Anda di halaman 1dari 21

PEMENUHAN HAK ANAK

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Tafsir Ahkam

Dosen Pengampu: Dr. Hj. Nur Mahmudah, MA

Oleh:
JULIANTO
IS-19006

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS


HUKUM KELUARGA ISLAM/HKI
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya
melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Di tangan mereka peran
peran strategis yang kelak menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan Negara
Indonesia bertumpu. Dengan ke-khususan ciri dan sifat mereka, serta mental dan
fisik yang rentan, anak membutuhkan perawatan dan perhatian, sehingga setiap
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun
sosial. Demi mewujudkan kesejahteraan anak dan memberikan jaminan terhadap
pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi, maka
diperlukan dukungan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang
menjamin pelaksanaan dan menjamin hak-hak anak secara khusus.1

Hak asasi anak merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang
termuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Menurut
Undang-undang, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh Negara, Hukum, Pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Anak dalam pengertian yang umum mendapat perhatian tidak saja dalam
ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat diperhatikan dari sisi pandang sentralistis
kehidupan, seperti Agama, Hukum dan Sosiologis yang menjadikan anak semakin
rasional dan aktual dalam lingkungan sosial.

B. Rumusan Masalah

1
Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: KPAI,2007), 15.
1.      Bagaimana kajian tafsir ayat Al-Qur’an tentang pemenuhan hak anak?

2.      Bagaimana implementasi pemenuhan hak anak?

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Ayat-Ayat Tentang Pemenuhan Hak Anak

1. QS. Asy-Syura ayat 49-50.2

‫ َز ِّو ُجهُ ْم‬Aُ‫) أَوْ ي‬49( ‫ ُّذ ُكو َر‬A‫ا ُء ال‬A‫ا َويَهَبُ لِ َم ْن يَ َش‬AAً‫ق َما يَ َشا ُء يَهَبُ لِ َم ْن يَ َشا ُء إِنَاث‬
ُ ُ‫ض يَ ْخل‬
ِ ْ‫ت َواألر‬ ِ ‫ك ال َّس َم َوا‬ُ ‫هَّلِل ِ ُم ْل‬
)50( ‫ُذ ْك َرانًا َوإِنَاثًا َويَجْ َع ُل َم ْن يَ َشا ُء َعقِي ًما إِنَّهُ َعلِي ٌم قَ ِدي ٌر‬

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa


yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang
Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia
kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan
perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul
siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi
Mahakuasa.”
a. Makna Mufrodat

}‫ب لِ َمنْ يَشَا ُء إِنَاثًا‬


ُ ‫{يَ َه‬
Dia memberikan- anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia
kehendaki. 
}‫ور‬ ُّ ‫ب لِ َمنْ يَشَا ُء‬
َ ‫الذ ُك‬ ُ ‫{ َويَ َه‬
dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.
}‫{أَ ْو يُ َز ِّو ُج ُه ْم ُذ ْك َرانًا َوإِنَاثًا‬
atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa
yang dikehendaki-Nya).
}‫{ َويَ ْج َع ُل َمنْ يَشَا ُء َعقِي ًما‬
dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. 

b. Tafsirnya

2
KementrianAgama RI, Al-Qur’an Terjemah Perkata, (Bandung, SYGMA, 2010), 406
Ayat ini di dalamnya terdapat berita tentang luasnya kerajaan Allah
Subhaanahu wa Ta'aala, berlakunya tindakan-Nya pada kerajaan-Nya sesuai yang
Dia kehendaki, Dia mengatur semua urusan, sampai-sampai pengaturan Allah
Subhaanahu wa Ta'aala karena meratanya; mengena kepada makhluk terhadap
sebab yang dikerjakan mereka. Nikah misalnya, ia termasuk sebab lahirnya anak,
maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala Dialah yang memberikan kepada mereka anak
sesuai yang Dia kehendaki. Di antara makhluk-Nya ada yang Dia karuniakan anak
perempuan, ada pula yang Dia karuniakan anak laki-laki, ada pula yang Dia
berikan secara berpasangan dan bersamaan; anak laki-laki dan perempuan, dan di
antara mereka ada pula yang Dia jadikan mandul.

