Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP

PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM


MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI
KELURAHAN SERINGGU JAYA MERAUKE

TUGAS PROPOSAL

Disusun Oleh:

NAMA : IDA RISMA KARTINI


NPM : 123010 3602 13 148
SEMESTER : VI (ENAM)
RUANG : 1 (SORE)
MATA KULIAH : MPA. PUBLIK
DOSEN PENGAMPU : Drs. M. YUSUF EFENDI, MPA

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


STIA KARYA DHARMA
MERAUKE
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan di daerah sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional yang berdasarkan prinsip otonomi daerah dengan
pelaksanaan yang membuat masyarakat di daerah mandiri dalam melaksanakan
pembangunannya. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan
tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-
prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan pertanggungjawaban kepada
masyarakat. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan
kewenangan yang nyata, dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional
yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya
nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan. Untuk mencapai tujuan
tersebut telah dibentuk perangkat pemerintah baik dalam pelaksanaan asas
desentralisasi, asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Kesemuanya itu
diwujudkan pemerintah dalam Undang-Undang No. 32 dan No. 33 tahun 2004.
Dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 mengenai
urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan
pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang
berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan
kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar, sedangkan urusan
pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan
karakteristik daerah. Dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 pasal 12 dan 13
disebutkan tentang Dana bagi hasil dari penerimaan PBB dibagi antara daerah
provinsi, daerah kabupaten/ kota, dan Pemerintah. Penyaluran dana bagi hasil
PBB sebagaimana dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan Undang-Undang.
Sebagaimana yang terdapat dalam penjelasan Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 tentang pemerintahan daerah yang dibentuk dengan asas desentralisasi
adalah daerah kabupaten dan kota berwenang untuk menentukan dan
melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi-aspirasi

1
masyarakat. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004,
daerah kota dan kabupaten mempunyai perangkat daerah yaitu kecamatan yang
dipimpin oleh kepala kecamatan dalam tugasnya yang menerima pelimpahan
sebagian kewenangan dari Walikota atau Bupati, di dalam kecamatan juga
mempunyai perangkat yaitu kelurahan yang dipimpin oleh Lurah sebagai
penerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Camat. Sesuai
dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1007/KMK.0411985 tentang
pelimpahan wewenang pungutan pajak kepada Gubernur kepala pemerintahan
propinsi dan Walikota kepala pemerintahan kota dan Bupati kepala pemerintahan
kabupaten untuk selanjutnya diserahkan kepada organisasi dibawahnya sebagai
usaha mengoptimalkan penerimaan negara yang berasal dari Pajak Bumi dan
Bangunan, untuk itulah peranan kepala daerah sangat dituntut keaktifannya dalam
hal pemungutan pajak ini.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai salah satu komponen yang
mendukung dan perimbangan mempunyai pengaruh terhadap besarnya bagian
dana perimbangan yang akan diterima oleh daerah penghasilan. Oleh karena itu
PBB perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah daerah dalam hal
penanganannya, sehingga nantinya akan dapat memberikan sumbangan yang
besar pada Pendapatan Asli Daerah (PAD). Mengingat pentingnya sumbangan
yang diberikan oleh penerimaan PBB bagi pembiayaan pembangunan, maka
pemungutan PBB harus dilakukan secara efektif, sehingga nantinya dapat
memenuhi target pemungutan yang telah ditetapkan.
Pajak Bumi dan Bangunan termasuk sumber keuangan negara dan
pemungutannya sudah didasarkan pada undang-undang, ini berarti bahwa
pemungutan pajak sudah disepakati bersama antara pemerintah dengan
masyarakat. Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan dalam negeri merupakan
sektor yang potensial, penerimaan dari sektor pajak ini selanjutnya dimanfaatkan
oleh pemerintah untuk membangun sarana dan prasarana kepentingan umum.
Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat dalam peran sertanya
menanggung pembiayaan Negara, maka dituntut adanya kesadaran masyarakat
untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan dengan benar sesuai dengan

2
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun, kenyataannya banyak
hambatan yang dihadapi dalam pemungutannya. Hal ini disebabkan karena
kurangnya kesadaran masyarakat dalam menbayar pajak, kondisi masyarakat yang
kurang atau bahkan tidak mengerti pajak, serta tingkat perkembangan intelektual
masyarakat, sehingga mereka tidak melaksanakan kewajibannya dalam membayar
pajak. Mengingat kesadaran masyarakat dalam membayar PBB sangat penting
untuk meningkatkan penerimaan Negara yang digunakan sebagian besar untuk
daerah wajib pajak itu sendiri. Perlawanan pajak yang diikuti anggapan yang salah
oleh masyarakat tentang pajak bumi dan bangunan akan sangat merugikan bagi
Negara, oleh karena itu dalam rangka mengurangi atau bahkan menghilangkan
sama sekali hambatan-hambatan tersebut maka perlu diusahakan suatu kondisi
yang membuat masyarakat wajib pajak menjadi sadar, mau dan mampu membayar
pajak. Memberikan bimbingan dan penerangan kepada masyarakat mengenai
manfaat pajak merupakan langkah yang paling penting dalam mensosialisasikan
pajak tersebut. Untuk lebih memfokuskan penelitian ini pada hal-hal yang terkait
dengan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB, maka peneliti mengambil
Kelurahan Seringgu Jaya sebagai lokasi penelitian. Adanya kecenderungan akan
keengganan masyarakat Kelurahan Seringgu Jaya dalam membayar pajak tersebut
harus dilihat dari berbagai hal yang menyangkut akan kesadaran masyarakat itu
sendiri.
Untuk menyikapi hal tersebut, maka diperlukan pengaruh kepemimpinan
Lurah sebagai kepala pemerintahan terdepan untuk dapat memanfaatkan potensi
Pajak Bumi dan Bangunan yang ada di daerahnya dan memotivasi aparatnya dan
masyarakat agar dapat menjalankan kewajibannya dalam membayar pajak.
Adanya sebagian besar masyarakat yang tidak memenuhi kewajibannya dalam
membayar PBB otomatis merupakan hambatan dalam pemungutan pajak.
Hambatan dalam pemungutan PBB ini bukanlah merupakan usaha nyata dari
masyarakat, namun karena kondisi masyarakat yang kurang sadar untuk
membayar pajak atau bahkan tidak tahu seluk beluk fungsi pembayaran pajak itu
sendiri. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas maka peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kepemimpinan Lurah

3
Terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan di Kelurahan Seringgu Jaya Merauke”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis
mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
Masih rendahnya kesadaran masyarakat Kelurahan Seringgu Jaya dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan adanya pengaruh kepemimpinan
Lurah Seringgu Jaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Kelurahan
Seringgu Jaya dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang
semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan sebagai berikut:
Objek penelitian dibatasi hanya pada kesadaran membayar Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB). Sedangkan tempat penelitian dibatasi hanya pada ruang lingkup
Kelurahan Seringgu Jaya Merauke, dengan Kepemimpinan Lurah Seringgu Jaya
sebagai subjek penelitian.

D. Rumusan Masalah
Beranjak dari uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut: “Adakah Pengaruh Kepemimpinan Lurah terhadap Peningkatan
Kesadaran Masyarakat dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan
Seringgu Jaya Merauke”.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui adakah pengaruh kepemimpinan lurah terhadap peningkatan
kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di
Kelurahan Seringgu Jaya Merauke.

4
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan pemungutan PBB. Serta dapat memberikan
sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
perpajakan.
2. Manfaat Praktis
a. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi Lurah dalam menjalankan peran sebagai pemotivator
untuk meningkatkan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
b. Sebagai bekal pengalaman dan pengetahuan dalam menghadapi
tugas-tugas di masa yang akan datang.

5
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan


Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seorang pribadi yang
memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu
bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas tertentu demi tercapainya suatu maksud dan beberapa tujuan,
(Kartono, 1993:76). Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian
sebagai sifat, kemampuan, proses dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang
sedemikian rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati, sehingga orang lain
bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang
dikehendaki pemimpin tersebut. Kepemimpinan dapat timbul apabila terdapat
faktor-faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor-faktor tersebut
meliputi orang-orang, bekerja dari sebuah posisi organisatoris, dan timbul dalam
situasi yang spesifik (Winardi,2000:48). Menurut Tannenbaum, Weschler dan
Massarik dalam Yuki (1994:5), kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi,
yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu serta diarahkan melalui proses
komunikasi ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan. Menurut Siagian
(2002:62) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa, sehingga orang lain
itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu tidak
disenanginya. Sunindhia (1993:4) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu
kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar bekerja sama menuju
kepada suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama. Dari pengertian
diatas dapat dikatakan bahwa kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-
aturan atau tata krama birokrasi. Menurut Miftah Thoha (1997:142) pemimpin
birokrasi merupakan :
“Pemimpin yang diangkat dalam suatu jabatan oleh pejabat yang berwenang.
Dia menjadi pemimpin karena mengepalai suatu unit organisasi tertentu. Dia
mempunyai bawahan atau staf sebagai pengikutnya. Para bawahan itu berada di

6
bawah garis komandonya. Mereka berada disitu karena sudah diatur oleh yang
berwenang mengaturnya. Dinamakan pemimpin karena pada wujudnya ia
bertugas memimpin, mengarahkan, mengendalikan baik orang-orang yang ada di
kesatuannya ataupun fasilitas lain yang berada dalam wewenangnya”.

B. Pajak Bumi dan Bangunan


Bermacam-macam definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang
perpajakan, namun kesemuanya mempunyai inti dan tujuan yang sama.
Soemahamidjaja dalam Brotodiharjo (1993:5), mengemukakan “Pajak adalah
iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum menetapkan biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa
korektif dalam mencapai kesejahteraan umum”. Dari definisi di atas dicantumkan
istilah iuran wajib, untuk memenuhi ciri bahwa pajak dipungut dengan bantuan
dari dan kerja sama dengan wajib pajak dengan maksud menghindari penggunaan
istilah “paksaan”. Selanjutnya yang dimaksud dengan pajak menurut Soemitro
(1992:15) adalah : “Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang
terhutang oleh wajib yang membayar menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mencapai prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Menurut Soemitro dan Muttaqin (2001:5), Pajak Bumi dan Bangunan adalah
pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak, maka oleh sebab itu yang di
pentingkan adalah objeknya dan oleh karena itu keadaan atau status orang atau
badan yang di jadikan subyek tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya
pajak. Menurut Sri dan Suryo (2003:1), Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak
yang dikenakan atas bumi dan bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
merupakan salah satu kegiatan administrasi dalam pemerintahan Indonesia yang
di desentralisasikan ke daerah. Pajak ini merupakan penerimaan daerah yang
merupakan pembagian dari pemerintah pusat. Penerapan atau pelaksanaan Pajak
Bumi dan Bangunan di Indonesia di atur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun
1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

7
C. Kesadaran Masyarakat dalam Membayar PBB
Berbicara mengenai sadar dan kesadaran yang dikaitkan dengan masyarakat
adalah kesadaran kehendak dan kesadaran hukum. Sadar diartikan merasa tahu,
ingat kepada keadaan yang sebenarnya, atau ingat akan keadaan dirinya.
Kesadaran diartikan keadaan tahu, mengerti dan merasa (Purwadarminta,
1982:1049). Selanjutnya sadar (kesadaran) di definisikan sebagai sikap atau
perilaku untuk mengetahui atau mengerti, taat dan patuh kepada peraturan dan
ketentuan perundangan yang ada, juga merupakan sikap atau perilaku mengetahui
atau mengerti, taat dan patuh pada adat istiadat dan kebiasaan yang hidup dalam
masyarakat (Widjaja;1984:14). Atau dapat disebutkan kesadaran bersifat statis
yaitu sesuai dengan peraturan perundangan berupa ketentuan-ketentuan dalam
masyarakat dan kesadaran dinamis yang menitik beratkan pada kesadaran yang
timbul dari dalam diri manusia, yang timbul dari kesadaran moral, yang
merupakan sikap batin yang tumbuh dari rasa tanggung jawab. Masyarakat
sebagai kelompok yang mendasarkan kehidupan atas kepentingan bersama
memerlukan apa yang disebut keseimbangan akan kesadaran kehendak dan
kesadaran hukum. Adanya kedua hal itu diharapkan akan mampu mewujudkan
pelaksanaan hak-hak dan kewajiban masyarakat dalam memenuhi
kepentingannya. Masyarakat adalah kumpulan orang yang ada pada waktu
tertentu, bisa panjang atau pendek, berada bersama-sama di suatu tempat dengan
tujuan yang sama (Soemitro, 1988:46). Rakyat Indonesia merupakan sejumlah
besar orang yang ada di Indonesia, untuk jangka panjang mempunyai tujuan
tertentu yang bertekad untuk mendirikan negara merdeka yang berdaulat untuk
mencapai masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Dari definisi yang telah diuraikan diatas maka kesadaran masyarakat diartikan
sebagai keadaan tahu, mengerti, dan mampu oleh masyarakat untuk
menyeimbangkan, menyelaraskan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan
peraturan perundangan yang di dukung oleh adanya etika dan moral masyarakat
tersebut. Adanya kesadaran masyarakat itu akan mendorong keinginan yang kuat
untuk menimgkatkan dan mengembangkan kepentingan bersama guna mencapai
kehidupan yang lebih baik. Berkaitan dengan masalah pembayaran PBB, maka

8
dalam memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat
perlu lebih dikaitkan dengan gambaran kehidupan suatu masyarakat yang
beraneka ragam. Keanekaragaman itu berhubungan dengan faktor golongan
sosial, politik atau ekonomi, serta tingkat pendidikan, sifat dan bentuk pekerjaan
yang dilakukan.
Dengan melihat penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh
kepemimpinan lurah terhadap peningkatan kesadaran masyarakat dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan adalah apa yang dilakukan oleh lurah dalam
melaksanakan hak dan kewajiban sebagai pelaksanaan aktual jabatan yang di
pegangnya dalam rangka untuk mendorong atau mengajak aparat dan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

D. Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang
menjadi pusat penelitian ilmu sosial ( Singarimbun, 1995 : 33) Adapun konsep
dari penelitian ini adalah :
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu kapasitas yang mempunyai kemampuan
atau hak untuk mengarahkan, membimbing, atau mendorong seseorang untuk
melakukan segala sesuatu yang merupakan kebijaksanaan atau perintah untuk
tujuan tertentu.
2. Kesadaran Masyarakat dalam membayar PBB
Kesadaran masyarakat diartikan sebagai keadaan tahu, mengerti, dan
mampu oleh masyarakat untuk menyeimbangkan, menyelaraskan hak-hak
dan kewajibannya sesuai dengan peraturan perundangan yang di dukung oleh
adanya etika dan moral masyarakat tersebut. Adanya kesadaran masyarakat
itu akan mendorong keinginan yang kuat untuk menimgkatkan dan
mengembangkan kepentingan bersama guna mencapai kehidupan yang lebih
baik.

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencari pengaruh
antara variable independen dengan variabel dependen.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Kelurahan Seringgu Jaya Kecamatan
Merauke Kabupaten Merauke Papua.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek dan obyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono,
2005:90). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat
Kelurahan Seringgu Jaya Merauke sebanyak 53 orang kepala keluarga.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2003:91), merujuk pada pendapat Suharsimi
Arikunto (1994:104) yang mengatakan, apabila populasi kurang dari 100
orang, maka diambil dari keseluruhannya, namun apabila jumlah populasinya
lebih dari 100 orang, maka sampel diambil sebesar 10%, 20%, 25%, atau
lebih. Oleh karena itu merujuk pada pendapat diatas dikarenakan populasi
kurang dari 100 orang, maka sampel penelitiannya sebanyak 100% atau
keseluruhan populasi. Maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
53 orang. Dengan 1 informan yaitu Lurah Kelurahan Seringgu Jaya Merauke.

10
D. Teknik Penentuan Skor
Untuk membantu dalam menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian,
maka penelitian ini menggunakan teknik penentuan skor. Teknik pengukuran skor
yang akan digunakan adalah dengan skala ordinal untuk menilai jawaban
kuesioner responden. Adapun skor yang ditentukan untuk setiap pertanyaan
adalah :
1. Untuk alternatif jawaban A diberi skor 5
2. Untuk alternatif jawaban B diberi skor 4
3. Untuk alternatif jawaban C diberi skor 3
4. Untuk alternatif jawaban D diberi skor 2
5. Untuk alternatif jawaban E diberi skor 1
Untuk mengetahui atau menentukan kategori jawaban responden dari masing-
masing variable apakah tergolong tinggi, sedang atau rendah maka terlebih dahulu
ditentukan skala interval dengan cara sebagai berikut :

Skor Tertinggi−Skor Terendah


Banyaknya Bilangan

Maka diperoleh:

5−1
=0,80
5

Sehingga dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden


masing-masing variabel yaitu :
Skor untuk kategori sangat tinggi = 4.25 – 5.00
Skor untuk kategori tinggi = 3.43 – 4.23
Skor untuk kategori sedang = 2.62 – 3.42
Skor untuk kategori rendah = 1.81 – 2.61
Skor untuk kategori sangat rendah = 1.00 – 1.80

11
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-
keterangan yang diperlukan penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data Primer
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke lokasi
penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Data primer tersebut dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Metode Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung
terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian ke
lokasi penelitian, dalam hal ini adalah Kelurahan Seringgu Jaya Merauke.
b. Metode Angket
Yaitu teknik pengumpulan data melalui pemberian daftar pertanyaan
secara tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan beberapa
alternatif jawaban.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui :
a. Penelitian Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan
berbagai literatur seperti buku, dokumen, majalah dan berbagai bahan
yang berhubungan dengan objek penelitian.
b. Studi Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data yan diperoleh melalui poengkajian dan
penelaahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.

F. Teknik Analisa Data


1. Untuk mengetahui koefisien korelasi variabel X terhadap Y digunakan
rumus Product Momen (Sugiyono, 2005 : 212) :

12
n ∑ X i Y i−( ∑ X i )( ∑ Y i )
r xy =
2 2
√ {n∑ X −(∑ X ) }{n ∑ Y −(∑ Y ) }
2
i i
2
i i

Di mana:
r = koefisien korelasi
x = variabel bebas
y = variabel terikat
n = jumlah populasi

Dari hasil perhitungan tersebut akan memperlihatkan kemungkinan-


kemungkinan sebagai berikut :
a. Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol (r = 0) berarti
hubungan kedua variabel yang diuji tidak ada.
b. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (r = +) berarti kenaikan
nilai variabel yang satu, diikuti nilai variabel yang lain dan kedua
variabel memiliki hubungan positif.
c. Koefisien korelasi yang diperoleh negatif (r = -), berarti kedua
variabel negatif dan menunjukkan meningkatnya variabel yang satu
diikuti menurunnya variabel yang lain.
Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah
antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan
penafsiran atau interpretasi angka sebagai berikut :

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0.00 – 0.199 Sangat Rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Tinggi
0.80 – 1.000 Sangat Tinggi

Dengan nilai r yang diperoleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang
diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel
korelasi. Tabel korelasi menentukan batas- batas r yang signifikan. Bila r

13
tersebut signifikan, artinya hipotesis kerja atau hipotesis alternatif dapat
diterima.
2. Untuk menguji hipotesis, pengaruh antara pelayanan jasa (X) dengfan
kepuasan pelanggan (Y), maka diadakan pengujian dengan menggunakan
rumus “t” (Sugiyono, 2005 : 214 ) yaitu :

r √ n−2
t=
√1−r 2

3. Koefisien Determinant
Teknik ini di gunakan untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan nilai koefisien product moment Pearson ( rxy )2 x 100 %.
D = ( rxy )2 x 100 %.
D = Koefisien Determinant
Rxy = Koefisien korelasi moment antar x dan y

14
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Brotodiharjo, Santoso, 1993, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco, Bandung.


George R. Terry, 2005, Dasar-Dasar Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta.
Hasibuan, Malayu, S.P, 2004, Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan
Produktivitas, Bumi Aksara, Jakarta.
Kartono, 1984, Pemimpin dan Kepemimpinan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kouzes & Posner, 2002, Leadership The Challenge, Airlangga, Jakarta.
Mardiasmo, 2006, Perpajakan edisi revisi, Andi, Jakarta.
Munawir, 1994, Perpajakan, Liberty, Yogyakarta.
Nawawi, Hadari, 1983, Administrasi & Organisasi Bimbingan, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Nazir, Moch, 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Poedarminta, WJS, 1986, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta.
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahuk Jannah, 2005, Metode Penelitian
Kuantitatif, Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Rivai, Veithzal, 2002, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, PT. Raya
Grafindo Persada, Jakarta.
Siagian, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Soekanto, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Universitas Indonesia, Jakarta.
Soemitro, Rochmat, 1992, Pengantar Singkat Hukum Pajak, PT. Press co, Jakarta.
Soemitro, Rochmat dan Muttaqin, Zainal, 2001, Pajak Bumi dan Bangunan, PT.
Refika Aditama, Bandung.
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.
Sunindhia, Y.w. Ninik Widyawati, Dra, 1993, Kepemimpinan Dalam Masyarakat
Modern, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Sutarto, 1991, Dasar-dasar Kepemimpinan Dalam Organisasi, Gajahmada
University press, Yogyakarta.
Toha, Miftah, 1987, Prospektif Perilaku Birokrasi, Rajawali press, Jakarta.
Widjaya, HW, 1984, Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila, Era
Swasta bekerja sama dengan Pemda DKI Jakarta.

15
Winardi, Dr, 2000, Kepemimpinan Dalam Manajemen, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Wiwoho B. (Editor), 1990, Prospek dan Faktor Penentu Reformasi Perpajakan,
Bina Rena Pariwara, Jakarta.
Yayat M. Herujito, 2006, Dasar-Dasar Manajemen, Grasindo, Jakarta.
YukI, Gary, 1994, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Prenhall Indonesia, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai