Pada Penilaian Acuan Normatif (PAN), analisis butir dilakukan untuk aspek tingkat
a. Tingkat kesukaran
rumus:
pH pL
p
2
Keterangan:
p = indeks kesukaran
pH= proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar butir tes
pL= proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar butir tes
Contoh:
Kelompok atas
No. Nama Skor Tes untuk Butir Nomor Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (Xt)
1 Fredi 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11
2 Rosmi 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10
3 Tanu 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10
4 Jaya 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 9
5 Samy 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 9
6 Suro 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 9
7 Wisnu 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 8
8 Adin 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 8
Np (jlh bnr) 7 5 7 6 6 6 7 7 6 7 3 7
pH (proporsi 0,88 0,63 0,88 0,75 0,75 0,75 0.88 0,88 0,75 0,88 0,38 0,88
atas
1
Kelompok bawah
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dihitung indeks kesukaran setiap butir tes,
sebagai berikut.
0,88 0,25
Untuk butir 1, p 0,565 =0,57(taraf kesukaran sedang)
2
0,63 0,38
Untuk butir 2, p 0,505 =0,51(taraf kesukaran sedang)
2
0,88 0,38
Untuk butir 3, p 0,63 (taraf kesukaran sedang)
2
0,75 0,13
Untuk butir 4, p 0,44 (taraf kesukaran sedang)
2
0,75 0,25
Untuk butir 5, p 0,50 (taraf kesukaran sedang)
2
0,75 0,50
Untuk butir 6, p 0,625 (taraf kesukaran sedang)
2
dst
b. Daya pembeda
2
rumus:
D = PH –PL
Keterangan:
D = indeks daya pembeda
PH = proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar butir tes
PL = proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar butir tes
Daya pembeda ini sekurang-kurangnya berkualitas cukup. Kriteria yang digunakan untuk
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dhitung indeks daya pembeda setiap butir tes,
sebagai berikut.
dst
3
X p Xt p
rpbis
St q
Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi point biserial
X p rerata skor dari subjek yang menjawab benar untuk butir soal yang akan dicari
validitasnya
X t rerata skor total
St = simpangan baku skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal dimaksud
q = proporsi siswa yang menjawab salah pada butir soal dimaksud
11 10 10 9 9 8 6 5 3
Untuk butir 1, X p 7,89
9
77
Xt 7,7; st 6,01 2,45
10
11 10 10 9 9 8 6
Untuk butir 2, X p 9,0
7
77
Xt 7,7; st 6,01 2,45
10
dst
Nilai kriteria minimal korelasi point biserial ditetapkan pada 2 kekeliruan baku di atas
nol, dimana:
4
1
sp
N 1
Keterangan:
sp = kekeliruan baku
N = ukuran sampel
1
2s p 2 x 0,6667
10 1
Sehingga dari dari 2 butir yang telah dihitung nilai korelasi point biserialnya di atas,
hanya butir 2 yang memenuhi kriteria minimal, sedangkan butir 1 tidak memenuhi
kriteria minimal.
d. Efektivitas option
Suatu option dikatakan efektif jika memenuhi fungsi atau tujuan disajikannya
option tersebut. Hal ini berarti bahwa setiap option yang disajikan memiliki kemungkinan
yang sama untuk dipilih, jika testi menjawab soal tersebut dengan cara menerka
(spekulasi).
Option yang merupakan jawaban benar disebut option kunci (key option), sedangkan
option lannya disebut option pengecoh (distractor option). Option kunci dikatakan
5
1) jumlah pemilih kelompok atas harus lebih banyak dari jumlah pemilih
2) jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah lebih dari 25% dan
tidak lebih dari 75% testi (siswa) pada kelompok atas dan kelompok bawah tersebut.
Selanjutnya option pengecoh dikatakan efektif jika memenuhi kriteria sebagai berikut.
1) jumlah pemilih kelompok atas harus lebih sedikit (kurang) dari jumlah pemilih
kelompok bawah;
2) jumlah pemilih paling sedikit (minimal) 5% dari testi (siswa) pada kelompok atas dan
3) jika testi (siswa) tidak memilih salah satu option pada butir tes tersebut (disebut
omit), maka jumlahnya tidak lebih dari 10% jumlah siswa pada kelompok atas dan
kelompok bawah.