2. QS. Al-An’am ayat 151.3

‫ اَل‬A‫ َو‬Aۖ A‫ ا‬Aً‫ن‬A‫ ا‬A‫ َس‬A‫ح‬Aْ Aِ‫ إ‬A‫ ِن‬A‫ ْي‬A‫ َد‬Aِ‫ل‬A‫ ا‬A‫و‬Aَ A‫ ْل‬A‫ ا‬Aِ‫ ب‬A‫و‬Aَ Aۖ A‫ ا‬Aً‫ ئ‬A‫ ْي‬A‫ َش‬A‫ ِه‬Aِ‫ ب‬A‫ا‬A‫ و‬A‫ ُك‬A‫ ِر‬A‫ ْش‬Aُ‫ اَّل ت‬Aَ‫ أ‬Aۖ A‫ ْم‬A‫ ُك‬A‫ ْي‬Aَ‫ ل‬A‫ َع‬A‫ ْم‬A‫ ُك‬AُّA‫ ب‬A‫ َر‬A‫ َم‬AَّA‫ ر‬A‫ َح‬A‫ ا‬A‫ َم‬A‫ ُل‬A‫ ْت‬Aَ‫ أ‬A‫ ا‬A‫و‬Aْ Aَ‫ل‬A‫ ا‬A‫ َع‬Aَ‫ ت‬A‫ل‬Aْ Aُ‫ق‬
A‫ ا‬Aَ‫ ه‬A‫ ْن‬A‫ ِم‬A‫ر‬Aَ Aَ‫ ه‬A‫ظ‬
َ A‫ ا‬A‫ َم‬A‫ش‬ Aَ A‫ ِح‬A‫ ا‬A‫ َو‬Aَ‫ ف‬A‫ ْل‬A‫ ا‬A‫ا‬A‫ و‬Aُ‫ ب‬A‫ َر‬A‫ ْق‬Aَ‫ اَل ت‬A‫و‬Aَ Aۖ A‫ ْم‬Aُ‫ه‬A‫ ا‬AَّA‫ ي‬Aِ‫ إ‬A‫ َو‬A‫ ْم‬A‫ ُك‬Aُ‫ ق‬A‫ ُز‬A‫ر‬Aْ Aَ‫ ن‬A‫ن‬Aُ A‫ح‬Aْ Aَ‫ ن‬Aۖ A‫ق‬ ٍ ‫ اَل‬A‫م‬Aْ Aِ‫ إ‬A‫ن‬Aْ A‫ ِم‬A‫ ْم‬A‫ ُك‬A‫ اَل َد‬A‫و‬Aْ Aَ‫ أ‬A‫ا‬A‫ و‬Aُ‫ ل‬Aُ‫ ت‬A‫ ْق‬Aَ‫ت‬
A‫ َن‬A‫ و‬Aُ‫ ل‬Aِ‫ ق‬A‫ ْع‬Aَ‫ ت‬A‫م‬Aْ A‫ ُك‬Aَّ‫ ل‬A‫ َع‬Aَ‫ ل‬A‫ ِه‬Aِ‫ ب‬A‫ ْم‬A‫ ُك‬A‫ ا‬AَّA‫ ص‬A‫و‬Aَ A‫ ْم‬A‫ ُك‬Aِ‫ل‬AٰAَ‫ ذ‬Aۚ AِّA‫ ق‬A‫ح‬Aَ A‫ ْل‬A‫ ا‬Aِ‫ اَّل ب‬Aِ‫ إ‬Aُ ‫ هَّللا‬A‫ َم‬AَّA‫ ر‬A‫ح‬Aَ A‫ ي‬Aِ‫ ت‬Aَّ‫ل‬A‫ ا‬A‫س‬ Aَ A‫ ْف‬Aَّ‫ن‬A‫ل‬A‫ ا‬A‫ا‬A‫ و‬Aُ‫ ل‬Aُ‫ ت‬A‫ ْق‬Aَ‫ اَل ت‬A‫ َو‬Aۖ A‫ن‬Aَ A‫ط‬ َ Aَ‫ ب‬A‫ ا‬A‫ َم‬A‫و‬Aَ

"Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu


yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik
yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya
kamumemahami(nya).”

a.Makna Mufrodat

3
KementrianAgama RI, Al-Qur’an Terjemah Perkata, (Bandung, SYGMA, 2010), 236
‫( قُلْ تَ َعالَوْ ا۟ أَ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك َم‬Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan
atas kamu oleh Tuhanmu) Yakni aku akan membacakan untuk kalian ayat-ayat
yang mengandung apa-apa saja yang diharamkan atas kalian.

۟‫ ِر ُكوا‬AAA‫( أاَّل تُ ْش‬janganlah kamu berbuat syirik) Yakni aku mengharuskan dan
menghimbau kepada kalian untuk tidak mempersekutukan-Nya.

‫ٰنًا‬A‫ َدي ِْن إِحْ س‬Aِ‫( ۖ َوبِ ْال ٰول‬berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa) Yakni dengan
berbakti kepada keduanya, dan menjalankan perintah dan larangannya. Dalam
potongan ayat ini juga terdapat larangan untuk mendurhakai keduanya.

ٍ Aٰ‫( ۖ َواَل تَ ْقتُلُوٓ۟ا أَوْ ٰل َد ُكم ِّم ْن إِ ْمل‬dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena
‫ق‬
takut kemiskinan) Makna (‫ )اإلمالق‬yakni kemiskinan. Dahulu orang-orang
jahiliyah membunuh anak laki-laki dan perempuan mereka karena takut akan
jatuh miskin, dan mereka juga membunuh anak perempuan karena takut aib.

َ ‫( َواَل تَ ْق َربُوا۟ ْالفَ ٰو ِح‬dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji)
‫ش‬
Yakni perbuatan maksiat, diantaranya zina.

َ ‫( َما‬baik yang nampak) Yakni yang terang-terangan.


