningkatkan titer antibodi yang beredar sebanyak 10 sampai 100 kali kadar
sebelumnya. Sifat molekul antigen yang memungkinkannya bereaksi dengan antibodi
disebut antigenisitas. Kesanggupan molekul antigen untuk menginduksi respon imun
disebut imunogenitas
Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen
adalah dengan cara meniadakan antigen tersebut, secara non spesifik yaitu dengan
cara fagositosis. Dalam hal ini, tubuh memiliki sel-sel fagosit yang termasuk ke dalam

3
2 kelompok sel, yaitu kelompok sel agranulosit dan granulosit. Kelompok sel
agranulosit adalah monosit dan makrofag, sedangkan yang termasuk kelompok sel
granulosit adalah neutrofil, basofil, eosinofil yang tergolong ke dalam sel PMN
(polymorphonuclear). Respon imun spesifik bergantung pada adanya pemaparan
benda asing dan pengenalan selanjutnya, kemudian reaksi terhadap antigen tersebut.
Sel yang memegang peran penting dalam sistem imun spesifik adalah limfosit.
Limfosit berfungsi mengatur dan bekerja sama dengan sel-sel lain dalam sistem
fagosit makrofag untuk menimbulkan respon immunologik.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan antigen ?

2.      Apa yang dimaksud dengan antibodi?

3.      Bagaimana interaksi antara antigen dan antibodi?

C.    Tujuan Penulisan

Adapun tujuan adanya Makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman


tentang Antigen dan Antibodi serta proses interaksi dari antigen dan antibodi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengerian Antigen

Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang
berkaitan dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa berupa
polisakarida atau polipeptida, yang tergolong makromolekul dengan BM > 10.000.
Antigen bertindak sebagai benda asing atau nonself oleh seekor ternak dan akan
merangsang timbulnya antibodi.
Antigen memiliki 2 bagian yang harus kamu ketahui. Kedua bagian tersebut
adalah epitop dan hapten.   

1. Determinan antigen (epitop)

Epitop merupakan bagian antigen yang dapat membangkitkan respons imunitas, atau
dengan kata lain, dapat menginduksi pembentukan antibodi. Satu antigen tersusun dari 2
atau lebih molekul epitop. 

2. Hapten

Hapten adalah molekul kecil yang hanya bisa menginduksi produksi antibodi jika
bergabung dengan carrier yang bermolekul besar. Oleh karena itu, hapten memiliki sifat
imunogenik. Hapten dapat berupa obat, antibiotik, dan kosmetik.

B. Pengertian Antibodi
Antibodi merupakan protein-protein yang terbentuk sebagai respon terhadap
antigen yang masuk ke tubuh, yang bereaksi secara spesifik dengan antigen tersebut.
Konfigurasi molekul antigen-antibodi sedemikian rupa sehingga hanya antibodi yang
timbul sebagai respon terhadap suatu antigen tertentu saja yang ccocok dengan
permukaan antigen itu sekaligus bereaksi dengannya

5
C. Interaksi Antigen Antibodi
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B.
Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel
plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang
merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen
disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.
Secara garis besar, interaksi antigen-antibodi adalah seperti berikut:
a) Antigen/hapten masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, udara, injeksi, atau
kontak langsung.
b) Antigen berikatan dengan antibody.
c) Histamine keluar dari sel mast dan basofil
d) Timbul manifestasi alergi

a.      Tiga Kategori Interaksi Antigen-Antibodi


Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer, sekunder, dan
tersier.
1.      Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibody
pada situs identik yang kecil, bernama epitop.

2.      Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:
a.       Netralisasi
Yaitu interaksi yang terjadi jika antibody secara fisik dapat menghalangi sebagian
antigen menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat
toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang
rentan.
b.      Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse darah yang
tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan.
c. Presipitasi
Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar,
sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya
mengendap.

6
d.      Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu mengikat
reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang
mengandung antigen tersebut.
e.       Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel
pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell
kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibody sebelum
dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.

3.      Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari interaksi antigen-
antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh
menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas mikroba,dan
lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan
defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

b. Interaksi Antigen-Antibodi
Tahap pertama dari respon antibodi dimulai dari fagositosis antigen oleh
makrofag atau sel lain dalam sistem retikuloendotelial yang meliputi sel-sel
Langerhans di kulit, sel dendritik pada spleen dan lymph node, serta monosit dalam
darah. Sel-sel tersebut berdasarkan fungsi imunologisnya digolongkan sebagai
antigen-presenting cells (APC).
Penghasilan antibodi terhadap kebanyakan antigen memerlukan interaksi dan
pengaktifan kedua-dua sel B dan T. Antibodi memiliki kemampuan spesifik untuk
mengikat determinat site dari antigen atau yang disebut dengan determinan antigenik.
Berikut merupakan gambaran ikatan antara dua molekul antigen dengan situs
pengikatan antigen di daerah-daerah variabel pada anti bodi. Sel-sel ini mungkin
menghasilkan gerak balas terhadap epitop berbeza pada antigen yang sama, tetapi
epitop-epitop tersebut mesti tergabung (physically-linked). Kompleks antigen yang
tergabung ke reseptor sel B (terdiri dari imunoglobulin permukaan, sIg) akan
didegradasi dalam sel yang mengandungi molekul MHC II. Kompleks peptid-MHC
ini akan diekspres pada permukaan sel, di mana ia akan berinteraksi dengan sel T

7
yang mempunyai reseptor sesuai. Hasil dari pergabungan antigen serta sitokin-sitokin
yang dihasilkan oleh sel T, sel B diaktifkan dan menjalani proses proliferasi menjadi
sel penghasil antibodi (sel plasma).
Antigen yang mempunyai epitop berulang-berulang boleh menghubung-
silangkan reseptor sel B (BCR) dan mengaktifkan sel B secara terus. Kebanyakan
antigen protein tidak mempunyai epitop seperti itu tetapi terdiri daripada epitop-
epitop yang berlainan. Oleh itu, untuk menghasilkan gerak balas terhadap antigen
protein, sel B memerlukan isyarat-isyarat dari sel T CD4+. Antigen seperti ini
dipanggil antigen bergantung timus. Penghasilan antibodi terhadap antigen
bergantung timus memerlukan pengaktifan dan interaksi kedua-dua sel B dan T.
Sebagai keperluan tambahan, sel B dan sel T tersebut mesti mengacam epitop-epitop
yang tergabung (walaupun epitop-epitop berlainan) pada satu antigen, untuk
kerjasama antara sel B dan sel T berlaku.

Pergabungan antigen dan sitokin yang dihasilkan oleh sel T, sel diaktifkan dan
menjalani proliferasi dan membeza menjadi sel plasma penghasil antibodi. Jenis
sitokin yang dihasilkan mempengaruhi kelas antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma.
Ini jelas ditunjukkan dalam gerak balas terhadap antigen bebas timus (diterangkan di
bawah). Antigen ini tidak mengaruh pertukaran kelas atau gerak balas ingatan.

Dalam gerak balas primer, sel T paling berkesan diaktifkan oleh antigen yang
diproses oleh sel dendritik. Sel T teraktif ini kemudian akan berinteraksi dan
mengaktifkan sel B seperti diterangkan di bawah. Dalam gerak balas sekunder sel
dendritik tidak diperlukan. Sel B dan T boleh bekerjasama dengan efisien kerana sel-
sel ini telah teraktif. Dalam gerak balas sekunder sel B memerangkap antigen melalui
reseptornya (sIg) dan kompleks antigen-sIg ditelan, kemudian didegradasi dalam
dengan molekul MHC II, diangkut dan diekspres pada permukaan sel di mana ia akan
berinteraksi dengan sel T CD4+. Interaksi ini disertai oleh interaksi antara beberapa
molekul permukaan lain Hasilnya kedua-dua sel B dan T menjadi teraktif: sel T akan
menghasilkan sitokin dan sel B menghasilkan antibodi.

Antibodi memiliki sisi pengikat antigen pada daerah variabel dan antigen
memiliki sisi penghubung determinan (epitop). Oleh karena itu, kedua sisi akan
berikatan membentuk kompleks antigen dan antibodi. Mekanisme pengikatan antibodi
ke antigen dapat melalui beberapa cara yaitu :

8
1. Fiksasi komplemen

Dalam fiksasi komplemen terjadi aktivasi sistem komplemen oleh kompleks


antigen-antibodi. Komplemen memiliki 20 protein serum yang berbeda. Ketika
infeksi, protein serum pertama teraktivasi dan mengaktifkan protein serum
selanjutnya secara jalur berantai (efek domino). Hasil reaksi komplemen tersebut akan
melisiskan sel-sel patogen dan virus. Fiksasi komplemen menghasilkan 2 jenis efek
yang disebut dengan sitolisis dan inflamasi.

2. Netralisasi

Netralisasi menyebabkan antibodi menutup sisi penghubung determinan


antigen, sehingga antigen tidak berbahaya dan akhirnya dapat dicerna oleh sel fagosit.

3. Aglutinasi (penggumpalan)

Yang dimaksud dengan aglutinasi adalah kondisi ketika satu antibodi memiliki
minimal 2 pengikatan. Semua sisi pengikatan tersebut berikatan dengan antigen
berupa materi partikel seperti sel darah merah atau bakteri. Oleh karena itu, kompleks
besar dengan mudah difagosit oleh makrofag.

4. Presipitasi (pengendapan) 

Presipitasi adalah pengikatan silang molekul-molekul antigen yang terlarut


dalam cairan tubuh. Setelah terendapkan, antigen dikeluarkan dan dibuang melalui
fagositosis.

9
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit

B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel

plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan

dengan antigen yang merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat

melekatnya antibody pada antigen disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya

antigen pada antibodi disebut variabel.

Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer, sekunder,

dan tersier.

B. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam


proses pembelajaran dan semoga bisa menambah ilmu tentang interaksi antigen dan
antibodi dalam sistem imunitas tubuh

10
DAFTAR PUSTAKA

 Nurcahyo, Heru. 2013. Hand Out Molekul Hormon & Molekul Immunoglobulin.
UNY : Yogyakarta.
 Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Vol.1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
 Anggraini Popi, dkk. 2017. Imunoglobulin. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta
 E, Dika Putri, dkk. 2013. Antigen dan Antibodi. Malang: Universitas Brawijaya

11

Anda mungkin juga menyukai