0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
68 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas analisis ekonomi dan sosioekonomi yang dilakukan IKEA ketika beroperasi di pasar internasional. IKEA beroperasi di 52 negara dengan 433 toko dan mempekerjakan 190 ribu orang. Faktor-faktor seperti GDP, pendapatan per kapita, biaya tenaga kerja, dan mata uang mempengaruhi keputusan ekspansi IKEA.
Dokumen tersebut membahas analisis ekonomi dan sosioekonomi yang dilakukan IKEA ketika beroperasi di pasar internasional. IKEA beroperasi di 52 negara dengan 433 toko dan mempekerjakan 190 ribu orang. Faktor-faktor seperti GDP, pendapatan per kapita, biaya tenaga kerja, dan mata uang mempengaruhi keputusan ekspansi IKEA.
Dokumen tersebut membahas analisis ekonomi dan sosioekonomi yang dilakukan IKEA ketika beroperasi di pasar internasional. IKEA beroperasi di 52 negara dengan 433 toko dan mempekerjakan 190 ribu orang. Faktor-faktor seperti GDP, pendapatan per kapita, biaya tenaga kerja, dan mata uang mempengaruhi keputusan ekspansi IKEA.
Ketika perusahaan masuk ke pasar mancanegara, analisis ekonomi menjadi lebih kompleks karena manajer harus melakukan kegiatan operasional dalam dua lingkungan baru: asing dan internasional. Dalam lingkungan asing, ada banyak perekonomian, bukan hanya satu, dan Negara-negara tersebut sangat beragam. Karena adanya perbedaan-perbedaan tersebut, kebijakan yang didesain untuk kondisi ekonomi di suatu pasar mungkin tidak cocok untuk kondisi di pasar yang lain. Lingkungan ekonomi adalah kondisi ekonomi di Negara tempat organisasi internasional beroperasi. Kondisi ekonomi memiliki dampak yang kuat terhadap kinerja dari setiap bisnis karena dapat mempengaruhi pendapatan atau beban dari bisnis tersebut. Dilansir dari CNN, tahun 2018 Ikea sudah memiliki 355 toko di 29 negara, termasuk Indonesia. Ikea mempekerjakan 190 ribu orang di seluruh dunia, dan meraih pendapatan tahunan sebesar US$47 miliar dari bisnis furnitur, peralatan dapur, aksesoris rumah, dan bakso Swedia. Valuasi Ikea naik tiga kali lipat sejak 2000 dan sekarang bernilai US$18,5 miliar, menurut Interbrand pada 2017. Pada Juni 2019 , ada 433 toko IKEA yang beroperasi di 52 negara dan pada tahun fiskal 2018, € 38,8 miliar ( US $ 44,6 miliar) barang-barang IKEA terjual. Situs web IKEA berisi sekitar 12.000 produk dan terdapat lebih dari 2,1 miliar pengunjung ke situs web IKEA pada tahun ini dari September 2015 hingga Agustus 2016. Perusahaan ini bertanggung jawab atas sekitar 1% dari konsumsi kayu produk komersial dunia, membuat itu salah satu pengguna kayu terbesar di sektor ritel. Sebagian besar toko dan pabrik IKEA dimiliki oleh INGKA , perusahaan induk yang dikendalikan oleh Stichting INGKA Foundation, salah satu dari 40 yayasan terkaya di dunia. INGKA menerima 90% dari pendapatan IKEA pada 2018. B. Tingkat Perkembangan Ekonomi Ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk go international, perusahaan akan menghadapi sebuah pasar baru yang tentunya memiliki perbedaan yang lebih besar sesuai tingkat perkembangan ekonomi negara tempat perusahaan berekspansi. Peting bagi perusahaan untuk memahami tingkat perkembangan ini, karena hal ini berdampak besar terhadap berbagai aspek bisnis. IKEA berasal dari Swedia, yanag mana negara ini tergolong sebagai negara maju. Negara-negara tempat unit produksi IKEA, antara lain seperti China, Hungaria, Lituania, Polandia, dan Portugal juga merupakan negara maju. Negara-negara maju memiliki pendapatan perkapita yang tinggi, yang bisa menjadi indikasi tingginya produktivitas masyarakatnya. Negara-negara maju juga dikenal sebagai negara yang memiliki investasi dan penguasaan IPTEK yang tinggi guna mendukung perkembangan ekonomi mereka. Selain itu, negara-negara maju juga aktif dalam kegiatan perdagangan internasional, mereka memiliki tingkat ekspor yang tinggi. Unit produksi IKEA juga ada yang berlokasi di negara berkembang seperti Rusia, yang mana hal ini juga memiliki hal manfaat bagi IKEA karena biaya tenaga kerjanya lebih rendah disbanding tenaga kerja negara-negara maju. Sedangkan gerai IKEA tersebar baik di negara-negara maju maupun negara- negara berkembang seperti Norwegia Bulgaria, Ireland, Swiss, Jepang, Kanada, Malaysia, dan lainnya. Namun meskipun begitu, negara-negara berkembang di mana gerai IKEA beroperasi, memiliki GDP yang tergolong ke dalam kelas pendapatan menengah ke atas dengan daya beli yang tidak kalah jauh dengan negara-negara maju. Keuntungan lain bagi IKEA dalam membuka gerai di negara-negara berkembang adalah mereka memiliki tingkat impor yang tinggi daripada ekspornya. C. Dimensi-dimensi Ekonomi dan Relevansinya Bagi Bisnis Internasional a. GDP Dari sisi perekonomian, besaran Gross Domestic Product Swedia pada 2019 tercatat sebesar $556,073 miliar dengan jumlah penduduk sebanyak 10,12 juta jiwa. dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar, Swedia menjadi pusat bagi perusahaan-perusahaan multinasional yang terkenal di penjuru dunia, salah satunya adalah IKEA. Swedia adalah negara dengan ekonomi paling kompetitif keempat di dunia, menurut Forum Ekonomi Dunia. IKEA juga berekspansi di beberapa negara, salah satunya adalah China yang pada tahun 2019 memiliki GDP sebesar $14.140 miliar atau tertinggi kedua di dunia. b. Income per capita Swedia merupakan negara maju yang memiliki Pendapatan Perkapita yang tinggi yaitu sekitar US$51.300,- Industri-industri yang menjadi tulang punggung perekonomian Swedia diantaranya adalah Industri Besi dan Baja, Peralatan Presisi (radio, telepon dan persenjataan), produk kertas, pengolahan makanan dan kendaraan bermotor. IKEA, Electrolux, SKF, Volvo dan Ericsson merupakan merek-merek terkenal yang berasal dari Swedia. Semakin tinggi PNB suatu negara berarti semakin maju ekonominya. c. Biaya Tenaga Kerja per Unit Biaya tenaga kerja per unit adalah total biaya tenaga kerja langsung dibagi dengan unit yang diproduksi. Negara-negara dengan biaya tenaga kerja per unit yang meningkat secara lambat menarik perhatian perusahaan karena dua alasan. Pertama, negara-negara tersebut merupakan prospek investasi bagi perusahaan yang berusaha menurunkan biaya produksi. Kedua, negara-negara tersebut mungkin menjadi sumber persaingan baru di pasar dunia bila banyak perusahaan dalam industry yang sama telah berlokasi disana. IKEA berusaha untuk mengelola efisiensi biaya ini, contohnya dengan membuat unit produksi di China, yang biaya tenaga kerjanya tidak tinggi. d. Currency Salah satu faktor ekonomi yang cukup berpengaruh adalah nilai tukar mata uang. Hal ini akan berdampak pada perusahaan-perusahaan yang mengimpor bahan baku dari luar negeri. Jika nilai tukar dalam negeri menurun maka biaya utuk mendatangkan bahan baku akan jauh lebih besar. IKEA menutup pabriknya di Amerika dan memindahkannya ke Eropa di mana perusahaan mengatakan biaya di Eropa lebih minim. Kebijakan tarif pemerintah Amerika berdampak pada biaya produksi IKEA apalagi IKEA juga mengimpor bahan baku dalam jumlah besar. e. Underground Economy Underground economy atau disebut juga ekonomi hitam, yaitu produksi legal yang tidak diumumkan. Pada umumnya semakin tinngi tingkat pajak dan birokrasi pemerintah, semakin tinggi pula ekonomi bawah tanahnya. Di Swedia, tempat kantor pusat IKEA berada, kebijakan pemerintah untuk mengatasi ekonomi bawah tanah ini adalah dengan cara mengurangi biaya dan merampingkan prosedur administratif dengan mengikuti “once-only principal”. Jadi, warga hanya perlu mendaftarkan keberadaan mereka sekali saja dikantor pajak (skatterverket). f. Distribusi Pendapatan Menurut World Development Indicators, secara umum: 1. Pendapatan di negara-negara kaya didistribusikan secara lebih merata, meskipun ada variasi penting antara negara maju dan berkembang. 2. Perbandingan dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa proses distribusi ulang pendapatan sangat lambat, sehingga data yang lama masih berguna. 3. Perbandingan yang sama mengindikasikan bahwa tidak meratanya pendapatan akan meningkat pada awal perkembangan, dengan kecenderungan yang sebaliknya pada tahap selanjutnya. Di Swedia, distribusi pendapatannya terbilang merata dengan koefisien gini terendah ketiga di antara negara-negara maju. Di Korea Selatan, di mana IKEA mendirikan gerai terbesarnya di Asia, memiliki rasio gini 0.313 yang mana masih tergolong rendah, sehingga tidak mengganggu potensi pasar IKEA. g. Konsumsi Masyarakat Satu hal yang menjadi perhatian para pemasar adalah cara konsumen mengalokasikan pendapatan bersihnya. Rumah tangga di negara maju, konsumsi barang tahan lama lebih tinggi dibandingkan di negara berkembang. Oleh karena itu, IKEA lebih banyak menempatkan gerainya di negara-negara maju seperti Qatar yang memiliki peringkat paritas daya beli kedua, singapura, dengan peringkat paritas daya beli ke tujuh, dan jepang dengan peringkat paritas daya beli ke 23 menurut ICP PBB. D. Dimensi-dimensi Sosioekonomi a. Populasi Total Populasi total, adalah indicator paling umum untuk mengukur pasar yang potensial. Hukum yang umumnya berlaku, menunjukkan bahwa semakin tinggi total populasi, semakin tinggi potensi pasar bagi bisnis. Namun bagi IKEA, yang merupakan sebuha perusahaan retailer furniture, hukum ini tidak sepenuhnya berlaku mengingat produk yang dijual bukan merupakan produk yang berharga jual rendah. Gerai-gerai IKEA di negara maju, seperti Norwegia, Swiss, dan Jepang, meskipun tidak memiliki total populasi yang begitu tinggi, potensi pasarnya tidak tergolong rendah bagi IKEA. Sedangkan untuk negara-negara tempat unit produksi IKEA, ada yang memiliki populasi total yang tinggi seperti China dan Rusia, yang mana hal ini memberikan keuntungan bagi IKEA dengan ketersediaan tenaga kerja yang tinggi. Namun perlu diingat bahwa hal ini populasi total yang tinggi ini juga memiliki berbagai kemungkinan yang tidak menguntungkan seperti potensi konflik politik dan tuntutan masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja yang mungkin tidak memadai. b. Penyebaran Usia Pemasar perlu mengidentifikasi segmen penduduk yang paling mungkin membeli produk mereka. Usia merupakan faktor penentu penting ukuran pasar, tetapi penyebaran kelompok usia di dalam populasi sangat bervariasi. IKEA, dengan berbagai produk yang ditawarkan, memiliki segmen pasar dengan konsumen berusia di atas 20 tahun. Untuk itu, IKEA memilih untuk banyak menempatkan gerainya di negara-negara maju yang umumnya memiliki lebih banyak penduduk dewasa, dan di kota-kota besar di negara-negara berkembang yang memiliki segmen pasar yang dibutuhkan seperti di Indonesia, di Tangerang, jumlah populasi persentase penduduk usia 20-34 tahun menempati posisi tertinggi. c. Kepadatan dan Persebaran Penduduk Aspek lain dari populasi yang perlu dipertimbangkan bisnis yang go international adalah kepadatan penduduk dan persebaran penduduk. Daerah padat penduduk akan membuat komunikasi dan distribusi produk menjadi lebih mudah dan murah. Negara-negara tempat unit produksi dan gerai IKEA beroperasi rata-rata memiliki tingkat kepadatan dan persebaran penduduk yang sedang menuju tinggi. Contohnya Makau dengan 17.684 jiwa/Kilometer persegi, Korea Selatan dengan 492 jiwa/ kilometer persegi, dan Polandia dengan 124 jiwa/Kilometer persegi. Fenomena penting lainnya adalah peristiwa urbanisasi. Urbanisasi ini terjadi hampir di seluruh dunia terutama di negara berkembang. Contohnya di Indonesia sendiri, tingkat urbanisasi mencapai x, yang mana hal ini juga bisa memudahkan IKEA dalam pendistribusian produknya.