‫ظهَ َر‬

َ‫( ۖ َو َما بَطَن‬maupun yang tersembunyi) Yang dilakukan secara rahasia.

ْ ِ‫ َّر َم هللاُ إِاَّل ب‬AA‫س الَّتِى َح‬


ِّ ‫ال َح‬AA
‫ق‬ َ ‫وا۟ النَّ ْف‬AAُ‫( ۚ َواَل تَ ْقتُل‬dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar”) Dan sebab-sebab yang benar seperti membunuhnya untuk menegakkan
qishash, atau hukuman bagi pelaku zina yang telah menikah sebelumnya, atau
hukuman bagi orang yang murtad; sebab-sebab ini adalah sebab-sebab yang
diizinkan oleh syariat.

‫ىٰ ُكم بِ ِۦه‬A ‫ص‬


َّ ‫( ٰذلِ ُك ْم َو‬Demikian itu yang diperintahkan kepadamu) Yakni yang Allah
perintahkan dan wajibkan atas kalian.

b.  Tafsirnya
Katakanlah (wahai rasul) kepada mereka, ”kemarilah, akau akan bacakan
apa yang diharamkan tuhan kalian kepada kalian, yaitu; janganlah kalian
menyekutukan sesuatupun dengan Allah dari makhluk-makhlukNya dalam
beribadah kepadaNya, akan tetapi arahkanlah seluruh jenis ibadah kepadaNya
semata, seperti khauf (rasa takut), pengharapan, do’ a dan jenis ibadah lainnya,
dan hendaknya kalain berbuat baik kepada kedua orangtua kalian dengan berbakti
dan doa serta jenis kebaikan lainnya. Dan janganlah kalian membunuh anak-anak
kalian dikarenakan kefakiran yang kalian alami. Sesungguhnya Allah lah yang
memberikan rizki kepada kalian dan kepada mereka. Dan janganlah kalian
mendekati dosa-dosa besar yang tampak dan tersembunyi. Dan janganlah kalian
membunuh jiwa yang diharamkan Allah untuk di bunuh, kecuali dengan sebab
yang dibenarkan seperti dalam kondisi menuntut hukum qishash dari pembunuh,
perzinaan yang dilakukan orang yang telah menikah, atau karena murtad dari
islam. Hal-hal yang disebutkan termasuk perkara yang Allah melarang kalian
darinya dan menuntut janji dari kalian untuk menjauhinya, serta perkara yang
Allah memerintahkan dan berpesan kepada kalian dengannya, semoga kalian
memahami perintah-perintah dan larangan-laranganNya.

c. Asbabun Nuzulnya

Surah Al-An'am adalah salah satu surah yang terdapat dalam Al-Qu'ran,
dimana surah tersebut diturunkan oleh Allah sesudah turunnya surah Al-Hijir.
Surah Al-An'am diturunkan oleh Allah dengan 165 ayat yang diturunkan di
Mekah. Namun dari 165 ayat tersebut ada beberapa ayat yang diurunkan di
Madinah diantaranya ayat 20, 23, 91 , 93 , 114 , 141 , 151 , 152 , 153. Adapun
sebab diturunkannya surah tersebut adalah sebagai berikut :

Para ulama mengemukakan tentang Asbabun Nuzul surah surah Al-An'am ini
diantaranya :
⇰AlAufi,Ikrimah, dan Ata telah meriwayatkan dari Ibnu Abba s, bahwa
surat Al-An'am diturunkan di Mekah. Imam Tabrani mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami
Hajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Hamma d ibnu Salamah, dari
Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abba s yang mengatakan
bahwasurat Al-An'am diturunkan di Mekah di malam hari sekaligus, di
sekelilingnya terdapat tujuh puluh ribu malaikat, semuanya mengumandangkan
tasbih di sekitarnya.
⇰Sufyan AsSauri telah me r iwaya tkan dari Lais, dari Syahr ibnu
Hausyab, dari Asma binti Yazid yang mengatakan, "Surat Al An'am diturunkan
kepada Nabi S aw. sekaligus, sedangkan saat itu aku memegang tali kendali
untanya. Sesungguhnya hampi r saja surat ini mematahkan tulangtulang unta
yang dinaikinya karena beratnya surat AlAn'am yang sedang diturunkan." 
⇰Syarik telah meriwayatkan dari Lais, dari Syahr, dari Asma yang
mengatakan bahwa "surat Al An'am diturunkan kepada Rasulullah Saw. ketika
beliau sedang dalam perjalanannya dengan diiringi oleh sejumlah besar malaikat;
jumlah mereka menutupi semua yang ada di antara langit dan bumi" . 
⇰AsSaddi telah mer iwayatkan dari Murah , dari Abdullah ibnu Mas'ud
yang mengatakan bahwa "surat Al An'am diturunkan dengan diiringi oleh tujuh
puluh ribu malaikat Hal yang semisal telah diriwayatkan pula melalui jalur lain,
bersumber dari Ibnu Mas'ud . 
⇰Imam Hakim di dalam kitab Mustadrakny& mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami Abu Abdullah Muhammad ibnu Ya 'qub AlHafiz dan
Abui Fadl, yaitu AlHasan ibnu Ya'qub AlAdi; keduanya mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Wahhab AlAbdi, telah
menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aun, telah menceritakan kepada kami
Ismail ibnu Abdur Rahman AsSaddi, telah menceritakan  kepada kami
Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir yang mengatakan bahwa ketika surat Al
An'am diturunkan, Rasulullah Saw. membaca tasbih, kemudian
bersabda: Sesungguhnya surat ini diiringi oleh para malaikat  (yang j
umlahnya) menutupi cakrawala langit.
⇰Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Imam
Muslim. Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Ibrahim
ibnu Durustuwaih AlFarisi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu
Ahmad ibnu Mu h amma d ibnu Salim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu
Fudaik, telah menceritakan kepadaku Uma r ibnu Talhah ArRaqqasyi, dari Nafi*
ibnu Malik ibnu Abu Suhail, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda: Surat AlAn 'om diturunkan dengan diiringi oleh
sejumlah malaikat yang banyaknya menutupi semua yang ada di cakrawala timur
dan barat. Suara gemuruh tasbih mereka terdengar, dan bumi bergetar
karenanya.
Sedangkan Rasulullah Saw. sendiri mengucapkan: Mahasuci Allah Yang
Mahaagung, Mahasuci Allah Yang Mahaagung.
⇰Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari Imam Tabrani, dari Ibrahim ibnu
Nailah, dari Ismail ibnu Uma r , dari Yusuf ibnu Atiyyah, dari Ibnu Aun, dari
Nafi', dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Surat AlAn 'om diturunkan kepadaku sekaligus, dan diiringi oleh tujuh
puluh ribu malaikat, dari mereka terdengar suara gemuruh karena bacaan tasbih
dan tahmid.

3. QS. Al Baqarah ayat 233.4

َّ‫د لَهُ ِر ْزقُهُن‬Aِ ‫ضا َعةَ َو َعلَى ْال َموْ لُو‬


َ ‫ن َكا ِملَ ْي ِن لِ َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يُتِ َّم ال َّر‬Aِ ‫ْن أَوْ اَل َده َُّن َحوْ لَ ْي‬Aَ ‫ضع‬ ُ ‫َو ْال َوالِد‬
ِ ْ‫َات يُر‬
‫ث‬
ِ ‫ار‬ ِ ‫د لَهُ بِ َولَ ِد ِه َو َعلَى ْال َو‬Aٌ ‫ضا َّر َوالِ َدةٌ بِ َولَ ِدهَا َواَل َموْ لُو‬ ِ ‫َو ِك ْس َوتُهُنَّ بِ ْال َم ْع ُر‬
َ ُ‫وف اَل تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ إِاَّل ُو ْس َعهَا اَل ت‬
‫د ُك ْم‬Aَ ‫ضعُوا أَوْ اَل‬
ِ ْ‫اض ِم ْنهُ َما َوتَ َشا ُو ٍر فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما َوإِ ْن أَ َر ْدتُ ْم أَ ْن تَ ْستَر‬
ٍ ‫صااًل ع َْن تَ َر‬ َ ِ‫ك فَإ ِ ْن أَ َرادَا ف‬
َ ِ‫ل َذل‬Aُ ‫ِم ْث‬
ِ َ‫وف َواتَّقُوا هَّللا َ َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
}233 :‫صي ٌر {البقرة‬ ِ ‫م بِ ْال َم ْع ُر‬Aْ ُ‫ َسل َّ ْمتُ ْم َما آتَ ْيت‬A‫م إِ َذا‬Aْ ‫فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك‬

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun


penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga
seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila

4
KementrianAgama RI, Al-Qur’an Terjemah Perkata, (Bandung, SYGMA, 2010), 386
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Al
Baqarah: 233).

a. Makna Mufrodatnya

‫ض ْعنَ أَوْ لٰ َده َُّن‬ ُ ٰ‫( َو ْالوٰلِد‬Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya)
ِ ْ‫ت يُر‬

‫( ۖ َحوْ لَ ْي ِن َكا ِملَي ِْن‬selama dua tahun penuh)

َ ‫( ۚ لِ َم ْن أَ َرا َد أَن يُتِ َّم الر‬yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan)
َ‫َّضا َعة‬

‫ َوتُه َُّن‬A‫و ِد لَهُۥ ِر ْزقُه َُّن َو ِك ْس‬AAُ‫( َو َعلَى ْال َموْ ل‬Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu)

‫ َعهَا‬AAAA‫( ۚ اَل تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ ِإاَّل ُو ْس‬Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya)

َ ُ‫( اَل ت‬Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan)


‫ضآ َّر‬

َ‫ث ِم ْث ُل ذٰلِك‬ ِ ‫( ۗ َو َعلَى ْال َو‬dan warispun berkewajiban demikian)


ِ ‫ار‬

‫اض ِّم ْنهُ َما‬


ٍ ‫( عَن ت ََر‬dengan kerelaan keduanya)

