Fajri Nurhidayat - 1618000871 - Spray Gel - Lapres
Fajri Nurhidayat - 1618000871 - Spray Gel - Lapres
DisusunOleh :
PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2020
I.1. PEMBUATAN SPRAY GEL EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI DAN UJI
SIFAT FISIKNYA
I.2. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat spray gel ekstrak daun pandan
wangi
2. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan uji evaluasi fisikokimia pada sediaan gel
Daun pandan wangi yang selama ini digunakan sebagai penyedap dalam masakan
beberapa senyawa antara lain flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan polifenol dimana
aureus[1]. Bakteri Staphyloccocus aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat
Ekstrak etanol daun pandan wangi konsentrasi 10% memiliki aktivitas antibakteri
Spray gel antibakteri menjadi alternatif yang praktis digunakan sebagai pengganti cuci
tangan dengan menggunakan sabun dan air. Sediaan spray dalam bentuk gel dapat
bertahan lama ketika diaplikasikan ke kulit karena adanya gelling agent[3]. Salah satu
gelling agent yang banyak digunakan adalah hidroksi propil metil selulosa (HPMC).
Polimer HPMC ini larut dalam pelarut organik maupun anorganik, stabil pada pH 3
hingga 11, gel yang dihasilkan jernih, memiliki viskositas yang stabil walupun disimpan
dalam jangka waktu yang lama, dan tidak mengiritasi kulit[4][5]. Viskositas sebesar
500-5000 cPs merupakan viskositas yang ideal pada sediaan spray gel[3]. HPMC pada
yang mana sifat fisik tersebut dapat mempengaruhi tercapainya efek farmakologis dari
sediaan[7]. Selain pengujian sifat fisik, dilakukan juga pengujian stabilitas fisik yang
dimaksudkan untuk menjamin sediaan memiliki sifat yang sama dalam selama
penyimpanan.
terbaik dari spray gel ekstrak daun pandan wangi dengan HPMC sebagai gelling agent.
Pengujian sifat fisik yang dilakukan meliputi organoleptis, homogenitas, viskositas, pH,
pola penyemprotan dan uji daya sebar lekat. Sedangkan pengujian stabilitas dilakukan
selama 4 minggu pada suhu ruang dengan melihat organoleptis, pH dan viskositas
merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul senyawa
Menurut Ansel, gel didefinisikan sebagai suatu system setengah padat yang
terdiri dari suatu disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik yang terkecil atau
A. Penggolongan Gel
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua
yaitu:
Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro
yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul
Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan
yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film
tembus pandang, elastis, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik,
Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih
pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau
C. Kegunaan Gel
Kegunaan sediaan gel secara garis besar di bagi menjadi empat seperti :
1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam
bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan
2. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan
pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan
basis suppositoria.
3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk
pada shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan perawatan rambut.
4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau
Menurut Lachman, dkk. 1994 sediaan gel memiliki sifat sebagai berikut:
1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert,
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang
baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan
kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan
diharapkan.
besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.
5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan
gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC,
HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan
yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan
disebut thermogelation.
Swelling
matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel
kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang
Sineresis
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang
terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan
gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar.
tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel
organogel.
Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin
membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan
Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik
dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada
dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan
konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu
untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera
karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang
tidak larut.
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat
Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran
aliran.
