Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FTS CSP


PEMBUATAN SPRAY GEL EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI
DAN UJI SIFAT FISIKNYA

DisusunOleh :

Nama : Fajri Nurhidayat


NPM : 1618000871
Kel/SMT : C/IV

PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2020
I.1. PEMBUATAN SPRAY GEL EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI DAN UJI

SIFAT FISIKNYA

I.2. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat spray gel ekstrak daun pandan

wangi

2. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan uji evaluasi fisikokimia pada sediaan gel

3. Mahasiswa dapat mengetahui syarat sediaan gel yang baik

I.3. DASAR TEORI

Daun pandan wangi yang selama ini digunakan sebagai penyedap dalam masakan

ternyata memiliki khasiat sebagai antibakteri. Daun pandan wangi mengandung

beberapa senyawa antara lain flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan polifenol dimana

senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri, salah satunya Staphyloccocus

aureus[1]. Bakteri Staphyloccocus aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat

menyebabkan diare, dan biasanya bakteri ini banyak mengkontaminasi tangan[2].

Ekstrak etanol daun pandan wangi konsentrasi 10% memiliki aktivitas antibakteri

dengan diameter aktivitas sebesar 13,23 mm terhadap bakteri Staphyloccocus aureus[1]

Spray gel antibakteri menjadi alternatif yang praktis digunakan sebagai pengganti cuci

tangan dengan menggunakan sabun dan air. Sediaan spray dalam bentuk gel dapat

bertahan lama ketika diaplikasikan ke kulit karena adanya gelling agent[3]. Salah satu

gelling agent yang banyak digunakan adalah hidroksi propil metil selulosa (HPMC).

Polimer HPMC ini larut dalam pelarut organik maupun anorganik, stabil pada pH 3

hingga 11, gel yang dihasilkan jernih, memiliki viskositas yang stabil walupun disimpan

dalam jangka waktu yang lama, dan tidak mengiritasi kulit[4][5]. Viskositas sebesar

500-5000 cPs merupakan viskositas yang ideal pada sediaan spray gel[3]. HPMC pada

konsentrasi 2,5% menghasilkan nilai viskositas sebesar 1000 cPs[6].


Pengujian sifat fisik sediaan spray gel dilakukan untuk mengetahui karakterisasi sediaan

yang mana sifat fisik tersebut dapat mempengaruhi tercapainya efek farmakologis dari

sediaan[7]. Selain pengujian sifat fisik, dilakukan juga pengujian stabilitas fisik yang

dimaksudkan untuk menjamin sediaan memiliki sifat yang sama dalam selama

penyimpanan.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula

terbaik dari spray gel ekstrak daun pandan wangi dengan HPMC sebagai gelling agent.

Pengujian sifat fisik yang dilakukan meliputi organoleptis, homogenitas, viskositas, pH,

pola penyemprotan dan uji daya sebar lekat. Sedangkan pengujian stabilitas dilakukan

selama 4 minggu pada suhu ruang dengan melihat organoleptis, pH dan viskositas

sediaan. Kemudian dilanjutkan dengan menguji efektivitasnya sebagai antiseptik

terhadap Staphylococcus aureus.

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli,

merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik

yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.

Menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa

suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul senyawa

organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan.

Menurut Ansel, gel didefinisikan sebagai suatu system setengah padat yang

terdiri dari suatu disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik yang terkecil atau

molekul organic yang besar dan saling diresapi cairan.

A. Penggolongan Gel

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua

yaitu:

 Gel sistem 2 fase


Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar ,

massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma bentonit.

Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika

dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan.Sediaan harus dikocok dahulu

sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.

 Gel sistem fase tunggal

Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam

suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro

yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul

sintetik misalnya karboner atau dari gom alam misanya tragakan.

B. Kekuangan dan Kelebihan Gel

Keuntungan dan kerugian menurut Lachman, 1994 :

- Keuntungan sediaan gel

Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan

yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film

tembus pandang, elastis, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik,

kemampuan penyebarannya pada kulit baik.

- Kekurangan sediaan gel

Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga

diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih

pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau

hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan

iritasi dan harga lebih mahal.

