Makalah Fortifikasi
Makalah Fortifikasi
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Gizi, Iptek, dan Kesehatan
disusun oleh
2A
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang MahaKuasa, karena berkat anugerah-Nya, saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Fortifikasi Makanan Untuk Mengatasi Permasalahan
Gizi Mikro. Makalah ini ditulis bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi, Iptek, dan Kesehatan
semester 4 (empat) Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung. Tujuan yang
lebih khusus dari penulisan makalah ini yaitu untuk menambah wawasan tentang peranan Fortifikasi
Makanan Untuk Mengatasi Permasalahan Gizi Mikro.
Akhirnya, harapan penulis semoga makalah yang berjudul Jurus-Jurus dan Rambu-
rambu dalam Berwirausaha ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis telah berusaha sebisa
mungkin untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik, namun penulis menyadari makalah
ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Diketahui definisi dari fortifikasi pangan
b. Diketahui sejarah fortifikasi pangan
c. Diketahui jenis-jenis dan klasifikasi fortifikasi pangan
d. Diketahui peran industry dalam fortifikasi pangan
1.4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menggambarkan proses penambahan zat gizi ke pangan, terdapat istilah-istilah lain
selain fortifikasi, seperti enrichment (pengkayaan), standardization, restoration, dan
supplementation. (Martianto, 2012). Fortifikasi mengacu kepada penambahan zat-zat gizi
pada taraf yang lebih tinggi dari pada yang ditemukan pada pangan asal/awal atau pangan
sebanding. Enrichment merupakan penambahan zat gizi ppada pangan untuk memenuhi
standar yang ditetapkan badan pengawas. Restoration mengacu kepada penggantian zat gizi
yang hilang selama proses pengolahan, Standardization merupakan penambahan zat gizi
pada pangan untuk mengatasi variasi alami. Dan Supplementation merupakan penambahan
zat gizi yang secara alami tidak terdapat pada zat pangan (atau ada dalam jumlah kecil
sekali), seringkali penambahannya pada konsentrasi cukup tinggi.
Dalam fortifikasi dikenal istilah double fortijication dan multiple fortification yang
digunakan apabila 2 atau lebih zat gizi, masing-masing ditambahkan kepada pangan atau
campuran pangan. Pangan pembawa zat gizi yang ditambahkan disebut ‘Vehicle’, sementara
zat gizi yang ditambahkan disebut ‘Fortificant ‘. Secara umum fortifikasi pangan dapat
diterapkan untuk tujuan-tujuan berikut:
Namun demikian, sampai sekarang fortifikasi masih belum banyak berperan dalam
penanggulangan anemia gizi besi di masyarakat, terlihat dengan masih tingginya angka
prevalensi anemia gizi besi. Salah satu penyebabnya adalah karena bahan pangan yang
digunakan sebagai tunggangan (vehicle) belum dikonsumsi secara luas dan kontinyu oleh
seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat ekonomi lemah. Agar strategi
fortifikasi ini lebih efektif, perlu dicari pangan “tunggangan” baru yang lebih umum dan
banyak dikonsumsi masyarakat.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk fortifikasi wajib, yaitu:
1. Makanan yang umumnya selalu ada disetiap rumah tangga dan dimakan secara
teratur dan terus-menerus oleh masyarakat termasuk masyarakat miskin.
2. Makanan itu diproduksi dan diolah oleh produsen yang terbatas jumlahnya, agar
mudah diawasiproses fortifikasinya.
3. Tersedianya teknologi fortifikasi untuk makanan yang dipilih.
4. Makanan tidak berubah rasa, warna dan konsistensi setelah difortifikasi.
5. Tetap aman dalam arti tidak membahayakan kesehatan. Oleh karena itu program
fortifikasi harus diatur oleh undang-undang atau peraturan pemerintah, diawasi
dan dimonitor, serta dievaluasi secara teratur dan terus menerus.
6. Harga makanan setelah difortifikasi tetap terjangkau daya beli konsumen yang
menjadi sasaran.(Soekirman, 2012)
Fortifikasi khusus sama dengan fortifikasi wajib, hanya sasarannya kelompok
masyarakat tertentu, seperti anak-anak, balita atau anak sekolah. (Anonim.2013)
3.1 Kesimpulan
Fortifikasi pangan merupakan salah satu metode dalam penanganan masalah gizi
mikro di dunia khususnya di Indonesia dengan upaya meningkatkan mutu bahan
pangan yang sering dikonsumsi. Adapun pemilihan bahan makanan yang akan
difortifikasi harus dikaji terlebih dahulu sifat-sifatnya. Untuk berjalannya usaha
fortifikasi ini perlu dilakukan kerjasama yang baik antara Pemerintah, Industri, dan
Konsumen.
3.2 Saran
Diperlukan pengawasan dan pemilihan bahan pangan yang akan difortifikasi
(vehicle) agar masyarakat dapat terjangkau dalam pembelian bahan makanan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Martianto, Drajat. 2012. Fortifikasi Pangan. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia