Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tugas Karantina Pertanian Surabaya meliputi usaha untuk mencegah masuk dan

menyebarnya Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu

Tumbuhan Karantina (OPTK) dari luar ke wilayah Indonesia, maupun antar area di dalam

wilayah Indonesia.Oleh karena itu, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, karantina pertanian

dengan segala keterbatasannya baik Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya

Keuangan (SDK), tetap dituntut untuk melakukan pengawasan sehingga peluang penyebaran

HPHK dan OPTK yang dapat membahayakan kelestarian sumberdaya alam hayati dan

kepentingan nasional, dapat diminimalisir. Untuk itu dalam perannya sebagai benteng pertanian

Indonesia, karantina pertanian harus sigap dalam melakukan pencegahan dan pengendalian

gangguan berupa HPHK dan OPTK.

Peternakan menjadi tumpuan dan andalan bagi peningkatan produksi pangan di masa yang

akan datang guna memenuhi kebutuhan dan pasokan permintaan pasar seiring dengan

kecenderungan menurunya hasil peternakan dalam negeri. Namun penurunan produksi dari segi

kualitas maupun kuantitas yang dapat mengakibatkan musnahnya penurunan  mutu produk

sehingga kerugian ekonomis yang di timbulkannya pun sangat besar, ini di sebabkan karena

adanya beberapa faktor kegagalan usaha peternakan seperti serangan wabah dan hama penyakit

serta penurunan kualitas lingkungan.

1
Salah satu diantaranya adalah penyakit bakteri dan virus yang menimbulkan berbagai

perubahan kimiawi pada substansi yang di tumbuhnya mereka mampu menghancurkan zat. Ada

beberapa macam bakteri dan virus menimbulkan penyakit pada binatang (termasuk manusia),

tumbuhan dan protista lainya. Organisme ini sangat luas penebaranya di lingkungan sehari-hari

(Michael et al,  2008),  adapun bakteri dan virus yang menyerang pada binatang misalnya di

bidang budidaya peternakan yang dapat menyebabkan kematian hewan ternak ruminansia adalah

antraks. Dapat hidup dalam waktu yang lama dalam jaringan inang tanpa menimbulkan gejala

klinis. Gejala klinis penyakit umumnya tampak setelah terjadi kematian dengan keluarnya leleran

darah pada lubang alami.

Untuk itu  perlu di adakan upaya mencegah masuk dan tersebarnya hama penyakit

hewan, dilakukan melalui kegiatan Karantina Hewan dimana berdasarkan  Undang-Undang

Nomor : 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan dan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor : 35 tahun 2016 tentang jenis dan tarif penerimaan negara bukan pajak padan

Kementerian Pertanian adalah institusi pemerintah yang memiliki  yang memiliki Tugas dan

Fungsi (Tupoksi) sebagai pengamatan terdepan di dalam upaya mencegah masuk dan

tersebarnya  Hama dan Penyakit Hewan  Karantina (HPHK) yang mempunyai potensi merusak

kelestarian sumber daya hayati hewan, baik yang berasal dari kegiatan antar area, dalam negeri

(domestik masuk/keluar), maupun kegiatan Ekspor/ impor. Selain itu di perlukan penerapan

sistem pemeriksaan  dan metode  diagnosa/identifikasi  hama dan penyakit  hewan secara  tepat 

yang di dukung oleh sarana dan prasarana  yang sesuai dengan pendekatan  sistem dan metode

terbaru.

2
Dengan meningkatnya mobilitas manusia, hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal

hewan, benda lain, maka semakin besar tugas karantina pertanian Surabaya khususnya karantina

hewan terhadap adanya resiko pemasukan HPHK dari luar negeri khususnya HPHK yang belum

ada di Indonesia (eksotik), karena komoditi hewani dapat menjadi Media Pembawa Hama dan

Penyakit Hewan Karantina (MP-HPHK). Pengawasan terhadap MP-HPHK yang dilalulintaskan

baik ekspor, impor maupun domestik harus dilakukan oleh petugas karantina hewan.

Pemeriksaan tersebut meliputi kelengkapan dokumen perijinan maupun pemeriksaan kesehatan

termasuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.

