Hak Anak
Hak Anak
Oleh:
JULIANTO
IS-19006
A. Latar Belakang
Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya
melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Di tangan mereka peran
peran strategis yang kelak menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan Negara
Indonesia bertumpu. Dengan ke-khususan ciri dan sifat mereka, serta mental dan
fisik yang rentan, anak membutuhkan perawatan dan perhatian, sehingga setiap
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun
sosial. Demi mewujudkan kesejahteraan anak dan memberikan jaminan terhadap
pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi, maka
diperlukan dukungan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang
menjamin pelaksanaan dan menjamin hak-hak anak secara khusus.1
Hak asasi anak merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang
termuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Menurut
Undang-undang, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh Negara, Hukum, Pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Anak dalam pengertian yang umum mendapat perhatian tidak saja dalam
ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat diperhatikan dari sisi pandang sentralistis
kehidupan, seperti Agama, Hukum dan Sosiologis yang menjadikan anak semakin
rasional dan aktual dalam lingkungan sosial.
B. Rumusan Masalah
1
Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: KPAI,2007), 15.
1. Bagaimana kajian tafsir ayat Al-Qur’an tentang pemenuhan hak anak?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat-Ayat Tentang Pemenuhan Hak Anak
َز ِّو ُجهُ ْمAُ) أَوْ ي49( ُّذ ُكو َرAا ُء الAا َويَهَبُ لِ َم ْن يَ َشAAًق َما يَ َشا ُء يَهَبُ لِ َم ْن يَ َشا ُء إِنَاث
ُ ُض يَ ْخل
ِ ْت َواألر ِ ك ال َّس َم َواُ هَّلِل ِ ُم ْل
)50( ُذ ْك َرانًا َوإِنَاثًا َويَجْ َع ُل َم ْن يَ َشا ُء َعقِي ًما إِنَّهُ َعلِي ٌم قَ ِدي ٌر
b. Tafsirnya
2
KementrianAgama RI, Al-Qur’an Terjemah Perkata, (Bandung, SYGMA, 2010), 406
Ayat ini di dalamnya terdapat berita tentang luasnya kerajaan Allah
Subhaanahu wa Ta'aala, berlakunya tindakan-Nya pada kerajaan-Nya sesuai yang
Dia kehendaki, Dia mengatur semua urusan, sampai-sampai pengaturan Allah
Subhaanahu wa Ta'aala karena meratanya; mengena kepada makhluk terhadap
sebab yang dikerjakan mereka. Nikah misalnya, ia termasuk sebab lahirnya anak,
maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala Dialah yang memberikan kepada mereka anak
sesuai yang Dia kehendaki. Di antara makhluk-Nya ada yang Dia karuniakan anak
perempuan, ada pula yang Dia karuniakan anak laki-laki, ada pula yang Dia
berikan secara berpasangan dan bersamaan; anak laki-laki dan perempuan, dan di
antara mereka ada pula yang Dia jadikan mandul.
اَلA َوAۖ A اAًنA اA َسAحAْ Aِ إA ِنA ْيA َدAِلA اAوAَ A ْلA اAِ بAوAَ Aۖ A اAً ئA ْيA َشA ِهAِ بAاA وA ُكA ِرA ْشAُ اَّل تAَ أAۖ A ْمA ُكA ْيAَ لA َعA ْمA ُكAُّA بA َرA َمAَّA رA َحA اA َمA ُلA ْتAَ أA اAوAْ AَلA اA َعAَ تAلAْ Aُق
A اAَ هA ْنA ِمAرAَ Aَ هAظ
َ A اA َمAش Aَ A ِحA اA َوAَ فA ْلA اAاA وAُ بA َرA ْقAَ اَل تAوAَ Aۖ A ْمAُهA اAَّA يAِ إA َوA ْمA ُكAُ قA ُزAرAْ Aَ نAنAُ AحAْ Aَ نAۖ Aق ٍ اَلAمAْ Aِ إAنAْ A ِمA ْمA ُكA اَل َدAوAْ Aَ أAاA وAُ لAُ تA ْقAَت
A َنA وAُ لAِ قA ْعAَ تAمAْ A ُكAَّ لA َعAَ لA ِهAِ بA ْمA ُكA اAَّA صAوAَ A ْمA ُكAِلAٰAَ ذAۚ AِّA قAحAَ A ْلA اAِ اَّل بAِ إAُ هَّللاA َمAَّA رAحAَ A يAِ تAَّلA اAس Aَ A ْفAَّنAلA اAاA وAُ لAُ تA ْقAَ اَل تA َوAۖ AنAَ Aط َ Aَ بA اA َمAوAَ
a.Makna Mufrodat
3
KementrianAgama RI, Al-Qur’an Terjemah Perkata, (Bandung, SYGMA, 2010), 236
( قُلْ تَ َعالَوْ ا۟ أَ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك َمKatakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan
atas kamu oleh Tuhanmu) Yakni aku akan membacakan untuk kalian ayat-ayat
yang mengandung apa-apa saja yang diharamkan atas kalian.
۟ ِر ُكواAAA( أاَّل تُ ْشjanganlah kamu berbuat syirik) Yakni aku mengharuskan dan
menghimbau kepada kalian untuk tidak mempersekutukan-Nya.
ٰنًاA َدي ِْن إِحْ سAِ( ۖ َوبِ ْال ٰولberbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa) Yakni dengan
berbakti kepada keduanya, dan menjalankan perintah dan larangannya. Dalam
potongan ayat ini juga terdapat larangan untuk mendurhakai keduanya.
ٍ Aٰ( ۖ َواَل تَ ْقتُلُوٓ۟ا أَوْ ٰل َد ُكم ِّم ْن إِ ْملdan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena
ق
takut kemiskinan) Makna ( )اإلمالقyakni kemiskinan. Dahulu orang-orang
jahiliyah membunuh anak laki-laki dan perempuan mereka karena takut akan
jatuh miskin, dan mereka juga membunuh anak perempuan karena takut aib.
َ ( َواَل تَ ْق َربُوا۟ ْالفَ ٰو ِحdan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji)
ش
Yakni perbuatan maksiat, diantaranya zina.
b. Tafsirnya
Katakanlah (wahai rasul) kepada mereka, ”kemarilah, akau akan bacakan
apa yang diharamkan tuhan kalian kepada kalian, yaitu; janganlah kalian
menyekutukan sesuatupun dengan Allah dari makhluk-makhlukNya dalam
beribadah kepadaNya, akan tetapi arahkanlah seluruh jenis ibadah kepadaNya
semata, seperti khauf (rasa takut), pengharapan, do’ a dan jenis ibadah lainnya,
dan hendaknya kalain berbuat baik kepada kedua orangtua kalian dengan berbakti
dan doa serta jenis kebaikan lainnya. Dan janganlah kalian membunuh anak-anak
kalian dikarenakan kefakiran yang kalian alami. Sesungguhnya Allah lah yang
memberikan rizki kepada kalian dan kepada mereka. Dan janganlah kalian
mendekati dosa-dosa besar yang tampak dan tersembunyi. Dan janganlah kalian
membunuh jiwa yang diharamkan Allah untuk di bunuh, kecuali dengan sebab
yang dibenarkan seperti dalam kondisi menuntut hukum qishash dari pembunuh,
perzinaan yang dilakukan orang yang telah menikah, atau karena murtad dari
islam. Hal-hal yang disebutkan termasuk perkara yang Allah melarang kalian
darinya dan menuntut janji dari kalian untuk menjauhinya, serta perkara yang
Allah memerintahkan dan berpesan kepada kalian dengannya, semoga kalian
memahami perintah-perintah dan larangan-laranganNya.
c. Asbabun Nuzulnya
Surah Al-An'am adalah salah satu surah yang terdapat dalam Al-Qu'ran,
dimana surah tersebut diturunkan oleh Allah sesudah turunnya surah Al-Hijir.