I.4. MONOGRAFI
Regum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Clasis : Monocotyledonae
Ordo : Pandanales
Familia : Pandanaceae
Genus : Pandanus
b. HPMC
Pemerian : Serbuk berwarna putih krem, tidak berbau dan tidak berasa, serbuk
Kelarutan : Larut dalam air dingin dengan pH 5.5 , tidak larut dalam kloroform P,
c. Propilen Glikol
Sinonim : Propilenglikol
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
Kelarutan : Larut dalam air, dengan aseton dan dalam kloroform, larut dalam eter
dan dalam beberapa minyak essensial tapi tidak dengan minyak lemak
d. Gliserin
Sinonim : Gliserol
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dalam
e. Metil Paraben
Pemerian : Serbuk hablur halus, putih hampir tidak berbau, tidak berasa, agak
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalan 3,5
bagian etanol 95%, dalam eter pekat dan dalam larutan alkali
hidroksida
f. Propil Paraben
Sinonim : Nipasol
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol 95%
g. Etanol 70%
Sinonim : Alkohol
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak,
bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan eter P
Kegunaan : Zat tambahan pelarut
h. Aquades
RM / BM : H2O / 18,02
I.5. ALAT
Glassware, timbangan
I.6. BAHAN
- HPMC
- Propilen glikol
- Metil paraben
- Propil paraben
- Etanol 70%
- Aquadest
I.7. PERCOBAAN
HPMC 0,5 %
Gliserin 0,2 %
Propilengglikol 15%
Metil paraben 0,18 %
Etanol 25%
Aquadest 100 %
Ditimbang semua bahan yang dibutuhkan dalam gram (b/b dan v/b) formula
Pada wadah terpisah metil paraben an propil paraben dilarutkan dalam etanol
kemudian ditambahkan ekstrak daun pandan wangi diaduk hingga larut,
ditambahkan gliserin dan dicampurkan hingga homogen (Campuran B
I.7.3 Evaluasi
Organoleptis
Uji Homogenitas
Uji pH
Diamati perubahan warna yang terjadi pada kertas pH dan dicocokan pada
indikator ph
Uji Penyemprotan
Disemprotkan sediaan pada selembar plastik yang telah diukur beratnya dan
sudah diberi nomor dengan jarak 3 cm, 5 cm, 10 cm, 15 cm, dan 20 cm
Dilakukan di kulit dengan cara disemprotkan pada bagian lengan atas dari jarak
30 mm atau 3 cm.
f. Aquadest : 100 x 50 ml = 50 ml
I.9. PEMBAHASAN
Pada praktikum formulasi dan teknologi sediaan cair-semi padat kali ini yaitu
“Pembuatan dan evaluasi sediaan spray gel ” yang mana tujuan dari praktikum tersebut
yaitu dapat memahami dan mampu membuat sediaan spray gel, dapat mengetahui cara
evaluasi sifat fisikokimia sediaan gel, dan dapat mengetahui syarat sediaan gel yang
baik.
Gel didefinisikan sebagai suatu system setengah padat yang terdiri dari suatu
disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik yang terkecil atau molekul organic
Tujuan sediaan ini di buat dalam bentuk sediaanspray gel yaitu karena spray gel
mempunyai kadar air yang tinggi sehingga dapat mengurangi kondisi panas dan tegang
yang sifatnya setempat dan timbulnya kulit meradang. Spray gel diaplikasikan langsung
pada kulit yang mengalami gangguan dan setelah kering akan meninggalkan lapisan tipis
tembus pandang, elastik dengan daya lekat tinggi, yang tidak menyumbat pori sehingga
tidak mempengaruhi pernafasan kulit. Pelepasan obat pada sediaan gel sangat bagus.
Bahan obat dilepaskan dalam waktu yang singkat dan hampir sempurna (voight, 1971).
Sediaan dalam bentuk gel lebih banyak digunakan karena rasa dingin dikulit, mudah
mengering membentuk lapisan film sehingga mudah dicuci dengan air (Massey. 2010).
nya antara lain ekstrak daun pandan wangi, HPMC, Propilen glikol, Gliserin, Metil
Adapun Zat aktif yang akan digunakan atau yang tertera dalam formulasi
Yaitu ekstrak daun pandan wangi, Daun pandan wangi yang selama ini digunakan
sebagai penyedap dalam masakan ternyata memiliki khasiat sebagai antibakteri. Daun
pandan wangi mengandung beberapa senyawa antara lain flavonoid, alkaloid, saponin,
tanin, dan polifenol dimana senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri,
satu bakteri yang dapat menyebabkan diare, dan biasanya bakteri ini banyak
mengkontaminasi tangan. Ekstrak etanol daun pandan wangi konsentrasi 10% memiliki
Staphyloccocus aureus.