‫ َد ُك ْم‬Aٰ‫عُوٓ۟ا أَوْ ل‬A‫ض‬


ِ ْ‫( َوإِ ْن أَ َردتُّ ْم أَن تَ ْستَر‬Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain)

‫لَّ ْمتُم َّمآ َءاتَ ْيتُم‬AAA‫ا َح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َس‬AAAَ‫( فَاَل ُجن‬maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran)

‫( بالمعروف‬dengan cara yang ma’ruf) Yakni tanpa menunda-nunda atau mengurangi


upah tersebut, karena tidak memberi upah secara baik kepada mereka
menunjukkan bahwa sang ayah meremehkan dan lalai dalam urusan si anak. Dan
dibolehkannya meminta agar si anak disusui oleh orang lain jika tidak
memberikan madharat kepada sang ibu sebagaimana dijelaskan diawal ayat ini.

b.Tafsirnya

Dan menjadi kewajiban pada ibu untuk menyusui anak-anak mereka


selama dua tahun penuh bagi ibu yang berniat menyempurnakan proses
penyusuan, dan  menjadi kewajiban para ayah untuk menjamin kebutuhan pangan
dan sandang wanita-wanita menyusui yang telah dicerai dengan cara-cara yang
patut sesuai syariat dan kebiasaan setempat. Sesungguhnya Allah tidak
membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Dan  kedua orang
tua tidak boleh menjadikan anak yang terlahir sebagai jalan untuk saling
menyakiti antara mereka berdua, dan menjadi kewajiban ahli waris setelah
kematian ayah seperti apa yang menjadi kewajiban sang ayah sebelum
kematiannya dalam hal pemenuhan kebutuhan nafkah dan sandang. Maka apabila
kedua orang tua berkeinginan menyapih bayi sebelum dua tahun maka tidak ada
dosa atas mereka berdua bila mereka telah saling menerima dan bermusyawarah
dalam urusan tersebut, agar mereka berdua dapat mencapai hal-hal yang menjadi
kemaslahatan si bayi. Dan apabila kedua orang tua sepakat untuk menyusukan
bayi yang terlahir kepada wanita lain yang menyusui  selain ibunya, maka tidak
ada dosa atas keduanya, apabila ayah telah menyerahkan untuk Ibu apa yang
berhak dia dapatkan dan memberikan upah bagi perempuan yang menyusui
dengan kadar yang sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dikalangan orang-orang.
Dan  takutlah kepada Allah dalam seluruh keadaan kalian dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan dan akan
memberikan balasan kepada kalian atas perbuatan tersebut.

B. Perlindungan dan Hak-Hak Anak Dalam Hukum Islam

1. Pengertian Anak Menurut Hukum Islam


Secara hakiki, anak adalah karunia dari Allah yang Maha Esa kepada
kedua orang tuanya. Dikatakan karunia karena tidak semua keluarga dapat
dikaruniai anak sekalipun telah bertahun-tahun membina rumah tangga. Sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari karunia itu, Allah menanamkan rasa kasih sayang
kepada kedua orang tua untuk anaknya. Setiap orang tua didalam hatinya tertanam
perasaan mengasihi dan menyanyangi anaknya.

Perasaan kasih sayang Allah tanamkan sebagai bekal dan dorongan orang
tua untuk mendidik, memelihara, melindungi dan memperhatikan kemaslahatan
anakanak mereka sehingga semua hak-hak anak dapat terpenuhi dengan baik serta
terhindar dari setiap tindak kekerasan dan diskriminasi.

Selain itu anak juga dikatakan sebagai amanah dari Allah bagi orang tua
yang mendapatkannya. Sebagai amanah yang diberikan anak harus mendapatkan
pemeliharaan dan penjagaan yang baik dari kedua orang tuanya. Anak berhak
mendapatkan perlindungan, pendidikan, perawatan yang kesemuanya menjadi
haknya.3 Jika amanah yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik Allah akan
memberikan pahala dan balasan yang berlimpah bagi orang tua. Sebaliknya dosa
bagi orang tua yang karena kelalaiannya tidak dapat menjaga anak dengan baik
sehingga menyebabkan anaknya celaka.

Orang tua sebagai orang yang diberi amanah memiliki kewajiban untuk
memenuhi setiap hak yang dimiliki anak agar dapat mendukung perkembangan
anak dengan baik sehingga menumbuhkan karakter anak yang berakhlak mulia
dan memegang teguh prinsip-prinsip ajaran Islam. Anak bukan hanya merupakan
aset tidak ternilai bagi orang tua, masyarakat dan bangsanya, tetapi anak juga
sebagai pemilik masa depan.

