Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PELAYANAN PRIMA DALAM PENYERAHAN PASIEN

BARU ATAU TRANSFER PASIEN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah pelayanan prima

Dosen : Lilis Rohayani, S.Kep., Ners.,M.Kep

Oleh :

Widia Adriani 211119040

Bunga Laeli A 211119041

Alliffhia Amanda Z 211119042

Sri Handayani 211119043

Vicky Salman Fauzi 211119044

Satya Abil Pramadya 211119045

Bunga Marshella 211119046

Fitria Nurhanifah 211119047

Asnannisa 211119048

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI 2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Proses transfer merupakan salah satu hal penting yang pasti terjadi pada pasien di Rumah
Sakit. Transfer adalah proses perpindahan pasien dari satu tempat pelayanan ke tempat
pelayanan lainnya misalnya dari ruang satu ke ruang lainnya atau dari rumah sakit satu ke rumah
sakit lainnya dengan tetap berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien. Proses transfer atau
perpindahan pasien ini dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun pasien berada dan
mendapatkan pelayanan. Agar pelayanan transfer atau perpindahan pasien ini dapat berjalan
dengan baik tercapai sesuai kebutuhan pasien, maka diperlukan persamaan persepsi tentang visi,
misi dan tujuan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien. Untuk
mewujudkan hal tersebut, perlu adanya panduan pada unit kerja atau unit pelayanan dimana
pasien mendapat pelayanan kesehatan tersebut dan dapat terciptanya peningkatan pelayanan
pasien yang lebih optimal.

Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra-transportasi


pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang
disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer hanya boleh dilakukan
oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas profesional lainnya yang
sudah terlatih.

Tujuan

Adapun tujuan dari transfer pasien atau perpindahan pasien ini yaitu :

1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pelayanan transfer pasien


2. Agar tercipta pelayanan transfer pasien yang efektif, efesien, dan optimal
3. Menjamin terlaksananya pelayanan transfer pasien
4. Transfer dimana pasien membutuhkan pengobatan atau tindakan medis spesialistik yang
tidak disediakan oleh rumah sakit asal saat pasien pertama berobat

Manfaat

1. Pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi tinggi


2. Proses transfer berlangsung dengan aman dan lancar serta pelaksanaan memperhatikan
keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Transfer Pasien

Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan atau
tindakan lain didalam rumah sakit atau memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit
lain dengan berorientasi pada keselamatan pasien.

2.2 Manfaat

Manfaat dari dilakukannya transfer pasien atau perpindahan pasien yaitu :

3. Pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi tinggi


4. Proses transfer berlangsung dengan aman dan lancar serta pelaksanaan memperhatikan
keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
4.3 Faktor Yang Berhubungan Dengan Transfer

Faktor yang dijadikan pegangan untuk transfer penderita antara lain adalah kriteria
fisiologis, pola perlukaan, biomekanika trauma dan beberapa masalah khusus. Apabila
keputusan untuk transfer sudah diambil hanya pemeriksaan fungsi hemodinamika yang dapat
dilakukan karena pemeriksaan lain hanya akan menunda transfer. Ada keadaan dimana
penderita tidak dapat dilakukan transfer karena masalah hemodinamik yang belum stabil.

4.4 Jenis Transfer Pasien

Dalam pelaksanaannya transfer pasien terbagi menjadi dua yaitu :

1.2 Transfer intra rumah sakit


Merupakan transfer pasien yang dilakukan dari satu ruangan ke ruangan lain yang masih
berada dalam satu rumah sakit tersebut dengan alasan tertentu. Contohnya transfer dari
UGD ke ruang rawat inap dan transfer pasien dari ruang rawat inap ke ICU,dll.
2.2 Transfer antar rumah sakit
Merupakan transfer pasien yang dilakukan dari satu rumah sakit kerumah sakit lainnya
dengan berbagai alasan seperti kebutuhan penanganan dan tindakan medis yang tidak
bisa diberikan oleh rumah sakit asal.
2.5 Tahapan Transfer Pasien

