Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KIMIA ANORGANIK LOGAM

“Logam Golongan S : Golongan Alkali”

Dosen pengampu : Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si.

Oleh :

KELOMPOK 4

Nurul Huda (4173131032)

Nurul Syafwani (4173131043)

Sukma Sisca Hardinda Sipahutar (4172131024)

Pendidikan Kimia D 2017

FAKULTAS MATEMATIKA DAN LIMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa
dengan segala berkat yang telah di limpahkan-Nya, Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu dosen pengampu matakuliah yang telah memberi bimbingan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas rutin Makalah mata kuliah Kimia Anorganik Logam.
Adapun makalah yang akan penulis bahas adalah ‘Golongan S : Logam Alkali’.
Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini,
oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga tulisan ini dapat bermanfaat
dan bisa menambah pengetahuan bagi setiap pembaca.

Medan, Maret 2020

Pe
nulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................3


2.1 Kecenderungan Golongan Alkali................................................................................3
2.2 Sifat Unsur Senyawa Logam Alkali............................................................................4
2.3 Kelerutan Garam Alkali..............................................................................................5
2.4 Warna Nyala...............................................................................................................7
2.5 Unsur-Unsur Golongan Alkali....................................................................................7
2.6 Oksida Alkali..............................................................................................................11
2.7Hidroksi Logam Alkali................................................................................................14
2.8 Garam-Garam Alkali...................................................................................................16
2.9 Reaksi dengan Amonia...............................................................................................20
2.10 Amonium Sebagai Logam Pseudo............................................................................20
2.11 Kemiripan Litium dengan Logam Alkali Tanah.......................................................21

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................................22
3.2 Saran ............................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................24

LAMPIRAN LATIHAN SOAL..........................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Unsur – unsur golongan IA terdiri dari hidrogen (H), natrium (Na), kalium(K),
rubidium (Rb), sesium (Cs) dan fransium (Fr). Kecuali hidrogen semua unsur – unsur
dalam golongan ini lebih dikenal dengan istilah Logam Alkali. Dinamakan logam
karena memiliki sifat – sifat logam seperti mempunyai permukaan mengkilap serta
mempunyai daya hantar panas dan listrik yang baik. Disebut alkali karena bereaksi
dengan air dan membentuk senyawa hidroksida yang bersifat alkali atau basa.
Hidrogen termasuk nonlogam walaupun dengan alkali sama-sama memiliki satu
elektron pada kulit terluarnya. Berdasarkan konfigurasi elektron diketahui semua
unsur alkali memiliki 1 elektron yang terletak pada kulit terluar. Persamaan ini
menyebabkan unsur-unsur alkali memiliki sifat kimia yang mirip.Walaupun memiliki
sifat yang mirip tetapi unsur-unsur alkali keberadaan di alam tidak bersama-sama. Hal
ini disebabkan oleh ukuran-ukuran ion alkali yang sangat berbeda satu dengan yang
lainnya.

Fransium jarang dipelajari sebagai salah satu anggota unsur Golongan IA, sebab
Fransium adalah unsur radioaktif yang tidak stabil dan cenderung meluruh
membentuk unsur baru lainnya. Dari konfigurasi elektron unsur, masing-masing
memiliki satu elektron valensi . Dengan demikian, unsur Alkali cenderung
membentuk ion positif bermuatan satu (M+). Secara umum, unsur Alkali memiliki
titik leleh yang cukup rendah dan lunak, sehingga logam Alkali dapat diiris dengan
pisau. Unsur Alkali sangat reaktif, sebab mudah melepaskan elektron agar mencapai
kestabilan (konfigurasi elektron ion Alkali menyerupai konfigurasi elektron Gas
Mulia). Dengan demikian, unsur Alkali jarang ditemukan bebas di alam.

Unsur Alkali sering dijumpai dalam bentuk senyawanya. Unsur Alkali


umumnya bereaksi dengan unsur lain membentuk senyawa halida, sulfat, karbonat,
dan silikat. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dipelajari tentang kecenderungan
Golongan Alkali, Sifat Umum Senyawa Logam Alkali, Kelarutan Garam Alkali,
Warna Nyala, Unsur Logam Golongan Alkali, Oksida Logam Alkali, Hidroksida

1
Logam Alkali, Garam – Garam Alkali, Rekasi Logam Alkali dengan Amonia,
Kemiripan Litium dengan Logam Alkali Tanah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana kecenderungan dari logam – logam golongan alkali?


2. Apasaja sifat umum dari senyawa logam golongan alkali?
3. Bagaimana kelarutan dari garam-garam alkali?
4. Bagiman warna nyala logam golongan alkali dalam uji identifikasi warna nyala?
5. Apa saja unsur yang tergolong kedalam logam alkali ?
6. Bagaimana reaksi antara logam alkali dan oksigen dalam membentuk oksida
logam?
7. Bagimana reaksi antara logam alkali membentuk hidroksida logam alkali?
8. Bagimana reaksi antara logam alkali dengan ammonia?
9. Bagimana kemiripan karakter lithium terhadap logam golongan alkali tanah?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui kecenderungan dari logam – logam golongan alkali


2. Untuk mengetahui sifat umum dari senyawa logam golongan alkali
3. Untuk mengetahui kelarutan dari garam-garam alkali
4. Untuk mengetahui warna nyala logam golongan alkali dalam uji identifikasi
5. Untuk mengetahui unsure apa yang tergolong kedalam logam alkali
6. Untuk mengetahui reaksi antara logam alkali dan oksigen dalam membentuk
oksida logam
7. Untuk mengetahui reaksi antara logam alkali dalam membentuk hidroksida dari
logam alkali
8. Untuk mengetahui reaksi antara logam alkali dengan ammonia
9. Untuk mengetahui kemiripan karakter lithium terhadap logam golongan alkali
tanah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kecenderungan Golongan Alkali


Logam biasanya dianggap sebagai padatan yang keras dengan rapatan massa
yang tinggi dan tidak reaktif. Namun kenyataannya, sifat-sifat logam-logam alkali
berlawanan dengan sifat-sifat tersebut yaitu lunak, rapatan massa rendah dan sangat
reaktif.
Semua logam alkali (Li, Na, K, Rb, Cs dan Fr) tampak mengkilat, berwarna
keperakan, merupakan konduktor listrik dan panas yang baik. Logam alkali bersifat
lunak, dan semakin lunak dengan naiknya nomor atom. Sebagian besar logam
mempunyai titik leleh yang sangat tinggi, tetapi logam alkali mempunyai titik leleh
rendah dan semakin rendah dengan naiknya nomor atom.
Kelunakan dan kerendahan titik leleh logam-logam alkali dapat dikaitkan
dengan lemahnya ikatan metalik dalam unsur-unsur ini. Perubahan entalpi atomisasi
logam-logam umumnya berharga antara 400-600 kj/mol, tetapi untuk logam-logam
alkali harga ini jauh lebih rendah antara 78-162 kj/mol. Ternyata terdapat hubungan
antara sifat lunak dan rendahnya tiitk leleh dengan rendahnya perubahan entalpi
atomisasi.
Densitas (rapat massa) logam-logam alkali juga jauh lebih kecil dibandingkan
dengan densitas logam-logam lain pada umumnya. Sebagian besar logam mempunyai
densitas antara 5- 15 g/cm3, sedangkan densitas logam alkali jauh lebih rendah yaitu
antara 0,52 – 1,87 g cm3. Biasanya logam alkali disimpan didalam minyak untuk
menghindari kontak langsung dengan udara. Kontak langsung dengan udara
mengakibatkan terbentuknya suatu lapisan oksida yang tebal pada permukaan logam
tersebut. Karena sifatnya yang jauh lebih reaktif dengan logaam lain pada umumnya,
maka logam alkali sering disebut sebagai superlogam.

3
Tabel 2.1. Data Beberapa Sifat Logam Alkali
Karakteristika 3Li 11Na 19K 37Rb 55Cs 87Fr
Konfigurasi Elektronik [2He] [10Ne] [18Ar] [36Kr] [54Xe] [86Rn]
2s1 3s1 4s1 5s1 6s1 7s1
Titik leleh/℃ 180,5 97,8 63,2 39,0 28,5 -
Titik didih /℃ 1347 881,4 765,5 688 705 -
-3
Densitas / gcm (20℃) 0,534 0,968 0,856 1,532 1,90 -
Jari-jari atomik / pm 152 186 227 248 265 -
+
Jari-jari ionik M / pm 76 102 138 152 167 180
-
Energi ionisasi / kJ mol 520 496 419 403 376 375
Potensial reduksi standar -3,03 -2,713 -2,925 -2,93 -2,92 -
/V
∆Hatomisasi / kJ mol-1 162 110 90 88 79 -
Elektronegatifitas 1,0 0,9 0,8 0,8 0,7 -
Warna Nyala (λ/ nm) Merah Kuning Violet Merah Biru -
tua 589,2 766,5 violet 455,5
670,8 780,0

2.2 Sifat Umum Senyawa Logam Alkali


Beberapa sifat umum senyawa logam alkali berkaitan dengan karakter ionik,
kestabilan anion-anion besar bermuatan rendah, hidrasi ion dan kelarutan
sebagaimana diuraikan berikut ini.
(1) Karakter ionik
Ion logam alkali selalu mempunyai tingkat oksidasi +1 dan sebagian besar
senyawanya berupa padatan ionik dan stabil. Senyawa-senyawa tidak berwarna
kecuali dengan anion yang berwarna, misalnya Kromat dan Permanganat.
(2) Hidrasi Ion
Semakin tinggi densitas muatan ion, semakin kuat ion tersebut terhidrasi. Oleh
karena mempunyai densitas yang lebih rendah daripada logam lain, maka energi
hidrasi senyawa-senyawanya juga sangat rendah. Energi hidrasi semakin kecil
dengan kenaikan jari-jari ion.

(3) Kelarutan
Sebagian besar senyawa-senyawa logam alkali larut dalam air, walaupun
kelarutannya berbeda-beda. Contoh larutan jenuh lithium klorida (LiCl)

4
mempunyai konsentrasi 14 mol L-1, tetapi larutan jenuh litium karbonat (Li 2CO3)
mempunyai konsentrasi hanya 0,18 molL-1.

2.3 Kelarutan Garam Alkali


Kelarutan garam alkali dalam air sangat besar sehingga sangat bermanfaat
sebagai pereaksi laboratorium.
Tabel 2.2 Data kelarutan, energi kisi, entalpi hidrasi dan selisih entalpi seri natrium
halida

Senyaw Kalarutan (dalam Energi Kisi Entalpi Hidrasi ∆ H ( dalam


a mol L-1) (dalam kJ mol-1) (dalam kJ mol-1) kJ mol-1)
NaF 0,099 + 930 -929 +1
NaCl 0,62 +784 -784 +4
NaBr 0,92 +752 -753 -1
NaI 1,23 +704 -713 -9

Kelarutan suatu senyawa bergantung pada besaran-besaran entalpi yaitu energi


kisi, entalpi energi kation dan anion juga perubahan entropi yang bersangkutan.

Gambar 2.1 Siklus entalpi (a) dan siklus entropi (b) untuk larutan ionik M +X (arah
keatas menyatakan endotermik dan arah kebawah menyatakan
eksotermik)
Dari formula ∆ G ° = ∆ H ° - T ∆ S °, harga ∆ G ° harus negatif agar suatu
garam dapat larut dengan mudah. Energi kisi relatif sama dengan entalpi hidrasi.
Apabila dilakukan perhitungan terhadap perubahan entropi (∆ S), ternyata diperoleh
data bahwa kecuali Natrium fluorida, harga yang dicapai oleh ion-ion ketika

5
dibebaskan dari kisi kristal lebih besar daripada entropi yang hilang ketika ion-ion
dalam keadaan gas terhidrat dalam larutan. Apabila kedua larutan ini dikombinasikan
untuk memperoleh perubahan energi bebas (∆ G) pada proses pelarutan ternyata
diperoleh kecenderungan yang benar-benar paralel dengan kecenderungan
kelarutannya.

Tabel 3.4 Faktor entropi (dalam besaran T ∆ S) , ∆ H , dan ∆ G hitungan pada proses
pelarutan seri natrium halida
Senyaw Entropi (S) T∆ S / kJ mol-1 ∆ H / kJ mol-1 ∆ G/ kJ mol-1
Kisi/ kJ Hidrasi / kJ
a
mol-1 mol-1
NaF +72 -74 -2 +1 +3
NaCl +68 -55 +13 +4 -11
NaBr +68 -50 +18 -1 -19
NaI +68 -45 +23 -9 -32

Apabila dilakukan perhitungan terhadap perubahan entropi (∆ S), ternyata


diperoleh data bahwa kecuali natrium fluorida, harga yang dicapai oleh ion-ion ketika
dibebaskan dari kisi kristal lebih besar daripada entropi yang hilang ketika ion-ion
dalam keadaan gas terhidrat dalam larutan. Apabila kedua besaran ini dikombinasikan
untuk memperoleh perubahan energi bebas (∆ G) pada proses pelarutan ternyata
diperoleh kecendrungan yang benar-benar paralel dengan kecendrungan kelarutannya.
Terdapat hubungan yang bermakna antara kelarutan garam alkali dengan jari-
jari kation untuk anion yang sama, namun hubungan ini dapat menghasilkan kurva
kontinu dengan kemiringan (slope) positif maupun negatif. Contohnya, kelarutan
alkali fluorida naik dengan kenaikan jari- jari kationnya (berarti slope positif), tetapi
kelarutan alkali iodida turun dengan kenaikan jari-jari kationnya (berarti slope
negatif). Perbedaan kecenderungan ini dijelaskan khususnya terhadap penekanan
aspek energi kisi. Energi kisi bergantung kuat pada muatan ionik, namun rasio ukuran
kation-anion juga harus dipertimbangkan. Rasio ukuran kation dan anion yang tidak
tepat akan mengakibatkan rendahnya energi kisi dari yang diharapkan. Jari-jari kation
Li+ dan Cs+ masing-masing adalah 90 dan 181 pm, sedangkan jari-jari anion F - dan I-
masing-masing adalah 119 dan 206 pm. Perbedaan jari-jari yang terlalu besar antara
kation dan anion pasangannya adalah LiI mengakibatkan padatan ini lebih mudah

6
larut daripada LiF yang mempunyai jari-jari ionik tidak terlalu besar bedanya.
Sebaliknya CsI lebih sukar larut dibandingkan dengan CsF.

