Anda di halaman 1dari 29

Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

BAGIAN V

BENDA TEGAR DAN TENSOR INERSIA

I. Sistem Benda Tegar


 
Pada umumnya r1  r2 berubah setiap saat. Pada sistem banyak partikel, jika
 
ri  r j tetap untuk setiap partikel iˆ dan ĵ , maka sistem banyak partikel tersebut

dinamakan benda tegar (rigid body). Masing-masing partikel pada benda tegar
mempunyai gerak yang sama. Berikut ini ditinjau sebuah sistem empat partikel, di
mana posisi partikel pertama dengan massa m1, berjarak r1 dari pusat koordinat,
partikel kedua dengan massa m2, berjarak r2 dari pusat koordinat, seperti
ditunjukkan pada gambar berikut ini.

m2
m1 .m3

r1 
r2
.m4

Dari persamaan dinamika:


 
 dV dv
FM  gerak masing-masing partikel terhadap pusat massa.
dt dt
Gerak benda tegar terhadap pusat massa.
    
L  MR  V   mi ri * vi *
 
P  MV
Dengan gerak tersebut menggambarkan rotasi partikel terhadap pusat massa.

V

Sedang gerak pusat massa : ’tidak dibahas’

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 87
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

Persoalan gerak benda terutama adalah persoalan rotasinya, sehingga timbul


yang disebut momen inersia.
Momentum sudut elemen dan terhadap pusat
z
massa (sebagai pusat koordinat).

v   
dm dL  dm r  v

r

Pusat massa

maka, yang berperanan :


  
 r  r  r//
v
 
r v = selalu tegak lurus dengan sumbu putar.
   
r  v  r  v
 
r// dimana r// jumlah totalnya nol.

r   
dL  dm r  v
  
v    r
   
dL  dm r    r 

dL  dm r  dI  
2

dI  r2 dm
I   r2 dm I   r2i mi
i

I disebut momen inersia benda tegar.


Sehingga energi kinetiknya dituliskan sebagai:
T   dT  1
2  dm V
2

   r dm  I 2
1 2 2 1
2  2

T  12 I 2

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 88
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

I.1 Pengertian Momen Inersia

Istilah momen inersia sering juga disebut momen kelembaman atau


kelembaman rotasi. Dalam pemahaman gerak benda tegar melibatkan hasil kali
massa benda tegar dengan kuadrat jarak terhadap sumbu yang diacu. Parameter itu
sering muncul sehingga merupakan besaran tersendiri dan diberi nama momen
kelembaman. Momen inersia atau momen kelembaman (I) adalah ukuran keinersiaan
benda terhadap peubah gerak rotasi. Peubah gerak rotasi tersebut adalah gaya
pemutar yang disebut pula momen gaya atau torka. Momen inersia dapat juga
didefenisi sebagai hasil kali antara massa partikel dan kuadrat jarak dari sumbu
rotasi.
I  mr 2
Atau untuk benda tegar yang terdiri dari sejumlah besar elemen massa dan yang
berjarak r dari rotasi dapat didefenisikan sebagai :
I   r 2 dm

II.2 Momen Inersia Benda Tegar

Pembahasan tentang momen inersia dimulai dengan membicarakan rotasi

yang sederhana yakni rotasi terhadap poros tetap, sekaligus dipilih sebagai salah satu

sumbu koordinat, misalnya sumbu z.

Berikut contoh beberapa bentuk benda dengan momen inersianya.

1) Benda titik I = MR

2) Batang I = 1/3 MR2

m I = 1/12 ML2
L
Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 89
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

3) Bola I = 2/5 MR2

Pejal

4) Silinder pejal I = ½ MR2

5)
m1 L1 L1 m1 I  m1 r1  m2 r1
2 2

 m1 L12  m2 L22

6)
m2
L I = (m1 + m2)(L cos )2

//
L  // r
r
m1

7)

-a L-a massa/panjang =  tetap


O
m

M = .L
Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 90
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

La
I  dm x
2

a

dm   dx
La
I  x
2
dx
a

 ML2  13 M 3a 2  3La
1
3
  a  12 L

Untuk sumbu yang berada di tengah maka berlaku: a  12 L , sehingga diperoleh:

I  121 ML2

8)

4
I ML2 M    4L
6
L L
L L
O

9) Tinjau benda yang berbentuk batang,


pelat
dI  13 dM L2
I   dI  13 L2  dM
 121 ML2 dm

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 91
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

Secara umum momen Inersia I dari benda ke sumbu rotasinya dapat

dituliskan sebagai:

I   mi ri 2 .…… IV.1

atau

I   r 2 dv

Dimana r merupakan jarak dari setiap point atau partikel dari benda kesumbu rotasi.

Biasanya, jarak ini tidak sama dengan jarak dari patikel ke titik asal. Nilai Momen

Inersia I suatu benda tidak bergantung pada sumbu rotasi yang diacu misalnya

berupa sumbu z maka momen inersianya terhadap sumbu z(Iz) demikian pula bila

terhadap sumbu x(Ix) dan sumbu y(Iy).

Dengan demikian besarnya momen Inersia benda bergantung pada :

1. Massa benda itu (m)

2. Jarak terhadap sumbu yang diacu (r)

3. Geometri benda

Akan tetapi dari ketiga hal di atas, yang paling berpengaruh adalah nilai r,

karena diukur terhadap sumbu rotasi yang berbeda maka nilai momen Inersia juga

berbeda.

Untuk memudahkan cara penentuan momen kelembaman benda, dikenal dua

buah teorema yaitu :

1. Teorema sumbu sejajar/paralel, yang menyatakan bahwa :

“Momen kelembaman benda tegar terhadap sumbu yang sejajar dengan


sumbu yang melalui pusat massa benda tegar adalah senilai dengan momen

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 92
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

inersia dari sumbu yang malalui pusat massanya ditambah dengan hasil
antara massa benda degan jarak kuadrat dari kedua sumbu itu.”

Mengacu pada teorema itu, perhatikan gambar berikut :

Dengan membuat Io menjadi momen inersia dari


z
suatu sumbu z melalui titik O, IG menjadi momen
P
r’ inersia sumbu paralel melalui pusat dari massa G, r
r
G & r’ dibuat menjadi vektor sembarang atas titik p
y
O
berturut-turut dengan O dan G serta membuat R

x menjadi vektor dari O ke G. Yang ditunjukkan

oleh (x,y,z),(x’,y’,z’) dan (X,Y,Z).

Dimana r = r’ + R
Dapat dilihat bahwa : x 2  y 2  x' X    y'Y 
2 2

 x' 2  y' 2  X 2  Y 2  2 Xx '2Yy '


Sehingga momen inersia Io adalah :


I o   x 2  y 2 dv 
  
  x' 2  y' 2 dv  X 2  Y 2  dv  2 X  x' dv 2Y  y' dv
Dengan M adalah massa total benda dan momen inersia terhadap sumbu yang

melalui pusat massa benda; Ig, serta jarak antara sumbu pusat massa dengan sumbu

yang dimaksud (O) adalah (X2 + Y2). Maka diperoleh hubungan :


Io  IG  M X 2  Y 2  ……IV.2

Jadi jika diketahui momen inersia dari sebarang sumbu dan pusat massanya, kita

dapat menggunakan persamaan (IVI.2) untuk menentukan momen inersianya.

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 93
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

2. Teorema sumbu tegak lurus, menyatakan :

“ Penjumlahan momen Inersia dari suatu plat berlapis tipis dari dua buah
sumbu tegak lurus dengan lapisannya sama dengan momen Inersia dari
sumbu yang melalui titik persimpangan tegak lurus terhadap lapisan
tipisnya”.

Jika x, y, dan z adalah sumbu-sumbu yang tegak lurus untuk gambar terletak pada

bidang xy dan bermassa m, maka momen Inersianya :

I x  my 2 , I y  mx 2 ……IV.3

Dengan menambahkannnya, maka diperoleh momen inersia dari sumbu z :

Ix  Iy  Iz


I z  m x2  y2 
Untuk sebuah bidang lamina, momen inersianya adalah jumlah dari momen

inersia dari partikel yang merupakan suatu gabungan. Karena bidang lamina itu

sendiri adalah suatu benda tegar yang massanya terdistribusi pada suatu bidang

tunggal, yaitu ketebalannya mendekati nol.

Teorema tersebut dapat digunakan misalnya untuk menentukan momen

inersia dari cincin seragam dengan radius a, dan massa m, yang terletak pada bidang

xy. Dimana Iz (yang melalui pusat massa) = ma2.