Surah Al-An'am diturunkan oleh Allah dengan 165 ayat yang diturunkan di
Mekah. Namun dari 165 ayat tersebut ada beberapa ayat yang diurunkan di
Madinah diantaranya ayat 20, 23, 91 , 93 , 114 , 141 , 151 , 152 , 153. Adapun
sebab diturunkannya surah tersebut adalah sebagai berikut :
Para ulama mengemukakan tentang Asbabun Nuzul surah surah Al-An'am ini
diantaranya :
⇰AlAufi,Ikrimah, dan Ata telah meriwayatkan dari Ibnu Abba s, bahwa
surat Al-An'am diturunkan di Mekah. Imam Tabrani mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami
Hajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Hamma d ibnu Salamah, dari
Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abba s yang mengatakan
bahwasurat Al-An'am diturunkan di Mekah di malam hari sekaligus, di
sekelilingnya terdapat tujuh puluh ribu malaikat, semuanya mengumandangkan
tasbih di sekitarnya.
⇰Sufyan AsSauri telah me r iwaya tkan dari Lais, dari Syahr ibnu
Hausyab, dari Asma binti Yazid yang mengatakan, "Surat Al An'am diturunkan
kepada Nabi S aw. sekaligus, sedangkan saat itu aku memegang tali kendali
untanya. Sesungguhnya hampi r saja surat ini mematahkan tulangtulang unta
yang dinaikinya karena beratnya surat AlAn'am yang sedang diturunkan."
⇰Syarik telah meriwayatkan dari Lais, dari Syahr, dari Asma yang
mengatakan bahwa "surat Al An'am diturunkan kepada Rasulullah Saw. ketika
beliau sedang dalam perjalanannya dengan diiringi oleh sejumlah besar malaikat;
jumlah mereka menutupi semua yang ada di antara langit dan bumi" .
⇰AsSaddi telah mer iwayatkan dari Murah , dari Abdullah ibnu Mas'ud
yang mengatakan bahwa "surat Al An'am diturunkan dengan diiringi oleh tujuh
puluh ribu malaikat Hal yang semisal telah diriwayatkan pula melalui jalur lain,
bersumber dari Ibnu Mas'ud .
⇰Imam Hakim di dalam kitab Mustadrakny& mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami Abu Abdullah Muhammad ibnu Ya 'qub AlHafiz dan
Abui Fadl, yaitu AlHasan ibnu Ya'qub AlAdi; keduanya mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Wahhab AlAbdi, telah
menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aun, telah menceritakan kepada kami
Ismail ibnu Abdur Rahman AsSaddi, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir yang mengatakan bahwa ketika surat Al
An'am diturunkan, Rasulullah Saw. membaca tasbih, kemudian
bersabda: Sesungguhnya surat ini diiringi oleh para malaikat (yang j
umlahnya) menutupi cakrawala langit.
⇰Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Imam
Muslim. Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Ibrahim
ibnu Durustuwaih AlFarisi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu
Ahmad ibnu Mu h amma d ibnu Salim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu
Fudaik, telah menceritakan kepadaku Uma r ibnu Talhah ArRaqqasyi, dari Nafi*
ibnu Malik ibnu Abu Suhail, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda: Surat AlAn 'om diturunkan dengan diiringi oleh
sejumlah malaikat yang banyaknya menutupi semua yang ada di cakrawala timur
dan barat. Suara gemuruh tasbih mereka terdengar, dan bumi bergetar
karenanya.
Sedangkan Rasulullah Saw. sendiri mengucapkan: Mahasuci Allah Yang
Mahaagung, Mahasuci Allah Yang Mahaagung.
⇰Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari Imam Tabrani, dari Ibrahim ibnu
Nailah, dari Ismail ibnu Uma r , dari Yusuf ibnu Atiyyah, dari Ibnu Aun, dari
Nafi', dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Surat AlAn 'om diturunkan kepadaku sekaligus, dan diiringi oleh tujuh
puluh ribu malaikat, dari mereka terdengar suara gemuruh karena bacaan tasbih
dan tahmid.