2.4 Warna Nyala


Sebagian besar senyawa-senyawa alkali larut dalam air, sehingga uji
pengendapan tidak dapat dipakai untuk identifikasi. Setiap logam alkali menghasilkan
warna nyala yang karakteristik jika senyawa-senyawa alkali tersebut dibakar dalam
nyala api. Warna yang terlihat masing-masing logam adalah merah tua (Litium),
kuning (natrium), lila (kalium), merah-violet (rubidium), dan biru (sesium). Sejumlah
energi tertentu dari nyala api diserap oleh elektron-elektron atom logam hingga terjadi
eksitasi, dan kembalinya elektron ke peringkat dasar membebaskan energi nyala yang
khas, sesuai energi transisi elektronik atom logam yang bersangkutan. Jadi, setiap
logam alkali mengalami transisi elektronik yang unik bagi dirinya sendiri. Sebagai
contoh, warna nyala kuning dari senyawa natrium yang dibakar berasal dari emisi
foton (energi) yang dibebaskan ketika elektron yang berada pada orbital 3p1 (dalam
peringkat tereksitasi) kembali ke orbital 3s1 (dalam peringkat dasar). Elektron 3p1 ini
berasal dari reaksi pembakaran dalam nyala api yang ditangkap oleh ion Na+ dalam
senyawanya.

2.5 Unsur Logam Golongan Alkali

(a) (b) (c)


Gambar : (a)Litium; (b)Natrium; (c)Kalium

2.5.1. Litium ( 3Li )


Litium terdapat sekitar 0,006% dari massa kerak bumi dan kira-kira 0,1
ppm terdapat dalam air laut. Sumber utama litium adalah mineral
spodumene, LiAlSi2O6. Logam litium dapat diperoleh dari elektrolisis

7
lelehan LiCl dengan campuran beberapa garam inert untuk menurunkan
titik leleh hingga 500℃.
Densitas litium hanya setengah dari densitas air, sehingga Litium
merupakan unsur yang paling kecil rapatan massanya dibandingkan dengan
semua unsur padatan lain pada temperatur kamar dan tekanan normal.
Logam ini mempunyai kenampakan permukaan yang mengkilat seperti
perak, namun bila terkena udara lembab segera tertutup oleh lapisan tebal
hitam litium karbonat yang berasal dari reaksi litium dengan oksigen diikuti
dengan reaksi lanjut dengan gas dinitrogen dan untuk memutuskan ikatan
ganda tiga dalam molekul dinitrogen diperlukan energi sekitar 945 kJ/mol.
Untuk menyeimbangkan kebutuhan energi, energi kisi senyawa hasil harus
sangat tinggi.
Dari kelompok logam alkali, hanya ion litium yang mempunyai
densitas muatan yang paling besar, dan membentuk senyawa nitrida dengan
energi kisi yang cukup tinggi. Persamaan reaksinya adalah:

6Li(s) + N2(g) → 2Li3N(s)


Senyawa nitrida ini sangat reaktif, membentuk amonia jika bereaksi
dengan air menurut persamaan reaksi:
Li3N(s) + 3H2O(l) → 3LiOH(aq) + NH3(g)
Litium mampu bergabung dengan molekul dihidrogen membentuk
senyawa hidrida menurut persamaan reaksi:
2Li(s) + H2(g) → 2LiH(s)
Litium Hidrida mudah bereaksi dengan air, demikian juga
Aluminium klorida menurut persamaan reaksi:
LiH(s) + H2O(l) → LiOH(aq) + H2(g)
LiH(s) + AlCl3(s) → LiAlH4(s) + LiCl(s)
Sifat tersebut membuat Litium hidrida bermanfaat sebagai zat
pengering untuk pelarut-pelarut organik dan Litium alumunium hidrida
banyak dimanfaatkan sebagai zat pereduksi yang baik pada sintesis
senyawa-senyawa organik. Litium cair adalah zat yang paling korosif dan
mempunyai standar potensial reduksi paling negatif dibandingkan unsur-
unsur lainnya.
Li+(aq) + e → Li(s) E0 = -3,05 V

8
Jadi, reaksi kekiri berjalan spontan dan ini berarti bahwa pada
proses oksidasi terhadap logam Litium dibebaskan energi yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan oksidasi terhadap unsur-unsur lainnya. Reaksi
Litium dengan air berlangsung paling lambat dan tenang. Kespontanan
reaksi selalu berkaitan dengan aspek termodinamik, yaitu perubahan energi
bebas (∆ G), sedangkan laju reaksi berkaitan dengan aspek kinetik, yang
dikontrol oleh energi aktivasi (penghalang). Reaksi Litium diasumsikan
memiliki energi aktivasi (penghalang) paling tinggi, sehingga reaksinya
berlangsung paling lambat.
Densitas yang rendah membuat litium dapat dimanfaatkan sebagai
bahan aloi untuk pesawat terbang. Sebagai contoh, aloi tipe LA 141 yang
terdiri atas 14% Li, 1% Al dan 85% Mg, mempunyai densitas hanya sebesar
1,35 gcm-3, hampir setengah dari densitas logam aluminium murni. Litium
juga dimanfaatkan sebagai bahan teknologi pembuatan baterai; potensial
reduksi standar tinggi dan densitas yang hanya seperduapuluh dari densitas
timbel, memungkinkan dapat dibuat baterai yang lebih ringan-kompak.
Salah satu kombinasi daur (siklus) redoks adalah penerapannya pada
setengah sel logam Litium dalam larutan litium nitrat. untuk menghindari
terjadinya reaksi dengan air, atom-atom litium ditanam dalam rongga-
rongga kisi oksida logam. Proses penanaman atau “tamu” (guest) kedalam
rongga kisi oksida logam “tuan rumah” (host) ini dikenal dengan proses
interkalasi, dan hasilnya disebut senyawa interkalasi. Dalam proses ini
hanya sedikit terjadi perubahan struktur reversibel. Dalam lingkungan
seperti ini ternyata potensial reduksi Litium berubah secara dramatik dari
nilai keadaan “normal”nya yaitu E0 = -3,05 V. Potensial reduksi litium
dalam interkalasi ini bergantung pada identitas oksida logam “tuan rumah”
nya. Sebagai contoh, potensial reduksi litium dalam mangan oksida
berharga positif, tetapi dalam vanadium dioksida berharga positif:
Li+(aq) + e → Li(Mn2O4)(s) E0 = +1,0 V
Li+(aq) + e → Li(VO2)(s) E0 = - 0,5 V
Perbedaan potensial sebesar 1,5 V antara kedua lingkungan litium
yang berbeda inilah yang menggerakkan terjadinya reaksi sel baterai. Pada
proses pemakaian sel baterai terjadi reaksi redoks pengongan sel sebagai
berikut:
9
Li+(aq) + e → Li(Mn2O4)(s) E0 = +1,0 V
Li(VO2)(s) → Li+(aq) + e E0 = +0,5 V
Pengisian kembali sel baterai mengakibatkan terjadinya reaksi
sebaliknya. Litium mempunyai kemampuan untuk membentuk senyawa
kovalen dengan berbagai unsur lain. Senyawanya dengan karbon misalnya,
menjadi sangat bermanfaat pada reaksi-reaksi organik, misalnya butillitium,
LiC4H9. Senyawa dapat dibuat dari reaksi logam litium dengan klorobutana
dalam pelarut organik seperti heksana, C6H14. Reaksi yang terjadi menurut
persamaan berikut:
2Li(s) + C4H9Cl (C6H14) → LiC4H9 (C6H14) + LiCl(s)
Hasilnya dapat dipisahkan dengan penyaringan, kemudian diikuti
dengan destilasi. Butillitium berupa cairan yang akan terbakar secara
spontan jika kontak dengan oksigen udara, oleh karena itu harus ditangani
dengan hati-hati dalam lingkungan atmosfir gas inert.