Untuk mencapai hasil terbaik maka proses transfer perlu dipersiapkan dengan baik. Hal-hal
yang berhubungan dengan proses transfer pasien yaitu :

1. Pra-transfering

Pra-transfering yang perlu diperhatikan yaitu :


Intra Rumah Sakit

 Memastikan bahwa ruangan yang akan menerima siap untuk menerima pasien yang
akan dirujuk
 Dokter yang akan merujuk harus memastikan bahwa pasien dalam keadaan stabil dan
memungkinkan proses transfer dilakukan
 Pendamping pasien memastikan bahwa pasien dalam keadaan stabil dan
memungkinkan dilakukan proses transfer
 Proses transfer harus selalu didampingi oleh petugas kesehatan
 Sarana untuk melakukan transfer dapat dipastikam aman untuk proses transfer
 Peralatan penujang dipastikan berfungsi selama proses transfer

Antar Rumah Sakit

 Memastikan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan penerima sudah siap menerima


pasien yang akan dirujuk
 Dokter yang akan merujuk harus memastikan bahwa pasien dalam keadaan stabil dan
memungkinkan dilakukan proses transfer
 Pendamping pasien memastikan bahwa pasien dalam keadaan stabil dan
memungkinkan dilakukan proses transfer
 Sarana untuk melakukan transfer (ambulance) dapat dipastikan aman untuk proses
transfer
 Sopir mengetahui jelas tujuan dan arah jalan yang terdekat dan terbaik yang akan
dilalui kendaraan
 Peralatan penujang dipastikan berfungsi selama proses transfer
2. Transferring

Yang harus diperhatikan pada proses transferring yaitu :

 Monitoring pasien selama transferring


 Pencatatan keadaan pasien selama transferring
 Tindakan medis yang perlu dilakukan selama transferring
3. Pasca-transfering

Setelah pasien tiba difasilitas pelayanan kesehatan yang dituju, dilakukan serah terima
antara petugas fasilitas pelayanan kesehatan pengirim dengan petugas fasilitas pelayanan
kesehatan penerima dan dibuatkan berita acara serah terima pasien.

2.6 Prosedur Transfer


1. SPO transfer antar ruangan
Transfer pasien antar ruang perawatan adalah memindahkan pasien dari satu ruangan
keruang perawatan/tindakan lain didalam rumah sakit.
2. SPO transfer antar rumah sakit
Transfer pasien pindah perawatan ke rumah sakit lain adalah memindahkan pasien dari
rumah sakit ke rumah sakir lain untuk pindah perawatan karena tidak tersedianya fasilitas
pelayanan yang dibutuhkan pasien.
3. SPO transfer ke RS lain untuk tindakan medis atau pemeriksaan penunjang
Transfer pasien ke rumah sakit lain untuk tindakan media atau pemeriksaan penunjang
adalah memindahkan pasien sementara dari RS ke RS lain untuk dilakukan tindakan
medis/pemeriksaan penunjang karena tidak tersedianya fasilitas pelayanan yang
dibutuhkan pasien di Rumah Sakit asal.
2.7 Dokumentasi

Yang disertakan dengan pasien pada saat transfer adalah dokumentasi keperawatannya
mengenai permasalahan pasien, terapi yang telah dilakukan, dan keadaan pasien saat akan
ditransfer.

2.8 Pengelolaan selama transfer

Petugas yang mendampingi harus yang terlatih dan harus siap apabila ada masalah yang
mungkin akan timbul yaitu :

