Laporan Praktek Kerja Lapangan Karantina
Laporan Praktek Kerja Lapangan Karantina
PENDAHULUAN
Tugas Karantina Pertanian Surabaya meliputi usaha untuk mencegah masuk dan
menyebarnya Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina (OPTK) dari luar ke wilayah Indonesia, maupun antar area di dalam
wilayah Indonesia.Oleh karena itu, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, karantina pertanian
dengan segala keterbatasannya baik Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya
Keuangan (SDK), tetap dituntut untuk melakukan pengawasan sehingga peluang penyebaran
HPHK dan OPTK yang dapat membahayakan kelestarian sumberdaya alam hayati dan
kepentingan nasional, dapat diminimalisir. Untuk itu dalam perannya sebagai benteng pertanian
Indonesia, karantina pertanian harus sigap dalam melakukan pencegahan dan pengendalian
Peternakan menjadi tumpuan dan andalan bagi peningkatan produksi pangan di masa yang
akan datang guna memenuhi kebutuhan dan pasokan permintaan pasar seiring dengan
kecenderungan menurunya hasil peternakan dalam negeri. Namun penurunan produksi dari segi
kualitas maupun kuantitas yang dapat mengakibatkan musnahnya penurunan mutu produk
sehingga kerugian ekonomis yang di timbulkannya pun sangat besar, ini di sebabkan karena
adanya beberapa faktor kegagalan usaha peternakan seperti serangan wabah dan hama penyakit
1
Salah satu diantaranya adalah penyakit bakteri dan virus yang menimbulkan berbagai
perubahan kimiawi pada substansi yang di tumbuhnya mereka mampu menghancurkan zat. Ada
beberapa macam bakteri dan virus menimbulkan penyakit pada binatang (termasuk manusia),
tumbuhan dan protista lainya. Organisme ini sangat luas penebaranya di lingkungan sehari-hari
(Michael et al, 2008), adapun bakteri dan virus yang menyerang pada binatang misalnya di
bidang budidaya peternakan yang dapat menyebabkan kematian hewan ternak ruminansia adalah
antraks. Dapat hidup dalam waktu yang lama dalam jaringan inang tanpa menimbulkan gejala
klinis. Gejala klinis penyakit umumnya tampak setelah terjadi kematian dengan keluarnya leleran
Untuk itu perlu di adakan upaya mencegah masuk dan tersebarnya hama penyakit
Nomor : 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan dan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor : 35 tahun 2016 tentang jenis dan tarif penerimaan negara bukan pajak padan
Kementerian Pertanian adalah institusi pemerintah yang memiliki yang memiliki Tugas dan
Fungsi (Tupoksi) sebagai pengamatan terdepan di dalam upaya mencegah masuk dan
tersebarnya Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) yang mempunyai potensi merusak
kelestarian sumber daya hayati hewan, baik yang berasal dari kegiatan antar area, dalam negeri
(domestik masuk/keluar), maupun kegiatan Ekspor/ impor. Selain itu di perlukan penerapan
sistem pemeriksaan dan metode diagnosa/identifikasi hama dan penyakit hewan secara tepat
yang di dukung oleh sarana dan prasarana yang sesuai dengan pendekatan sistem dan metode
terbaru.
2
Dengan meningkatnya mobilitas manusia, hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal
hewan, benda lain, maka semakin besar tugas karantina pertanian Surabaya khususnya karantina
hewan terhadap adanya resiko pemasukan HPHK dari luar negeri khususnya HPHK yang belum
ada di Indonesia (eksotik), karena komoditi hewani dapat menjadi Media Pembawa Hama dan
baik ekspor, impor maupun domestik harus dilakukan oleh petugas karantina hewan.
2 Mengetahui cara pengambilan sampel darah pada hewan yang ada di karantina.
4 Mengetahui proses pemeriksaan masuk dan keluarnya hewan melalu pelabuhan dan Cargo.
5 Mengetahui hewan yang terkena penyakit dengan cara pengujian laboratorium.
2. Mengetahui penerapan ilmu di lapangan, khususnya pada ternak dan hewan kesayangan.
laboratorium.
3
5. Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan di pelabuhan dan Cargo karantina surabaya.