2.5.2. Natrium ( 11Na )


Natrium adalah logam alkali yang dibutuhkan paling banyak untuk
keperluan industri. Seperti logam-logam alkali yang lain, natrium tidak di
tentukan dalam keadaan yang murni dialam karena reaktivitasnya yang
sangat tinggi. Logam putih keperakan ini diproduksi dalam industry secara
elektrometalurgi menurut proses downs.
Logam natriun digunakan pada berbagai sintesis senyawa natrium,
namun ada dua kegunaan utamanya. Pertama, untuk ekstraksi logam-logam
lain. Cara yang paling mudah untuk mendapatkan logam-logam yang lebih
sedikit kelimpahannya seperti torium, zirconium, tantalum, dan titanium,
adalah dengan mereduksi senyawa-senyawanya dengan logam natrium.
Penggunaan kedua adalah dalam produksi zat aditif bahan bakar
minyak, tetraetiltimbel (TEL) yang disintesis dari aloi Na-Pb dengan etil
klorida menurut persamaan reaksi :
4NaPb(s) + 4 C2H5Cl(g) (C2H5)4Pb(l) + 3Pb(S) + 4NaCl(S)

2.5.3. Kalium ( 19K )

10
Kalium yang terdapat dialam bersifat sedikit radioaktif karena
mengandung kira-kira 0,02% isotop radioaktif 40K dengan waktu paruh 1,3
X 109 tahun.
Ekstraksi logam kalium dalam sel elektrolitik akan sangat berbahaya
karena sifatnya yang sangat reaktif. Proses ekstraksi melibatkan reaksi
logam natrium dengan lelehan kalium klorida pada temperature 8500C
menurut persamaan reaksi:
KCl (l) + Na(l) ⇋ K(g) + NaCl (l)
Identifikasi ion kalium dapat dilakukan dengan penambahan ion
heksanitritokobaltat (III) yang akan membentuk endapan kuning cemerlang
menurut persamaan reaksi :
3K+(aq) + [Co(NO2)6]3-(aq) K3[Co(NO2)6](s)
Anion tetrafenilborat dengan ion kalium, juga dapat mengendap
membentuk kalium tetrafenilborat yang berwarna putih :
K+(aq) + [B(C6H5)4]-(aq) K[B(C6H5)4](S)

2.6 Oksida Logam Alkali


Sebagian besar logm bereaksi dengan gas dioksigen membentuk ion oksida
O2-. Tetapi untuk logam alkali selain membentuk oksida juga membentuk peroksida
O22- Kecuali litium yang hanya membentuk oksida biasa (“Normal”) menurut
persamaan reaksi :
4Li(S) + O2(g) 2Li2O (S)

Natrium misalnya bereaksi dengan oksigen menghasilkan natrium dioksida


( 2-), Na2O2, yang biasa disebut natrium peroksida menurut persamaan reaksi :

2Na (S) + O2(g) Na2O2(S)

Natrium dioksida bersifat diamagnetic dan panjang ikatan O-O kira-kira 149
pm, jauh lebih panjang daripada ikatandari molekul O=O yaitu 121 pm. Sifat
diamagnetic dan lemahnya ikatan senyawa ini dapat dijelaskan dengan model orbital
molecular dioksida (2-) sebagaimana ditunjukkan oleh diagram gambar 2.2 (a).
Diagram tersebut menunjukkan semua electron berpasangan dan menempati empat
orbital ikat (bonding) dan 3 orbital anti ikat (Antibonding), menghasilkan derajat

11
ikatan (Bond order) satu sehingga dengan demikian senyawa ini bersifat diamagnetic
dan panjang ikatan lebih panjang daripada panjang ikatan molekul O 2 yang
mempunyai derajat ikat 2 .
Tiga logam alkali yang lain bereaksi dengan dioksigen berlebih membentuk
dioksida (1-), atau biasa disebut superoksida yang bersifat paramagnetic oleh
karena mengandung ion oksida (1-) , O2-. Misalnya logam kalium bereaksi menurut
persamaan :
K(S) + O2(g) KO2(S)

Panjang ikatan O-O dalam ion-ion dioksida (1-) ini yaitu 133 pm, lebih
pendek daripada panjang ikatan dalam ion (2-), tetapi sedikit lebih panjang daripada
panjang ikatan dalam molekul dioksigen. Sebagaimana ditunjukkan gambar 2.2b,
diagram orbital molekuler dioksida (1-) menunjukkan adanya satu electron tak
berpasangan dan oleh karena itu memberikan sifat paramagnetic, dan derajat ikatan
sebesar 1,5. Dengan demikian data panjang ikatan O-O dalam ketiga spesies O2, O2-
dan O22- konsisten (taat asas) dengan besarnya derajat ikatan spesies yang
bersangkutan.

Gambar 2.2. Gambar orbital molekuler untuk (a) dan ion dioksida (2-), dan (b) ion
dioksida (1-)

12
Spesies O22- lebih mudah terpolarisasi daripada Na+ lebih kuat daripada ion K+.
Oleh karena itu dapat dipahami bahwa oksida natrium stabil sebagai oksida (2-) atau
peroksida, dan oksida kalium stabil sebagai dioksida (1-) atau superoksida.
Semua oksida alkali bereaksi hebat dengan air membentuk larutan alkali
hidroksida. Tambahan pula reaksi air dengan dioksida (2-) menghasilkan hydrogen
peroksida, dan dengan dioksida (1-) menghasilkan hydrogen peroksida dan gas
dioksigen, menurut persamaan reaksi:
2Li2O (S) + H2O(l) 2LiOH(aq)
Na2O2(s) + 2 H2O(l) 2NaOH(aq) + H2O2(aq)
2KO2(s) + 2 H2O(l) 2KOH(aq) + H2O2(aq) + O2(g)
Kalium dioksida (1-), KO2, digunakan dalam kapsul ruang angkasa, kapal
selam dan beberapa jenis peralatan pernafasan, sebab dioksida (1-) merayap karbon
dioksida hasil pernafasan (dan uap air)dan membebaskan oksigen, menurut persamaan
reaksi :
2KO2(s) + CO2(g) 2K2CO3(s) + 3O2(g)
K2CO3(s) + CO2(g) + H2O(g) 2KHCO3(s)

2.7 Hidroksida Logam Alkali


Padatan alkali hidroksida berwarna putih, tembus cahaya dan menyerap uap
air udara hingga terlarut dalam air berlebih. Satu-satunya kekecualian adalah litium
hidroksida oktahidrat, LiOH . 8H2O. Natrium hidroksida dan kalium hidroksida
disediakan dalam bentuk pelelet- butiran yang diproduksi dengan memasukkan
lelehannya kedalam cetakan. Sebagai padatan mautun dalam larutan alkali hidroksida
menyerap karbon dioksida dari atmosfer membentuk karbonat, menurut persamaan
reaksi:
2NaOH(aq) + CO2(g) Na2CO3(aq) + H2O(aq)

Alkali hidroksida merupakan sumber hidroksida yang baik karena sangat


mudah larut dalam air.Natrium hidroksida dapat dibuat dari larutan garam dapur
secara elektrolisis : (1) dalam sel diagfragma, (2) sel membran, atau (3) dalam sel
katode merkuri (raksa), sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.3.
Setiap sel elektrolisis mempunyai kelebihan maupun kelemahan. Pada sel
difragma dan sel merman terjadi reaksi penukaran ion pada electrode sebagai berikut:
13
Katode : 2 H2O(aq)+ 2e H2(g) + OH-(aq) E0 = -0,83 V
Anode : 2 Cl-(aq) Cl2(g) + 2e E0 = +1,36 V
Pada katode tidak terjadi reduksi ion natrium karena mempunyai E0 jauh lebih
negative (-2,17V).

Gambar 2.3. Skema preparasi NaOH secara elektrolisis NaCl dengan (a) sel diafragma;
(b) sel membrane; (c) Katode raksa

Dalam sel diafragma asbes, ion-ion natrium dan klorida dapat menembus
diafragma asbes yang basah, tetapi molekul-molekul gas hydrogen dan klorin tidak.
Adanya tekanan pada ruang anode mencegah aliran balik ion OH- dari ruang katode.
Larutan NaOH yang dihasilkan pada katode terkontaminasi dengan NaCl yang tidak
terelektrolisis yang selanjutnya dapat diendapkan dengan pemekatan larutan tersebut,
sehingga dapat dipisahkan dengan penyaringan. Dalam membrane penukar ion, hanya

14
natrium saja yang melewati membrane tersebut, sedangkan ion – ion klorida dan
hidroksida dan molekul-molekul gas hydrogen serta klorin tidak. Larutan NaOH yang
dihasilkan tidak terkontaminasi oleh ion-ion klorida dan dengan demikian lebih pekat
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari sel diafragma.
Pada sel katode merkuri, dipakai logam titanium sebagai anode. Ion klorida
dioksidasi menjadi gas klorin pada anode dan ion natrium direduksi menjadi logam
natrium pada katode yang kemudian larut dalam raksa menjadi amalgama menurut
persamaan reaksi :
Anode (Ti) : 2 Cl-(aq) Cl2(g) + 2e
Katode (Hg) : 2Na+(aq) + 2e +Hg 2 Na(Hg)
Reduksi ion natrium menjadi logamnya ini terjadi karena permukaan electrode
merkuri bersifat menghambat terjadinya setengah reaksi yang menghasilkan gas,
sehingga menaikkan potensial electrode siatas standar (over-voltage). Dengan
demikian reduksi ion hydrogen menjadi gas hydrogen memerlukan potensial yang
lebih tinggi daripada potensial reduksi ion natriom. Amalgam (natrium –raksa) yang
dihasilkan dialirkan kedalam suatu wadah, kemudian direaksikan dengan air pada
permukaan grafit untuk memperoleh natrium hidroksida yang bebas dari NaCl,
menurut persamaan reaksi:
2Na(Hg) + H2O(l) 2NaOH(aq) + H2((g) + Hg(l)
Reaksi ini berlangsung dengan tenang karena adanya medium raksa. Larutan
NaOH terdapat sebagai lapisan bagian atas dan cairan raksa terdapat sebagai lapisan
bawah, sehingga larutan NaOH dapat dipisahkan dan dipekatkan untuk kemudian
dipadatkan. Larutan NaOH yang dibuat dengan cara seperti ini, mempunyai
kemurnian yang sangat tinggi. Raksa cair yang diperoleh dialirkan dengan pompa
kembali ke ruang katode. Jadi, dari ketiga macam sel elektrolisis larutan NaCl jenuh
yang terjadi adalah :

2NaCl(aq) + 2H2O(l) elektrolisis



2NaOH(aq) + H2(g) + Cl(g)

2.8 Garam – Garam Alkali


2.8.1. Natrium Karbonat
Logam-logam alkali (demikian juga ammonium) karbonat merupakan
satu-satunya kelompok senyawa karbonat yang larut dalam air. Alkali

15
karbonat yang terpenting adalah natrium karbonat yang umumnya stabil
sebagai Kristal anhidrat, monohidrat, dan dekahidrat. Natrium karbonat dapat
diperoleh dari bahan tambang “trona” yang mana Trona adalah  (trisodium
hydrogendicarbonate di hydrate , juga sodium sesquicarbonate dihydrate,
Na2CO3•NaHCO3•2H2O)adalah mineral evaporite non laut . Ini ditambang
sebagai sumber utama natrium karbonat di Amerika Serikat, di mana ia
menggantikan proses Solvay yang digunakan di sebagian besar dunia untuk
produksi natrium karbonat. Trona yang mengandung 90 % karbonat-hidrogen
karbonat, (Na2CO3 •NaHCO3 •2H2O), atau natrium sesquikarbonat (sesqui
artinya satu setengah) dan ini merupakan jumlah ion yang terdapat dalam
setiap unit karbonat di dalam mineral. Natrium sesquikarbonat bukanlah satu
campuran dua senyawa melainkan satu senyawa yang dalam kisi kristalnya
terdapat ion-ion karbonat dan bikarbonat secara bergantian (berselang-seling)
dengan ion natrium dan molekul air dengan rasio= 1:1:3:2, yaitu
Na3 ( HCO3 ) ( CO 3 ) .2 H 2 O .
Narium karbonat monohidrat dapat diperoleh dari ekstraksi “trona”
yang ditambang seperti batubara kira-kira 400m dibawah tanah, diluluhkan
kemudian dipanaskan dalam tempat pemanas yang berputar. Proses ini mampu
mengubah sesquikarbonat menjadi karbonat :

2¿¿ 3 Na2 CO 3(S )+ 5 H 2 O( g) +CO2( g )

Karbonat yang diperoleh dilarutkan di dalam air, disaring kemudian
diuapkan hingga kering untuk menghasilkan natrium karbonat monohidrat,
yang jika dipanaskan dalam pemanas berputar akan diperoleh natrium
karbonat tanpa hidrat.
Kebutuhan dunia akan natrium karbonat dri proses penambangan ini
ternyata belum tercukupi, da kebutuhan ini masih harus dipenuh dari proses
Solvay yang melibatkan reaksi sederhana yang secara kkeseluruhan adaah
sebagai berikut :
2 NaCl(aq )+Ca CO3( s) ⇌ Na2 CO 3(aq )+ CaCl 2aq
Keseimbangan reaksi ini sangat jauh bergeser ke kiri dan untuk
membuat reaksi bergeer ke kanan, diperlukan beberapa tahapan tak langsung.
Tahap pertama, karbon dioksida dimasukkan kedalam larutan yang dijenuhkan

16
oleh NaCl dan ammonia, sehingga terjadi reaksi antara karbon dioksida
dengan ammonia sebagai berikut:
−¿¿

1. CO 2( g )+ NH 3(aq )+ H 2 O (l )
+¿+HCO 3(aq) ¿
NH 4(aq )
Hadirnya ion hydrogen karbonat degan ion natrium akan mengkristaskan
natrium hydrogen karbonat yang mempunyai kelarutan tendah pada
temperature rendah :

−¿+¿¿ +¿→ NaH CO


2. HCO3(aq ) Na(aq ) 3( s ) ¿

Padatan hydrogen karbonat ini dipisahkan dengan penyaringan, kemudian


dipanaskan dengan hati-hati untuk memperoleh karbonat :


3. NaH CO 3(S ) Na2 CO 3(s )+ H 2 O ( g) +¿ CO 2( g )

Ammonia dapat diperoleh kembali dari garam ammonium yang dihasilkan
pada reaksi (1) dengan penambahan basa Ca(OH )2 :

