Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS BUTIR SOAL

1. Analisis Butir Tes Acuan Normatif

Pada Penilaian Acuan Normatif (PAN), analisis butir dilakukan untuk aspek tingkat

kesukaran, daya pembeda, korelasi point biserial, dan efektivitas option.

a. Tingkat kesukaran

rumus:

pH  pL
p
2

Keterangan:
p = indeks kesukaran
pH= proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar butir tes
pL= proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar butir tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran adalah sebagai berikut.

Indeks Kesukaran Butir Kategori


p ≤ 0,25 sukar
0,75 ≥ p > 0,25 Sedang
0,75 < p Mudah

Contoh:
Kelompok atas
No. Nama Skor Tes untuk Butir Nomor Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (Xt)
1 Fredi 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 11
2 Rosmi 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10
3 Tanu 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10
4 Jaya 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 9
5 Samy 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 9
6 Suro 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 9
7 Wisnu 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 8
8 Adin 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 8
Np (jlh bnr) 7 5 7 6 6 6 7 7 6 7 3 7
pH (proporsi 0,88 0,63 0,88 0,75 0,75 0,75 0.88 0,88 0,75 0,88 0,38 0,88
atas

1
Kelompok bawah

No. Nama Skor Tes untuk Butir Nomor Total


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (Xt)
23 Susi 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 5
24 Lisa 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 5
25 Lusi 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 4
26 Seli 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4
27 Isul 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 4
28 Heru 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4
29 Henry 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3
30 Usi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
Np (jlh bnr) 2 3 3 1 2 4 1 2 3 2 6 2
pL (proporsi 0,25 0,38 0,38 0,13 0,25 0,50 0,13 0,25 0,38 0,25 0,75 0,25
bawah

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dihitung indeks kesukaran setiap butir tes,

sebagai berikut.

0,88  0,25
Untuk butir 1, p   0,565 =0,57(taraf kesukaran sedang)
2

0,63  0,38
Untuk butir 2, p   0,505 =0,51(taraf kesukaran sedang)
2

0,88  0,38
Untuk butir 3, p   0,63 (taraf kesukaran sedang)
2

0,75  0,13
Untuk butir 4, p   0,44 (taraf kesukaran sedang)
2

0,75  0,25
Untuk butir 5, p   0,50 (taraf kesukaran sedang)
2

0,75  0,50
Untuk butir 6, p   0,625 (taraf kesukaran sedang)
2

dst

b. Daya pembeda

2
rumus:

D = PH –PL

Keterangan:
D = indeks daya pembeda
PH = proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar butir tes
PL = proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar butir tes

Daya pembeda ini sekurang-kurangnya berkualitas cukup. Kriteria yang digunakan untuk

menentukan indeks daya pembeda adalah sebagai berikut.

Tabel Penafsiran Indeks Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Kategori


D > 0,40 sangat baik
0,30 < D ≤ 0,40 Baik
0,20 < D≤ 0,30 Cukup
D≤ 0,20 Jelek

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dhitung indeks daya pembeda setiap butir tes,

sebagai berikut.

Untuk butir 1, p = 0,88 – 0,25 = 0,63 (daya pembeda sangat baik)

Untuk butir 2, p = 0,63 – 0,38 = 0,25 (daya pembeda cukup)

Untuk butir 3, p = 0,88 – 0,38 = 0,50 (daya pembeda sangat baik)

Untuk butir 4, p = 0,75 – 0,13 = 0,62 (daya pembeda sangat baik)

Untuk butir 5, p = 0,75 – 0,25 = 0,50 (daya pembeda sangat baik)

Untuk butir 6, p = 0,75 – 0,50 = 0,25 (daya pembeda cukup)

dst

c. Korelasi point biserial

3
X p  Xt p
rpbis 
St q

Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi point biserial
X p  rerata skor dari subjek yang menjawab benar untuk butir soal yang akan dicari
validitasnya
X t  rerata skor total
St = simpangan baku skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal dimaksud
q = proporsi siswa yang menjawab salah pada butir soal dimaksud

Sebagai contoh, perhatikan kembali tabel 3.6.

11  10  10  9  9  8  6  5  3
Untuk butir 1, X p   7,89
9

77
Xt   7,7; st  6,01  2,45
10

p = 0,9; dan q = 0,1

7,89  7,7 0,9


Sehingga rpbis   0,2327
2,45 0,1

11  10  10  9  9  8  6 
Untuk butir 2, X p   9,0
7

77
Xt   7,7; st  6,01  2,45
10

p = 0,7; dan q = 0,3

9,0  7,7 0,7


Sehingga rpbis   0,8105
2,45 0,3

dst

Nilai kriteria minimal korelasi point biserial ditetapkan pada 2 kekeliruan baku di atas

nol, dimana:

4
1
sp 
N 1

Keterangan:
sp = kekeliruan baku
N = ukuran sampel

Dengan demikian, dalam kasus contoh di atas diperoleh:

1
2s p  2 x  0,6667
10  1

Sehingga dari dari 2 butir yang telah dihitung nilai korelasi point biserialnya di atas,

hanya butir 2 yang memenuhi kriteria minimal, sedangkan butir 1 tidak memenuhi

kriteria minimal.

d. Efektivitas option

Suatu option dikatakan efektif jika memenuhi fungsi atau tujuan disajikannya

option tersebut. Hal ini berarti bahwa setiap option yang disajikan memiliki kemungkinan

yang sama untuk dipilih, jika testi menjawab soal tersebut dengan cara menerka

(spekulasi).