4
KementrianAgama RI, Al-Qur’an Terjemah Perkata, (Bandung, SYGMA, 2010), 386
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Al
Baqarah: 233).
a. Makna Mufrodatnya
ض ْعنَ أَوْ لٰ َده َُّن ُ ٰ( َو ْالوٰلِدPara ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya)
ِ ْت يُر
َ ( ۚ لِ َم ْن أَ َرا َد أَن يُتِ َّم الرyaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan)
ََّضا َعة
َوتُه َُّنAو ِد لَهُۥ ِر ْزقُه َُّن َو ِك ْسAAُ( َو َعلَى ْال َموْ لDan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu)
َعهَاAAAA( ۚ اَل تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ ِإاَّل ُو ْسSeseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya)
لَّ ْمتُم َّمآ َءاتَ ْيتُمAAAا َح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َسAAAَ( فَاَل ُجنmaka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran)
b.Tafsirnya
Perasaan kasih sayang Allah tanamkan sebagai bekal dan dorongan orang
tua untuk mendidik, memelihara, melindungi dan memperhatikan kemaslahatan
anakanak mereka sehingga semua hak-hak anak dapat terpenuhi dengan baik serta
terhindar dari setiap tindak kekerasan dan diskriminasi.
Selain itu anak juga dikatakan sebagai amanah dari Allah bagi orang tua
yang mendapatkannya. Sebagai amanah yang diberikan anak harus mendapatkan
pemeliharaan dan penjagaan yang baik dari kedua orang tuanya. Anak berhak
mendapatkan perlindungan, pendidikan, perawatan yang kesemuanya menjadi
haknya.3 Jika amanah yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik Allah akan
memberikan pahala dan balasan yang berlimpah bagi orang tua. Sebaliknya dosa
bagi orang tua yang karena kelalaiannya tidak dapat menjaga anak dengan baik
sehingga menyebabkan anaknya celaka.
Orang tua sebagai orang yang diberi amanah memiliki kewajiban untuk
memenuhi setiap hak yang dimiliki anak agar dapat mendukung perkembangan
anak dengan baik sehingga menumbuhkan karakter anak yang berakhlak mulia
dan memegang teguh prinsip-prinsip ajaran Islam. Anak bukan hanya merupakan
aset tidak ternilai bagi orang tua, masyarakat dan bangsanya, tetapi anak juga
sebagai pemilik masa depan.
Oleh karena itu anak perlu dibimbing, dididik dan ditumbuhkan secara
optimal baik secara fisik, mental spiritual, moral maupun intelektualitasnya. Anak
adalah pewujud peradaban bangsa dan calon penerus generasi tua yang harus
dipersiapkan agar menjadi generasi yang cerdas secara intekletual dan spiritual
sehingga menjadi anak yang berkualitas. 5
Penampakan kasih sayang dan pemenuhan hak dasar anak dapat tercapai
apabila anak dalam keadaan normal. Namun ketika anak berada dalam situasi
yang tidak normal, misalnya menjadi anak yatim, anak terlantar karena
kemiskinan, bencana alam, krisis politik dan ekonomi, menjadi korban kekerasan
dan sebagainya, maka anak membutuhkan perlindungan dan penanganan. Itulah
yang disebut hak perlindungan khusus bagi anak.
5
Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: KPAI,2007), 15.
Dalam Islam dikenal lima macam hak asasi yang dikenal dengan sebutan
maqasid al-shari‘ah, yaitu pemeliharaan atas hak beragama (hifz al-din),
pemeliharaan atas jiwa (hifz al-nafs), pemeliharaan atas kehormatan dan
nasab/keturunan (hifz al-nasl), pemeliharaan atas akal (hifz al-‘aql) dan
pemeliharaan atas harta (hifz al-mal).