Oleh karena itu anak perlu dibimbing, dididik dan ditumbuhkan secara
optimal baik secara fisik, mental spiritual, moral maupun intelektualitasnya. Anak
adalah pewujud peradaban bangsa dan calon penerus generasi tua yang harus
dipersiapkan agar menjadi generasi yang cerdas secara intekletual dan spiritual
sehingga menjadi anak yang berkualitas. 5

2. Perlindungan Anak Dalam Islam

Hakikat perlindungan anak dalam Islam adalah penampakan kasih sayang


yang diwujudkan dalam pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan dari
perilaku kekerasan dan diskriminasi. Jika demikian halnya, perlindungan anak
dalam Islam berarti menampakkan apa yang dianugerahkan oleh Allah didalam
hati kedua orang tua yaitu berupa kasih sayang terhadap anak dengan memenuhi
semua kebutuhan hak-hak dasar anak sehingga anak dapat hidup, tumbuh dan
berkembang secara optimal serta melindungi mereka dari tindak kriminal
kekerasan yang mencerminkan perilaku ketidakadilan kepada anak sebagai
amanah dari Allah.

Penampakan kasih sayang dan pemenuhan hak dasar anak dapat tercapai
apabila anak dalam keadaan normal. Namun ketika anak berada dalam situasi
yang tidak normal, misalnya menjadi anak yatim, anak terlantar karena
kemiskinan, bencana alam, krisis politik dan ekonomi, menjadi korban kekerasan
dan sebagainya, maka anak membutuhkan perlindungan dan penanganan. Itulah
yang disebut hak perlindungan khusus bagi anak.

3. Hak-hak Anak Dalam Hukum Islam

Pemenuhan hak dasar anak merupakan bagian integral dari implementasi


pemenuhan hak asasi manusia. Dalam perspektif Islam hak asasi anak merupakan
pemberian Allah yang harus dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua,
keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. 7 Hal ini berarti bahwa hak anak
yang seharusnya dapat terpenuhi dengan baik bukan hanya merupakan tanggung
jawab kedua orang tua tetapi juga merupakan tangggung jawab seluruh aspek
masyarakat disekitar lingkungan anak.

5
Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: KPAI,2007), 15.
Dalam Islam dikenal lima macam hak asasi yang dikenal dengan sebutan
maqasid al-shari‘ah, yaitu pemeliharaan atas hak beragama (hifz al-din),
pemeliharaan atas jiwa (hifz al-nafs), pemeliharaan atas kehormatan dan
nasab/keturunan (hifz al-nasl), pemeliharaan atas akal (hifz al-‘aql) dan
pemeliharaan atas harta (hifz al-mal).

a. Hak Pemeliharaan Agama (hifz al-din)6

Pemeliharaan hak agama bagi seseorang dalam Islam disebut dengan hifz
al-din. Pemeliharaan agama anak yang baru lahir didunia berada dibawah
tanggung jawab kedua orang tua. Agama yang dianut oleh seorang anak sudah
pasti mengikuti agama yang dianut kedua orang tuanya sampai anak dapat
menentukan sendiri untuk tetap mengikuti agama yang dianutnya sejak lahir atau
memilih agama yang terbaik baginya. Rasulullah saw bersabda:

ْ ِ‫ُكلُّ َموْ لُوْ ٍد يُوْ لَ ُد َعلَى ْالف‬


َ ‫ فَأَبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِه أَوْ يُ َمجِّ َسانِ ِه أَوْ يُن‬،‫ط َر ِة‬
‫َصِّرانِ ِه‬

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang


tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, ataupun
Majusi.7

Dari hadis diatas dapat dipahami bahwa orang tua merupakan inti dari
agama dan perilaku yang akan dilakukan anaknya. Orang tua memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap akhlak seorang anak karena anak akan senantiasa
meniru perilaku dari orang tuanya. Apabila dalam keluarga orang tua menegakkan
agama Allah dan menaatiNya, serta berpegang pada akhlak-akhlak yang terpuji,
anak akan tumbuh dengan memiliki akhlak-akhlak tersebut. Sebaliknya jika
akhlak orang tuanya buruk dan tidak menegakkan agama Allah, anak akan tumbuh
dengan sifat-sifat yang buruk pula.

6
Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, 45

7
Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari Vol 1, (Bukhoro: Maktabah Ashriyyah, 1996), 410.
Pemeliharaan hak agama bagi anak dalam Islam pertama kali harus
dilakukan oleh kedua orang tua terutama seorang ibu yang mengandung,
melahirkan dan membesarkan anak. Pembinaan keagamaan anak harus dimulai
sejak awal periode kehidupan anak, yaitu sejak dalam kandungan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara membiasakan anak mendengar kalimat-kalimat yang baik
seperti bacaan Al-Quran, shalawat, dzikir, dan lain-lain.