−¿+ Ca ( OH )2( s ) →2 NH 3( q ) + ¿¿
Cl
4. NH 4+¿+2
( aq )
(aq ) ¿
CaCl 2(aq ) + 2 H 2 O(l )

Kalsium hidroksida dan karbon dioksida yang dipergunakan dalam proses


tersebut diperoleh dari pemanasan batu kapur :


5. CaCO 3( s) CaO(s) + CO 2( g )

6. CaO (s )+ H 2 O (l ) → Ca (OH )2(s )

Penjumlahan dari keenam persamaan reaksi tersebut menghasilkan satu


persamaan reaksi keseluruhan :

2 NaCl(aq ) +Ca CO3( s) → Na 2 CO 3( s) +CaCl 2(aq)

Problem yang ditemui dalam prose Solvay ini adalah jumlah CaCl 2
yang diproduksi sbagai hasil samping terlalu banyak dari pada keperluan
pasar. Selain itu prose ini juga membutuhkan energy yang cukup tinggi
sehingga lebih mahal dibandingkan dengan metode ekstraksi mineral “trona”.

a. Manfaat Natrium Karbonat

17
Pembuatan kaca adalah salah satu kegunaan penting dalam natrium
karbonat karena sekitar 50% produksi natrium karbonat di Amerik serikat
digunakan untuk pembuatan gelas. Dalam proses ini narium karbonat
direaksikan dengan silicon dioksida (pasir) dan komponen-komponen
yang lain pada suhu 1500 ℃. Formula gelas yang dihasilkan sangat
tergantung pad rasio stoikiometrik bahan-bahan pereaksi. Reaksi kuncinya
adalah terbentuknya natrium silikat dan karbon dioksida.
Dapat menjadi fluks untuk silika, dengan menurunkan titik cair
campuran ke sesuatu yang dapat diterima tanpa material khusus. "Soda
kaca" ini mudah larut dalam air, jadi kalsium karbonat ditambah pada
campuran yang belum mencair untuk menghasilkan kaca yang diproduksi
tidak mudah larut dalam air. Jenis kaca ini disebut kaca soda kapur, "soda"
untuk natrium karbonat dan "kapur" untuk kalsium karbonat. Biasa
digunakan sebagai tambahan untuk kolam renang untuk menetralkan efek
korosi dari klorin dan menaikkan pH. Dalam kimia, biasa digunakan
sebagai elektrolit.
Natrium karbonat juga dapat digunakan untuk menghilangkan ion-ion
logam alkali tanah dalam air minum. Ion-ion logam alkali tanah seperti
magnesium dan kalsium yang berasal dari mineral dolomit dan batu kapur
akan dirubah menjadi senyawa karbonatnya yang mengendap. Proses ini
dikenal sebagai pros pelunakan air sadah menurut persamaan reaksi :
2+ ¿/¿¿

Ca2+¿ → Mg CO ¿
CO 3−¿+Mg
( aq )
¿
(aq )
3
/ CaCO 3(s)

2.8.2. Natrium Hidrogen Karbonat


Logam-logam alkali, kecuali litium, membentuk satu-satuny padatan
hydrogen karbonat atau bikarbonat. Natrium hydrogen karbonat lebih sukar
larut dalam air dibandingkan denga karbonatnya, oleh karena itu senyawa ini
dapat dibuat degan menglirkan gas karbon dioksida ke dalam larutan jenuh
karbonatnya menurut persamaan reaksi :
Na2 CO 3(aq )+CO 2(g ) +¿ H 2 O ( l) →2 NaH CO 3( s )
Natrium karbonat dapat diperoleh kembali pada pemanasan menurut
persamaan reaksi :

18

2 NaH CO3( s ) Na2 CO 3(aq ) +CO 2( g )+¿ H 2 O ( l)

Sifat reaksi ini dapat diaplikasikan pada manfaat natrium bikarbonat
sebagai bahan utama pemakam kebakaran, karena serbuk ini selain mampu
menyelimuti api juga gass karbon dioksida yang dihasilkan dapat mematikan
api. Dalam industri makanan, natrium bikarbonat dipakai untuk campuran
adonan roti agar roti yang dihasilkan mengembang, dan oleh karena itu
natrium bkarbonat diset uga soda roti.

2.8.3. Natrium Nitrat dan Kalium Nitrat


Natrium nitrat ialah tipe garam (NaNO3) yang telah lama digunakan
sebagai komposisi bahan peledak dan dalam bahan bakar padat roket, juga
pada kaca dan pelapis tembikar, dan telah ditambang secara luas untuk tujuan
itu. Senyawa ini juga disebut caliche, saltpeter, dan soda niter. Senyawa
kimia kalium nitrat merupakan sumber alami mineral nitrogen. Senyawa ini
tergolong senyawa nitrat dengan rumus kimia KNO3.
Deposit natrium nitrat dalam jumlah yang sangat bsar terdapat di Chili.
Senyawa ini terurai menjadi senyawa nitrit dan oksigen pada temperature


500 ℃ menurut persamaan reaksi: 2 Na NO 3( s ) Na NO2( s) +O 2( g)

Kalium nitrat dibuat dari kloridanya dengan natrium nitrat menurut
prsamaan reaksi :
KCl( aq) + Na NO 3(aq) → KN O 3(aq )+ NaCl (aq)
Proses ini dilangsungkan pada temperature dibawah 100 ℃; karena
KN O3 paling rendah kelarutannya pada temperature kamar senyawa ni dapat
dipisahkan dan dimurnikan dengan kristalisasi bertingkat. Seperti halnya
Na NO 3, KN O3 juga mengalami demomposisi yang sama pada pemanasan.
Kalium nitrat dapat juga digunakan sebagai bahan untuk membuat serbuk
peluru yang dicampr dengan arang kayu dan belerang dengan rasio massa
sekitar 6:1:1. Jika campuran ini dipanaskan, terjadi reaksi :
2 KN O3( s) +S ( s) +C( s ) → K 2 S( s) + N 2( g) +3 CO( s )

19
Terbentuknya gas sebagai hasil reaksi disertai dengan suhu tinggi
mengakibatkan pengembangan mendadak sehingga terjadi ledakan.

2.9 Reaksi dengan Amonia


Logam-logam alkali mempunyai sifat yag menarik dalam hal kelarutanya
dalam ammonia yang menghasilkan larutan biru tua jika larutannya encer. Larutan ini
dapat menghantarkan arus listrik, dengan spesies utama yang digunakan membawa
arus dalam larutan adalah electron yang tersolvasi sebagai hasil ionisasi logam alkali.
Misalnya untuk logam natrium persamaan ionisasi dala larutan ammonia adalah :
Na(s )+ NH 3 Na
+¿ ( NH 3 )+e ( NH 3) ¿

Jika larutan ini dipekatkan dengan penguapan, warna larutan berubah menjadi
seperti perunggu dan berperilaku seperti logam cair. Jika dibiarkan dalam waktu lama
atau dipercepat dengan penambahan katalisatorlogam transisi, larutan ini terurai
dengan menghasilkan garam amida dan gas hydrogen menurut persamaan reaksi :
+¿ ( NH 3) +2 NH 3( l )+2 e →2 NaNH 2 ( NH 3) +H 2( g) ¿
2 Na

2.10 Amonium Sebagai Ion Logam Pseudo


Walaupun ion amonium merupakan kation poliatomik yang terdiri atas atom
nitrogen dan hydrogen, keduanya unsur non-logam, sifat-sifatnya dalam banyak hal
miirip ion logam alkali. Sebagai contoh, garam-garam amonium mudah larut dalam
air sama seperti garam-garam logam alkali. Ion amonium adalah kation besar
dengan muatan rendah, berjari-jari 151 pm, hamper sama dengan jari-jari ion
kalium (152pm). Salah satu perbedaannya dengan logam alkali adalah pada
pemanasan garam nitratnya yang menghasilkan produk berbeda, menurut
persamaan reaksi :

2 Na NO 3( s ) Na NO2( s) +O 2( g)


NH 4 NO3( s) N O +2 H 2 O (g )
→ 2 (g )

2.11 Kemiripan Litium dengan Logam Alkali Tanah


Litium dalam banyak hal menunjukkan sifat yang berbeda dengan anggota
logam alkali lainnya tetapi justru lebih mirip dengan logam alkali tanah seperti
sifat-sifat berikut ini :

20
(1) Kekerasan litium terbesar dalam anggota alkali, mirip dengan kekerasan logam
alkali tanah.
(2) Mirip dengan logam alkali tanah tetapi berbeda dengan logam alkali karena
litium membentuk oksida “normal”, Li 2 O , bukan dioksida (-2) ataupun oksida
(-1).
(3) Litium adalah satu-satunya logam alkali tanah yang membentuk senyawa
nitride seperti hal nya semua logam alkali tanah.
(4) Demikian juga litium adalah satu-satunya logam alkali yang membentuk
senyawa dikarbida (-2), Li 2 C 2 yang sering disebut litium asetilida, seperti
halnya semua logam alkali tanah juga membentuk senyawa dikarbida (-2).
(5) Garam-garam litium dengan karbonat, fosfat, dan flourida, mempunyai
kelarutan sangat rendah dalam air, sedangkan garam-garam alkali tanah
dengan kabonat, osfat dan flourida tak larut dalam air.
(6) Litium membentuk berbagai senyawa organometalik (senyawa dengan atom
logam terikat langsung dengan atom karbon organic) sama seperti logam
magnesim. Dalam banyak senyawa garam, litium dan magnesium
menunjukkan banyak kesamaannya termasuk sifat kovalensinya yang relative
tinggi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Logam alkali bersifat lunak, dan semakin lunak dengan naiknya nomor atom.
Sebagian besar logam mempunyai titik leleh yang sangat tinggi, tetapi logam
alkali mempunyai titik leleh rendah dan semakin rendah dengan naiknya
nomor atom.
2. sifat umum senyawa logam alkali berkaitan dengan karakter ionik, kestabilan
anion-anion besar bermuatan rendah, hidrasi ion dan kelarutan.
3. Kelarutan garam alkali dalam air sangat besar sehingga sangat bermanfaat
sebagai pereaksi laboratorium.

21
4. Setiap logam alkali menghasilkan warna nyala yang karakteristik jika
senyawa-senyawa alkali tersebut dibakar dalam nyala api. Warna yang terlihat
masing-masing logam adalah merah tua (Litium), kuning (natrium), lila
(kalium), merah-violet (rubidium), dan biru (sesium).
5. Unsur logam golongan alkali terdiri atas Litium, Natrium dan Kalium
6. Sebagian besar logm bereaksi dengan gas dioksigen membentuk ion oksida O 2-
Tetapi untuk logam alkali selain membentuk oksida juga membentuk
peroksida O22-
7. Alkali hidroksida merupakan sumber hidroksida yang baik karena sangat
mudah larut dalam air.
8. Garam-garam alkali terdiri atas garam-garam kalium dan garam-garam
natrium
9. Logam-logam alkali mempunyai sifat yag menarik dalam hal kelarutanya
dalam ammonia yang menghasilkan larutan biru tua jika larutannya encer.
Larutan ini dapat menghantarkan arus listrik, dengan spesies utama yang
digunakan membawa arus dalam larutan adalah electron yang tersolvasi
sebagai hasil ionisasi logam alkali.
10. ion amonium merupakan kation poliatomik yang terdiri atas atom nitrogen dan
hydrogen, keduanya unsur non-logam, sifat-sifatnya dalam banyak hal miirip
ion logam alkali.
11. Litium dalam banyak hal menunjukkan sifat yang berbeda dengan anggota
logam alkali lainnya tetapi justru lebih mirip dengan logam alkali tanah

3.2 Saran
Bagi pembaca, apabila ingin mengetahui unsure logam alkali, maka disarankan
dapat membaca makalah ini sebagai referensi tambahan dalam proses
pembelajaran. Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan referensi perbaikan dalam
penulisan makalah berikutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Sugiarto, K.H., dan Suyanti, R.D. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogykarta : Graha
Ilmu

Sumber Gambar :
https://www.youtube.com/watch?v=EvOvVuQcRRI
https://nl.wikipedia.org/wiki/Natrium
https://wanibesak.wordpress.com/2011/08/22/logam-alkali/

23
LAMPIRAN
1. Uraikan secara singkat keecenderungan sifat-sifat logam golongan alkali, dan
reaktivitasnya terhadap air dan asam.
Penyelesaian :
Li

Logam Alkali Na

Unsur alkali yang lebih berat

(Rb dan Cs)

24
Reaksi logam- logam alkali dengan air bersifat sangat eksotermik dan dramatik,
kecuali litium yang bereaksi tenang menghasilkan gelembun-geembung gas hydrogen
dan hidroksidanya. Natrium terapung diatas permukaan air dan terlihat seperti
bundaran-bundaran perak, dan gas hydrogen yang dihasilkan biasanya terbakar,
kadang-kadang disertai dengan ledakan. Untuk logam alkali yang lebih berat,
reaksinya dengan air berlangsung lebih hebat. Rubidium dan Cessium misalnya,
reaksinya dengan air sering disertai dengan ledakan. Ledakan ini sebagai akibat
terbakarnya campuran gas hydrogen dan oksigen oleh karena permukaan logam yang
panas. Karena sifatnya yang jauh lebih reaktif daripada logam yang lain, maka logam
alkali sering disebut sebagai super logam.

2. (a) Beberapa sifat khas litium justru mirip dangan magnesium dan sifat ini membuat
litium berbeda dari logam – logam alkali lainnya. sebutkan sifat-sifat yang dimaksud.
Penyelesaian:
Litium membentuk berbagai senyawa organometalik (senyawa dengan atom logam
terikat langsung dengan atom karbon organik) sama seperti logam magnesium. Dalam
banyak senyawa garam, litium dan magnesium menunjukkan banyak kesamaannya
termasuk sifat kovalensinya yang relative tinggi. Kemiripan sifat-sifat litium dengan
magnesium mungkin dapat diterangkan dari sifat rapatan muatan kationnya. Dalam
golongannya, litium mempunyai ukuran (volume) terkecil dan muatan ion positifnya
terpusat dalam ukurannya yang kecil ini sehingga kation litium mempunyai daya
mempolarisasi terbesar.Kedekatan rapatan muatan ion litium ini diduga menyebabkan
kemiripan siaft-sifat kimia senyawa – senyawa litium dengan magnesium (alkali
tanah)

(b). Unsur-unsur alkali dalam banyak hal jelas mirip logam, namun dalam hal lain
berbeda dari logam pada umumnya. Uraikan aspek - aspek kemiripan maupun
perbedaan ini.
Penyelesaian:
Aspek kemiripan antara logam alkali dengan jenis logam lainnya bahwa semua logam
alkali (Li, Na,K, Rb, Cs, dan Fr) tampak mengkilat, berwarna keperakan, merupakan
konduktor listrik dan panas yang baik
Sedangkan perbedaan antara logm alkali dan logam lainnya adalah bersifat lunak,
rapatan massa rendah, sangat reaktif, titik lelehnya rendah dan semakin rendah
25
dengan naiknya nomor atom. Jika dibandingkan dengan sifat logam pada umumnya
yang memiliki sifat padatan yang keras, rapatan massa tinggi dan tidak reaktif serta
titik lelehnya sangat tinggi.

3. Jelaskan kecenderungan daya polarisasi ion-ion logam alkali.


Penyelesaian:
Dalam 1 golongan dari atas ke bawah (Li, Na, dan K) logam golongan alkali memiliki
daya polaritas yang semakin menurun. Daya mempolarisasi Li+ > Na+ > K+

4. Jelaskan mengapa oksida litium stabil sebagai oksida normal, yaitu litium oksida (2-)
– Li2O, dan oksida natrium stabil sebagai natrium dioksida (2-), Na2O2 – (peroksida),
sedangkan oksida kalium stabil sebagai kalium dioksida (1-), KO2 – (Superoksida).
Penyelesaian:
Oksida litium stabil sebagai oksida normal, yaitu litium oksida (2-) – Li 2O, dan oksida
natrium stabil sebagai natrium dioksida (2-), Na2O2 – (peroksida), sedangkan oksida
kalium stabil sebagai kalium dioksida (1-), KO2 – (Superoksida) karena ikatan O-O
dalam ketiga spesies O2, O2- dan O22- konsisten (taat asas) dengan besarnya derajat
ikatan spesies yang bersangkutan. Spesies O22- lebih mudah terpolarisasi daripada Na+
lebih kuat daripada ion K+. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa oksida natrium
stabil sebagai oksida (2-) atau peroksida, dan oksida kalium stabil sebagai dioksida
(1-) atau superoksida.

5. Jelaskan mengapa kaliun dioksida (2-) dapat dipakai pada sistem sirkulasi udara
dalam pesawat ruang angkasa.
Penyelesaian :
kalium dioksida (2-) dapat dipakai pada sistem sirkulasi udara dalam pesawat ruang
angkasa sebab senyawa dioksida dapat menyerap karbon dioksida hasil pernafasan
(dan uap air ) serta membebaskan oksigen berdasarkan reaksi :
2KO2(S) + 2 CO2(g) 2K2CO3(s) + 3O2(g)

6. Ion-ion logam alkali umumnya tidak berwarna. Bagaimana cara menguji ion alkali
misalnya kalium? Tuliskan persamaan reaksinya.
Penyelesaian:

26
Identifikasi ion kalium dapat dilakukan dengan penambahan ion heksanitritokobaltat
(III) yang akan membentuk endapan kuning cemerlang menurut persamaan reaksi :
3K+(aq) + [Co(NO2)6]3-(aq) K3[Co(NO2)6](s)
Anion tetrafenilborat dengan ion kalium, juga dapat mengendap membentuk kalium
tetrafenilborat yang berwarna putih :
K+(aq) + [B(C6H5)4]-(aq) K[B(C6H5)4](S)

7. Jelaskan manfaat Natrium Bikarbonat dalam hubungannya dengan pemadam


kebakaran maupun dalam industry makanan.
Penyelesaian:

Zat pemadam api

NaHCO3

Industri makanan Pengembang roti

 Manfaat Natrium bikarbonat pada pemadam kebakaran adalah serbuk dari


netrium bikarbonat selain mampu menyelimuti api dia juga mampu
menyelimuti gas kabon dioksida yang dihasilkan sehingg dapat mematikan
api.
 Manfaat natrium bikarbonat dalam industry makanan, Natrium bikarbonat
dipakai untuk campuran adonan roti agar roti yang dihasilkan mengembang
sehingga natrium bikarbonat biasa disebut dengan soda roti

8. Salah satu bahan campuran serbuk peluru adalah kaliunm nitrat. Sebutkan dua serbuk
yang lain yang digunakan dalam campuran tersebut dan bagaimana proses kerja
campuran serbuk ini sehingga dapat digunakan sebagai serbuk yang mudah meledak ?
Penyelesaian :

Kalium nitrat

dicampur dengan

Arang kayu + Belerang

Menghasilkan rasio massa 6:1:1


27
Gas Nitrogen yang disertai suhu tinggi

Kalium nitrat dapat juga digunakan sebagai bahan untuk membuat serbuk peluru
yang dicampur dengan arang kayu dan belerang dengan rasio massa sekitar 6:1:1.
Jika campuran ini dipanaskan, terjadi reaksi :
2 KN O 3( s) +S ( s) +C( s ) → K 2 S( s) + N 2( g) +3 CO( s )
Terbentuknya gas sebagai hasil reaksi disertai dengan suhu tinggi mengakibatkan
pengembangan mendadak sehingga terjadi ledakan.

9. Jelaskan bagaimana larutan logam – logam alkali dalam ammonia cair mampu
menghantarkan listrik.
Penyelesaian :
Larutan logam – logam alkali dalam ammonia cair mampu menghantarkan listrik
apabila dengan spesies utama yang digunakan membawa arus dalam larutan adalah
electron yang tersolvasi sebagai hasil ionisasi logam alkali. Misalnya untuk logam
natrium persamaan ionisasi dala larutan ammonia adalah :
Na(s )+ NH 3 ⇌ Na+¿ ( NH )+e ( NH ) ¿
3 3

10. Tuliskan persamaan reaksi dan kondisi reaksi yang diperlukan untuk pembuatan
padatan NaOH, Na2CO3 dan NaHCO3.
Penyelesaian:
 Pembuatan Padatan NaOH
2Na(Hg) + H2O(l) 2NaOH(aq) + H2((g) + Hg(l)
Reaksi ini berlangsung dengan tenang karena adanya medium raksa. Larutan
NaOH terdapat sebagai lapisan bagian atas dan cairan raksa terdapat sebagai
lapisan bawah, sehingga larutan NaOH dapat dipisahkan dan dipekatkan untuk
kemudian dipadatkan. Larutan NaOH yang dibuat dengan cara seperti ini,
mempunyai kemurnian yang sangat tinggi. Raksa cair yang diperoleh dialirkan
dengan pompa kembali ke ruang katode.

 Pembuatan Padatan Na2CO3

28
Narium karbonat monohidrat dapat diperoleh dari ekstraksi “trona” yang
ditambang seperti batubara kira-kira 400m dibawah tanah, diluluhkan
kemudian dipanaskan dalam tempat pemanas yang berputar. Proses ini mampu
mengubah sesquikarbonat menjadi karbonat :

2¿¿ 3 Na2 CO 3(S )+ 5 H 2 O ( g) +CO2( g )

Karbonat yang diperoleh dilarutkan di dalam air, disaring kemudian diuapkan
hingga kering untuk menghasilkan natrium karbonat monohidrat, yang jika
dipanaskan dalam pemanas berputar akan diperoleh natrium karbonat tanpa
hidrat.

 Pembuatan Padatan NaHCO3.


Natrium hydrogen karbonat lebih sukar larut dalam air dibandingkan denga
karbonatnya, oleh karena itu senyawa ini dapat dibuat degan menglirkan gas
karbon dioksida ke dalam larutan jenuh karbonatnya menurut persamaan
reaksi :
 Na2 CO 3(aq )+CO 2(g ) +¿ H 2 O( l) →2 NaH CO 3( s )

29

Anda mungkin juga menyukai