-monitoring tanda vital dan pulse oximetry

-bantuan kardio respirasi apabila diperlukan

-pemberian darah bila diperlukan

-pemberian obat sesuai instruksi dokter selama prosedur tetap

-menjaga komunikasi dengan dokter selama transfer

-melakukan dokumentasi selama transportasi

2.9 Ruang lingkup dalam Transfer pasien


A. Pengaturan transfer
1. Rumah sakit memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter senior (dr ICU), DPJP,
dr IGD/ dr ruangan, PPJP, perawat yang kompeten dalam merawat pasien kritis (perawat
ICU), petugas medis, dan petugas ambulans. Tim ini yang berwenang untuk
memutuskan metode transfer mana yang akan dipilih.
2. Metode transfer yang ada di rumah sakit
a. Layanan antar-jemput pasien
Merupakan layanan atau jasa umum khusus untuk pasien rumah sakit dengan tim
transfer dari petugas IGD dimana tim tersebut yang akan mengambil/menjemput
pasien dari rumah/rumah sakit jejaring untuk dibawa ke rumah sakit.
b. Tim transfer lokal
Rumah sakit memiliki tim transfernya sendiri dan mengirimkan sendiri pasiennya
kerumah sakit lain, tetapi bila tim transfer dan fasilitas transfer rumah sakit sedang
tidak siap, maka transfer dilakukan dengan menggunakan jasa tim transfer dari
ambulan gawat darurat rumah sakit lain.
3. Rumah sakit mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer untuk pasien-pasien
dengan sakit berat atau kritis tanpa terkecuali.
4. Dokter senior/ spesialis (DPJP/dr ICU) yang bertanggung jawab dalam tim transfer
pasien harus siap sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan transfer
pasien dakit berat atau kritis antar rumah sakit.
B. Stabilisasi sebelum transfer
1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer yang aman
dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat atau kritis
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya akselerasi
dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia harus sepenuhnya
dikoreksi sebelum transfer
4. Unit/rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada prosedur atau
pengaturan transfer pasien yang memadai
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan dibuat
hingga pasien ditransfer ke unit atau rumah sakit lain
6. Hal yang harus dilakukan sebelum transfer :
a. Amankan potensi jalan nafas
b. Analisa gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan ventilator
portabel selama minimal 15 menit
c. Terdapat jalur atau akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atau sentral)
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang terus menerus untuk memantau tekanan
darah pasien selama proses transfer
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada harus terpasang dan tidak boleh
diklem
f. Pasang kateter urin dan nasogastric tube jika perlu
g. Pemberian terapi atau tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksaan
transfer
7. Unit atau rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan segera
atau resusitas yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi khusus, namun
tetap tanggung jawab tim transfer
8. Tim transfer harus familiar terhadap peralatan yang ada dan secara independen menilai
kondisi pasien
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus di cek ulang oleh petugas transfer
10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien untuk memastikan bahwa semua persiapan
yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat.
BAB III
JURNAL

3.1 http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/download/6491/5326

Abstrak

Handover yang tidak memadai dan tidak efektif sering sekali sebagai kegagalan pertama
serta memiliki risiko tinggi dalam upaya menjaga keselamatan pasien. Handover (serah
terima pasien) adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab utama untuk
memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh ke pengasuh yang lain,
termasuk dokter jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten dokter, praktisi perawat, perawat
terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi. Prinsip serah terima pasien, meliputi;
kepemimpinan, pemahaman, peserta, waktu, tempat, dan proses serah terima pasien. Jenis
serah terima pasien yang berhubungan dengan keperawatan, meliputi: serah terima pasien
antar shift, serah terima pasien antar unit keperawatan, serah terima pasien antara unit
perawatan dengan unit pemeriksaan diagnostik, serah terima pasien antar fasilitas kesehatan,
dan serah terima obat-obatan. Pentingnya pemahaman perawat tentang serah terima pasien
dalam pelayanan keperawatan dapat mencegah kerugian dalam keselamatan pasien yang
disebabkan oleh kesalahan/hambatan karena faktor individu, kelompok, dan organisasi,
maupun karena tatacara serah terima pasien yang tidak tepat.

Resume

Handover adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab utama untuk
memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh ke salah satu pengasuh yang
lain. Pengasuh termasuk dokter jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten dokter, praktisi
perawat, perawat terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi. (The Joint Commission Journal on
Quality and Patient Safety, 2010). Sedangkan Australian Medical Association (2006),
mendefinisikan handover sebagai transfer tanggung jawab profesional dan akuntabilitas
untuk beberapa atau semua aspek perawatan untuk pasien, atau kelompok pasien, kepada
orang lain atau kelompok profesional secara sementara atau permanen.