Momen inersia Ix = Iy, diperoleh :

Ix = ½ Iz
Ix = ½ Ma2
Sehingga momen inersia dari tangent A terhadap cincin adalah

3
IA = Ix + Ma2 = Ma2
2

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 94
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

Berikut dicantumkan momen inersia dari sejumlah bentuk benda :

1. Batang homogen

a. Massa/panjang =  tetap
-a L –a
dm =  dx
L
I   r 2 dm
L
La
I X dm    x 2 dx
2

a

 
La
 L  a 3   a 3
1 1
 x 3
3 
a

3

1 1  2a 2 
 ML2  M  3a 2  3La  
3 3  L 

dx
b. -1/2 L +1/2L

x
L
dm
I   r 2 dm
L
1/ 2L 1/ 2L
1 3
I  x dx   2 1/ 2 L
2
x
1 / 2 L

1  L   L  
3 3

        
3  2   2  

1
I ML2
12

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 95
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

2. Cakram tipis homogen


Ditinjau cakram tipis berjari-jari R dengan massa M, diputar melalui titik pusat
massa cakram.
dA = luas elemen massa cakram

dm = massa elemen cakram

rd
dA =
rddr
 dr
R
I   r 2 dm  dm  dA

R 2
m
I  r
2
rddr  ;V  R 2
0 0
V

 R 3 2 
     r dr  d 
0 0 

1  m 1 4
I    R 4 2   R
4  R 2
1
I  MR 2
2

3. Tentukan momen inersia dari plat setengah lingkaran yang berada pda sumbu xy
dengan jari-jari r, terhadap sumbu y jika rapat massanya  konstan. Perhatikan
gambar : y
Dalam koordinat bola
a
x = r cos 

x y = r sin 
r
r
dM=dA

dA=rdrd

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 96
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

I   x 2 dm    x 2 rdrd


a 2
I  r cos 2 rdrd
2

r 0   
2

 
a  1
1 1 
2 2
     r dr  cos d   a     cos 2 d
3 2 4

0 
 4  
2 2 
 2  2

 

1 1 1 2
 a 4   sin 2
4 4 4 
2


 a4
8

Untuk momen inersia dari elemen dM yang massanya M terhadap masing-

masing sumbu tersebut, diberikan contoh sebagai berikut:

1. Tentukan momen inersia terhadap sumbu x, sumbu y dan sumbu z dari sebuah

plat yang terletak pada bidang xy dengan massa jenis tidak tetap  = xy. Jarak

dM ke sumbu x adalah y dan jarak dM ke y adalah x. Jarak dari dM ke sumbu z

(sumbu z adalah tegak lurus dengan kertas seperti pada gambar ) yaitu

x2  y2 .

Penyelesaian :

 
y
x  1
2 2
x1
dM=dxd 1 x2
1
x   y  y 2 xydydx   xdx   y 3 dy    xdx y 4
I xdx
dy
x 0 y 0 x 0  y 0  x0 4 y 0

1 1
y 1 8 1 9 1
 x0xdx 4 x  4 0 x dx  40

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 97
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

x2
1 x2 1 x2 1
1 2 
Iy     x 2 xydxdy    y0  x0  y 
  
3 3
x dx ydy x dx
x 0 y 0 x 0   2  0

1 1
1 4 1 4 1
 x0x dx 2 x  2 0 x dx  16
3

x2

  x 
1
1 1 1
Iz  2
 y 2 xydxdy  I x  I y   
x 0 y 0
40 16 80

Dalam banyak hal, benda tegar terdiri dari massa kontinu dengan rapat massa

 yang bisa saja tidak konstan, sehingga dalam kasus tersebut harus digantikan

dengan integrasi volum, sehingga momen inersia dan produk inersia dapat dituliskan

sebagai berikut.


I xx    y 2  z 2 dxdydz 
v


I yy    x 2  z 2 dxdydz 
v


I zz    x 2  y 2 dxdydz 
v

I xy   xydxdydz
v

I yz   yzdxdydz
v

I zx   zxdxdydz
v

Dengan demikian momen inersia I dapat dinyatakan dalam sebuah matriks

 I xx I xy I xz 
 
(diagonalisasi) : I   I yx I yy I yz 
I I zy I zz 
 zx

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 98
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

Contoh soal:

1. Misalkan ada sebuah batang homogen ditinjau yang terletak pada sumbu x

dengan sumbu potong membentuk sudut  terhadap batang tersebut dimana  =

x . Tentukan momen inersianya.