4
BAB II
sumber daya hayati hewani dan nabati. Keberadaan karantina yang strategis mutlak diperlukan
Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya adalah salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian – Kementerian Pertanian sebagai hasil
penggabungan antara UPT Balai Besar Karantina Hewan Tanjung Perak dan UPT Balai Besar
Karantina Tumbuhan Tanjung Perak. UPT ini dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor: 22/Permentan/Ot.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
UPT Balai Besar Karantina Hewan Tanjung Perak pertama kali dibentuk Pada Tahun
1978 dengan nama Balai Karantina Kehewanan Wilayah III Surabaya, sedangkan Balai Besar
Karantina Tumbuhan Tanjung Perak dibentuk pada tahun 1980 dengan nama Karantina
2.2 VISI
Menjadi Garda Terdepan Pelayanan Karantina yang Tangguh, Profesional, Modern dan
Terpercaya di Jawa Timur pada tahun 2019
5
2.3 MISI
1. Melindungi kelestarian sumber daya hayati hewani dan nabati dari ancaman
serangan hama dan penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina (OPTK) serta pengawasan lalu lintas komoditi pertanian segar
yang memenuhi standard keamanan pangan;
2. Meningkatkan manajemen operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan;
3. Mewujudkan Sistem Manajeman Mutu Pelayanan dengan mengimplementasikan
secara konsisten ISO 9001:2015 / SNI 19- 9001-2015;
4. Mewujudkan kompetensi sebagai Laboratorium Penguji (Testing Laboratory)
dengan mengimplementasikan secara konsisten ISO/IEC 17025:2008;
5. Mendorong terwujudnya peran perkarantinaan Surabaya dalam akselerasi ekspor
komoditas pertanian yan
6. g akseptabel dan mampu bersaing di pasar internasional;
7. Mendukung keberhasilan program agribisnis dan ketahanan pangan Jawa Timur;
8. Membangun masyarakat cinta karantina pertanian di Jawa Timur
sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan serta siap menerima sanksi
perundangan
6
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan Praktek kerja lapangan dilaksanakan oleh mahasiswa pendidikan profesi dokter
hewan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya kusuma Surabaya di Balai Karantina
Pertanian Surabaya yang dibagi menjadi 3 tempat yaitu : Balai Karantina pusat bagian
laboratorium, Balai karantina Tanjung Perak dan Balai karantina Cargo Juanda. PKL
Kegiatan PKL yang dilakukan di Karantina Hewan Tanjung Perak meliputi Tindakan
Karantina Hewan bulu bebek, pakan ternak, dan hewan besar. Bersama petugas karantina hewan
Tanjung Perak mahasiswa PKL juga melakukan pemeriksaan kulit ternak impor yang digarami
yang berasal dari Polandia. Pemeriksaan dilakukan di daerah Gresik, Driyorejo, dan Sidoarjo
total ada 13 kontener. Pemeriksaan meliputi kesesuaian dan jumlah barang dengan yang
dilaporkan didokumen. Prosedurnya adalah pemilik kulit harus mengurus dokumen ke karantina
sebelum kapal pembawa kulit berlabuh. Jika syarat pada dokumen sudah sesuai, maka ketika
kulit telah sampai di darat akan dilakukan pemeriksaan oleh petugas karantina yaitu dokter
7
hewan atau paramedik. Untuk uji diagnostik bisa menggunakan isolasi dan identifikasi anthrax
dan PCR.
A. Persyaratan
iii. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat pengeluaran untuk
keperluan tindakan karantina.
B. Dokumen Lain
i. Dilengkapi Surat Keterangan Asal untuk BAH dan HBAH yang diterbitkan oleh
8
ii. Invoice
C. Prosedur
iii. Dokumen yang sudah lengkap dan sah proses layanan dilanjutkan
v. Penerbitan SPPMP (Surat Perintah Pemindaian Media Pembawa) untuk media pembawa
yang berada di TPK
vi. Penerbitan KH-7 (Persetujuan Masuk Karantina), kemudian submit ke portal INSW dan
submit periksa lanjut TPK untuk media pembawa yang berada di TPK
D. Produk Layanan:
9
1. KH-1
2. KH-2
3. KH-5
4. KH-7
5. KH-14
Poultry by-product meal adalah bagian-bagian ayam gagal produksi yang dipotong,
seperti kepala, kaki, telur yang gagal dan isi perut, tidak termasuk bulu, dimana hal-hal yang tak
terhindarkan tersebut dapat terjadi, sekalipun dalam proses produksi yang baik.
Poultry by-product meal berwarna coklat muda keemasan, dengan bau ternak ayam segar.
Produk ini dapat digunakan sebagai sumber protein dalam pembuatan makanan untuk semua
jenis ternak ayam dan makanan hewan piaraan. Pemeriksaan ppm juga dilaksanakan oleh
petugas karantina Tanjung Perak Surabaya untuk mengetahui kemurnian produk tersebut.
10
Persyaratan dan Prosedur Impor
A. Persyaratan
iii. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat pengeluaran untuk
keperluan tindakan karantina.