Serah terima pasien yang efektif mendukung informasi penting dan kontinuitas dari
perawatan, pengobatan, dan berdampak terhadap keselamatan pasien. Serah terima pasien
yang efektif harus menjadi budaya bagi individu, kelompok dan organisasi pada institusi
pelayanan keperawatan/kesehatan saat ini. Pemahaman perawat yang baik tentang prinsip,
jenis, tatacara, masalah/hambatan dan upaya untuk mengurangi kesalahan/meningkatkan
keselamatan pada kegiatan serah terima pasien dalam pelayanan keperawatan dapat
mencegah kerugian bagi pasien yang disebabkan oleh kesalahan/hambatan karena faktor
individu, kelompok, dan organisasi. Indikator pelayanan keperawatan berkualitas dapat
dicapai dengan salah satu cara dari berbagai upaya yang tersedia, antara lain; melaksanakan
serah terima pasien oleh perawat, tenaga kesehatan lain, maupun organisasi secara
bertanggungjawab dan bertanggunggugat.

Berikut prinsip handover yaitu :

M. Australian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009); Friesen, White, dan
Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip serah terima pasien, yaitu:

a) Kepemimpinan dalam serah terima pasien


b) Pemahaman tentang serah terima pasien
c) Peserta yang mengikuti serah terima pasien
d) Waktu serah terima pasien
e) Tempat serah terima pasien

Jenis handover

Menurut Hughes (2008); Australian Resource Centre for Healthcare Innovation


(2009);Friesen, White, dan Byers (2009) beberapa jenis serah terima pasien yang
berhubungan dengan perawat, antara lain:

a) Serah terima pasien antar shift


b) Serah terima pasien antar unit keperawatan
c) Serah terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan diagnostic
d) Serah terima pasien antar fasilitas kesehatan

3.2 http://www.jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/download/137/126

Abstrak

Latar Belakang. Kesalahan dalam pelaksanaan transportasi pasien dapat merugikan

perawat, instansi terkait terutama pasien.Transportasi pasien kasus trauma maupun non

trauma seharusnya dapat mencegah cedera atau tidak memperparah cedera.Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi penatapelaksanaan transportasi pasien trauma dan non
trauma di IGD RSUD di jawa barat.

Metode

penelitian.Penelitian ini menggunakan desain.Populasi pada penelitian yaitu pasien trauma

penelitian ini berjumlah 40 responden.Teknik yang digunakan adalah accidental sampling.

Instrumen penelitian berupa lembar observasi yang diisi oleh peneliti.Pengkategorian


penatalaksanaan transportasi pasien trauma dan non trauma setiap variabel dikatakan sesuai

standar prosedur operasional (SPO) jika semua prosedur dilakukan dan dikatakan tidak
sesuai

SPO jika salah satu atau lebih prosedur tidak dilakukan.Analisa univariat menggunakan

perhitungan distribusi frekuensi.Hasil penelitian.Penatalaksanaan transportasi pasien tahap

persiapan alat sejumlah 29 (72,5 %) responden melaksanakan sesuai SPO dan 11 (27,5 %)

responden tidak sesuai SPO. Penatalaksanaan transportasi pasien tahap persiapan pasien

sejumlah

SPO. Penatalaksanaan transportasi pasien tahap pelaksanaan sejumlah 9 (22,5 %) responden

melaksanakan sesuai SPO dan 31 (77,5 %) responden tidak sesuai SPO. Kesimpulan.

Sebagian kecil petugas belum melakukan Penatalaksanaan transportasi sesuai SPO sehingga

membahayakan pasien.Pihak rumah sakit lebih meningkatkan kualitas maupun kemampuan

dalam transportasi pasien dengan memberian pelatihan kepada perawat sebaiknya secara

berkala.

Kata Kunci: gawat darurat, transportasi pasien, trauma.