1.2 Tujuan Kegiatan

1 Meningkatkan kemampuan dan pemahaman mahasiswa tentang hewan dan upaya-upaya

pencegahan, penanganan serta pengendalian penyakit ternak besar.

2   Mengetahui cara pengambilan sampel darah pada hewan yang ada di karantina.

3    Mengetahui peran dan fungsi dokter hewan dalam karantina.

4    Mengetahui proses pemeriksaan masuk dan keluarnya hewan melalu pelabuhan dan Cargo.

5    Mengetahui hewan yang terkena penyakit dengan cara pengujian laboratorium.

1.3 Manfaat Kegiatan

1. Menambah wawasan dan pengalaman dunia kerja di bidang kedokteran hewan.

2. Mengetahui penerapan ilmu di lapangan, khususnya pada ternak dan hewan kesayangan.

3. Mahasiswa mendefinisikan dan mengidentifikasi berbagai masalah peternakan dan kasus-

kasus penyakit ternak besar.

4. Mahasiswa dapat mempraktekkan teori-teori penanganan penyakit melalui pemeriksaan

laboratorium.

3
5. Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan di pelabuhan dan Cargo karantina surabaya.

4
BAB II

PROFIL KARANTINA PERTANIAN SURABAYA

2.1 Balai Karantina Pertanian Surabaya

Karantina Pertanian merupakan garda depan pertanian untuk melindungi kelangsungan

sumber daya hayati hewani dan nabati. Keberadaan karantina yang strategis mutlak diperlukan

karena negara Indonesia merupakan negara agraris dan kepulauan.

Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya adalah salah satu Unit Pelaksana

Teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian – Kementerian Pertanian sebagai hasil

penggabungan antara UPT Balai Besar Karantina Hewan Tanjung Perak dan UPT Balai Besar

Karantina Tumbuhan Tanjung Perak. UPT ini dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian

Nomor: 22/Permentan/Ot.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian.

UPT Balai Besar Karantina Hewan Tanjung Perak pertama kali dibentuk Pada Tahun

1978 dengan nama Balai Karantina Kehewanan Wilayah III Surabaya,  sedangkan Balai Besar

Karantina Tumbuhan Tanjung Perak dibentuk pada tahun 1980 dengan nama Karantina

Tumbuhan Cabang Pelabuhan Tanjung Perak.

2.2 VISI

Menjadi Garda Terdepan Pelayanan Karantina yang Tangguh, Profesional, Modern dan
Terpercaya di Jawa Timur pada tahun 2019

5
2.3 MISI

1. Melindungi kelestarian sumber daya hayati hewani dan nabati dari ancaman
serangan hama dan penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina (OPTK) serta pengawasan lalu lintas komoditi pertanian segar
yang memenuhi standard keamanan pangan;
2. Meningkatkan manajemen operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan;
3. Mewujudkan Sistem Manajeman Mutu Pelayanan dengan mengimplementasikan
secara konsisten ISO 9001:2015 / SNI 19- 9001-2015;
4. Mewujudkan kompetensi sebagai Laboratorium Penguji (Testing Laboratory)
dengan mengimplementasikan secara konsisten ISO/IEC 17025:2008;
5. Mendorong terwujudnya peran perkarantinaan Surabaya dalam akselerasi ekspor
komoditas pertanian yan
6. g akseptabel dan mampu bersaing di pasar internasional;
7. Mendukung keberhasilan program agribisnis dan ketahanan pangan Jawa Timur;
8. Membangun masyarakat cinta karantina pertanian di Jawa Timur

2.4 TUGAS POKOK

Melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan


keamanan hayati, hewani dan nabati

2.5 Maklumat Pelayanan

Dengan ini, kami menyatakan sanggup menyelenggarakan pelayanan

sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan serta siap menerima sanksi

untuk setiap pengaduan yang tidak ditindaklanjuti sesuai peraturan

perundangan

6
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan

Kegiatan Praktek kerja lapangan dilaksanakan oleh mahasiswa pendidikan profesi dokter

hewan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya kusuma Surabaya di Balai Karantina

Pertanian Surabaya yang dibagi menjadi 3 tempat yaitu : Balai Karantina pusat bagian

laboratorium, Balai karantina Tanjung Perak dan Balai karantina Cargo Juanda. PKL

dilaksanakan selama seminggu, tanggal 21 januari – 25 januari 2019.