B. Dokumen Lain
i. Dilengkapi Surat Keterangan Asal untuk BAH dan HBAH yang diterbitkan oleh
produsen/tempat pengolahan di daerah negara asal.
ii. Invoice
11
C. Prosedur
iii. Dokumen yang sudah lengkap dan sah proses layanan dilanjutkan
v. Penerbitan SPPMP (Surat Perintah Pemindaian Media Pembawa) untuk media pembawa
yang berada di TPK
vi. Pemeriksaan fisik sehat dan sesuai dengan dokumen dilakukan pelepasan (KH14),
kemudian submit ke portal INSW dan release TPK untuk media pembawa yang di TPK
D. Produk Layanan:
1. KH-1
2. KH-2
3. KH-5
5. KH-14
12
Kegiatan monitoring lalulintas telur di lakukan di kota blitar yang meliputi kunjungan ke
UD.Morodadi, Semeru farm, PT.Bumi ayu sejati dan PT.Delima libu maja. Kegiatan monitoring
ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi persyaratan, kelayakan teknis, tempat dan sarana /
fasilitas pendukung pelaksanaan tindakan karantina hewan berupa pemeriksaan visual dengan
mengetahui kelayakan hewan dan atau produk hewan yang akan dilalulintaskan.
b. Kelayakan teknis
13
3.3 Kegiatan Balai karantina Cargo Juanda
permohonan pengujian dan mengisi KH-1 tentang berita acara serah terima media pembawa
hawa penyakit hewan karantina dan dokumen karantina kepada petugas karantina di tempat
pemasukan dan/atau pengeluaran setelah itu dilanjutkan dengan mengisi KH-2 yang dilakukan
oleh petugas tentang surat penugasan melakukan tindakan karantina hewan setelah itu
dilanjutkan dengan KH-3 yaitu pelaporan pelaksanaan tindakan karantina hewan setelah
dilakukan pengujian maka akan keluar laporan hasil uji serologis/virology kemudian akan
dikeluarkan KH-11 tentang sertifikat kesehatan hewan, untuk produk hewan dikeluarkan
sertifikat KH-12, sedangkan untuk sertifikat benda lain dikeluarkan sertifikat KH-13. Saat
sampai ke tempat tujuan KH-11 akan ditukar dengan KH-14 tentang sertifikat pelepasan
karantina.
Untuk pengambilan KH-11 terdapat persyaratan administrasi, dimana harga sertifikat sebesar
Dokumen yang diberikan ke pengirim adalah KH-11 dan kuitansi sedangkan untuk arsip
14
3.3.1 Pengambilan sampel
Pengambilan sampel pada ungags ada 2 cara yaitu dengan cara swab trakea atau anus pada
burung dan pengambilan sampel darah pada ayam. Sampel dengan cara swab akan diuji dengan
metode rapid test sedangkan sampel darah akan di uji HA-HI yang diambil dari vena pectoralis
Ada beberapa daerah memiliki persaratan khusus untuk memasukan hewan, daerah yang
melarang pemasukan unggas yaitu Maluku (Ambon), Maluku Utara (Ternate), Papua, Papua
Barat Kec sorong (harus dilakukan pengujian PCR. Pemasukan unggas dengan persaratan
Kalimantan barat (Pontianak) dengan memgunkan pengujian PCR maksimal 2 ekor (jika lebih
dari 2 ekor mengunakan SKKH), batam menggunakan SKKH diatas 5 ekor , Sumbawa (Bima)
bermatrai sesuai permentan 37 tahun 2014 ). Daerah yang melarang pemasukan HBR yaitu bali,
NTB, papua, papua barat, kpri( batam, tanjung pinag, karimun). Pemasukan HPR dengan
Kalimantan Barat ( Pontianak) menggunakan uji ELISA titer AB protektif serta NTT
3.4.1 Uji HA
Uji HA digunakan untuk mendeteksi virus yang memiliki hemaglutinin. Hemaglutinin ini
dapat mengaglutinasi eritrosit beberapa spesies hewan, salah satunya adalah eritrosit unggas.
Kegunaan lainnya dari uji HA adalah sebagai dasar untuk menentukan titer virus ND (Darminto,
15
1996). Uji HA untuk menentukan titer virus ND didasarkan pada prinsip kemampuan
Titer HA adalah pengenceran tertinggi yang masih dapat mengaglutinasi eritrosit. HA sempurna
ditandai dengan lapisan sel darah merah secara merata pada dasar sumuran microplate dan
penjernihan dari cairan di bagian atas tanpa terjadinya pengendapan. Sedangkan hasil negative
menunjukan sel darah merah berbentuk titik di tengah sumuran (Ernawati dkk, 1996).