C. Kegunaan Gel

Kegunaan sediaan gel secara garis besar di bagi menjadi empat seperti :
1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam

bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan

untuk bentuk sediaan obat long–acting yang diinjeksikan secara intramuskular.

2. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan

pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan

basis suppositoria.

3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk

pada shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan perawatan rambut.

4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau

dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).

D. Sifat dan Karakteristik Gel

Menurut Lachman, dkk. 1994 sediaan gel memiliki sifat sebagai berikut:

1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert,

aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.

2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang

baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan

kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan

tube, atau selama penggunaan topical.

3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang

diharapkan.

4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM

besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.

5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan

gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC,

HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan

yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan

disebut thermogelation.

Sediaan gel umumnya memiliki karakteristik tertentu, yakni :

 Swelling

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi

larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara

matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel

kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang

dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.

 Sineresis

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang

terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan

gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar.

Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya

tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel

akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan

bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun

organogel.

 Efek suhu

Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan

temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu

tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin

membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut

membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan

oleh pemanasan disebut thermogelation.

 Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik

dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada

dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan

konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu

untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera

mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan

karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang

tidak larut.

 Elastisitas dan rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama

transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan

peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap

perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat

bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.

 Rheologi

Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi

memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran

non–newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju

aliran.

I.4. MONOGRAFI

a. Ekstrak Daun Pandan Wangi

Regum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Clasis : Monocotyledonae

Ordo : Pandanales

Familia : Pandanaceae
Genus : Pandanus

Species : Pandanus amaryllifolius, Roxb

b. HPMC

Nama lain : Hideoksipopil Metilselulosa

Pemerian : Serbuk berwarna putih krem, tidak berbau dan tidak berasa, serbuk

yang stabil, higroskopis setelah pengeringan.

Kelarutan : Larut dalam air dingin dengan pH 5.5 , tidak larut dalam kloroform P,

etanol dan eter

Kegunaan : Gelling agent

Penyimpana : Dalam wadah tertutup baik

c. Propilen Glikol

Nama lain : Propylenglycolum

Sinonim : Propilenglikol

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,

menyerrap air pada udara lembab

Kelarutan : Larut dalam air, dengan aseton dan dalam kloroform, larut dalam eter

dan dalam beberapa minyak essensial tapi tidak dengan minyak lemak

Kegunaan : Zat tambahan

Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat

d. Gliserin

Nama lain : Gliserolum

Sinonim : Gliserol

Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti

rasa hangat, higroskopik.

Kelarutan : Larut dalam air dan etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dalam

eter dan dalam minyak lemak


Kegunaan : Zat pengemulsi dan fase air

Penyimpana : Dalam wadah tertutup baik

e. Metil Paraben

Nama lain : Methylis Parabenum

Sinonim : Metil paraben, nipagin M

Pemerian : Serbuk hablur halus, putih hampir tidak berbau, tidak berasa, agak

membakar diikuti rasa gatal

Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalan 3,5

bagian etanol 95%, dalam eter pekat dan dalam larutan alkali

hidroksida

Kegunaan : Sebagai pengawet

Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat

f. Propil Paraben

Nama lain : Prophylis Parabenum

Sinonim : Nipasol

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol 95%

Kegunaan : Sebagai pengawet

Penyimpana : Dalam wadah tertutup baik

g. Etanol 70%

Nama lain : Aethanolum

Sinonim : Alkohol

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak,

bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru

yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan eter P
Kegunaan : Zat tambahan pelarut

Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat

h. Aquades

Nama lain : Air suling

RM / BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Larut dalam semua jenis larutan

Penyimpana : Dalam wadah tertutup kedap

Khasiat : Zat pelarut

I.5. ALAT

Glassware, timbangan

I.6. BAHAN

- Ekstrak pandan wangi

- HPMC

- Propilen glikol

- Metil paraben

- Propil paraben

- Etanol 70%

- Aquadest

I.7. PERCOBAAN

I.7.1 Formula dibuat untuk 50 ml

R/ Ekstrak Daun Pandan Wangi 10 %

HPMC 0,5 %

Gliserin 0,2 %

Propilengglikol 15%
Metil paraben 0,18 %

Propil paraben 0,2 %

Etanol 25%

Aquadest 100 %

I.7.2 Cara kerja

Ditimbang semua bahan yang dibutuhkan dalam gram (b/b dan v/b) formula

HPMC didispersikan ke dalam sebagian air dingin dan dicampur hingga


homogen hingga terbentuk massa gel yang transparan (dikembangkan 24 jam
pada suhu 4oC