Pada formulasi kali ini HPMC berkhasiat sebagai gelling agent, PEG sebagai
beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung
pembuatan sediaan pada gel minyak atsiri serai ini, adapun penggunaan metil paraben
tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar
dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak maka di gunakannya aquades
yang bersifat tidak terlalu melarutkan gel atau tidak menyebabkan tingkat kelarutan
tinggi pada gel. pada sediaan gel minyak atsiri serai , aquades yang digunakan sebanyak
5 gram.
Adapun prosedur pada pembuatan sediaan gel yaitu sperti biasa semua
bahan ditimbang terlebih dahulu lalu disiapkan sebagian air dingin untuk melarutkan
basis hpmc yang putih bening. HPMC dikembangkan selama 24 jam pada suhu 40 C hal
ini berfungsi untuk menghilangkan gelembung udara pada basis karena efek
pengadukan, kemudian dicek Ph spray gel dan dimasukkan dalam wadah dan diberi
label. Setelah pembuatan sediaan spray gel, spray gel akan dievaluasi yaitu pengujian
sifat fisik dan kimia nya dan evaluasi sediaan dimaksudkan untuk menguji apakah
sediaan yang dibuat telah sesuai dengan kriteria atau persyaratan yang berlaku untuk
sediaan gel serta untuk menjaga kestabilan sedíaan.Adapun pengujian yang dilakukan
pada praktikum kali ini yaitu uji organoleptis, homogenitas, uji PH , viskositasr, pola
Evaluasi yang pertama yaitu Uji organoleptis, uji organoleptis merupakan salah
satu parameter fisik untuk mengetahui stabilitas gel tujuan dari uji ini yaitu untuk
mengetahui standar gel yang dibuat sudah stabil dan tidak menyimpang dari persyaratan
sediaan gel .Uji organoleptis ini cara kerja nya yaitu mengamati sediaan spray gel
meliputi bentuk ,bau dan rasa .Hasil dari pengamatan yang didapat pada sediaan spray
gel Bentuk cair, warna bening kekuningan agak keruh , Bau khas Pandan wangi
lakukan dengan tujuan agar mengetahui sediaan yang telah dibuat homogen atau tidak
karena sediaan spray gel yang baik yaitu yang baik harus homogen dan bebas dari
pertikel- partikel yang masih mengumpal karena gel harus transparan serta derajat
kejernihan tinggi (efek estetika).Cara kerja dari uji ini yaitu dengan mengoleskan sedikit
sediaan gel di objek glass dan amati adakah partikel yang masih menggumpal atau tidak
tercampur sempurna. Jika tidak berarti larutan dikatakan homogen. Hasil dari pengujian
pada sediaan sediaan gel spray yang telah dibuat memiliki sebaran globul, sehingga
Evaluasi selanjutnya yaitu Uji pH, uji ini tujuannya yaitu untuk mengetahui pH
dari sediaan yang dibuat.adapun cara kerja dari uji pH sangat simpel hanya mengoleskan
sediaan gel pada kertas pH lalu mencocokan dengan kertas indikator pH dan uji ini
termasuk kedalam uji sifat kimia,Adapun hasil pengujian pH 5 dan pH tersebut termasuk
nilai pH yang baik karena memenuhi syarat pada literatur ,Adapun literaturnya yaitu
Syarat pH sediaan gel nilai pH yang kurang dari 4,5 dapat mengiritasi kulit sementara
sementara nilai pH lebih dari 6,5 akan membuat kulit menjadi bersisik , maka pH yang
Uji daya sebar pada gel dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan gel menyebar
pada kulit dan mengetahui kelunakan dari gel untuk menyebar pada kulit ,Pada
pengujian ini prosedur kerjanya dengan menimbang 0,5 gram gel di letakkan ditengah
alat (kaca bulat) lalu ditutup dengan kaca penutup diatas masa gel dan dibiarkan selama
1 menit setelah diukur diameter gel yang menyebar lalu di tambahkan 50 gram beban
tambahan di diamkan selama 1 menit serta mencatat diameter yang menyebar dan di
amati setiap 1 menit selama 10 menit ketika diameter sudah konstan.Pada literatur
Rentang daya sebar yang disyaratkan untuk sediaan topikal adalah sebesar 5-7 cm.