Option yang merupakan jawaban benar disebut option kunci (key option), sedangkan

option lannya disebut option pengecoh (distractor option). Option kunci dikatakan

efektif jika memenuhi kriteria sebagai berikut.

5
1) jumlah pemilih kelompok atas harus lebih banyak dari jumlah pemilih

kelompok bawah; dan

2) jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah lebih dari 25% dan

tidak lebih dari 75% testi (siswa) pada kelompok atas dan kelompok bawah tersebut.

Selanjutnya option pengecoh dikatakan efektif jika memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) jumlah pemilih kelompok atas harus lebih sedikit (kurang) dari jumlah pemilih

kelompok bawah;

2) jumlah pemilih paling sedikit (minimal) 5% dari testi (siswa) pada kelompok atas dan

kelompok bawah; dan

3) jika testi (siswa) tidak memilih salah satu option pada butir tes tersebut (disebut

omit), maka jumlahnya tidak lebih dari 10% jumlah siswa pada kelompok atas dan

kelompok bawah.

Untuk menentukan efektivitas option setiap butir tes perhatikan banyaknya pilihan

setiap potion pada kelompok atas dan kelompok bawah, kemudian gunakan kriteria yang

telah dideskripsikan di atas. Sebagai contoh misalnya sebaran pilihan option pada suatu

butir soal adalah sebagai berikut.

Tabel Sebaran Pilihan Option pada Suatu Butir Soal

Kelompok Option Omit


a b c* d

6
Atas 0 2 5 1 0
Bawah 1 1 3 2 1

*Option kunci

Dari data pda Tabel 4.4. dapat disimpulkah bahwa:

1) Option a sebagai salah satu option pengecoh berfungsi efektif, sebab:

a) Jumlah pemilih kelompok atas kurang dari jumlah pemilih kelompok bawah

b) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah sebanyak 1 orang. Ini lebih

dari 5% x 16 = 0,8

2) Option b sebagai salah satu optin pengecoh tidak berfungsi efektif, sebab jumlah

pemilih kelompok atas lebih banyak dari jumlah pemilih kelompok bawah.

3) Option c sebagai option kunci berfungsi efektif, sebab:

a) Jumlah pemilih kelompok atas lebih dari jumlah pemilih kelompok bawah

b) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah sebanyak 8 orang atau 50%.

Ini lebih dari 25% dan kurang dari 75%.

4) Option d sebagai salah satu option pengecoh berfungsi efektif, sebab:

a) Jumlah pemilih kelompok atas lebih banyak dari jumlah pemilih kelompok bawah

b) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah sebanyak 3 orang. Ini lebih

dari 5% x 16 = 0,8

5) Omit masih di bawah toleransi, karena jumlahnya hanya 1, tidak lebih dari 10% x 16 =

1,6

2. Analisis Butir Tes Acuan Patokan

7
Tujuan penilaian acuan patokan adalah untuk mengetahui kemampuan seseorang

menurut patokan tertentu. Syarat penilaian ini adalah (1) butir soal yang digunakan harus

mencerminkan indikator kemampuan yng diharapkan (ditargetkan), dan (2) kemampuan

yang diharapkan tersebut adalah kemampuan yang tidak dapat dikuasai siswa sebelum

siswa mengikuti proses pembelajaran.

Analisis butir tes acuan patokan, tidak hanya diarahkan untuk mencari butir-butir

yang baik, tetapi juga untuk mengkaji proses pembelajaran. Jika suatu kelompok siswa

tidak memperoleh hasil belajar sebagaimana ditetapkan (diharapkan) pada butir tertentu,

kegagalan mungkin disebabkan tidak memadainya pembelajaran, spesifikasi tes, atau

penyusunan butirnya.

Tujuan analisis butir tes acua patokan adalah untuk menyelidiki apakah faktor-

faktor yang tidak berhubungan dengan ranah tertentu berpengaruh terhadap penampilan

pada butir-butir tes. Karena alasan inilah maka tidak harus menentukan varians skor butir

yang diperoleh dari kelompok siswa tertentu. Dengan demikian, indeks daya pembeda

yang diuraikan pada analisis butir penilaian acuan norma tidak diperlukan dalam

penilaian acuan patokan.

Dalam analisis butir tes acuan patokan, yang perlu dientukan (dianalisis) adalah

(1) indeks sensitivitas butir, dan (2) indeks persesuaian.

a. Indeks sensitivitas butir

8
Indeks sensitivitas butir pada dasarnya merupakan ukuran seberapa baik butir tersebut

membedakan antara siswa yang telah dan yang belum mengikuti KMB. Prosedur

penentuan sensitivitas pembelajaran dengan cara memberikan pre-test dan post-test

kepada kelompok siswa yang sama. Statistika daya pembeda dinyatakan sebagai:

D = ppost - ppre

Keterangan:
ppost = proporsi yang menjawab butir soal secara benar pada post-test
ppre = proporsi yang menjawab butir soal secara benar pada pre-test

Misalnya 30 siswa mengerjakan suatu tes yang terdiri atas 10 butir, sebelum dan

sesudah pembelajaran. Hasil tes tersebut dan sensitivitas butirnya disajikan pada tabel

berikut.

Tabel Hasil Tes Sebelum dan Sesudah Pembelajaran

No. Butir Banyak subjek yang Proporsi D


benar
Pre-test Post-test Pre-test Post-test
1. 12 26 0,400 0,867 0,467
2. 4 30 0,133 1,00 0,867
3. 19 22 0,633 0,733 0,100
4. 11 17 0,367 0,567 0,200
5. 10 25 0,333 0,833 0,500
6. 17 19 0,567 0,633 0,066
7. 5 10 0,167 0,333 0,166
8. 21 29 0,700 0,967 0,267
9. 8 16 0,267 0,533 0,266
10. 6 15 0,200 0,500 0,300

Indeks sensitivias butir yang efektif berada diantara 0,00 – 1,00. Semakin besar indeks

sensitivitas butir menunjukkan semakin besar keberhasilan pembelajarannya.

b. Indeks persesuaian.

9
Ada kalanya pengembang tes perlu mengkaji kemiripan jawaban dari suatu

kelompok siswa terhadap setiap kemungkinan pasangan butir yang dibuat dengan

spesifikasi sama. Hal semacam ini mungkin saja terjadi dalam situasi di mana tes yang

akan dikembangkan dipilih secara acak dari butir-butir yang sementara diujicobakan.

Pengembang tes tersebut juga mengetahui apakah butir-butir itu dapat saling

dipertukarkan. Untuk mengetahui indeks persesuaian digunakan rumus:

n(ad  bc) 2
2 
 a  b  c  d  a  c  (b  d )
Keterangan:
n = banyaknya siswa keseluruhan
a = banyaknya siswa yang menjawab benar kedua butir
b = banyaknya siswa yang menjawab salah butir 1, tetapi benar pada butir 2
c = banyaknya siswa yang menjawab benar butir 1, tetapi salah pada butir 2
d = banyaknya siswa yang menjawab salah kedua butir

Selanjutnya dapat pula ditentukan proporsi persesuaian yang menunjukkan kekonsistenan

dalam menjawab kedua butir. Rumus yang digunakan adalah:

ad
p
n

Keterangan:

p = proporsi persesuaian

Selain itu dapat pula ditentukan apakah taraf kesukaran butir sama dalam populasi

siswa. Dengan kata lain, apakah kedua butir tes telah dipelajari siswa dengan cara yang

sama baik, ataukah siswa secara signifikan tampil lebih baik pada satu butir dibandingkan

dengan butir yang lain. Untuk itu digunakan rumus:

2 
 | b  c | 1 2
bc

10
Misalnya dari hasil uji coba pada 60 siswa diketahui bahwa 30 siswa menjawab kedua

butir dengan benar, 12 siswa menjawab butir satu salah tetapi butir dua benar, 8 siswa

menjawab butir satu benar tetapi butir dua salah, dan 10 orang menjawab kedua butir

salah. Sehingga

a. Indeks persesuaian

n(ad  bc) 2
2 
 a  b  c  d  a  c  b  d 

60 300  96 
2

 4218 22 38

= 3,951

Nilai  2 ini lebih dari  2 tabel = 3,84 (untuk α = 0,05). Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa kedua butir tersebut mengukur hal (isi) yang sama.

(i) Proporsi persesuaian

ad
p
n

30  10

60

= 0,667

Ini menunjukkan bahwa terdapat konsistensi penampilan pada kedua butir

tersebut bagi 66,7% siswa.

(ii) Uji  2 untuk perbedaan taraf kesukaran butir

11
 2

 | b  c | 1
2

bc

 12  8  1 2


12  8

= 0,45

Nilai  2 ini kurang dari  2 tabel = 3,84 (untuk α = 0,05). Dengan demikian, taraf

kesukaran kedua butir sama. Dengan kata lain, siswa tlah bekerja sama baiknya

terhadap isi yang diukur oleh kedua butir.

12

Anda mungkin juga menyukai