Penyelesaian:

I xx   rL2 dm  0 , karena r  x
g

L dm=d I yy   rL2 dm   x 2 dm   x 2 dx    x


 x
1 2
  x 3 dx  x
4
x
L
I zz   rL2 dm  I yy

Karena untuk sumbu y = 0, maka :

I xy  I yx   xydm 0

Dan
I zy  I yz   yzdm 0

Sehingga dalam bentuk matriks dapat ditulis :

 
0 0 0
  0 0 0 
x 0  x 0 1 0 
 1  1 
I 0
 4  4
 0 0 1 
1 
0 0 x
 4 

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 99
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

2. Carilah momen inersia batang sebuah plat homogen bujur sangkar bersisi a di
dalam sistem koordinat xyz dengan D berada disalah satu sudut bujur sangkar
tersebut dengan sumbu x dan sumbu y berimpit dengan sisi bujur sangkar itu.
Penyelesaian:
a
y dm=dx I xx   rx2 dm   r 2 dx    M
0

a
1 3 
ry dm=dx
1 M 1
  a3  Ma 2
 3 r 
a dy
dm=ady 3 a 3
0
rx
x
I yy  I xx   ry 2 dm

1 1 2
I zz  I xx  I yy  Ma 2  Ma 2  Ma 2
z 3 3 3

I xz  I zx  I zy  0
a a
I xy  I yx    xydm     xydxdy
y 0 x 0

a a
a
    xdx
a
1 2  1 2  M 1 2 1 2  1
 ydy  
 2 x   2 y 
  2 a 2 a    4 Ma
2

x 0 y 0
a
0 0

 3 
1  4 0
 
Sehingga diperoleh matriks diagonalnya : I   0
3
1
 4 
0 0 2 

 

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 100
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

II. Tensor Momen Inersia

 Momentum sudut elemen dm dari benda


v
tegar
dm

   
r dL  dm r  v
  
 dm r     

Dengan menggunakan aturan sifat perkalian vektor sebagai berikut:


  
  
     
A B  C  B A  C  C A  B
        
  
r        r     r    

 
    
dL  dm r 2  r r . 

Momentum sudut benda tegar,


 
     
L   dL   dm r 2  r r . 
  
L x   dm  x r 2  xr .  
  
L y   dm  y r 2  y r .  
  
L z   dm  z r 2  z r .  

di mana, r2 = x2 + y2 + z2
 
r .  x x  y y  z z

sehingga,
  
Lx   dm  x y 2  z 2  x y y  x z z 
Ly   dm x y
2
 z2  y  x x y z z

Lz   dm x z
2
 y2  z  x x z  
y y

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 101
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

Dalam bentuk matriks,

 Lx   y2  z2  xy  xz   x 
    
 y     xy
L  dm x2  z2  yz   y 
    
  xz  yz x 2  y 2   z 
 Lz  
 I xy I xy I xz   x 
  
  I yx I yy I yz   y 
  
I I zy I zz   z 
 zx

  
L  I .

 I xx I xy I xz 
  
Dengan, I   I yx I yy I yz  disebut Tensor momen inersia.
 
I I zy I zz 
 zx


I xx   y 2  z 2 dm  , momen inersia terhadap sumbu x
I yy   x 2
 z2 dm , momen inersia terhadap sumbu y
I zz   x 2
 y2 dm , momen inersia terhadap sumbu z

r
2
Dengan demikian, (momen inersia =  .dm )

Ixy = Iyx = -xy dm : produk inersia bidang xy


Ixz = Izx = -xz dm : produk inersia bidang xz
Iyz = Izy = -yz dm : produk inersia bidang yz

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 102
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

Contoh:
1) Suatu benda berupa titik.

z
(a, b, c)

y Ixx = m (b2+c2)
Iyy = m (a2+c2)
2 2
y Izz = m (a +b )
Ixy = Iyx = -m ab

  b2  c2  ab  ac 
 
 m  ab x2  c2  bc 
 
  ac  bc a 2  b 2 

Momen inersia tidak bergantung pada apakah benda berputar atau tidak.
2) Diketahui sebuah bola,
2
I zz  MR 2
5
2
(-x,-y) y I yy  MR 2
x 5
2
I xx  MR 2
5
Ixy = dm xy = 0 , berdasarkan sifat simetri dimana komponen dan mengandung
dx dy, maka :
1 0 0
2  
I  MR  0
2
1 0
5 0
 0 1

Benda yang memiliki momen inersia seperti diatur disebut benda isotropik,
Ixx = Iyy = Izz

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 103
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

3)
z
y
m L sin 

L -L cos  
y x
L cos 
L
m -L sin 
m
x
Izz = 2 mL2
Ixx = 2 m (L sin )2
Iyy = 2 m (L cos )2
Ixy = -m x1 y1 – m x2 y2
= -2m L2 cos  sin 
Iyz = 0 (z = 0)
Ixz = 0 (z = 0)

 2mL2 sin 2   2mL2 cos  sin  0 


  
I    2mL2 cos  sin  2mL cos 
2 2
0 
 
 0 0 2mL2 


Jika sistem tersebut diputar terhadap sumbu x dengan laju sudut x, L ?

 
L  I
 2mL2 sin 2   2mL2 cos  sin  0   x 
  
   2mL2 cos  sin  2mL2 cos 2  0  0 
  
 0 0 2mL2  0 

 2mL2x sin 2  
 
   2mL2 x cos  sin  
 
 0 
 

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 104
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010



dL
   ....
dt

  
dimana arah L searah sumbu x. L dan  pada umumnya tidak sejajar.

Energi kinetik benda tegar.



T  12 MV 2  12  miVi ' 2 , diskrit
i

 12 MV 2  12  V ' 2 dm , kontinu

Untuk sistem benda tegar suku 2: adalah energi kinetik rotasi terhadap pusat massa
Dimana,
  
T ' rot   V ' dm ,V '    r '
1 2
2
   
 1
2    r '.   r ' dm , dari persamaan :

  
   
 
  

A BC  B  C  A  C  C  B 
   
  
2  dm   r '   r '
1

  
 2  dm   r  v
1

     
 2   r 'v ' dm
1
dimana r '  v ' dm   L '
 
T ' rot  1

2 .L '

L ' : momentum sudut benda tegar terhadap pusat massa
Dalam kamus yang lebih umum energi kinetik rotasi benda tegar :
 
T  12   L
(sumbu putar titik harus melewati pusat massa)
Kaitannya dengan momen inersia,
    
T  12   L , dimana L  I .

maka, T  12 I  2
  
Trot  12  T  I  

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 105
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

Dalam bentuk matriks,


 I xx I xy I xz   x 
  
Dalam bentuk matriks, 1
 
T  2  x  y  z  I xy I yy I yz   y 
  
I I yz I zz   z 
 xz
Trot  1
2

I   y2 I yy   z2 I zz  2 x y I xy  2 x z I xz  2 y  z I yz
2
x xx 

kita tuliskan,     nˆ

nˆ : vektor satuan dari 
 y
nˆ  n x iˆ  n y ˆj  nk kˆ  x iˆ  ˆj   z kˆ
  
1
2
2

Trot   n I  n I yy  n I  2n x n y I xy  2n x n z I xz  2n y n z I yz
2
x xx
2
y
2
z zz 

 12  2 nˆ  I  nˆ  12  2 I nn
 
I nn  nˆ  I  nˆ , hal ini ekivalen dengan nˆ T  I  nˆ
  
i  I    I  nˆ 
 

 I  nˆ 
 
 
nˆ  L  nˆ 0  I  nˆ   I nn

Komponen L yang sejajar nˆ

Inn = momen inersia terhadap sumbu n̂ yang sejajar   .


III. Persoalan Harga Eigen / Diagonalisasi I
Tensor momen inersia merupakan suatu matriks simetri. Matriks semacam ini bisa
didiagonalisasi :
 I xx I xy I xz   I1 0 0 
    
I   I xy I yy I yz  diagonalis asi 0 I2 0
  0
I I yz I zz   0 I 3 
 xz

Tinjau Tensor simetrik I yang berkaitan dengan sistem koordinat (x, y, z) atau
    
ˆ x , ˆ y , ˆ z . Kita bisa dapatkan tiga vektor c1 , c2 , dan c3 (yang saling ortogonal


dalam suatu sistem koordinat ˆ ' x , ˆ ' y , ˆ ' z ) 

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 106
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

Sehingga,
  
I  ci  I i  ci *
 
 I i I  ci , i  1, 2, 3, ...
Persamaan *) disebut persamaan harga eigen.
 