HPMC yang telah mengembang sempurna ditambahkan propilen glikol sambil


diaduk hingga homogen (campuran A)

Pada wadah terpisah metil paraben an propil paraben dilarutkan dalam etanol
kemudian ditambahkan ekstrak daun pandan wangi diaduk hingga larut,
ditambahkan gliserin dan dicampurkan hingga homogen (Campuran B

Campuran B ditambahkan ke dalam campuran A, keduanya dihomogenkan


dan ditambahkan aquadest hingga bata 50 mL

I.7.3 Evaluasi

 Organoleptis

Melakukan pengamatan menggunakan panca indra

Yang dianati meliputi bentuk, warna dan bau

Dicatat hasil pengamatan

 Uji Homogenitas

Disemprotkan sediaan pada sekeping kaca preparat transparan


Diamati kaca preparat adakah partikel yang belum tercampur merata
 Uji Viskositas

Dilakukan pengukuran Viskositas sediaan spray gel diukur menggunakan


viscometerbrookfield.

Dimasukkan kedalam cup sediaan spray gel sebanyak 50 mL

Dipasang spindleno.3,hasil viskositas dicatat setelah viskotes termenunjukkan


angka yang stabil

Pengukuran viskositas dilakukan dengan replikasi tiga kali.Nilai viskositas


spraygel yang baik yaitu kurang dari150cP.

 Uji pH

Disiapkan kertas dan indikator pH

Dioleskan sediaan gel pada kertas pH

Sebelumnya dilakukan kalibrasi dengan dapar pH 4 dan pH 7

Diamati perubahan warna yang terjadi pada kertas pH dan dicocokan pada
indikator ph

 Uji Penyemprotan

Disemprotkan sediaan pada selembar plastik yang telah diukur beratnya dan
sudah diberi nomor dengan jarak 3 cm, 5 cm, 10 cm, 15 cm, dan 20 cm

Diukur waktu mengering menggunakan stopwatch dan ditimbang setalah


disemprotkan

Diamati adalah pola pembentukan semprotan, diameter dari pola semprot


yang terbentuk, dan banyaknya sediaan yang keluar (gram) setiap
semprotnya dengan jarak yang sama.
 Uji Daya Sebar

Dilakukan di kulit dengan cara disemprotkan pada bagian lengan atas dari jarak
30 mm atau 3 cm.

Disemprotkan dihitung selama 10 detik untuk melihat apakah sediaan


menempel atau tetesan dari hasil semprot menetes ke bawah

I.8. DATA PRAKTIKUM

I.8.1 Penimbanagan Bahan

a. Ekstrak daun pandan wangi = 10 x 50 ml = 5 gram

b. HPMC = 0,5 x 50 ml = 0,25 gram

c. Propilengglikol = 15 x 50 ml = 7,5 gram

d. Gliserin : 0,2 x 50 ml = 0,1 gram

e. Metil paraben : 0,18 x 50 ml = 0,09 ml

f. Aquadest : 100 x 50 ml = 50 ml

g. Propil paraben : 0,2 x 50 ml = 0,1 gram

I.8.2 Data pengamatan

Evaluasi Hasil Keterangan

Bentuk cair, warna bening kekuningan Baik, sesuai dg


Organoleptis
agak keruh , Bau khas Pandan wangi formulasi

Homogenitas Homogen Baik


pH 5 Baik
Uji daya Sebar Tidak melekat / mengalir dari daerah
Baik
Lekat semprot
Diameter
Jarak (cm) Berat (gr)
(cm)
3 1,3 0,296
Uji daya 5 1,5 0,297 Memenuhi
Penyemprotan Syarat
10 2,7 0,296
15 3 0,295
20 3,5 0,294
RepI. 1250 RepII. 1250 Rep III. Memenuhi
Uji Viskositas
cPs cPs 1250 Syarat
cPs

I.9. PEMBAHASAN

Pada praktikum formulasi dan teknologi sediaan cair-semi padat kali ini yaitu

“Pembuatan dan evaluasi sediaan spray gel ” yang mana tujuan dari praktikum tersebut

yaitu dapat memahami dan mampu membuat sediaan spray gel, dapat mengetahui cara

evaluasi sifat fisikokimia sediaan gel, dan dapat mengetahui syarat sediaan gel yang

baik.