( Garg, et.al) data hasil dari pengujian daya sebar pada sediaan gel minyak atsiri serai
memiliki penyebaran daya sebar yang baik karena sesuai dengan persyaratan daya sebar.
sudah diukur beratnya dan sudah diberi nomor dengan jarak 3, 5, 10, 15, dan 20 cm.
disemprotkan. Pengujian setiap jarak dilakukan secara triplo, pada uji ini yang diamati
adalah pola pembentukan semprotan, diameter pola semprot yang terbentuk, dan
banyaknya sediaan yang keluar (gram) setiap semprotnya dengan jarak yang sama.
kualitas dari alat semprot yang digunakan. Viskositas sediaan akan mempengaruhi pola
penyemprotan. Hasil uji pola penyemproyan dapat dilihat pada tabel 2. Hasil
menghasilkan pola yang memanjang dan melebar dibandingkan FII dan FIII yang terlihat
cenderung menggumpal dan hanya berada pada satu titik lurus dari semprotan. FII dan
FIII memiliki viskositas yang lebih tinggi dari FI. Dari hasil uji pola penyemprotan dapat
dinyatakan FI memenuhi standar kriteria pola penyemprotan yang baik yaitu sediaan
dipasang rotor no. 1 dan dipastikan rotor terendam dalam sediaan uji. Alat dinyalakan
dan pastikan bahwa rotor dapat berputar. Jarum penunjuk viskosimeter diamati mengarah
ke angka pada skala viskositas untuk rotor no. 1 yang tersedia. Ketika jarum
menunjukkan ke arah yang stabil maka angka itulah yang merupakan viskositas yang
diukur, catat dalam satuan dPaS. Viskositas yang baik untuk sediaan spray gel berkisar
500-5000 cPs. Viskositas pada spray gel akan berpengaruh pada mudah tidaknya sediaan
menunjukkan bahwa ketiga formula memenuhi kriteria viskositas untuk sediaan spray gel
Pada sediaan spray gel memiliki kelebihan diantaranya lebih aman karena tingkat
kontaminasi mikroorganisme relatif rendah, waktu kontak obat dengan luka relatif lebih
lama dibanding sediaan lainnya dan lebih praktis dalam penggunaanya. Sedangkan
kekurangannya diantaranaya harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air
sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap
jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau
hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi
I.10.KESIMPULAN
1. Organoleptis dari gel spray yang dibuat telah memenuhi syarat dengan bentuk
sediaan cair berwarna bening agak kekuningan dan bau khas daun pandan wangi
2. pH dari sediaan telah sesuai syarat pH gel yaitu pada range normal pH kulit 4,5 -6,5
3. Homogenitas dari sediaan gel spray yang telah dibuat memiliki sebaran globul,
4. Daya sebar gel spray yang telah diformulasikan sudah sesuai dengan kriteria daya
sebar spray dimana sediaan tetap melekat dan tidak menimbulkanan tetesan setelah
disemprotkan 10 detik
5. Viskositas dari gel spray sudah baik karena sudah masuk dalam range 500- 5000 cPs
6. Daya penyemprotan dari gel spray sudah memiliki daya semprot yang baik dengan
tidak ada perubahan bobot yang signifikan, menunjukkan efektifitas dari aplikator
I.11.DAFTAR PUSTAKA
5. Lachman. 1994. Teori dan Praktik Farmasi Industri Edisi III. Jakarta : UI Press