NIM : 19334728
Kelas : K
1. Penamaan untuk benzena dengan dua substituen menggunakan awalan orto (o), meta (m), dan
para (p).
Orto (o) untuk menyatakan substituen pada posisi 1,2 dari cincin benzena.
Meta (m) adalah posisi hubungan substituen pada 1,3.
Para (p) menyatakan posisi hubungan substituen pada 1,4.
Jika salah satu substituen memberikan nama khusus maka penamaannya menggunakan nama
turunan senyawa tersebut. Apabila dua substituen yang diikat oleh benzena tidak memberikan
nama khusus maka penamaan diurutkan berdasarkan abjad.
Sumber: Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi KIMIA ORGANIK, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Dalam urutan ini karbon diberi nomor searah jarum jam 1-6 dimulai dengan karbon 1 pada pukul
12, yang terikat klorida. Sejak gugus nitro berada merupakan pengaktivasi ke arah substitusi
nukleofilik, serta pengarah meta, memungkinkan karbon benzena yang berikatan untuk memiliki
muatan negatif. Dalam kompleks Meisenheimer, elektron tak-berikatan pada karbanion menjadi
berikatan dengan sistem pi aromatik yang memungkinkan karbon ipso untuk sementara terikat
dengan gugus hidroksil (-OH). Agar dapat kembali kepada keadaan energi yang lebih rendah,
baik gugus hidroksil lepas, atau klorida lepas. Dalam larutan kedua proses tersebut terjadi.
Sebagian kecil zat antara melepaskan klorida untuk menjadi produk (2,4-dinitrofenol), sementara
sisanya kembali kepada reaktan. Karena 2,4-dinitrofenol dalam keadaan energi yang lebih
rendah tidak akan kembali membentuk reaktan, maka setelah beberapa waktu berlalu, reaksi
mencapai kesetimbangan kimia yang menguntungkan 2,4-dinitrophenol. Pembentukan kompleks
Meisenheimer yang terstabilkan dengan resonansi berjalan lambat karena berada dalam suatu
keadaan energi yang lebih tinggi dari reaktan aromatik. Lepasnya klorida berlangsung dengan
cepat, karena cincin menjadi aromatik kembali.
Reaksi substitusi nukleofilik aromatik
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Substitusi_nukleofilik_aromatik#Reaksi_substitusi_nu
kleofilik_aromatik