Gel didefinisikan sebagai suatu system setengah padat yang terdiri dari suatu

disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik yang terkecil atau molekul organic

yang besar dan saling diresapi cairan. (Ansel,1989)

Tujuan sediaan ini di buat dalam bentuk sediaanspray gel yaitu karena spray gel

mempunyai kadar air yang tinggi sehingga dapat mengurangi kondisi panas dan tegang

yang sifatnya setempat dan timbulnya kulit meradang. Spray gel diaplikasikan langsung

pada kulit yang mengalami gangguan dan setelah kering akan meninggalkan lapisan tipis

tembus pandang, elastik dengan daya lekat tinggi, yang tidak menyumbat pori sehingga

tidak mempengaruhi pernafasan kulit. Pelepasan obat pada sediaan gel sangat bagus.

Bahan obat dilepaskan dalam waktu yang singkat dan hampir sempurna (voight, 1971).

Sediaan dalam bentuk gel lebih banyak digunakan karena rasa dingin dikulit, mudah

mengering membentuk lapisan film sehingga mudah dicuci dengan air (Massey. 2010).

Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu: Glasware,Timbangan,

Kertas perkamen,Gelas ukur,Pipet,Objek gelas, Cawan porselen,Waterbath

Mortir, Kertas saring,Kertas dan indikator pH,Mikroskop,Termometer, dan bahan-bahan

nya antara lain ekstrak daun pandan wangi, HPMC, Propilen glikol, Gliserin, Metil

paraben, propil paraben, etanol 70 % dan aquades

Adapun Zat aktif yang akan digunakan atau yang tertera dalam formulasi
Yaitu ekstrak daun pandan wangi, Daun pandan wangi yang selama ini digunakan

sebagai penyedap dalam masakan ternyata memiliki khasiat sebagai antibakteri. Daun

pandan wangi mengandung beberapa senyawa antara lain flavonoid, alkaloid, saponin,

tanin, dan polifenol dimana senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri,

salah satunya Staphyloccocus aureus. Bakteri Staphyloccocus aureus merupakan salah

satu bakteri yang dapat menyebabkan diare, dan biasanya bakteri ini banyak

mengkontaminasi tangan. Ekstrak etanol daun pandan wangi konsentrasi 10% memiliki

aktivitas antibakteri dengan diameter aktivitas sebesar 13,23 mm terhadap bakteri

Staphyloccocus aureus.

Pada formulasi kali ini HPMC berkhasiat sebagai gelling agent, PEG sebagai

humektan dan gliserin sebagai zat pengemulsi fase cair.

Pada penambahan metil paraben yaitu digunakan sebagai pengawet, meskipun

beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung

banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba,salah satunya

pembuatan sediaan pada gel minyak atsiri serai ini, adapun penggunaan metil paraben

pada sediaan gel minyak atsiri serai yaitu 0,01 gram.

Pada penambahan aquades di gunakan sebagaai pelarut, Pelarut yang digunakan

tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar

dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak maka di gunakannya aquades

yang bersifat tidak terlalu melarutkan gel atau tidak menyebabkan tingkat kelarutan

tinggi pada gel. pada sediaan gel minyak atsiri serai , aquades yang digunakan sebanyak

5 gram.

Adapun prosedur pada pembuatan sediaan gel yaitu sperti biasa semua

bahan ditimbang terlebih dahulu lalu disiapkan sebagian air dingin untuk melarutkan

basis hpmc yang putih bening. HPMC dikembangkan selama 24 jam pada suhu 40 C hal

ini berfungsi untuk menghilangkan gelembung udara pada basis karena efek
pengadukan, kemudian dicek Ph spray gel dan dimasukkan dalam wadah dan diberi

label. Setelah pembuatan sediaan spray gel, spray gel akan dievaluasi yaitu pengujian

sifat fisik dan kimia nya dan evaluasi sediaan dimaksudkan untuk menguji apakah

sediaan yang dibuat telah sesuai dengan kriteria atau persyaratan yang berlaku untuk

sediaan gel serta untuk menjaga kestabilan sedíaan.Adapun pengujian yang dilakukan

pada praktikum kali ini yaitu uji organoleptis, homogenitas, uji PH , viskositasr, pola

penyemprotan dan daya sebar lekat. Masing-masing uji memiliki tujuan.

Evaluasi yang pertama yaitu Uji organoleptis, uji organoleptis merupakan salah

satu parameter fisik untuk mengetahui stabilitas gel tujuan dari uji ini yaitu untuk

mengetahui standar gel yang dibuat sudah stabil dan tidak menyimpang dari persyaratan

sediaan gel .Uji organoleptis ini cara kerja nya yaitu mengamati sediaan spray gel

meliputi bentuk ,bau dan rasa .Hasil dari pengamatan yang didapat pada sediaan spray

gel Bentuk cair, warna bening kekuningan agak keruh , Bau khas Pandan wangi

Evaluasi selanjutnya yaitu uji Homogenitas , pada uji homogenitas ini di

lakukan dengan tujuan agar mengetahui sediaan yang telah dibuat homogen atau tidak

karena sediaan spray gel yang baik yaitu yang baik harus homogen dan bebas dari

pertikel- partikel yang masih mengumpal karena gel harus transparan serta derajat

kejernihan tinggi (efek estetika).Cara kerja dari uji ini yaitu dengan mengoleskan sedikit

sediaan gel di objek glass dan amati adakah partikel yang masih menggumpal atau tidak

tercampur sempurna. Jika tidak berarti larutan dikatakan homogen. Hasil dari pengujian

pada sediaan sediaan gel spray yang telah dibuat memiliki sebaran globul, sehingga

sediaan gel sudah bisa dikatkan homogen

Evaluasi selanjutnya yaitu Uji pH, uji ini tujuannya yaitu untuk mengetahui pH

dari sediaan yang dibuat.adapun cara kerja dari uji pH sangat simpel hanya mengoleskan

sediaan gel pada kertas pH lalu mencocokan dengan kertas indikator pH dan uji ini

termasuk kedalam uji sifat kimia,Adapun hasil pengujian pH 5 dan pH tersebut termasuk
nilai pH yang baik karena memenuhi syarat pada literatur ,Adapun literaturnya yaitu

Syarat pH sediaan gel nilai pH yang kurang dari 4,5 dapat mengiritasi kulit sementara

sementara nilai pH lebih dari 6,5 akan membuat kulit menjadi bersisik , maka pH yang

baik yaitu 4,5-6,5 (Sharon et.al, 2013)

Uji daya sebar pada gel dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan gel menyebar

pada kulit dan mengetahui kelunakan dari gel untuk menyebar pada kulit ,Pada

pengujian ini prosedur kerjanya dengan menimbang 0,5 gram gel di letakkan ditengah

alat (kaca bulat) lalu ditutup dengan kaca penutup diatas masa gel dan dibiarkan selama

1 menit setelah diukur diameter gel yang menyebar lalu di tambahkan 50 gram beban

tambahan di diamkan selama 1 menit serta mencatat diameter yang menyebar dan di

amati setiap 1 menit selama 10 menit ketika diameter sudah konstan.Pada literatur

Rentang daya sebar yang disyaratkan untuk sediaan topikal adalah sebesar 5-7 cm.

( Garg, et.al) data hasil dari pengujian daya sebar pada sediaan gel minyak atsiri serai

memiliki penyebaran daya sebar yang baik karena sesuai dengan persyaratan daya sebar.

Uji daya penyemprotan Sediaan disemprotkan pada selembar plastik yang

sudah diukur beratnya dan sudah diberi nomor dengan jarak 3, 5, 10, 15, dan 20 cm.