I : Operator yang bekerja pada fungsi eigen c i dengan nilai eigen Ii.

I 0 0 
   1  
I  c  0 I2 0 c
0 I 3 
 0
 c1x c2 x c3 x 
  
c   c1 y c2 y c3 y 
 
 c1z c2 z c3 z 

Biasanya hanya operator I saja yang diketahui, yang kemungkinan harus dicari

adalah ci dan I i . Ini yang disebut dengan persoalan harga eigen.

Untuk mencari ci dan I i kita tuliskan (*) sebagai berikut :

 
  
I  I i I  ci  0
atau,
 I xx  I i I xy I xz  cix 
  
 I xy I yy  I i I yz  ciy   0 * *)
  
 I I yz I zz  I i  ciz 
 xz

atau,
I xx  I i cix  I xy .ciy  I xz .ciz 0
I xy .cix  I yy  I i ciy  I yz .ciz  0
I zy .cix  I yz .ciy  I zz  I i ciz  0

, cix  ciy  ciz  0



Solusi trivial c  0

Solusi yang non trivial diperoleh apabila,

I xx  I i I xy I xz
det I xy I yy  I i I yz 0 persamaan karakteristik 
I xz I yz I zz  I i

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 107
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

Kita dapatkan tiga nilai eigen Ii1, Ii2, Ii3. (indeks i bisa ditiadakan)
Untuk mendapatkan ci, masukkan masing-masing nilai eigen diatas ke dalam (**).
  
Dimana, ci  c1 , c2 , c3 

Contoh :
16a 2 0 0 
  
I  0 14a 2  6a 2 
 
 0  6a 2  2a 2 

 
Misalkan,  dan c masing-masing nilai eigen dan fungsi eigen bagi I ,
Maka,
I I  c  0
 

det I  I   0
16a 2   0 0
0  14a 2    6a 2  0
0  6a 2  2a 2 
16 a 2
 
  14 a 2    2a 2    36a 4  0  
1  I 1  16 a 2 
 jika ada  sama maka disebut degenerasi
 2  I 2  16 a 2 
3  I 3  4 a 2 jika tak ada  yang sama maka tidak terjadi degenerasi

Jika 1 = 2 = 16a2

 16a 2  16a 2  0 0  c x 
  
 0 14a 2
 16a 2
  6a 2
 c y   0


 0  6a 2
 2a  16a  c z 
2 2 

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 108
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

00 

 2c y  6cz  0  cx sembarang , c y  3cz

 6c y  18cz  0

Kita dapatkan fungsi eigen bagi 1 dan 2 = 1



c  c x ˆ x  3c z ˆ y  c z ˆ z


Dengan cx dan cz sebarang (ada  buah c , tapi yang saling bebas hanya 2.


c1  c x ˆ x berkaitan cz  0 , c x sembarang , cz  0

c2  3c z ˆ y  c z ˆ z buktikan dengan c x  0, c z sembarang 

Kita ambil fungsi eigen yang ternormalisasi (harga mutlaknya = 1)



c1  ˆ x c x  1

 3 ˆ 1 ˆ
c2  y  z
10 10

3  4a 2

 20a 2 0 0  c x 
  
 0 18a 2  6a 2  c y   0
  
 0  6a 2 2a 2  c z 

20 c x  0 

18 c y  6 c z  0  c x  0 cz  3 c y

 6 c y  2 c z  0


c3  0 ˆ x  c y ˆ y  3 c y ˆ z
 c y ˆ y  3c y ˆ z ,  jika dikuadratkan harganya  1

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 109
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

 1 ˆ 3 ˆ
Ternormalisasi, c3  y  z
10 10

Dengan demikian,

c1  ˆ x
 3 ˆ 1 ˆ
c2  y  z
10 10
 ˆ 3 ˆ
c3  
y
z
10 10

Jika dicek,
I 
   1  
I c   I2 c
 I 3 

16a 2 0 0 1 0 0 
 
 0 14a 2  6a 2  0 3 1 

  10 10 
 0  6a 2  2a 2  0 1 3 
  10 10 

16a 2 0 0 1 0 0 
 
 0 16a 2
0  0 3 1 

  10 10 
 0 0  4a 2  0 1 3 
  10 10 

Tinjau transformasi,
ˆ  ˆ '  ˆ
x x x

ˆ  ˆ '  3 ˆ  1 ˆ
z
y y y
10 10
1 ˆ 3 ˆ
ˆ z  ˆ z '  y  z
10 10

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 110
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

z’