Untuk menentukan efektivitas option setiap butir tes perhatikan banyaknya pilihan
setiap potion pada kelompok atas dan kelompok bawah, kemudian gunakan kriteria yang
telah dideskripsikan di atas. Sebagai contoh misalnya sebaran pilihan option pada suatu
6
Atas 0 2 5 1 0
Bawah 1 1 3 2 1
*Option kunci
a) Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih kelompok bawah
b) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah sebanyak 1 orang. Ini lebih
dari 5% x 16 = 0,8
2) Option b sebagai salah satu optin pengecoh tidak berfungsi efektif, sebab jumlah
pemilih kelompok atas lebih banyak dari jumlah pemilih kelompok bawah.
a) Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih kelompok bawah
b) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah sebanyak 8 orang atau 50%.
a) Jumlah pemilih kelompok atas lebih banyak dari jumlah pemilih kelompok bawah
b) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah sebanyak 3 orang. Ini lebih
dari 5% x 16 = 0,8
5) Omit masih di bawah toleransi, karena jumlahnya hanya 1, tidak lebih dari 10% x 16 =
1,6
7
Tujuan penilaian acuan patokan adalah untuk mengetahui kemampuan seseorang
menurut patokan tertentu. Syarat penilaian ini adalah (1) butir soal yang digunakan harus
yang diharapkan tersebut adalah kemampuan yang tidak dapat dikuasai siswa sebelum
Analisis butir tes acuan patokan, tidak hanya diarahkan untuk mencari butir-butir
yang baik, tetapi juga untuk mengkaji proses pembelajaran. Jika suatu kelompok siswa
tidak memperoleh hasil belajar sebagaimana ditetapkan (diharapkan) pada butir tertentu,
penyusunan butirnya.
Tujuan analisis butir tes acua patokan adalah untuk menyelidiki apakah faktor-
faktor yang tidak berhubungan dengan ranah tertentu berpengaruh terhadap penampilan
pada butir-butir tes. Karena alasan inilah maka tidak harus menentukan varians skor butir
yang diperoleh dari kelompok siswa tertentu. Dengan demikian, indeks daya pembeda
yang diuraikan pada analisis butir penilaian acuan norma tidak diperlukan dalam
Dalam analisis butir tes acuan patokan, yang perlu dientukan (dianalisis) adalah
8
Indeks sensitivitas butir pada dasarnya merupakan ukuran seberapa baik butir tersebut
membedakan antara siswa yang telah dan yang belum mengikuti KMB. Prosedur
kepada kelompok siswa yang sama. Statistika daya pembeda dinyatakan sebagai:
D = ppost - ppre
Keterangan:
ppost = proporsi yang menjawab butir soal secara benar pada post-test
ppre = proporsi yang menjawab butir soal secara benar pada pre-test
Misalnya 30 siswa mengerjakan suatu tes yang terdiri atas 10 butir, sebelum dan
sesudah pembelajaran. Hasil tes tersebut dan sensitivitas butirnya disajikan pada tabel
berikut.
Indeks sensitivias butir yang efektif berada diantara 0,00 – 1,00. Semakin besar indeks
b. Indeks persesuaian.
9
Ada kalanya pengembang tes perlu mengkaji kemiripan jawaban dari suatu
kelompok siswa terhadap setiap kemungkinan pasangan butir yang dibuat dengan
spesifikasi sama. Hal semacam ini mungkin saja terjadi dalam situasi di mana tes yang
akan dikembangkan dipilih secara acak dari butir-butir yang sementara diujicobakan.
Pengembang tes tersebut juga mengetahui apakah butir-butir itu dapat saling
n(ad bc) 2
2
a b c d a c (b d )
Keterangan:
n = banyaknya siswa keseluruhan
a = banyaknya siswa yang menjawab benar kedua butir
b = banyaknya siswa yang menjawab salah butir 1, tetapi benar pada butir 2
c = banyaknya siswa yang menjawab benar butir 1, tetapi salah pada butir 2
d = banyaknya siswa yang menjawab salah kedua butir
ad
p
n
Keterangan:
p = proporsi persesuaian
Selain itu dapat pula ditentukan apakah taraf kesukaran butir sama dalam populasi
siswa. Dengan kata lain, apakah kedua butir tes telah dipelajari siswa dengan cara yang
sama baik, ataukah siswa secara signifikan tampil lebih baik pada satu butir dibandingkan
2
| b c | 1 2
bc
10
Misalnya dari hasil uji coba pada 60 siswa diketahui bahwa 30 siswa menjawab kedua
butir dengan benar, 12 siswa menjawab butir satu salah tetapi butir dua benar, 8 siswa
menjawab butir satu benar tetapi butir dua salah, dan 10 orang menjawab kedua butir
salah. Sehingga
a. Indeks persesuaian
n(ad bc) 2
2
a b c d a c b d
60 300 96
2
4218 22 38
= 3,951
Nilai 2 ini lebih dari 2 tabel = 3,84 (untuk α = 0,05). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kedua butir tersebut mengukur hal (isi) yang sama.
ad
p
n
30 10
60
= 0,667
11
2
| b c | 1
2
bc
12 8 1 2
12 8
= 0,45
Nilai 2 ini kurang dari 2 tabel = 3,84 (untuk α = 0,05). Dengan demikian, taraf
kesukaran kedua butir sama. Dengan kata lain, siswa tlah bekerja sama baiknya
12