(31118168)
Farmasi 2D
PRATIKUM XII
IDENTIFIKASI FENOL DAN ETER
I. Tujuan
Untuk mengidentifikasi senyawa golongan fenol.
Untuk mengidentifikasi senyawa golongan eter.
Untuk mengetahui reaksi-reaksi identifikasi senyawa golongan fenol dan
eter.
Fenol didapat melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat
dengan proses Rasching, fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi
batu bara. Fenol merupakan komponen utama pada antiseptik dagang,
triklorofenol atau dikenal TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian
komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik. Fenol juga
berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi
rumput liar dan lainnya), ( Kaniawati, 2011 ).
Fenol mempunyai gugus seperti alkohol akan tetapi gugus fungsinya melekat
langsung pada cincin aromatik. Fenol mempunyai sifat-sifat yaitu mempunyai
sifat asam. Atom H dapat diganti tak hanya dengan logam (seperti alkohol tetapi
juga dengan basa, terjadi fenolat. Sifat asam dar ifenol-fenol lemah dan fenolat ini
dapat diuraikan dengan asam karbonat. Mudah dioksidasi, juga oleh O2 udara dan
memberikan zat-zat warna, mereduksi larutan fehling dan Ag-beramoniak.
Memberi reaksi-reaksi berwarna dengan FeCl3. Mempunyai sifat antiseptik,
beracun, mengikis, Ka = 1 X 10-10.
Fenol biasanya digunakan sebagai antiseptikum (dimana hal ini mungkin
karena mempunyai sifat mengkoagulasu protein) koefisien fenol (kf) :
perbandingan kons. Fenol/kons. Zat untuk mematikan suatu macam bakteri dalam
waktu yang sama dan juga sebagai sintesis misalnya : asam salisilat, aspirin, dan
fenolftalein, ( Riawan, 1990 ).
Berdasarkan sifat nya:
SIFAT KIMIA
Fenol tidak dapat dioksidasi menjadi aldehid atau keton yang jumlah atom
C-nya sama, karena gugus OH-nya terikat pada atom C yang tidak mengikat
atom H lagi. Jadi fenol dapat dipersamakan dengan alcohol tersier.
Jika direaksikan dengan H2SO4 pekat tidka membentuk ester melainkan
membentuk asam fenolsulfonat ( o atau p).
Dengan HNO3 pekat dihasilkan nitrofenol dan nitrasi selanjutnya terbentuk
2,3,4 trinitrofenol atau asam pikrat.
Lanjutan fenol dalam air bersifat sebagai asam lemah jadi mengion sbb :
karena itu fenol dapat bereaksi dengan basa dan membentuk garam fenolat.
SIFAT FISIKA
Fenol murni berbentuk kristal tak berwarna, sangat berbau dan mempunyai
sifat-sifat antiseptic.
Agak larut dalam air dan sebaliknya sedikit air dapat larut dalam fenol cair.
Karena bobot molekul air itu lebih rendah dan turun titik beku molal dari
fenol itu tinggi, yaitu 7,5 maka campuran fenol dengan 5-6% air telah
terbentuk cair pada temperature biasa. Larutan fenol dalam air disebut air
karbol atau asam karbol.
Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan jarak C-O sekitar
140 pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan valensi,
hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah sp3. Oksigen lebih elektronegatif
daripada karbon, sehingga hidrogen yang berada pada posisi alfa relatif terhadap
eter bersifat lebih asam daripada hidrogen senyawa hidrokarbon. Walau demikian,
hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa hidrogen keton. Eter secara
umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih reaktif dari
pada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai berikut.
1. Pembelahan eter
2. Pembentukan peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan
oksigen (ataupun udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam,
dan aldehida. Peroksida yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena ini,
diisopropil eter dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.
Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted. Asam kuat
dapat memprotonasi oksigen, menghasilkan "ion onium". Contohnya, dietil eter
dapat membentuk kompleks dengan boron trifluorida, yaitu dietil eterat
(BF3.OEt2). Eter juga berkooridasi dengan Mg(II) dalam reagen Grignard. Polieter
(misalnya eter mahkoya) dapat mengikat logam dengan sangat kuat.
SIFAT FISIKA
Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan sesamanya,
sehingga mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih yang relatif rendah
dibandingkan dengan alkohol. Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C
eter adalah 110 derajat, sehingga dipol C-O tidak dapat meniadakan satu sama
lainnya. Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester,
ataupun amida. walau demikian, keberadaan dua pasangan elektron menyendiri
pada atom oksigen eter, memungkinkan eter berikatan hidrogen dengan molekul
air.Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi. Eter siklik
seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air karena atom
oksigennya lebih terpapar ikatan hidrogen dibandingkan dengan eter-
eter alifatik lainnya.
SIFAT KIMIA
1). Eter kurang reaktif dibandingkan alkohol, kecuali dalam hal pembakaran.
2). Eter tidak bereaksi dengan logam natrium (logam aktif), sehingga sifat ini
dapat membedakan eter dengan alkohol.
3). Eter bereaksi dengan PCl5 tetapi tidak membebaskan HCl, sehingga sifat ini
dapat pula digunakan untuk membedakan eter dengan alkohol.
R – O – R’ + PCl5→ R’ – Cl + POCl3
4). Eter dapat mengalami reaksi subtitusi dengan HI yang akan membentuk alkil
iodide/iodo-alkana dan alkohol. Namun bils penambahan HI berlebih R’OH
yang terbentuk akan akan bereaksi lebih lanjut menghasilkan RI (iodo-alkana
atau alkil iodida)
R – O – R’ + HI → RI + R’OH
R’ – OH + HI → R’ – I + H2O
III. Alat & Bahan
A. ALAT
A. FENOL
Uji Zeisel
1. Ambil beberapa ml senyawa eter dan tambahkan hidrogen iodida
2. Panaskan diatas penangas air
3. Setelah diperoleh hasil produk yang terbentuk panaskan produk
diatas api bunsen
4. jika timbul gas maka dilewatkan melalui kertas nitrat merkuri jenuh
5. Amati perubahan warna, jika kertas berubah menjadi merah/kuning
maka eter hadir dalam larutan
Tes Lakmus
Dua buah tabung reaksi lain masing-masing diisi 2 mL eter, lalu diberi
tanda A dan B. Celupkan kertas lakmus biru, amati perubahan yang
terjadi.
Tes Logam Na
Masukkan 1 mL dietil eter ke dalam tabung reaksi kemudian tambahkan
sedikit logam natrium (seukuran kacang hijau). Amati reaksi yang terjadi.
A. Hasil Pengamatan
Fenol = pH 4
Etanol = pH 5
Uji FeCl3
OH OFeCl2
+ FeCl3 + HCl
3. Uji Liberman
Pada uji ini fenol bereaksi dengan asam sulfat pekat dan natrium nitrit
membentuk kompleks kuinon monoksim warna kuning. Dengan kelebihan fenol
dan asam sulfat, kompleks indophenol biru tua terbentuk. Pada pengenceran,
indophenol warna merah terbentuk yang berubah menjadi larutan garam natrium
indophenol warna biru tua pada pengobatan dengan natrium hidroksida. Dengan
persamaan reaksi sebagai berikut:
6. Uji Zeisel
Penentuan Zeisel atau uji Zeisel adalah tes kimia untuk keberadaan ester
atau eter dalam zat kimia. Dalam tes kualitatif, sampel pertama kali bereaksi
dengan campuran asam asetat dan hidrogen iodida dalam tabung reaksi . Reaksi
berikutnya menghasilkan pembelahan eter atau ester menjadi alkil iodida dan
masing-masing berupa alkohol atau asam karboksilat . Dengan memanaskan
campuran ini, gas dibiarkan bersentuhan dengan selembar kertas lebih tinggi dari
tabung reaksi jenuh dengan perak (II) nitrat . Setiap alkil iodida yang ada akan
memberikan reaksi dengan senyawa merkuri menjadi perak (II) iodida yang
memiliki warna merah atau kuning. Dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
7. Uji Logam Na
Pada Tes Logam Na, dietil eter ditambahkan dengan logam Na seukuran
kacang hijau, reaksi yang terjadi yaitu tidak berwarna atau tidak bereaksi. Dalam
hal ini, pada eter gugus fungsi kurang reaktif yang menyebabkan eter sukar
bereaksi dengan logam Na. Eter tidak dapat bereaksi dengan logam natrium,
karena natrium adalah logam yang aktif. Sesuai dengan sifat eter sendiri yaitu
sukar bereaksi kecuali dengan asam halida kuat. Selain itu karena eter bersifat
kurang polar, sehingga sukar untuk bereaksi.
8. Uji ph Eter
Tes Lakmus Biru dan Merah. Senyawa yang diidentifikasi pada lakmus biru
berubah menjadi merah dan pada lakmus merah tetap berwarna merah. Hal ini
berarti senyawa yang diidentifikasi merupakan senyawa asam.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian pratikum yang telah dilakukan mengenai identifikasi
senyawa fenol dan eter maka dapat disimpulkan bahwa senyawa fenol ini bersifat
asam terbukti pada lakmus biru menjadi merah, dan fenol ini dapat membentuk
senyawa kompleks dengan FeCl3 dengan warna hitam keunguan. Kemudian
apabila fenol direaksikan dengan asam yaitu H2SO4 maka akan berubah warna
menjadi merah sedangkan apabila ditambahkan NaOH maka akan kembali
menjadi warna biru pada uji lieberman.
Dan untuk eter sama halnya fenol yaitu bersifat asam, dan ciri khasnya tidak
dapat bereaksi dengan logam Na, selain itu Eter hanya bereaksi dengan asam
halide menghasilkan alkohol dan alkil halida. Pada uji Zeisel terjadi rekasi eter
yaitu pembelahan eter oleh asam asetat dan hydrogen iodida menjadi alkil
iodida dan masing-masing berupa alkohol atau asam karboksilat.
VII. Daftar Pustaka