Pemeliharaan hak agama bagi seseorang dalam Islam disebut dengan hifz
al-din. Pemeliharaan agama anak yang baru lahir didunia berada dibawah
tanggung jawab kedua orang tua. Agama yang dianut oleh seorang anak sudah
pasti mengikuti agama yang dianut kedua orang tuanya sampai anak dapat
menentukan sendiri untuk tetap mengikuti agama yang dianutnya sejak lahir atau
memilih agama yang terbaik baginya. Rasulullah saw bersabda:
Dari hadis diatas dapat dipahami bahwa orang tua merupakan inti dari
agama dan perilaku yang akan dilakukan anaknya. Orang tua memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap akhlak seorang anak karena anak akan senantiasa
meniru perilaku dari orang tuanya. Apabila dalam keluarga orang tua menegakkan
agama Allah dan menaatiNya, serta berpegang pada akhlak-akhlak yang terpuji,
anak akan tumbuh dengan memiliki akhlak-akhlak tersebut. Sebaliknya jika
akhlak orang tuanya buruk dan tidak menegakkan agama Allah, anak akan tumbuh
dengan sifat-sifat yang buruk pula.
6
Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, 45
7
Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari Vol 1, (Bukhoro: Maktabah Ashriyyah, 1996), 410.
Pemeliharaan hak agama bagi anak dalam Islam pertama kali harus
dilakukan oleh kedua orang tua terutama seorang ibu yang mengandung,
melahirkan dan membesarkan anak. Pembinaan keagamaan anak harus dimulai
sejak awal periode kehidupan anak, yaitu sejak dalam kandungan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara membiasakan anak mendengar kalimat-kalimat yang baik
seperti bacaan Al-Quran, shalawat, dzikir, dan lain-lain.
Salah satu bentuk dari hak pemeliharaan nasab dalam Islam dapat dilihat
dalam konsep pemeliharaan atas kehormatan. Kehormatan anak dapat
diwujudkan dengan pengakuan atas jati dirinya sebagai anak dari orang tua
kandungnya. Oleh karena itu dalam Islam pengangkatan seorang anak tidak boleh
sampai menyebabkan anak tersebut menghilangkan asal-usul keturunannya.
Pertama, demi menjaga hak dan martabat anak, ayah kandung tidak boleh
diganti dengan nama orang lain meskipun anak tersebut telah menjadi anak
angkat. Kedua, hak dan kehormatan terkait dengan kejiwaan anak, sebab jika anak
dikenal sebagai anak yang tak berbapak atau keturunan yang jelas, maka ia akan
mengalami masalah besar dalam pertumbuhan kepribadiannya kelak. Hal tersebut
juga terkait dengan masalah muharramat yaitu aturan tentang wanita-wanita yang
haram dinikahi. Jika anak tidak diketahui asal usulnya, dikhawatirkan dapat
bermasalah dengan muharramat. Jadi jelaslah bahwa dalam pandangan Islam
demi kepentingan terbaik bagi anak, maka pemberian akta kelahiran adalah wajib
hukumya.
Pendidikan sejak dini bagi seorang anak merupakan kewajiban yang harus
dilakukan oleh orang tua sebagai yang diberi amanah oleh Allah. Oleh karena itu
wajib bagi orang tua untuk mengusahakan kemajuan pendidikan bagi anaknya
sesuai dengan kemampuan yang diberikan oleh Allah. Apabila orang tua tidak
mampu melakukan kewajibannya, maka masyarakat dan pemerintahlah yang
harus memenuhi kewajiban tersebut.
Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap hak sosial setiap
orang khususnya bagi kelompok rentan, yaitu orang miskin, perempuan dan anak
dengan cara memberlakukan dasar-dasar jaminan sosial. Seperti dapat kita lihat
dalam ajaran Islam bahwa Islam telah mempelopori dunia dalam penanggulangan
problema kemiskinan di dalam masyarakat dengan cara menyediakan baitul mal
dan zakat.
Dalam hal sosial Islam memberikan jaminan bagi setiap anak yang lahir
dari seorang muslim baik itu anak seorang pejabat pemerintah, pegawai, pekerja
maupun rakyat biasa. Jaminan keluarga baik sandang maupun pangan bagi setiap
anak ada dipundak seorang ayah.
8
Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, 81
Begitu pentingnya orang tua dalam menanggung beban sosial ekonomi
anak, maka Allah memberikan pahala yang sangat besar bagi seorang ayah yang
memberikan nafkah bagi keluarganya. Sebaliknya jika ia tidak mau menafkahi
anak-anak dan keluarganya padahal ia mampu maka ia akan memperoleh dosa
yang sangat besar.9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA