Anda di halaman 1dari 6

RESUME WEBINAR

“Disrupsi Rantai Nilai Industri Media Cetak


di Masa Pandemi”

TUGAS MATA KULIAH


EKOSISTEM INDUSTRI MEDIA

Dosen Pengampu:
Dr. Hizkia Yosias Polimpung

Disusun Oleh:
Widya Septi Nurdieni
201610415251

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMUKOMUNIKASI
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2020
Judul Webinar : Disrupsi Rantai Nilai Industri Media Cetak di Masa Pandemi
Tempat/media : Zoom meeting
Hari/tanggal : Jum’at, 12 Juni 2020
Pembicara : Nadia Zahara – Praktisi Media & Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi
Ratna Puspita - Reporter Republika

Ringkasan Materi :
Disrupsi Pandemi Covid-19 :
Analisis Lingkungan Industri, ancaman dan peluang bagi Industri surat kabar
(oleh Ibu Nadia Zahara)

Industri media cetak sudah mengalami penurunan sirkulasi sejak menghadapi disrupsi era digital.
Saat ini industry media cetak kembali terancam dengan hadirnya pandemic Covid-19. Jika berkaitan
dengn pandemic, sebelum covid-19 telah hadir beberapa pandemi yang memiliki dampak terhadap
berbagai sector industri, yaitu SARS dan MERS. Namun yang menjadi pembeda dengan Covid-19
adalah tingkat penyebarannya yang tinggi.

Gambar 1. Grafik perbandingan penyebaran virus SARS, MERS, dan COVID-19


Sumber : screenshot webinar

Oleh karena tingkat penyebarannya yang tinggi, Indonesia menerapkan berbagai tindak
pencegahan seperti PSBB dan work from home. Tindakan tersebut secara tidak langsung
mempengaruhi berbagai sektor industri, salah satunya yaitu industri media cetak.

Gambar 2. Grafik overview industri cetak (koran dan oplah) sebelum pandemi dan setelah pandemi
Sumber : screenshot webinar
Dengan kemunduran yang sudah dialami ditambah dengan situasi pandemi ini, bagaimana nasib
industri media cetak kedepannya? Untuk mengetahuinya, dilakukan beberapa analisis terkait hal
tersebut dengan menggunakan analisis bussiness model canvas dan industry analisys.
1. Bussiness Model Canvas industri media cetak (before pandemic)

Gambar 3. Bussiness Model Canvas industri media cetak


Sumber : screenshot webinar

2. Analisis Industri (before & after pandemic)

Gambar 2 Bagan analisis industri media cetak sebelum dan sesudah pandemi
Sumber : screenshot webinar

a. Rivalry (Intra industri)


Sebelum : Mengalami penurunan sirkulasi, angka, revenue, serta tidak dimaksimalkannya
situs daring.
Sesudah : melakukan penolakan, perubahan pada insetif perusahaan, melakukan perluasan
skala serta pemaksimalan efesiensi, dan omset berada pada 40%.
b. Subtitute power (kekuatan subtitusi)
Sebelum : Terletak pada TV dan media digital karena lebih menarik dan murah.
Sesudah : Terletak pada TV dan media daring karena penggunaannya meningkat selama
WFH dan PSBB.
c. Supplier (kekuatan pemasok)
Sebelum : Harga bahan baku tinggi yang menyebabkan biaya perpindahan tinggi.
Sesudah : Harga kertas meningkat karena perubahan situasi ekonomi selama pandemik.
d. Buyer power (kekuatan pembeli)
Sebelum : Adanya persaingan media karena banyaknya pilihan media, yang menyebabkan
rendahnya biaya perpindahan.
Sesudah : Mobilitas terbatas, sehingga dilakukannya perluasan dengan peningkatan
penggunaan media online.
e. New Entrance (unattractive, uncertainty, high capital investment)
Sebelum : Diperkirakan akan menghasilkan produk yang tidak menarik dan tidak
meyakinkan, namun membutuhkan modal yang cukup tinggi.
Sesudah : Hasilnya masih akan sama dengan sebelum pandemi, bahkan lebih buruk.

Selain itu, periklanan juga terkena dampak dari pandemic Covid-19 ini. Sebelumnya, tren iklan
berubah karena volume iklan berubah. Namun karena kegiatan industri menurun, permintaaan iklan
pun menurun, dari bulan maret hingga mei terlihat penurunan volume iklan.

Gambar 4. Tren iklan harian kompas


Sumber : screenshot webinar

Melihat iklan yang menurun juga, industri media cetak sudah melewati tahap krisis dan
berbahaya, dimana mungkin tidak memiliki harapan lagi. Dalam hal ini, industri media cetak harus
mencari peluang lain untuk bangkit. Berikut analisis SWOT terhadap industri media cetak dalam

masa pandemic.

Gambar 5. Tabel analisis SWOT industri media cetak sesudah pandemi


Sumber : screenshot webinar

Banyak peluang yang dapat diambil oleh industri media cetak, namun berdasarkan tabel diatas
tingkat threat lebih besar dari opportunity. Disamping itu, banyak industri media cetak yang sudah
mengambil kesempatan dalam masa pandemik dengan menciptakan hal baru, seperti infodemic,
peningkatan digital subscription, dan mengadakan e-event. Namun pada akhirnya menyebabkan
kejenuhan masyarakat atau news fatigue.

Kesimpulan :
Aktivitas-aktivitas penciptaan nilai dan sumber pendapatan sangat terdisrupsi oleh pandemik dan
kebijakan pembatasan fisik. Industri media cetak berada pada dua dilema, di satu sisi harus tetap
bergerak untuk tetap memberikan informasi, di sisi lain industri surat kabar sedang terpuruk terlihat
dari revenue strem-nya. Peluang dapat dilakukan dengan memaksimalkan integrasi digital, namun
tidak yakin apakah dari hal tersebut akan memberikan menciptakan revenue strem baru yang sama
besarnya seperti saat sebelum pandemik. Tingkat resikonya tinggi.
Tanggapan : Pembicara Ibu Ratna Puspita

Republika dalam menghadapi Disrupsi Pandemi

Dalam rangka melewati disrupsi media era digital, Republika melakukaan beberapa
pengembangan, salah satunya yaitu menambahkan liputan khusus pada halamannya. Liputan khusus
tersebut berhasil menjadi penyelamat Republika pada tahun 2014-2017 karena memiliki nilai yang
tinggi, yang mengakibatkan menikatnya penjualan dan minat iklan.
Namun tidak berlangsung lama, Republika membutuhkan model bisnis baru untuk tetap
mempertahankan koran. Pada akhirnya, Republika mengambil peluang dengan mengembangkan
model bisnis berbasis media online sebagai.
Model bisnis sudah dikembangkan, tantangan baru tetap berdatangan. Republika koran
akhirnya melakukan pengembangan berikutnya yang berfokus pada penyajian cover. Dan berhasil
terlihat dari penghargaan yang didapat dari perubahan cover tersebut.
Kemudian Republika dihadapkan kembali pada permasalahan revenue streams, jika dilihat
Republika online hanya mengalami peningkatan 20% dibanfingkan Republika koran yang mengalami
peningkatan 50% setiap tahunnya. Walaupun tawaran iklan pada Republika online banyak, namun
tidak cukup utk menutupi revenue stream penjualan koran seperti biasa. Selain itu terdapat beberapa
masalah lain dari hadirnya Republika online :
1. Media online bergantung pada click,
2. Pembaca internet tidak setia (sesuai preferensi),
3. Infrastruktur internet dan server (jika bermasalah sulit utk bekerja),
4. SEO (penulisan setingkali tidak menggunakan KBBI, melainkan kata-kata populer),
5. Ketergantungan pemasukan pada Google Adsense (ketergantungan iklan).
Disamping itu, hadirnya Republika online sering menjadikan ketimpangan dalam pekerjaan,
karena online dan cetak masih dalam manajemen dan template berita yang sama. Akhirnya,
pemisahan tugas diberlakukan pada reporter dan redaktur.

New era disrupsi pandemi


Ketika Republika hendak mengembangkan model bisnis kembali, muncul pandemi. Disamping
harus mempertahankan koran, Republika kini harus dapat mempertahankan ekosistem dan
pegawainya. Jika hanya mengandalkan hasil iklan dari republika online saja, tidak akan cukup karena
harga kertas untuk pencetakan koran pun meningkat. Pada akhirnya beberapa upaya dilakuka oleh
Republika untuk bertahan dalam kondisi pandemi tersebut.
1. Penguranga halaman pada koran
Penggunaan kertas akan berkurang, namun berdampak pada ketimpangan kerja redaktur.
2. Pemotongan gaji pejabat direksi
Konsepnya seperti donasi, dilakukan supaya pegawai tetap bisa bertahan.
3. Mengadakan event online
Seperti membuat kelas dan pelatihan online berbayar dan menggandeng sejumlah perusahaan
untuk ikut bekerjasama.
4. Mengamankan koran
Dengan membuat user generated content hingga berpengaruh pada peringkat koran.
5. Meningkatkan traffic & adsense (online)
Dilakukan dengan meningkatkan kualitas konten dan mengadakan event. Dengan traffic dan
adsense yg besar, pemintan iklan akan meningkat pula.

Anda mungkin juga menyukai