b. Hak Pemeliharaan Nasab/Keturunan hifz al-nasl

Salah satu bentuk dari hak pemeliharaan nasab dalam Islam dapat dilihat
dalam konsep pemeliharaan atas kehormatan. Kehormatan anak dapat
diwujudkan dengan pengakuan atas jati dirinya sebagai anak dari orang tua
kandungnya. Oleh karena itu dalam Islam pengangkatan seorang anak tidak boleh
sampai menyebabkan anak tersebut menghilangkan asal-usul keturunannya.
Pertama, demi menjaga hak dan martabat anak, ayah kandung tidak boleh
diganti dengan nama orang lain meskipun anak tersebut telah menjadi anak
angkat. Kedua, hak dan kehormatan terkait dengan kejiwaan anak, sebab jika anak
dikenal sebagai anak yang tak berbapak atau keturunan yang jelas, maka ia akan
mengalami masalah besar dalam pertumbuhan kepribadiannya kelak. Hal tersebut
juga terkait dengan masalah muharramat yaitu aturan tentang wanita-wanita yang
haram dinikahi. Jika anak tidak diketahui asal usulnya, dikhawatirkan dapat
bermasalah dengan muharramat. Jadi jelaslah bahwa dalam pandangan Islam
demi kepentingan terbaik bagi anak, maka pemberian akta kelahiran adalah wajib
hukumya.

c. Hak Pemeliharaan Kesehatan (hifz al-nafs)

Pemeliharaan kesehatan anak adalah suatu kewajiban, baik pemeliharaan


atas kesehatan fisik maupun mental agar anak dapat tumbuh secara normal, tidak
ditimpa penyakit fisik maupun mental. Upaya penyelenggaraan pemeliharaan
kesehatan anak harus dilakukan sejak dalam kandungan. Memelihara kesehatan
anak pertama kali harus dilakukan orang tua, terutama ibu sebagai orang tua yang
mengandungnya. Pemenuhan gizi dan vitamin yang cukup dan seimbang saat
berada dalam kandungan merupakan salah satu hak kesehatan yang diberikan
kepada anak. Disamping pemenuhan gizi, menghindari kekerasan terhadap anak
ketika anak dalam kandungan juga merupakan kewajiban. Kekerasan yang
dialami anak meski ia berada dalam kandungan sangat berbahaya bagi
perkembangan anak.

Perhatian Islam terhadap kesehatan anak tidak hanya dilakukan ketika ia


dalam kandungan, tetapi juga diberikan setelah ia lahir. Ketika anak telah lahir
didunia, pemeliharaan kesehatan anak diberikan pada upaya pertumbunhan sehat,
pencegahan dan penyembuhan. Pada tahap pertumbuhan, diantara upaya-upaya
yang dapat dilakukan oleh orang tua agar anaknya tumbuh sehat antara lain
melalui radha’ah (penyusuan), khitan, upaya pencegahan dan penyembuhan. 16
Hal pertama yang harus dilakukan seorang ibu untuk menjaga
pertumbuhan anak secara alami adalah dengan menyusui anaknya sendiri atau
yang biasa disebut ASI (Air Susu Ibu). Pemberian air susu ibu secara langsung
kepada anaknya merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
kesehatan anak sewaktu bayi.

Khitan mengandung hikmah religius dan kesehatan. Hikmah religius


sebagaimana diungkapkan oleh para ulama adalah sebagai media kesempurnaan
agama pembeda kaum muslimin dengan pengikut agama lainnya, keindahan dan
menstabilkan syahwat. Hikmah kesehatan menurut Dr. Shabri Al-Qabani dalam
bukunya Hayatuna Al-Jinsiyyah bahwa khitan mempunyai beberapa dampak
higinis, yaitu seorang akan terhindar dari keringat berminyak dan sisa kencing
yang mengandung lemak dan kotor, yang biasa mengakibatkan gangguann
kencing dan pembusukan, dan dapat mengurangi kemungkinan terjangkitnya
kanker.
Pemenuhan hak dasar kesehatan dalam Islam tidak hanya dalam bentuk
radhaah dan khitan, tetapi juga melalui pendekatan-pendekatan yang
berkelanjutan, yaitu dalam bentuk pencegahan dan pengobatan dari penyakit.
Dalam Islam melindungi anak dari penyakit adalah wajib. Diantara cara untuk
mencegah dari penyakit adalah makan dan minum secara baik dan tidak
berlebihan. Orang tua hendaknya membiasakan anak untuk makan, minum, dan
tidur berdasarkan aturan-aturan yang sehat. Hal lain yang juga tak kalah penting
harus diperhatikan bahwa asupan gizi baik melalui vitamin maupun makanan
kepada anak harus diberikan dari hasil yang halal demi menjaga kesehatan rohani
anak.

Demikianlah Islam menghormati dan menyelenggarakan hak kesehatan


anak, baik fisik maupun mental. Jika orang tua sudah memberikan perhatian dan
tanggungjawab dalam kesehatan anak, maka generasi yang terbina akan memiliki
kekuatan fisik dan mental, bergairah dan bersemangat, sehingga ia menjadi
generasi muda yang siap mengemban amanat manusia sebagai khalifah fil ardhi.

d. Hak Pemeliharaan Akal (hifz{ al-‘aql)

Penyelenggaraan hak pendidikan anak merupakan pilar penting bagi upaya


peningkatan derajat kemanusiaan dan pemajuan peradaban manusia yang dalam
Islam dikenal dengan istilah hifz al-‘aql (pemeliharaan atas akal). Islam
mengajarkan bahwa pendidikan bagi setiap manusia adalah hal yang sangat
penting. Setiap orang diwajibkan untuk menuntut ilmu hingga akhir hayatnya.

Al-Quran mengingatkan setiap muslim dalam mendidik anak agar


senantiasa memperhatikan aspek iman dan moral agama sebagai landasan sikap
berperilaku setiap anak. Nash yang disebutkan diatas memberikan pelajaran
bahwa pada dasarnya pendidikan merupakan hak anak yang harus diberikan sejak
dalam kandungan sebagai bagian integral dan upaya orang tua menjaga anaknya
dari api neraka. Orang tua adalah pemangku kewajiban yang paling utama.
Apabila orang tua dan keluarga tidak mampu melaksanakan kewajibannya, maka
masyarakat dan pemerintahlah yang mengambil tanggung jawab dan kewajiban
tersebut. Dalam pengertian bahwa pemerintah sebagai pemangku tanggung jawab
wajib mendorong dan mefasilitasi terselenggaranya pendidikan anak, karena
dengan pendidikanlah derajat manusia akan ditinggikan oleh Allah didunia dan
diakhirat.

Peningkatkan derajat manusia melalui pendidikan dapat terwujud apabila


konsepsi pendidikan anak tidak hanya terarah pada kemampuan intelektual saja,
tetapi juga harus mengembangkan kemampuan mental dan spiritual anak. Dengan
ini Islam mengajurkan setiap anak untuk berakhlak mulia dengan cara
mengajarkan amalan spiritual yaitu untuk senantiasa memuji Allah setiap saat.

Pendidikan sejak dini bagi seorang anak merupakan kewajiban yang harus
dilakukan oleh orang tua sebagai yang diberi amanah oleh Allah. Oleh karena itu
wajib bagi orang tua untuk mengusahakan kemajuan pendidikan bagi anaknya
sesuai dengan kemampuan yang diberikan oleh Allah. Apabila orang tua tidak
mampu melakukan kewajibannya, maka masyarakat dan pemerintahlah yang
harus memenuhi kewajiban tersebut.

e. Hak Sosial Ekonomi.8

Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap hak sosial setiap
orang khususnya bagi kelompok rentan, yaitu orang miskin, perempuan dan anak
dengan cara memberlakukan dasar-dasar jaminan sosial. Seperti dapat kita lihat
dalam ajaran Islam bahwa Islam telah mempelopori dunia dalam penanggulangan
problema kemiskinan di dalam masyarakat dengan cara menyediakan baitul mal
dan zakat.

Dalam hal sosial Islam memberikan jaminan bagi setiap anak yang lahir
dari seorang muslim baik itu anak seorang pejabat pemerintah, pegawai, pekerja
maupun rakyat biasa. Jaminan keluarga baik sandang maupun pangan bagi setiap
anak ada dipundak seorang ayah.
8
Ibnu Anshori, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, 81
Begitu pentingnya orang tua dalam menanggung beban sosial ekonomi
anak, maka Allah memberikan pahala yang sangat besar bagi seorang ayah yang
memberikan nafkah bagi keluarganya. Sebaliknya jika ia tidak mau menafkahi
anak-anak dan keluarganya padahal ia mampu maka ia akan memperoleh dosa
yang sangat besar.9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Perlindungan anak dalam perspektif hukum Islam mengandung arti


pemenuhan hak-hak anak dan perlindungannya dari hal-hal yang dapat
9
Fuaddudin, Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Islam, (Lembaga Kajian Agama dan
Jender, 1999), 17.
membahayakan dirinya. Hak-hak anak dinyatakan secara jelas dan rinci dalam
hukum Islam, yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadits –hadits
Rasulullah saw.

Perhatian yang besar terhadap perlindungan anak dan pemenuhan


hakhaknya menunjukkan kesempurnaan syari`at Islam terhadap kelompok
makhluk lemah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan tidak
dapat melindungi diri dari hal-hal yang dapat membahayakan diri dan jiwanya.
Pengakuan Islam terhadap hak-hak anak telah ada jauh sebelum adanya deklarasi
PBB tentang hak-hak anak dan hak-hak asasi manusia, yang baru dicetuskan pada
abad kedua puluh.

Banyak terjadi, anak yang seharusnya dilindungi, mendapat perlakuan


yang tidak semestinya. Bahkan, hal itu dilakukan oleh orang-orang terdekat si
anak, yang seyogyanya berkewajiban dan bertanggung jawab atas pemenuhan
hak-hak anak dan perlindungannya. Dengan demikian, pemahaman syari`at Islam
yang benar dan komprehensif merupakan sesuatu yang mestinya dimiliki oleh
setiap muslim, agar pengamalan ajaran agamanya menjadi cermin atas
kesempurnaan syari`at Islam. Wallahu a`lam bi al-shawab....

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Ibnu, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam. Jakarta:


KPAI,2007

Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Vol 1, Bukhoro: Maktabah Ashriyyah, 1996


Fuaddudin, Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Islam, Lembaga Kajian
Agama dan Jender, 1999

KementrianAgama RI, Al-Qur’an Terjemah Perkata, Bandung, SYGMA,


2010

Anda mungkin juga menyukai