Kemudiaan diukur waktu mengering menggunakan stopwatch dan ditimbang setelah

disemprotkan. Pengujian setiap jarak dilakukan secara triplo, pada uji ini yang diamati

adalah pola pembentukan semprotan, diameter pola semprot yang terbentuk, dan

banyaknya sediaan yang keluar (gram) setiap semprotnya dengan jarak yang sama.

Pola penyemprotan merupakan salah satu faktor penting untuk mengevaluasi

kualitas dari alat semprot yang digunakan. Viskositas sediaan akan mempengaruhi pola

penyemprotan. Hasil uji pola penyemproyan dapat dilihat pada tabel 2. Hasil

penyemprotan juga dipangaruhi oleh jarak penyemprotan. Semakin jauh jarak

penyemprotan maka semakin lebar diameter pola penyemprotan. Formula I cenderung

menghasilkan pola yang memanjang dan melebar dibandingkan FII dan FIII yang terlihat
cenderung menggumpal dan hanya berada pada satu titik lurus dari semprotan. FII dan

FIII memiliki viskositas yang lebih tinggi dari FI. Dari hasil uji pola penyemprotan dapat

dinyatakan FI memenuhi standar kriteria pola penyemprotan yang baik yaitu sediaan

dapat disemprotkan dengan baik dan partikel menyebar merata.

Pengukuran viskositas sediaan spray gel menggunakan Viskosimeter VT-04

(Rion, Japan). Sediaan dimasukkan ke dalam wadah berbentuk tabung, kemudian

dipasang rotor no. 1 dan dipastikan rotor terendam dalam sediaan uji. Alat dinyalakan

dan pastikan bahwa rotor dapat berputar. Jarum penunjuk viskosimeter diamati mengarah

ke angka pada skala viskositas untuk rotor no. 1 yang tersedia. Ketika jarum

menunjukkan ke arah yang stabil maka angka itulah yang merupakan viskositas yang

diukur, catat dalam satuan dPaS. Viskositas yang baik untuk sediaan spray gel berkisar

500-5000 cPs. Viskositas pada spray gel akan berpengaruh pada mudah tidaknya sediaan

tersebut dapat dihantarkan melalui aplikator semprot. Hasil pengujian viskositas

menunjukkan bahwa ketiga formula memenuhi kriteria viskositas untuk sediaan spray gel

yaitu antara 500-5000 cPs.

Pada sediaan spray gel memiliki kelebihan diantaranya lebih aman karena tingkat

kontaminasi mikroorganisme relatif rendah, waktu kontak obat dengan luka relatif lebih

lama dibanding sediaan lainnya dan lebih praktis dalam penggunaanya. Sedangkan

kekurangannya diantaranaya harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air

sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap

jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau

hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi

dan harga lebih mahal.

I.10.KESIMPULAN

1. Organoleptis dari gel spray yang dibuat telah memenuhi syarat dengan bentuk

sediaan cair berwarna bening agak kekuningan dan bau khas daun pandan wangi
2. pH dari sediaan telah sesuai syarat pH gel yaitu pada range normal pH kulit 4,5 -6,5

dengan nilai pH yaitu 5

3. Homogenitas dari sediaan gel spray yang telah dibuat memiliki sebaran globul,

sehingga sediaan gel sudah bisa dikatkan homogen

4. Daya sebar gel spray yang telah diformulasikan sudah sesuai dengan kriteria daya

sebar spray dimana sediaan tetap melekat dan tidak menimbulkanan tetesan setelah

disemprotkan 10 detik

5. Viskositas dari gel spray sudah baik karena sudah masuk dalam range 500- 5000 cPs

6. Daya penyemprotan dari gel spray sudah memiliki daya semprot yang baik dengan

tidak ada perubahan bobot yang signifikan, menunjukkan efektifitas dari aplikator

yang digunakan dalam menghantarkan jumlah yang reprodusibel dari formula

sediaan gel setiap penyemprotan

I.11.DAFTAR PUSTAKA

1. Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press

2. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DEPKES RI

3. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : DEPKES RI

4. Ansel C, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press

5. Lachman. 1994. Teori dan Praktik Farmasi Industri Edisi III. Jakarta : UI Press

Anda mungkin juga menyukai