ALAT :
BAHAN :
– PBS (0,01 M) pH 7,0-7,2Antigen ND,RBC 1 %;Alkohol, Serum kontrol positif dan negatif
CARA KERJA
1. Masukkan 0,025 ml PBS kedalam tiap lubang sumuran mikroplate dengan dasar v.
2. Maukkan 0,025 ml suspensi virus ( dari cairan alantois telur yang telah diinfeksi virus)
ke dalam lubang pertama. Untuk mendapatkan nilai HA yang akurat, harus dilakukan seri dilusi
dengan jarak yang dekat seperti 1/3, ¼, 1/5, 1/6 dan seterusnya
3. Buatlah pengenceran dari volume 0,025 ml suspensi virus sampai lubang ke 11 pada
16
5. Masukkan 0,025 ml RBC 1% (v/v) ke dalam tiap lubang sumuran
6. Campur dengan menggoyangkan plate dengan lembut dan biarkan RBC untuk
mengendap kurang lebih selama 40 menit pada suhu ruang kurang lebih 20 o C atau selama 60
menit pada suhu 4o C , jika temperatur suhu lingkungan tinggi, maka kontrol RBC akan terbentuk
seperti tombol
7. HA ditentukan dengan memiringkan mikroplate dan melihat ada atau tidaknya bentukan
tetes air mata pada RBC. Titrasi harus dilihat sampai pengenceran tertinggi untuk mendapatkan
nilai HA (no streaming) ini merupakan 1 HA unit (HAU) dan dapat dihitung secara akurat dari
17
3.4.2 Pemeriksaan HI
Pada pemeriksaan sampel di Lab Juanda pada Uji HI didapati hasil negatif ditandai
dengan tidak terbentuk nya tetesan air pada plate. Ini menandakan hewan siap untuk di kirim.Uji
Bahan: PBS(0,01M) pH 7-7,2; Antigen ND 4 HA Unit; RBC 1%; serum unggas; kontrol positif;
Alat: Microplate dasar V; Multichannel Pipet 5-50µl; Mikropipet 100µl; kabinet biosafety;
shaker.
Cara kerja
a. Masukkan 0,025 ml PBS ke dalam tiap lubang sumuran mikroplate dengan dasar V.
c. Buat dua seri pengenceran dengan volume 0,025 ml serum sampai sumuran ke 11.
d. Tambahkan virus/ antigen 4 HAU sebanyak 0,025 ml pada sumuran 1 s/d 11 dan biiarkan
selama 30 menit pada suhu ruang ( kurang lebih 20°C) atau 60 menit pada suhu 4°C.
e. Tambahkan 0,025 ml RBC ayam 1% (v/v) ke dalam tiap sumuran dan campur dengan
hati- hati, biarkan sampai RBC mengendap kurang lebih 40 menit dalam suhu ruang
f. Titer HI pengenceran tertinggi dari serum yang menyebabkan hambatan penuh terhadap
antigen 4 HAU. Aglutinasi dinilai dengan memiringkan plate, hambatan ditunjukan pada
18
g. Validitas hasil harus dinilai terhadap serum kontrol negatif, yang seharusnya tidak
memberikan titer> 1/4 (>22 atau log>22 ketika ditanyakan sebagai timbal balik), dan
serum kontrol positif untuk yang titer harus dalam satu dilusi yang telah diketauhi
Indonesia merupakan produsen sarang burung terbesar di dunia. Hampir sebagian besar
sarang walet yang dihasilkan diekspor ke Repubik Rakyat Cina (RRC).Kandungan nitrit pada
sarang burung walet membuat RRC pemasukan sarang walet dari Indonesia. Hal ini
mempengaruhi ekspor sarang walet Indonesia secara global. Sehingga mentri membuat
mempersyaratakan ambang batas cemaran nitrit sebesar 125 mg/kg. Sementara di negara
kanker. Oleh sebab itu, diperlukan metode deteksi kandungan nitrit dalam sarang walet yang
tepat, cepat, murah dan valid baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Salah satunya dengan
mengukur konsentrasi sampel secara kuantitatif, berdasarkan interaksi materi dengan cahaya.
19
Cahaya yang diserap oleh materi ini akan terukur sebagai Transmitans ataupun Absorbans.
Prinsip nya adalah Nitrit dalam suasana asam pada pH 2-2,5 akan bereaksi dengan
dihydrochloride) membentuk senyawa azo yang bewarna keunguan. Warna yang terbentuk
nm(SNI, 2004).
Cara kerja:
e. Tambahkan 3 ml larutan NaCl jenuh dan kemudian homogenkan dengan cara digoyang
i. Saring dengan menggunakan kertas saring no 42 dan tampung dalam erlenmeyer 100ml
j. Siapkan labu ukur 10 ml, kemudian pindahkan supernatant sampai batas tera
20
Intrepetasi hasil: Kandungan Nitrit diketauhi adanya konsentrasi sampel yang mengandung Nitrit
21
DAFTAR PUSTAKA
22