3.2. Kegiatan Balai karantina Hewan Tanjung Perak

Kegiatan PKL yang dilakukan di Karantina Hewan Tanjung Perak meliputi Tindakan

Karantina Hewan bulu bebek, pakan ternak, dan hewan besar. Bersama petugas karantina hewan

Tanjung Perak mahasiswa PKL juga melakukan pemeriksaan kulit ternak impor yang digarami

yang berasal dari Polandia. Pemeriksaan dilakukan di daerah Gresik, Driyorejo, dan Sidoarjo

total ada 13 kontener. Pemeriksaan meliputi kesesuaian dan jumlah barang dengan yang

dilaporkan didokumen. Prosedurnya adalah pemilik kulit harus mengurus dokumen ke karantina

sebelum kapal pembawa kulit berlabuh. Jika syarat pada dokumen sudah sesuai, maka ketika

kulit telah sampai di darat akan dilakukan pemeriksaan oleh petugas karantina yaitu dokter

7
hewan atau paramedik. Untuk uji diagnostik bisa menggunakan isolasi dan identifikasi anthrax

dan PCR.

3.2.1 Persyaratan dan Prosedur Impor

A. Persyaratan

i. Dilengkapi Sertifikat Kesehatan/Health Certificate

ii. Melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditentukan.

iii. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat pengeluaran untuk
keperluan tindakan karantina.

B. Dokumen Lain

i. Dilengkapi Surat Keterangan Asal untuk BAH dan HBAH yang diterbitkan oleh

produsen/tempat pengolahan di daerah negara asal.

8
ii. Invoice

iii. Packing List

iv. Surat Rekomendasi Persetujuan Pemasukan

v. Bill of Lading/Air Ways Bill

C. Prosedur

i. Pengguna jasa mengajukan permohonan pemeriksaan karantina (PPK) secara


online/manual (Form 1) dan menyerahkan bukti kelengkapan dokumen Ai dan Bi-v

ii. Penerimaan dokumen PPK diverifikasi oleh petugas pendok

iii. Dokumen yang sudah lengkap dan sah proses layanan dilanjutkan

iv. Penerbitan Surat Tugas (KH-2) dan KH-5 (Persetujuan Bongkar)

v. Penerbitan SPPMP (Surat Perintah Pemindaian Media Pembawa) untuk media pembawa
yang berada di TPK

vi. Penerbitan KH-7 (Persetujuan Masuk Karantina), kemudian submit ke portal INSW dan
submit periksa lanjut TPK untuk media pembawa yang berada di TPK

vii. Dilakukan TKH instalasi

viii. Setelah proses selesai dilakukan pelepasan Sertifikat Pelepasan Karantina


Hewan/Certificate of Animal Quaratine Release (KH-14) kemudian submit ke portal
INSW.

D. Produk Layanan:

9
1. KH-1

2. KH-2

3. KH-5

4. KH-7

5. KH-14

E. Waktu Layanan : 3 Hari

F. Biaya Pelayanan : (Sesuai PP No. 35 tahun 2016)

3.2.2 Poultry by-product meal

Poultry by-product meal adalah bagian-bagian ayam gagal produksi yang dipotong,

seperti kepala, kaki, telur yang gagal dan isi perut, tidak termasuk bulu, dimana hal-hal yang tak

terhindarkan tersebut dapat terjadi, sekalipun dalam proses produksi yang baik.

Poultry by-product meal berwarna coklat muda keemasan, dengan bau ternak ayam segar.

Produk ini dapat digunakan sebagai sumber protein dalam pembuatan makanan untuk semua

jenis ternak ayam dan makanan hewan piaraan. Pemeriksaan ppm juga dilaksanakan oleh

petugas karantina Tanjung Perak Surabaya untuk mengetahui kemurnian produk tersebut.

Petugas karantina mengambil sampel ppm kemudian di periksa dilaboratorium.

10
Persyaratan dan Prosedur Impor

A. Persyaratan

i. Dilengkapi Sertifikat Kesehatan/Health Certificate

ii. Melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditentukan.

iii. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat pengeluaran untuk
keperluan tindakan karantina.

B. Dokumen Lain

i. Dilengkapi Surat Keterangan Asal untuk BAH dan HBAH yang diterbitkan oleh
produsen/tempat pengolahan di daerah negara asal.

ii. Invoice

iii. Packing List

iv. Surat Rekomendasi Persetujuan Pemasukan

v. Bill of Lading/Air Ways Bill

11
C. Prosedur

i. Pengguna jasa mengajukan permohonan pemeriksaan karantina (PPK) secara


online/manual (Form 1) dan menyerahkan bukti kelengkapan dokumen Ai dan Bi-v

ii. Penerimaan dokumen PPK diverifikasi oleh petugas pendok

iii. Dokumen yang sudah lengkap dan sah proses layanan dilanjutkan

iv. Penerbitan Surat Tugas (KH-2) dan KH-5 (Persetujuan Bongkar)

v. Penerbitan SPPMP (Surat Perintah Pemindaian Media Pembawa) untuk media pembawa
yang berada di TPK

vi. Pemeriksaan fisik sehat dan sesuai dengan dokumen dilakukan pelepasan (KH14),
kemudian submit ke portal INSW dan release TPK untuk media pembawa yang di TPK

D. Produk Layanan:

1. KH-1

2. KH-2

3. KH-5

5. KH-14

E. Waktu Layanan : 1 Hari

F. Biaya Pelayanan : (Sesuai PP No. 35 tahun 2016)

3.2.3 Monitoring Lalu Lintas Telur

12
Kegiatan monitoring lalulintas telur di lakukan di kota blitar yang meliputi kunjungan ke

UD.Morodadi, Semeru farm, PT.Bumi ayu sejati dan PT.Delima libu maja. Kegiatan monitoring

ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi persyaratan, kelayakan teknis, tempat dan sarana /

fasilitas pendukung pelaksanaan tindakan karantina hewan berupa pemeriksaan visual dengan

mengacu kepada peraturan menteri pertanian nomor 38/permentan/OT.140/3/2014. Serta untuk

mengetahui kelayakan hewan dan atau produk hewan yang akan dilalulintaskan.

Hasil Penilain meliputi

1.Aspek Dokumentasi / administrasi :

 Akta pendirian perusahaan


 Tanda daftar perusahaan (TDP)
 Surat izin usaha perdagangan (SIUP)
 Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
 Surat keterangan domisili perusahaan
 Kartu tanda penduduk (KTP)
 Struktur organisasi
 Uraian tugas,wewenang dan tanggung jawab personal
 Daftar fasilitas kantor
 Surat izin tempat usaha (SITU)
 Rekomendasi dari dinas terkait

2. Aspek kelayakan teknis

a.Tempat dan sarana

 Kondisi dan situasi lingkungan


 Bangunan dan knstruksi
 Daya tampung media pembawa dan alat angkut
 Kondisi tempat dan sarana jalan / halaman
 Kondisi lokasi tanah yang tersedia

b. Kelayakan teknis

3. Aspek sumberdaya manusia

13
3.3 Kegiatan Balai karantina Cargo Juanda

Hewan yang akan dikirim menggunakan pesawat, pemohon diwajibkan

mengkarantinakan hewannya terlebih dahulu. Pemohon diwajibkan mengisi formulir

permohonan pengujian dan mengisi KH-1 tentang berita acara serah terima media pembawa

hawa penyakit hewan karantina dan dokumen karantina kepada petugas karantina di tempat

pemasukan dan/atau pengeluaran setelah itu dilanjutkan dengan mengisi KH-2 yang dilakukan

oleh petugas tentang surat penugasan melakukan tindakan karantina hewan setelah itu

dilanjutkan dengan KH-3 yaitu pelaporan pelaksanaan tindakan karantina hewan setelah

dilakukan pengujian maka akan keluar laporan hasil uji serologis/virology kemudian akan

dikeluarkan KH-11 tentang sertifikat kesehatan hewan, untuk produk hewan dikeluarkan

sertifikat KH-12, sedangkan untuk sertifikat benda lain dikeluarkan sertifikat KH-13. Saat

sampai ke tempat tujuan KH-11 akan ditukar dengan KH-14 tentang sertifikat pelepasan

karantina.

Untuk pengambilan KH-11 terdapat persyaratan administrasi, dimana harga sertifikat sebesar

Rp.5000,00. Dan sampel yang digunakan maksimal adalah 5 sampel.

Dokumen yang diberikan ke pengirim adalah KH-11 dan kuitansi sedangkan untuk arsip

susunannya yaitu KH-2,KH-3, kuitansi,KH-11,KH-1, laporan hasil uji laboratorium, dan

lampiran-lampiran data pendukung

14
3.3.1 Pengambilan sampel

Pengambilan sampel pada ungags ada 2 cara yaitu dengan cara swab trakea atau anus pada

burung dan pengambilan sampel darah pada ayam. Sampel dengan cara swab akan diuji dengan

metode rapid test sedangkan sampel darah akan di uji HA-HI yang diambil dari vena pectoralis

yang ada disayap kanan dan kiri.

Ada beberapa daerah memiliki persaratan khusus untuk memasukan hewan, daerah yang

melarang pemasukan unggas yaitu Maluku (Ambon), Maluku Utara (Ternate), Papua, Papua

Barat Kec sorong (harus dilakukan pengujian PCR. Pemasukan unggas dengan persaratan

Kalimantan barat (Pontianak) dengan memgunkan pengujian PCR maksimal 2 ekor (jika lebih

dari 2 ekor mengunakan SKKH), batam menggunakan SKKH diatas 5 ekor , Sumbawa (Bima)

menggunakan SKKH, Bali menggunkan PCR maksimal 2 ekor (menggunakan pernyataan

bermatrai sesuai permentan 37 tahun 2014 ). Daerah yang melarang pemasukan HBR yaitu bali,

NTB, papua, papua barat, kpri( batam, tanjung pinag, karimun). Pemasukan HPR dengan

persaratan: kaliamantan tengah(palangkaraya) menggunkan uji ELISA titer AB protektif,

Kalimantan Barat ( Pontianak) menggunakan uji ELISA titer AB protektif serta NTT

mengunakan uji ELISA titer AB protektif dan SKKH.

3.4 Kegiatan Balai Karantina Laboratorium

3.4.1 Uji HA

Uji HA digunakan untuk mendeteksi virus yang memiliki hemaglutinin. Hemaglutinin ini

dapat mengaglutinasi eritrosit beberapa spesies hewan, salah satunya adalah eritrosit unggas.

Kegunaan lainnya dari uji HA adalah sebagai dasar untuk menentukan titer virus ND (Darminto,

15
1996).  Uji HA untuk menentukan titer virus ND didasarkan pada prinsip kemampuan

hemaglutinasi dari virus ND terhadap sel darah merah (Grimes, 2002).

Titer HA adalah pengenceran tertinggi yang masih dapat mengaglutinasi eritrosit. HA sempurna

ditandai dengan lapisan sel darah merah secara merata pada dasar sumuran microplate dan

penjernihan dari cairan di bagian atas tanpa terjadinya pengendapan. Sedangkan hasil negative

menunjukan sel darah merah berbentuk titik di tengah sumuran (Ernawati dkk, 1996).

ALAT              :

–          microplate dasar v

–          multichannel pipet 5-50µl

–       mikropipet 100 µl

BAHAN          :

–   PBS (0,01 M) pH 7,0-7,2Antigen ND,RBC 1 %;Alkohol, Serum kontrol positif dan negatif

ND; mikropipet tip

CARA KERJA

1. Masukkan 0,025 ml PBS kedalam tiap lubang sumuran mikroplate dengan dasar v.

2. Maukkan 0,025 ml suspensi virus ( dari cairan alantois telur yang telah diinfeksi virus)

ke dalam lubang pertama. Untuk mendapatkan nilai HA yang akurat, harus dilakukan seri dilusi

dengan jarak yang dekat seperti 1/3, ¼, 1/5, 1/6 dan seterusnya

3. Buatlah pengenceran dari volume 0,025 ml suspensi virus sampai lubang ke 11 pada

mikrotiter plate (duplo)

4. Selanjunya masukkan 0,025 ml PBS ke dalam masing – masing sumuran

16
5. Masukkan 0,025 ml RBC 1% (v/v) ke dalam tiap lubang sumuran

6. Campur dengan menggoyangkan plate dengan lembut dan biarkan RBC untuk

mengendap kurang lebih selama 40 menit pada suhu ruang kurang lebih 20 o C atau selama 60

menit pada suhu 4o C , jika temperatur suhu lingkungan tinggi, maka kontrol RBC akan terbentuk

seperti tombol

7. HA ditentukan dengan memiringkan mikroplate dan melihat ada atau tidaknya bentukan

tetes air mata pada RBC. Titrasi harus dilihat sampai pengenceran tertinggi untuk mendapatkan

nilai HA (no streaming) ini merupakan 1 HA unit (HAU) dan dapat dihitung secara akurat dari

kisaran awal pengenceran

8. Hasil, Positif: tidak terdapat tetesan air mata

Negativ: terdapat tetesan air mata

17
3.4.2 Pemeriksaan HI

Pada pemeriksaan sampel di Lab Juanda pada Uji HI didapati hasil negatif ditandai

dengan tidak terbentuk nya tetesan air pada plate. Ini menandakan hewan siap untuk di kirim.Uji

HI merupakan pemeriksaan serologis yang membuktikan pembentukan antibodi spesifik

hemaglutinin (HA) dari virus dalam serum darah(WHO,2002).

Bahan dan Alat

Bahan: PBS(0,01M) pH 7-7,2; Antigen ND 4 HA Unit; RBC 1%; serum unggas; kontrol positif;

kontrol negatif; alkohol; mikropipet tip.

Alat: Microplate dasar V; Multichannel Pipet 5-50µl; Mikropipet 100µl; kabinet biosafety;

shaker.

Cara kerja

a. Masukkan 0,025 ml PBS ke dalam tiap lubang sumuran mikroplate dengan dasar V.

b. Masukkan serum 0,0025 ml ke dalam plate lubang pertama.

c. Buat dua seri pengenceran dengan volume 0,025 ml serum sampai sumuran ke 11.

d. Tambahkan virus/ antigen 4 HAU sebanyak 0,025 ml pada sumuran 1 s/d 11 dan biiarkan

selama 30 menit pada suhu ruang ( kurang lebih 20°C) atau 60 menit pada suhu 4°C.

e. Tambahkan 0,025 ml RBC ayam 1% (v/v) ke dalam tiap sumuran dan campur dengan

hati- hati, biarkan sampai RBC mengendap kurang lebih 40 menit dalam suhu ruang

( kurang lebih 20°C), atau 60 menit pada suhu 4°C.

f. Titer HI pengenceran tertinggi dari serum yang menyebabkan hambatan penuh terhadap

antigen 4 HAU. Aglutinasi dinilai dengan memiringkan plate, hambatan ditunjukan pada

sumuran yang terdapat aliran RBC yang sama dengan kontrol.

18
g. Validitas hasil harus dinilai terhadap serum kontrol negatif, yang seharusnya tidak

memberikan titer> 1/4 (>22 atau log>22 ketika ditanyakan sebagai timbal balik), dan

serum kontrol positif untuk yang titer harus dalam satu dilusi yang telah diketauhi

Hasil,Positif: jika terdapat bentukan air mata

,Negativ: tidak terdapat tetesan air mata

WHO.2002. WHO Manual on Animal Influenza Diagnosis and Surveilance.

WHO/CDS/CSR/NCS/2002.5.Rev.1. http://who.int. [diakses 23 Januari 2019].

3.4.3 Pengujian Nitrit dengan spektrofotometrik

Indonesia merupakan produsen sarang burung terbesar di dunia. Hampir sebagian besar

sarang walet yang dihasilkan diekspor ke Repubik Rakyat Cina (RRC).Kandungan nitrit pada

sarang burung walet membuat RRC pemasukan sarang walet dari Indonesia. Hal ini

mempengaruhi ekspor sarang walet Indonesia secara global. Sehingga mentri membuat

peraturan yang tertuang dalam  Permentan No. 41/PERMENTAN/OT.140/3/2013 hanya

mempersyaratakan ambang batas cemaran nitrit sebesar 125 mg/kg. Sementara di negara

RRC ambang batas cemaran nitrit sebesar 30 mg/kg.

Penggunaan nitrit yang melebihi batas dapat menyebabkan methaemoglobinemia dan

kanker. Oleh sebab itu, diperlukan metode deteksi kandungan nitrit dalam sarang walet yang

tepat, cepat, murah dan valid baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Salah satunya dengan

menggunakan Spektrofotometer.(Kementan, 2017).

Spektrofotometri adalah suatu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk

mengukur konsentrasi sampel secara kuantitatif, berdasarkan interaksi materi dengan cahaya.

19
Cahaya yang diserap oleh materi ini akan terukur sebagai Transmitans ataupun Absorbans.

Prinsip nya adalah Nitrit dalam suasana asam pada pH 2-2,5 akan bereaksi dengan

sulfanilamid (SA) dan N- (1-naphthyl) ethylene diamine dihydrochloride (NED

dihydrochloride) membentuk senyawa azo yang bewarna keunguan. Warna yang terbentuk

diukur absorbansinya secara spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 543

nm(SNI, 2004).

Cara kerja:

a. Haluskan sampel sarang burung walet dengan blender

b. Timbang 0,5 gram

c. Masukan kedalam labu ukuran 50 ml

d. Tambahkan aquabides bebas ion sebanyak 40 ml

e. Tambahkan 3 ml larutan NaCl jenuh dan kemudian homogenkan dengan cara digoyang

f. Masukkan kedalam sonicator selama 30 menit dengan suhu 40°C

g. Dinginkan mencapai suhu kamar

h. Tambahkan aquabides sampai tanda tera kemudian homogenkan

i. Saring dengan menggunakan kertas saring no 42 dan tampung dalam erlenmeyer 100ml

j. Siapkan labu ukur 10 ml, kemudian pindahkan supernatant sampai batas tera

k. Kemudian tambahkan 0,5 ml larutan Sulfanamida

l. Diamkan selama 5 menit, kemudian tambahkan larutan NED 0,5 ml

m. Diamkan selama 15 menit

n. Ambil 3 ml, masukan ke dalam kuvet

o. Ukur serapan dengan menggunakan spektrometer dengan panjang gelombang maksimum

20
Intrepetasi hasil: Kandungan Nitrit diketauhi adanya konsentrasi sampel yang mengandung Nitrit

setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan spektrofotometri.

C dari kurva x Volume Pelarutan


[C]-NO2=
Bobot sampel( gram)

21
DAFTAR PUSTAKA

Deteksi Nitrit. http://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=2376.


[Diakses pada 24 Januari 2019].
Darminto dan P. Ronohardjo. 1996. Vaksin Newcastle Disease Inaktif Berasal Dari Virus
Isolat Kementan. 2017. Dukung Ekspor Sarang Burung Walet, Karantina Surabaya Pelajari Uji
Cepat
Ernawati, R., J. Rahmahani., N. Sianita, Suwarno, W. Tjahjaningsih. 1996. Pengaruh
Pemberian Vaksin Kombinasi Newcastle Disease Dan Infectious Bronchitis Dengan Vaksin
Tunggal Newcastle Disease Terhadap Titer Antibodi Pada Ayam Serta Pertumbuhan Dan
Perubahan
Grimes, S.E. 2002. A Basic laboratory manual for the small scale production and testing
of 1 – 2.
Histopatologis Pada Telur Ayam Bertunas. Lembaga Penilitian Universitas Airlangga. Surabaya.
Lokal Galur Velogenik. Balai Penelitian Veteriner. Bogor
Newcastle Disease Vaccine. FAO Regional Office for Asia and the Pacific
SNI 06-6989.9-2004. Air dan air limbah- cara uji nitrit secara spektrofotometrik.

22

Anda mungkin juga menyukai