Resume

Penatalaksanaan transportasi pasien

trauma dan non trauma di IGD RSUD

Kabupaten di Jawa Barattahun 2016sebagian

kecil petugas belum belum melakukan

transportasi pasien sesuai SPO sesuai SPO

sehingga membahayakan pasien.

Pihak rumah sakit lebih meningkatkan

kualitas maupun kemampuan dalam

transportasi pasien karena hal ini dapat


mempengaruhi keselamatan pasien.

Pemberian pelatihan transportasi pasien bagi

perawat sebaiknya dilakukan secara berkala

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Proses transfer merupakan salah satu hal penting yang pasti terjadi pada pasien di
Rumah Sakit. Proses transfer atau perpindahan pasien ini dapat dilakukan kapanpun dan
dimanapun pasien berada dan mendapatkan pelayanan. Transfer pasien dimulai dengan
melakukan koordinasi dan komunikasi pra-transportasi pasien, menentukan SDM yang akan
mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring
pasien selama transfer. Transfer hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan
yang kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih. Apabila keputusan
untuk transfer sudah diambil hanya pemeriksaan fungsi hemodinamika yang dapat
dilakukan karena pemeriksaan lain hanya akan menunda transfer. Ada keadaan dimana
penderita tidak dapat dilakukan transfer karena masalah hemodinamik yang belum stabil.
Merupakan transfer pasien yang dilakukan dari satu ruangan ke ruangan lain yang masih
berada dalam satu rumah sakit tersebut dengan alasan tertentu. Contohnya transfer dari
UGD ke ruang rawat inap dan transfer pasien dari ruang rawat inap ke ICU,dll. Untuk
mencapai hasil terbaik maka proses transfer perlu dipersiapkan dengan baik. Hal-hal yang
berhubungan dengan proses transfer pasien yaitu :. Rumah sakit memiliki suatu tim transfer
yang terdiri dari dokter senior (dr ICU), DPJP, dr IGD/ dr ruangan, PPJP, perawat yang
kompeten dalam merawat pasien kritis (perawat ICU), petugas medis, dan petugas
ambulans. Tim ini yang berwenang untuk memutuskan metode transfer mana yang akan
dipilih. Handover yang tidak memadai dan tidak efektif sering sekali sebagai kegagalan
pertama serta memiliki risiko tinggi dalam upaya menjaga keselamatan pasien. Prinsip serah
terima pasien, meliputi; kepemimpinan, pemahaman, peserta, waktu, tempat, dan proses
serah terima pasien. Pengasuh termasuk dokter jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten
dokter, praktisi perawat, perawat terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi. (The Joint
Commission Journal on Quality and Patient Safety, 2010). Serah terima pasien yang efektif
mendukung informasi penting dan kontinuitas dari perawatan, pengobatan, dan berdampak
terhadap keselamatan pasien. M. Australian Resource Centre for Healthcare Innovation
(2009); Friesen, White, dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip serah
terima pasien, yaitu: . Latar Belakang. Kesalahan dalam pelaksanaan transportasi pasien
dapat merugikan . responden tidak sesuai SPO. Penatalaksanaan transportasi pasien tahap
persiapan pasien . SPO. Penatalaksanaan transportasi pasien tahap pelaksanaan sejumlah 9
(22,5 %) responden . melaksanakan sesuai SPO dan 31 (77,5 %) responden tidak sesuai
SPO.

4.2 saran
untuk para tenaga medis dan pelayanan dari rumah sakit lebih ditingkatkan lagi dalam
pelayanan transfer pasien atau penyerahan pasien agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan dan pasien mendapatkan pelayanan dengan baik dan tepat. Meningkatkan lagi
dalam persiapan perawatan dan peralatannya.

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahannya dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah di atas.

DAFTAR PUSTAKA
http://akreditasirumahsakitmpo.blogspot.com/2017/11/kebijakan-pelayanan-transfer-pasien.html?m=1

https://bangsalsehat.blogspot.com/2018/05/transfer-pasien-alasan-jenis-standar-dan-tujuan.html?m=1

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/download/6491/5326

http://www.jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/download/137/126

Anda mungkin juga menyukai