̂ z P
ˆ '
z

y
̂ y 
ˆ '
̂ x y

y’

x,x’

Transformasi tersebut merupakan rotasi terhadap sumbu x dengan sudut rotasi,



  cos 1 ˆ z , ˆ z ' 
 cos 1 ˆ y 
 ˆ y '  cos 1
3
10

Sebarang titik P, menurut sistem koordinat ˆ , ˆ


x y , ˆ z  merupakan

komponen (x, y, z) sedangkan menurut sistem koordinat ˆ ' , ˆ


x y 
' , ˆ z ' merupakan

komponen (x’, y’, z’).

Jadi, P  x ˆ x  y ˆ y  z ˆ z
 x' ˆ x ' y ' ˆ y ' z ' ˆ z '
 3 ˆ 1 ˆ   1 ˆ 3 ˆ 
 x' ˆ x ' y '  y   z   z '  y   z 
 10 10   10 10 
 3 y' z ' ˆ   y' 3 z ' ˆ
 x' ˆ x     y     z
 10 10   10 10 

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 111
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

jadi,
x  x' x'  x
3 y ' z '
y atau y' 
1
3 y  z 
10 10
 y '3 z '
z z' 
1
 y  3z 
10 10
Jadi, transformasi (1) ekivalen dengan transformasi :

x  x'  x

y  y' 
1
3 y  z 
10
z  z' 
1
 y  3z 
10
Atau,

 x   x'  1 0 0   x 
     
 y    y '    0
1 
10   
3
10
y
 z   z'   3  z

    0 1
10 10 
 
      
atau, r  r '  R  r , c1  ˆ x ; c2  3
10
ˆ 
y
1
10
ˆ
z ; c3  1
10
ˆ 
y
3
10
ˆ
z

1 0 
 
0
R  0 3 1 
, disebut matriks transformasi
 10 10 

0 1 3 
 10 10 

Sebarang vektor a  a x , a y , a z  dalam sistem (x, y, z) akan bertransformasi seperti



r.

Secara Umum
   
Diagonalisasi I ekivalen transformasi koordinat r  r '  R r dimana matriks
 
transformasi R tersusun atas vektor-vektor eigen I sebagai berikut :

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 112
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

 c1x c1 y c1z 
  
R   c2 x c2 y c2 z 
 
c c3 y c3 z 
 3x

Momentum sudut menurut sistem koordinat (x, y, z)

  
L  I 
Jika (x, y, z) ditransformasikan ke (x’, y’, z’) menurut,
 x   x'  x
     
 y    y'   R  y 
 z   z'  z 
     
   
r  r' R  r
maka,
   
L  L'  R  L
   
  '  R  
 
I  I'
jadi,
     
L'  R  L  R  I  
     
L '  I ' '  I 'R  
maka,
RI  I ' R
atau,
I '  R I R 1 , diagonalis asi  rotasi  transformasi ortogonal
1
IR I' R R 1  R T  det R  1
Kesimpulan :
   
r  r' R  r
   
L  L'  R  L
   
  '  R  
    
I  I '  R  I  R 1
  
 R  I  RT

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 113
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010


Jika, I ' diagonal  maka ˆ x ' , ˆ y ' , ˆ z ' disebut sumbu-sumbu utama/ principal axis.

 I1 
 
I  proses diagonalis asi I '   I2 
 I 3 

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 114
UNM
Bahan ajar bagi Mahasiswa Jurusan Fisika, Tahun 2010

Referensi
1. Symon, K.R., Mechanics (Third Edition), Addision-Wesley Publishing Co.,
Reading Massachusetts, 1971.

2. Klepner, D. and Kolenkow, R. J., An Introduction to Mechanics, Mc. Graw-


Hill, 1984.

3. Eko Hadi Sujiono, Diktat Perkuliahan Mekanika I & II, Jurusan Fisika UNM,
2005.

Bagian V. Benda Tegar dan Tensor Inersia ; Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si, Jurusan Fisika 115
UNM

Anda mungkin juga menyukai