SKRIPSI
i
HUBUNGAN MEAN ARTERI PRESSURE (MAP) DENGAN KEJADIAN
POST OPERATIVE NAUSEA AND VOMITING (PONV) PADA PASIEN
POST OPERASI BEDAH DENGAN GENERAL ANESTESI
DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Terapan Keperawatan
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH ILMIAH
(materai)
iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Penulis
Nadila Okti Fariza/1614301024
Telah diperiksa dan disetujui tim pembimbing skripsi Program Studi Sarjana
Terapan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Penulis
NADILA OKTI FARIZA/1614301024
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang Kementrian Kesehatan RI Tahun Akademik 2019/2020
sebagai persyaratan meyelesaikan pendidikan sarjana terapan keperawatan
Tim Penguji
Penguji Utama
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
v
BIODATA PENULIS
RIWAYAT PENDIDIKAN
TK : TK Aisyiyah Krui
SD (2004-2010) : SDN 01 Pasar Krui
SMP (2010-2013) : SMPN 02 Pesisir Tengah
SMA (2013-2016) : SMAN 01 Pesisir Tengah
DIV Keperawatan (2016-Sekarang) : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Program Studi Sarjana Terapan
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Rasa syukur telah terselesaikanya skripsi ini, saya mengucapkan terima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan berkah dan karunia-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Persembahan ini, saya
persembahkan pada pihak-pihak yang berjasa:
1. Terimakasih ayah dan ibu, kakak dan adikku yang selalu mendukung dan
mendoakan akan kesuksesan saya serta memberikan kasih sayang yang
melimpah kepada saya.
2. Terimakasih ibu Anita Puri, S.Kp., M.M dan ibu Yuliati Amperaningsih,
S.K.M., M.Kes selaku dosen pembimbing saya yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing saya
3. Terimakasih kepada Kaprodi Sarjana Terapan Keperawatan, karena sudah
sangat memberikan perhatian dan dukungan yang luar biasa kepada kami
mahasiswa Sarjana Terapan Keperawatan sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas akhir ini.
4. Terimakasih kepada seluruh dosen jurusan keperawatan Tanjungkarang yang
telah memberikan ilmunya kepada kami.
5. Terimakasih untuk teman seperjuangan skripsiku Helen, Listiya, Oshin, Putri,
Lidia, Robby, Dandy kalian sangat luar biasa telah membantu saya
mengerjakan skripsi ini dan menjadi support system saya sampai saat ini.
6. Terimakasih untuk teman-teman Sarjana Terapan Keperawatan angkatan 2016
yang telah menjadi keluarga selama 4 tahun yang sangat luar biasa.
vii
MOTTO
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Poltekkes Tanjungkarang Kemenkes RI, saya yang bertanda
tangan dibawah ini:
Nama : Nadila Okti Fariza
NIM : 1614301024
Program Studi : DIV Keperawatan
Jurusan : Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Poltekkes
Tanjungkarang Kemenkes RI Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusif Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN MEAN ARTERI PRESSURE (MAP) DENGAN KEJADIA POST
OPERATIVE NAUSEA AND VOMITING (PONV) PADA PASIEN POST OPERASI
BEDAH DENGAN GENERAL ANESTESI DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG
Beserta pernagkta yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini
Poltekkes Tanjungkarang Kemenkeas RI Berhak menyimpan, mengalih media/frmat-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
ix
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
SKRIPSI, MEI 2020
ABSTRAK
Menurut World Healty Organization (WHO) jumlah pasien dengan
tindakan pembedahan mecapai 140 juta jiwa di seluruh rumah sakit dunia pada
tahun 20011 dan meningkat menjadi 148 juta jiwa pada tahun 2012. Masalah yang
sering muncul setelah operasi adalah Mean Arteri Pressure meningkat akibat Post
Nausea and Vomiting. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan Mean
Arteri Pressure (MAP) dengan kejadian Post Nausea and Vomiting (PONV) pada
pasien post operasi bedah dengan general anestesi di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung.
Desain penelitian ini Cross Sectional. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Populasi dalam penelitian ini
adalah klien dengan post operasi. Analisis yang digunakan adalah uji statistic Chi-
Square. Waktu penelitian mulai 1 Maret-31 Maret di Ruang Bedah RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diketahui ada hubungan Mean
Arteri Pressure dengan kejadian Post Operasi Nausea and Vomiting di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek, hasil uji statistic Chi-Square diperoleh p-value 0,014 < α =
0,05. Yang berarti Mean Arteri Pressure memberikan pengaruh terhadap kejadian
Post Operasi Nausea and Vomiting di ruang bedah Dr. H. Abdul Moeloek.
Peneliti menyarankan sebaiknya pengukuran Mean Arteri Pressure lebih optimal
setelah dialkukan tindakan bedah. Hal ini bertujuan agar keselamatan pasien lebih
baik dan tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan oleh pihak rumah sakit
maupun pasien.
x
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
SKRIPSI, MEI 2020
ABSTRACT
According to the World Healty Organization (WHO) the number of
patients with surgery reached 140 million in all hospitals in the world in 20011
and increased to 148 million in 2012. The problem that often arises after surgery
is that Mean Arterial Pressure increases due to Post Nausea and Vomiting . This
study aims to identify the relationship between Mean Arterial Pressure (MAP)
with the incidence of Post Nausea and Vomiting (PONV) in postoperative patients
with general anesthesia in Dr. H. Abdul Moeloek Lampung Province.
The design of this study is Cross Sectional. This type of research is
quantitative by using the technique of Accidental Sampling. The population in this
study were clients with postoperative care. The analysis used was the Chi-Square
statistical test. When the research began in the OR of the Dr. H. Abdul Moeloek
Lampung Province.
The results of this study indicate that there is a relationship between Mean
Arterial Pressure with the incidence of Postoperative Nausea and Vomiting at
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, the Chi-Square statistical test results obtained p-
value 0.008 <α = 0.05. Which means Mean Arterial Pressure has an influence on
the incidence of Postoperative Nausea and Vomiting in the operating room Dr. H.
Abdul Moeloek. Researchers suggest that optimal Arterial Pressure
measurements should be more optimal after surgery. This aims to better patient
safety and not cause things that are not desired by the hospital or the patient.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Hubungan Mean Arteri Pressure (MAP) dengan Kejadian Post
Operative Nausea and Vomiting (PONV) pada Pasien Post Operasi Bedah
General Anestesi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung”. Penulis
menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
xiii
1. Definisi PONV..........................................................................11
2. Fisiologi PONV........................................................................11
3. Faktor-faktor risiko PONV.......................................................12
4. Pencegahan PONV...................................................................13
5. Skor Risiko PONV...................................................................13
6. Penilaian Mual Muntah Post Operasi.......................................14
7. Bahaya Insiden PONV..............................................................15
C. Mean Arteri Pressure (MAP)................................................................15
1. Definisi Tekanan Darah............................................................15
2. Fisiologi Tekanan Darah...........................................................16
3. Klasifikasi Tekanan Darah.......................................................17
4. Tekanan Arteri Rerata (MAP)..................................................18
5. Pemilihan Formula MAP..........................................................18
6. Perhitungan MAP.....................................................................19
D. Penelitian Terkait..................................................................................20
E. Kerangka Teori.....................................................................................21
F. Kerangka Konsep..................................................................................22
G. Hipotesis ..............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................41
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan ditangani (R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2005 dalam Maryuni
Anik, 2014). Pembedahan terdiri dari tiga fase, yaitu fase pra operatif, intra
operatif, dan pasca operatif (Kozier, 2010). Menurut World Health
Organization (WHO) Jumlah pasien dengan tindakan pembedahan mecapai
140 juta jiwa di seluruh rumah sakit dunia pada tahun 2011 dan meningkat
menjadi 148 juta jiwa pada tahun 2012. Sementara di Indonesia, jumlah pasien
yang dilakukan pembedahan mencapai 1,2 juta jiwa pada tahun 2012 (Hartoyo,
2015) salah satunya tindakan Odontektomi.
Sebelum dilakukan tindakan pembedahan diperlukan anestesi. Anestesi
adalah suatu keadaan narkosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya refleks.
Anestesi dibagi menjadi dua yaitu anastesi yang menghambat sensasi di
seluruh tubuh (anastesi umum) dan yang menghambat sensasi di sebagian
tubuh (lokal, regional, epidural atau anastesi spinal) (Brunner & Suddarth,
2001). Anestesi umum adalah menghilangkan semua sensasi dan kesadaran.
Anastesi umum bekerja dengan memblok pusat kesadaran di otak sehingga
terjadi amnesia (kehilangan memori), analgesia insesibilitas terhadap nyeri),
hipnosis (tidur palsu), dan relaksasi (mengurangi ketegangan pada beberapa
bagian tubuh) (Kozier, 2010).
Menurut Magdalena, Lucky & Antje (2012) Pada pasien pulih dari
anastesi perlu dicegah dan dihindari hal-hal yang mungkin terjadi akibat stres
pasca bedah atau pasca anestesia yaitu berupa gangguan napas, gangguan
kardiovaskuler, gelisah nyeri, menggigil, kadang-kadang perdarahan, mual
muntah pasca operasi atau PONV (Postoperatif Nausea and Vomiting).
Mual dan muntah pasca operasi atau PONV merupakan efek samping yang
sering terjadi setelah tindakan operasi terutama dengan anestesi umum
(Alfiani&Heru, 2016). Mual dan muntah pasca operasi penyebabnya
1
1
multifaktorial. Penilaian mual dan muntah bersifat subjektif, yaitu tergantung
dari kondisi pasien, riwayat mual dan muntah sebelumnya, kelaianan metabolik
(diabetes mellitus). Semua pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan
harus dilakukan persiapan serta dilakukan kunjungan praanestesi yang
bertujuan untuk mempersiapkan mental dan fisik pasien, pada pasien obesitas
(BMI≥30) memiliki risiko tinggi terhadap kejadian PONV. Hal ini disebebkan
karena adanya peningkatan tekanan intra abdominal karena adanya refluks
esofagus yang dapat menyebabkan PONV (Alfiani&Heru, 2016).
Insiden PONV mencapai 30% dari 100 juta lebih pasien di seluruh dunia
(Shalihah, Marwan & Husairi, 2015). Di Amerika Serikat setiap tahunnya
sebanyak 71 juta pasien menjalani pembedahan umum. Angka kejadian insiden
PONV sekitar 20-30% pada pasien yang menjalani pembedahan dnegan
anastesi umum dan sekitar 70-80% pada kelompok pasien dengan risiko
tinggi(Wijaya,dkk. 2014). Jenis pembedahan yang berisiko tinggi terjadi
PONV antara lain bedah plastik 45%, bedah abdominal 29% dan bedah
orthopedi 22% (Juliana,dkk. 2013).
Insiden terjadinya PONV di Indonesia belum tercatat jelas. Berdasarkan
Penelitian Fitrah, dkk (2014) kejadian PONV pada pasien pembedahan
laparatomi dan ginekologi sebesar 31,25% dan pembedahan mastektomi
sebesar 31,4%. Hasil penelitian Sholihah, dkk (2015) di RSUD Ulin
Banjarmasin didapatkan dari 96 pasien, sebanyak 26 pasien (27,08%)
mengalami PONV. Kelompok usia dengan keluhan PONV terbanyak yaitu
kelompok usia 40-45 tahun, yaitu sebanyak 11 pasien (11,46%). Berdasarkan
jenis kelamin menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak
mengalami PONV, yaitu sebanyak 18 pasien (18,75%). Berdasarkan jenis
tindakan anastesi, anastesi umum lebih banyak mengakibatkan PONV, yaitu
sebayak 18 pasien (18,75%). Jenis pembedahan yang mengakibatkan PONV
terbanyak adalah digestif, sebanyak 12 pasien (12,50%). Sedangkan insiden
PONV yang sering terjadi pada spinal anestesi mencapai 28,4% sedangkan
yang tidak mengalami mual muntah 71,6%.
2
Efek mual dan muntah dapat menyebabkan pasien mengalami antara lain
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, hipertensi vena, perdarahan, ruptur
esofageal, dan dalam keadaan lanjut dapat membuat pasien mengalami
dehidrasi berat (Conway, 2009 dalam supatmi&Agustiningsih, 2015). PONV
dapat menimbulkan berbagai komplikasi misalnya berkeringat, nyeri perut,
lemah, dan mengganggu kenyamanan dan dapat menimbulkan implikasi
perpanjangan masa perawatan (Mulyohadi, 2018).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi suatau keadaan dimana terjadi
peningkatan tekakan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg.
WHO (World Health Organization) mengatakan, batas tekanan darah yang
dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah
lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (Adib, 2009 dalam Almina,
Zulhaida & Syarifah, 2016). Hipertensi dapat dilakukan dengan pengukuran
tekanan sistol dan diastole, penentuan hipertensi pasca anestesi umum/general
menggunakan perhitungan Mean Arteri Pressure (MAP).
Tekanan arteri rata-rata (MAP) adalah gaya pendorong utama yang
mengalirkan darah ke jaringan. Tekanan ini dipantau dan diatur di tubuh,
bukan tekanan sistolik atau diastolik arteri atau tekanan nadi dan juga bukan
tekanan di bagian lain pohon vaskular (Sherwood, 2011).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan MAP terhadap kejadian PONV yang dituangkan
dalam bentuk laporan akhir dengan judul Hubungan mean arteri pressure
dengan kejadian PONV pada pasien post operasi diruang rawat bedah dengan
general anestesi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah
penelitian ini apakah ada hubungan MAP dengan kejadian PONV pada pasien
post operasi di ruang rawat bedah dengan general anestesi?
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan MAP
dengan kejadian PONV pada pasien post operasi di ruang rawat bedah
dengan general anestesi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui MAP pada pasien post operasi yang dilakukan
general anestesi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
b. Untuk mengetahui kejadian PONV pada pasien post operasi yang
dilakukan general anestesi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung.
c. Untuk mengetahui hubungan MAP dengan kejadian PONV pada
pasien post operasi diruang rawat bedah dengan general anestesi di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi mahasiswa
keperawatan atau perawat dalam meningkatkan pengetahuan asuhan
keperawatan pada klien dengan MAP dan kejadian PONV pada pasien di
ruang rawat bedah yang dilakukan general anestesi.
2. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan di
RSUD. Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung untuk merancang
kebijakan pelayanan keperawatan khususnya pada pasien pasca operasi
sehingga dapat mengetahui hubungan kejadian PONV akibat general
anastesi dengan menjadikan MAP sebagai salah satu metode untuk
meningkatkan kewaspadaan yang mengarah pada hipertensi pada pasien
4
post operasi dengan general anestesi sebelum terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan setelah terjadinya kejadian hipertensi.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan MAP dengan
kejadian PONV pada pasien post operasi diruang bedah dengan general
anestesi. Subjek/sasaran dalam penelitian ini adalah pasien post operasi di
ruang rawat inap bedah dewasa RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada
tanggal 1 Maret 2020-31 Maret 2020. Penelitian ini menggunakan metode
observasional analitik cross sectional dengan menggunakan teknik accidental
sampling.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anestesi Umum
1. Pengertian Anestesi Umum
Agens anestesi, yang digunakan selama proses pembedahan, membuat
gerakan peristaltik berhenti untuk sementara waktu. Agens anestesi yang
dihirup menghambat impuls saraf parasimpatis ke otot usus. Kerja anestesi
tersebut memperlambat atau menghentikan gelombang peristaltik.
Anastesi umum adalah menghilangkan semua sensasi dan kesadaran.
Anestesi umum bekerja dengan memblok pusat kesadaran di otak sehingga
terjadi amnesia (kehilangan memori), analgesia (insesibilitas terhadap
nyeri), hipnosis (tidur palsu), dan relaksasi(mengurangi ketegangan pada
beberapa bagian tubuh. Anestesi umum memiliki keunggulan tertentu.
Karena klien tidak sadar, bukan sadar dan terjaga, fungsi pernapasan dan
jantung teratur. Selain itu, anestesi dapat disesuaikan dengan lamanya
operasi serta usia dan status fisik klien. Kerugian anestesi umum adalah
mendepresi fungsi sistem pernapasan dan sirkulasi. Beberapa klien menjadi
lebih khwatir terhadap anestesi umum dibandingkan pembedahannya
sendiri. Hal ini sering terjadi karena mereka takut kehilangan kapasitas
mengendalikan tubuh mereka sendiri (Kozier, 2010).
Anestesi umum adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible
karena inhibisi impulse saraf otak, misalnya untuk bedah kepala, leher,
klien yang tidak kooperatif. Anestesi umum dikatakan juga sebagai
pembiusan total, dengan tanda hilangnya kesadaran total (Maryunani,
2015).
56
untuk bernapas sendiri, resepsi sakit juga dihilangi, pasien dengan anestesi
umum harus diintubasi dan secara mekanis diberi ventilasi selama anestesi
(Mary, Donna & Jim, 2014). Sedangkan anestesia lokal adalah pemutusan
sementara transmisi impuls saraf ke dan dari area atau bagian tubuh tertentu
(Kozier, 2010).
Anestesi general adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan
hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang dihasilkan melalui
penekanan sistem syaraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi
atau penekanan sensori pada syaraf (Riezky, Wantiyah, 2013).
Anestesi umum dapat diinduksi dengan obat intravena misalnya
metoheksital (Brevitall sodium, Lilly), tiopental (Sodium Pentothal,
Abbort), atau Propofol (Diprivan, Stuart). Lingkungan yanmg tenang
selama fase induksi dangat penting, karena pendengaran menjadi sangat
peka saat sedatif dan anestetik diberikan. Suara yang keras atau kebisingan
dari meja instrumen selama proses ini sangat menakutkan klien dan dapat
mempersulit induksi anestesi (Gruendemann, dkk, 2006).
Setelah induksi selesai, anestesi dapat dipertahankan dengan
kombinasi obat-obatan suntik atau inhalan. Teknik yang biasanya dilakukan
adalah pemberian uap enfluran (Ethrane, Anaquest), Isofluran (Forane,
Anaquest), atau desfluran (Suprane, Anaquest) dengan nitrossa oksida dan
oksigen. Kombinasi beberapa obat dengan dosis kecil yaang dapat
digunakan untuk menghilangkan amnesia, analgesia, dan pelemasan otot.
Menurut Maryunani tahun 2015, anestesi regional didefinisikan
sebagai hilangnya sensasi pada area tubuh pada saat saraf atau kelompok
saraf tertentu dihambat dengan pemberian anestesi lokal tanpa kehilangan
kesadaran (misalnya: spinal, epidural atau blok saraf perifer).
Anestesi regional adalah anestesi lokal dengan menyuntikkan agens
anestesi di sekitar saraf sehingga area yang dipersarafi oleh saraf ini
teranestesi. Serabut motorik adalah serabut yang besar dan mempunyai
selaput mielin yang tertebal. Serabut simpatis adalah serabut terkecil dan
mempunyai selaput yang minimal. Serabut sensoris termasuk menengah.
7
Dengan demikian, Anestesi lokal memblok saraf motorik paling lambat dan
saraf simpatis paling cepat. Suatu anesresi tidak dapat dikatakan telah
“hilang” pengaruhinya sampai ketiga sistem (motorik, sendorik, dan
otonom) tidak lagi dipengaruhi oleh anestesi (Brunner & Sudart, 2010).
Keuntungan anestesi ini adalah pasien sadar, refleks-refleks pelindung
jalan napas utuh, dan pemulihan anastesi pascaoperatif mungkin lebih
singkat. Dapat diperlukan suplementasi intravena intraoperatif, karena
insuflasi karbon dioksida dapat menyebabkan iritasi diafragma, mual dan
muntah, dan nyeri alih dalam saraf frenikus (Gruendmann, Barbara J,
2006).
3. TahapanAnastesi
Menurut Maryunani (2015) berdasarkan kedalamannya anestesi umum
dibagi menjadi 4 stadium, yaitu stadium I, II, II dan IV.
a. Stadium I
Stadium I disebut juga sebagai stadium relaksasi atau stadium analgesia.
Mulai dari awal pemberian anestesi sampai dengan mulai kehilangan
kesadaran. Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara
bertahap.Tanda-tanda stadium ini seperti ukuran pupil masih seperti
biasa, refleks pupil masih kuat, pernapasaannya tidakteratur tetapi masih
normal, nadi tidak teratur seangkan tekanan darah tidak berubah.
b. Stadium II
Stadium II disebut juga sebagai stadium Excitment atau stadium
Delerium. Mulai darikehilangan kesadaran sampai dengan kehilangan
refleks kelopak mata. Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai
dengan pernafasan ireguler dan pergerakan anggota badan tidak teratur.
Pada stadium ini, pasien berontak, berusaha melepaskan kap bius, teriak,
berbicara, menyanyi, ketawa atau menangis. Refleksi-refleksi meninggi,
dimana kadang-kadang ada kegaduhan, menggerakkan tangan dan kaki.
c. Stadium III
8
Stadium III disebut sebagai stadium anestesi pembedahan atau operasi
stadium. Mulai dari kehilangan refleks kelopak mata sampai dengan
berhentinya usaha nafas ditandai dengan pasien tidak sadar, otot-otot
rileks, relaksasi rahang, respirasi teratur, penurunan pendengaran dan
sensasi nyeri. Pada stadium inu telah tercapai mati rasa sempurna, semua
refleks permukaan hilang,tetapi refleks vital seperti denyut jantung dan
pernapasan seperti biasa. Ukuran pupil mulai mengecil, tidakbergerak
bila diberi cahaya dan refleks bola mata tidak ada walaupun bulu mata
atau kornea mata disentuh. Pernapasan teratur dan dalam, denyut nadi
agak lambat, tetapi mantap dan tekanan darah normal.
d. Stadium IV
Stadium IV disebut juga sebagai stadium keracunan atau bahaya.
Apnoe/nafas terhenti, pupil lebar dan mata kering. Pusat pernapasan
yang terletak di batang otak (mendulla oblongata) menjadi lumpuh
sehingga pernapasan berhenti sama sekali.bila pembiusan tidak segera
dihentikan dan dibuat napas buatan, jantung pun akan segera berhenti,
disusul dengan kematian.
9
yang tidak memungkinkan untuk tetap imobilisasi selama periode waktu
yang lama (Maryunani, 2015).
10
Normalnya, klien tidak boleh minum dalam ruang APPA karena lambatnya
pergerakan usus yang akan berisiko menyebabkan mual dan muntah dan karena
klien masih pusing akibat pengaruh anestesi (Potter & Perry, 2006).
1. Definisi PONV
Mual muntah pasca operasi atau PONV merupakan efek samping yang
sering terjadi setelah tindakan operasi terutama dengan anestesi umum
(Dwi & Qudsi, 2015).
Mual (nausea) adalah sensasi atau perasaan yang tidak menyenangkan
dan sering merupakan gejala awal dari muntah. Keringat dingin, pucat,
hipersalivasi, hilang tonus gaster, kontraksi duodenum dan refluk isi
intestinal ke dalam gaster sering menyertai mual meskipun tidak selalu
disertai muntah. Muntah adalah keluarnya isi lambung secara aktif karena
kontraksi otot saluran cerna atau gastrointestinal. Muntah ini
mengakibatkan peningkatan dari tekanan intraabdominal, penutupan glotis
dan palatum akan naik, terjadi kontraksi dari pylorus dan relaksasi fundus,
sfingter cardia dan esofagus sehingga terjadi ekspulsi yang kuat dari isi
lambung. Mual dan muntah pasca operasi atau yang biasa disingkat
merupakan dua efek tidak menyenangkan yang menyertai anestesia dan
pembedahan. Kadang PONV dianggap lebih serius dari pada nyeri.
Meskipun ilmu anestesia sudah berkembang dengan pesat, insidensi PONV
masih mencapai20-30% (Yuhantoro & Hidayat Budi, 2016)
2. Fisiologi PONV
Patofisiologi dari muntah bersifat kompleks dan melibatkan beberapa
organ. Pusat muntahbilateral terletak di medulla oblongata, dekat dengan
trakea solitarius setinggi nukleus motoris dorsalis dari vagus.
Serabutafferent dari saluran gastrointestinal (terutama serotoninergik),
pharynx, medisatinum, pusat visual, bagian vestibulator nervus cranial ke-8
(terutama histaminergik) dan dari “trigger zone” khemoreseptor
(dopaminergik) dapat merangsang pusat muntah. Impuls motorik
11
dihantarkan dari pusat muntah melalui nervus cranials ke saluran
pencernaan bagian atas, dan melalui syaraf spinal ke diafragma dan otot-
otot abdominal. “Trigger zone” khemoreseptor pada ventrikel ke 4
memiliki peran khusus untuk mengawali muntah (Harijanto, 2010).
12
yaitu: bedah strabismus, bedah ginekologi, bedah tiroid atau paratiroid.
Sehingga ada anggapan bahwa jenis pembedahan merupakan faktor risiko
utama terjadinya PONV, akan tetapi kesimpulan tersebut masih
kotroversial.
4. Pencegahan PONV
Terdapat tiga kelompok molekul yang memiliki sifat antiemetik yaitu:
steroid (dexamethasone), antagonis reseptor serotonin 5HT3 (setrons) dan
antagonis reseptor dopamin D2 (droperidol). Beberapa penelitian
menunjukkan kortikoid diduga efektif pada mual-muntah karena anestesia.
Suatu penelitian multisenter di Eropa (Impact) menemukan bukti kuat
dexamethasone dengan dosis 4mg merupakan dosis yang efektif terhadap
PONV dibandingkan pada pemberian di akhir pembedahan.
Kelompok antagonis reseptop serotonin terdiri dari ondansetron,
tropisetron, dolastron dan granisetron. Obat-obatan antiemetik golongan
setron lebih efektif mencegah PONV jika diberikan di akhir pembedahan.
Pemberian obat antiemetik sebagai pencegahan pada pasien dengan
faktor risiko PONV yang rendah adalah tidak bijaksana. Pemberian obat
antiemetik pada pasien dengan faktor risiko PONV yang tinggi
memerlukan pendekatan multimodal (kombinasi obat antiemetik).
pendekatan untuk membuat faktor risiko terhadap PONV rendah antara lain
dengan pemilihan teknik anestesi dengan cara menghindari obat-obat
anestesia yang memiliki sifat emetogenik, mengurangi pemakaian opioid
intraoperatif atau memilih teknik anestersi regional (Harijanto Eddy, 2010).
13
Sistem penilaian/skor risiko PONV ini sangat berguna, sederhana dan
mudah diingat, diindikasikan terdapat 4 (empat) faktor awal dalam
menentukan faktor risiko PONV yaitu jenis kelamin perempuan/laki-laki,
riwayat PONV atau motion sickness, riwayat tidak merokok, dan riwayat
penggunaan epioid pasca operasi untuk mengatasi nyeri. Jika terdapat total
faktor risiko PONV 0, 1, 2, 3, atau 4., maka dasar risiko PONV
diperkirakan menjadi sekitar 10%, 20%, 40%, 60%, dan 80% (Donnerer,
2003 dalam Wanda Maharani, 2016).
Tabel 2.1
Panduan Dalam Menentukan Risiko PONV
Faktor Risiko Total Faktor Risiko % Kejadian PONV Risiko PONV
0 10 Rendah
Jenis kelamin 1 21 Ringan
perempuan / laki-laki
Riwayat PONV atau 2 39 Sedang
motion sicknes
Riwayat tidak 3 61 Tinggi
merokok
Riwayat penggunaan 4 79 Sangat Tinggi
epioid pasca operasi
Sumber: Donnerer, 2006 dalam Wanda Maharani, 2016.
14
4 = mual muntah yang tidak berespons terhadap terapi.
15
(BP) sangat berkaitan dengan kardiak output, tahanan perifer vaskuler (R),
viskositas darah dan elastisitas pembuluh darah.
16
Namun demikian, begitu darah memasuki arteri yang lebih kecil, sifat
melemahkan dari dinding arteri mendominasi, dan secara progresif
menekan osilasi aliran dan tekanan, sehingga aliran dan tekanan akan
benar-benar berhenti saat darah mencapai mikrosirkulasi (Ramendra, Subir
& Mithun, 2017)
17
MAP adalah rata-rata tertimbang waktu tekanan arteri selama seluruh
siklus jantung, yang dihitung sebagai tekanan diastolik ditambah sepertiga
dari tekanan nadi (Ramendra Nath, Subir & Mithun, 2017).
Tekanan arteri rata-rata adalah nilai rata-rata dari tekanan arteri yang
diukur milidetik per milidetik selama periode waktu tertentu. Nilai ini tidak
sama dengan rata-rata tekanan sistolik dan diastolik karena tekanan arteri
lebih mendekati nilai tekanan diastolik daripada tekanan sistolik pada
sebagian besar siklus jantung. Oleh karena itu, tekanan arteri rata-rata
ditentukan sekitar 60 persen dari tekanan diastolik dan 40 persen dari
tekanan sistolik (Guyton & Athur C, 2008).
Tekanan darah rata-rata menurun secara progresif di sepanjang sistem
arteri. Penurunan biasanya tajam pada arteri terkecil dan arteriol (diameter
<100μm), karena pembuluh memberikan resistensi terbesar terhdap aliran.
Dinding arteriol sangat tebal dibandingkan diameter lumen, sehingga
pembuluh ini dapat berkontriksi dengan kuat, dan secara dramatis
meningkatkan resistensi ini. Karena asteriol secara normal berkontriksi
sebagian, maka resistensinya juga dapat menurun akibat stimulus
vasodilatasi (Philip I & Jeremy P. T, 2008).
18
6. Perhitungan MAP
Tekanan arteri rata-rata dihitung terhadap setiap kategori klasifikasi
tekanan darah.
Tabel 2.3
Mean Arterial Pressure Against Each Category of Blood Pressure
Classification
Blood pressure category Blood pressure value Pulse pressure MAP value
SBP DBP
D. Penelitian Terkait
19
1. Mulyo, Titik (2018). Judul penelitian “kejadian Mual Muntah Pasca
Laparatomi (PONV) setelah Pemberian Granisetron Dibandingkansetelah
Pemberian Kombinasi Ondansetron-Deksametason” metode penelitian ini
menggunakan desain eksperimental tersamar tunggal. Kejadian PONV
semua pasien diamati selama 24 jam. Pada kelompok I mampu dicegah
72,4% kejadian PONV, pada kelompok II mampu dicegah 79,3% kejadian
PONV. Sehingga kesimpulan yang didapat tidak ada perbedaan bermakna
manfaat ondansetron 4 mg dan deksametason 8mg dibanding granisetron 1
mg dalam mencegah mual muntah pasca-laparatomi.
2. Prima, Ni Ketut & Budhy (2018). Judul penelitian “hubungan derajat
hipertensi dengan pemanjangan waktu pulih sadar pasien pasca anestesi
umum di IBS RS PKU muhammadiyah Yogyakarta” Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimen dengan jenis penelitian
observasional analitik dan desain yang digunakan yangitu cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara derajat hipertensi
dengan pemanjangan waktu pulih sadar (p=0,002). Adapun nilai odds ratio
didapatkan hasil 4,8 sehingga diketahui bahwa responden dengan hipertensi
derajat II berisiko 4,8 kali lebih besar mengalami pemanjangan waktu pulih
sadar dibanding reponden dengan hipertensi derajat I.
3. Rihiantoro, Oktavia, & Udani (2018). Judul penelitian “pengaruh pemberian
aromaterapi peppermint inhalasi terhadap mual muntah pada pasien post
operasi dengan anestesi umum” Desain penelitian yang digunakan adalah
Quasi Eksperimen dengan rancangan non Equivalent Control Group. Hasil
penelitian menyimpulkan ada perbedaan skor rata-rata PONV sebelum dan
sesudah diberikan aromaterapi peppermint inhalasi pada kelompok
eksperiment yaitu 11.10 (p_value=0.005), ada perbedaan skor rata-rata
PONV pada pengukuran pertama dan pengukuran kedua pada kelompok
control yaitu 2.20 (p_value=0.006), selanjutnya juga ada perbedaan selisih
skor rata-rata PONV pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
yaitu 10.00 (p _value=0.000).
20
E. Kerangka Teori
Pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan akan dilakukan
tindakan anestesi untuk menghilangkan sensasi dan kesadaran pada pasien.
Biasanya pasien post operasi dengan anestesi umum mengalami mual muntah
post operasi/PONV kemudian pasien yang mengalami mual muntah post
operasi akan diteliti ada atau tidak nya hubungan terhadap tekanan darah rata-
ratapasien dengan menggunakan perhitungan MAP terhadap pasien post
operasi dengen general anestesi yang mengalami PONV. Seperti dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kalian antara konsep-konsep
atau variabel-variabel akan diamati (diukur) melalui penelitian Notoatmodjo,
(2018). Kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependent
21
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
G. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau hipotesis adalah dugaan
sementara atau pertanyaan yang masih lemah tingkat pernyataan yang masih
lemah tingkat kebenerannya sehingga masih harus di uji kebenarannya
sehingga masih harus di uji menggunakan teknik tertentu menggunakan teknik
tertentu. Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha : Ada hubungan MAP dengan kejadian PONV pada pasien post operasi
bedah dengan general anestesi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2020.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Pada penelitian ini untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi PONV
(variabel independen) terhadap (variabel dependen) MAP.
22
B. Desain dan Rancangan penelitian
Desain rancangan penelitian ini adalah survei Cross Sectional. Menurut
Notoatmodjo Tahun 2018, survey Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
(variabel independen) PONV, (variabel dependen) MAP.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhanobjek penelitian atau objek yang diteliti
tersebut (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
post operasi dengan anestesi umum yang di lakukan di Ruang Bedah RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung di dapatkan data terakhir pada
September-Desember 2018, yaitu jumlah operasi sebanyak 258 tindakan
operasi, 175 pasien dengan general anestesi dan 119 pasien dengan anestesi
spinal.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2018).
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Usia dewasa (18-60 tahun)
2) Operasi terjadwal yang dilakukan dengan anestesi umum
3) Pasien kooperatif dan menyatakan bersedia untuk menjadi responden
4) Dapat menulis dan membaca
5) Pasien dalam kondisi sadar, dapat berorientasi pada orang, tempat
dan waktu
23
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sampel.
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:
1) Pasien dirawat di ICU
2) Pasien tidak kooperatif
3) Pasien tidak bersedia menjadi responden
3. Besar Sampel dan Teknik Sampling
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
accidental sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan
mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
tempat sesuai dengan konteks penelitian. Penentu besar sampel dalam
penelitian ini menggunakan rumus estimasi proporsi untuk sifat tertentu
yang terjadi dalam populasi, cara perhitungan sampel sebagai berikut:
N . Z 21−∝/2 . P ( 1−P )
n=
( N −1 ) d 2+ Z 21−∝ /2 . P(1−P)
120,4
n=
4 bulan
n= 30,1
D. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang
24
digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur,
jenis kelamin, pendidikan, ststus perkawinan, pekerjaan, pengetahuan,
pendapatan, penyakit, dan sebagainya.variabel juga dapat diartikan sebagai
konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Notoatmodjo, 2018).
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel dependen (variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen)
yaitu MAP
2. Variabel independen (variabel yang mempengaruhi variabel dependen)
yaitu PONV.
E. Definisi Operasional
Agar variabel dapat dikur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur,
maka variabel harus diberi batasan atau definisi yang operasional atau “definisi
operasional variabel” (Notoatmodjo S, 2018).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Ukur
Variabel Dependent
1 Mean arteri Rerata Peneliti Peneliti a) 0= Nominal
pressure tekanan memberi melakukan belum
darah arteri kuesinoer pengukuran diukur
seseorang dalam tekanan b)1= sudah
yang di bentuk darah diukur
dapat dari lembar dengan
perhitungan observasi cara
2 tekanan tekanan menilai
diastole darah untuk tekanan
ditambah 1 mengukur sistol dan
tekanan tekanan diastole
sistole arteri rata- dengan
dibagi 3 rata. mengukur
di lengan
atas
Variabel Independent
2 Mual Keluhan Peneliti Lembar a) 0= tidak Ordinal
muntah responden mengisi penilaian mual atau
post operasi berupa mual lembar PONV tidak muntah
(PONV) muntah yang penilaian dengan pasca operasi
dirasakan PONV skor Pang b) 1=mual
dalam 24 dengan &muntah
jam pasca menggunak pasca operasi
25
operasi an skala
dengan ukur
general PONV
anestesi
F. Pengumpulan Data
1. Instumen pengumpulan data
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa: formulir
observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dnegan pencatatan data dan
sebagainya (Notoatmodjo S, 2018). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar observasi. Untuk pengumpulan data tentang
karakteristik responden dengan perhitungan MAP menggunakan lembar
hasil pengukuran tekanan darah. Untuk perhitungan mean arteri pressure
menggunakan rumus tekanan arteri rata-rata dan untuk pengumpulan data
tentang karakteristik responden dengan faktor risiko PONV menggunakan
instrumen penilaian PONV.
2. Alat dan bahan penelitian
a. Lembar penilaian PONV
b. Lembar hasil pengukuran tekanan darah
c. Rekam medis pasien
d. Tensimeter aneroid
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu peneliti mengisi lembar
observasi pertama dalam bentuk lembar penilaian PONV untuk mengukur
mual muntah, kemudian peneliti melakukan pengukuran tekanan darah
dengan cara menilai tekanan sistol dan diastole dengan mengukur di lengan
atas.
4. Tahapan pelaksaan penelitian
a. Peneliti melakukan permohonan izin penelitian dari institusi kepada
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung.
26
b. Setelah mendapatkan surat persetujuan dari Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, selanjutnya
peneliti menentukan waktu penelitian.
c. Peneliti menemui kepala ruangan rawat inap bedah untuk meminta
bantuan dan kerja sama dalam pelaksanaan penelitian dan pengumpulan
data tentang pasien pasca operasi.
d. Peneliti melakukan identifikasi pasien yang memenuhi kriteria inklusi.
e. Peneliti bertemu langsung dengan calon responden yang memenuhi
kriteria untuk menjelaskan tujuan penelitian dan menawarkan kesediaan
responden, responden yang bersedia berpertisipasi dalam penelitian ini
menandatangani informed concent.
f. Meminta persetujuan responden yang terpilih sebagai sampel.
g. Peneliti menjelaskan tentang prosedur penelitian yang akan dilakukan.
h. Peneliti melakukan pemeriksaan tekanan darah kemudian peneliti
mengisi hasil pengukuran tekanan darah di lembar observasi
pengukuran tekanan darah kemudian dihitung hasil MAP.
i. Peneliti mengisi lembar penilaian PONV sesuai hasil responden yang
akan digunakan sebagai data
j. Setelah data terkumpul, peneliti memeriksa kelengkapan pengisian
kuesioner dan melengkapi data-data yang diperlukan.
k. Kemudian dilakukan pengolahan data.
G. Etika Penelitian
Melakukan penelitian, peneliti mendapatkan izin dari RSUD DR. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung untuk melakukan penelitian. Setelah
mendapatkan izi, peneliti melalkukan penelitian dengan menekankan masalah
etika yang meliputi:
Menurut (Notoatmodjo, 2018) dalam melakukan penelitian, peneliti
menerapkan etika penelitian yaitu:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
27
Peneliti harus mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform concent)
seperti penjelasaan manfaat penelitian, persetujuan peneliti dapat menjawab
setiap pertanyaan yang diajukan responden berkaitan dengan prosedur
penelitian, persetujuan responden dapat mengundurkan diri sebagai
responden penelitian kapan saja, jaminan anonimitas dan kerahasiaan
terhadap identitas dan informasi yang akan diberikan oleh repsonden.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Penenliti tidak boleh menamplikan informasi mengenai identitas dan
kerahasiaan identitas subjek. Peneliti seharusnya cukup menggunakan
coding sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
kerbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu peneliti menjelaskan prosedur
penelitian untuk memenuhi prinsip keterbukaan. Prinsip keadilan ini
menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan
keuntungan yang sama tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan
sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi masyarakat pada umumnya, dan responden penelitian pada
khususnya. Penenliti hendaknya berusaha meminimalisasikan dampak
yang merugikan bagi responden. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian
harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera,
stres, maupun kematian reponden penelitian.
H. Pengolahan Data
Menurut (Notoatmodjo, 2018) proses pengolahan data instrumen test akan
melalui tahap sebagai berikut:
28
1. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editng adalah kegiatan
untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner seperti semua
pertanyaan sudah terisi dan jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan
cukup jelas atau kebaca.
2. Coding
Setelah kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean
atau coding yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan. Misalnya jenis kelamin: 0= belum diukur, 1= sudah
diukur, 0= tidak mual muntah, 1= mual muntah pasca operasi. Koding atau
pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).
3. Memasukkan data (data entry) atau processing
Memasukkan data yakni jawaban-jawaban dari masing0masing responden
yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program
atau software komputer. Salah satu program yang paling sering digunakan
untuk entry data penelitian adalah program komputer.
4. Pembersihan data (cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut
pembersihan data (data cleaning).
I. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menjawab dan membuktikan diterima atau
ditolak hipotesa yang telah ditetapkan. Lazimnya langkah pertama analisis data
adalah melakukan analisis deskriptif atau disebut juga univariat atau analisis
sederhana, kemudian diikuti analisis bivariat.
1. Analisis univariat
29
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo S, 2018).
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua
variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif
(Saryono&Anggraeni, 2013). Analisis hubungan MAP dan kejadian PONV,
dianalisis menggunakan uji statistik Chi-Square (X2) dengan derajat
kepercayaan 95% dan alpha (α) 5%, dimana data-data yang sudah diedit
diberi kode dan ditabulasikan kemudian dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan komputerisasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
30
A. Gambaran umum RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
1. Sejarah singkat berdirinya RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung mulai didirikan pada
tahun 1914 oleh perkebunan (ondermening) pemerintah Hindia Belanda.
Kemudian pada tahun 1942-1945 nama rumah sakit dirubah menjadi
Rumah Sakit Tentara Jepang. Lalu pada tahun 1945-1950 rumah sakit
umum dikelola oleh Pemerintah Pusat RI dan pada tahun 1950-1964
rumah sakit umum diambil alih oleh Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan untuk dikelola. Namun pada tahun 1964-1965 rumah sakit umum
diambil alih lagi oleh Kodya TanjungKarang dan pada tahun 1965-
sekarang rumah sakit umum akhirnya menjadi RSUD Pemerintah Daerah
Provinsi Lampung.
2. Visi, Misi dan Motto RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
a. Visi
Visi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung adalah rumah
sakit profesional kebanggan masyarakat Lampung.
b. Misi
Misi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung adalah:
1) Memberikan pelayanan prima disegala bidang pelayanan rumah
sakit
2) Menyelenggarakan dan mengembangkan pusat-pusat pelayanan
unggulan
3) Membentuk sumber daya manusia yang profesional di bidang
kesehatan
4) Menjadi pusat penelitian di bidang kesehatan
3. Motto
31
Motto RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung adalah ASRI
(aktif, segera, ramah, dan inovatif)
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Berdasarkan hasil analisa data tentang “Hubungan Mean Arteri
Pressure (MAP) dengan kejadian Post Operative Nausea and Vomiting
(PONV) Pada Pasien Post Operasi Bedah Dengan General Anestesi Di
Ruang Mawar Dan Kutilang RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2020” berikut ini data karakteristik responden:
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2020
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-Laki 8 27
Perempuan 22 73
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa jumlah responden terbanyak
yang mengalami mual muntah yaitu perempuan sebanyak 73%. Hal ini
32
diakibatkan adanya pengaruh hormonal pada wanita yang berkontribusi
dalam sensitivitas terhadap kejadian mual muntah pasca operasi.
b. Umur
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Menurut Umur di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2020
Kategori Umur Frekuensi Persentase (%)
Remaja akhir 2 7
Dewasa awal 7 23
Dewasa akhir 13 43
Lansia awal 6 20
Lansia akhir 2 7
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa responden terbanyak adalah
pada umur dewasa akhir yaitu dengan presentase 43% dan pada umur
lansia awal dengan presentase 20%.
c. Riwayat mual muntah pasca operasi
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Menurut Riwayat Mual Muntah Pasca
Operasi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun
2020
Riwayat mual muntah pasca operasi Frekuensi Persentase (%)
Belum pernah 10 33
Pernah 20 67
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa responden terbanyak adalah
pasien yang sudah pernah menjalani operasi dengan presentase 67%. Hal
ini mungkin dikarenakan CTZ dan vestibular aferen lebih sensitif terhadap
rangsangan, baik itu obat maupun rangsangan lain yang terjadi pada
responden yang pernah mengalami mual muntah pasca operasi
sebelumnya.
d. Status merokok
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Menurut Status Merokok di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2020
Status Merokok Jumlah Persentase (%)
Tidak Merokok 22 73
Merokok 8 27
Jumlah 30 100
33
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa responden terbanyak adalah
yang tidak merokok dengan persentase 75%. Hal ini terjadi karena rokok
(tembakau) mengandung zat emetogenik sehingga orang yang merokok
lebih toleran terhadap zat emetogenik yang terkandung dalam obat-obat
anestesi sehingga dapat menurunkan respon mual muntah,sehingga mual
muntah rentan terjadi pada responden yang tidak merokok.
e. MAP dan PONV Post Operasi
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Menurut berdasarkan MAP post operasi dan
kejadian PONV di Ruang Bedah di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Bulan 1 Maret–31 Maret
Karakteristik Responden Frekuesi Persentase (%)
MAP post operasi
Optimal 4 13,3
Normal 2 6,7
High normal 14 46,7
Hipertensi grade I 10 33,3
Kejadian PONV
PONV 26 86,7
Tidak PONV 4 13,3
Jumlah 30 100
Dari tabel 4.5 menyebutkan bahwa MAP post operasi sebanyak 10 orang
(33,3%) responden yang mengalami hipertensi, sedangkan kejadian PONV
diketahui sebanyak 26 orang (86,7%) responden dinyatakan mengalami
PONV.
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat adalah analisis yang ditunjukkan untuk mengetahui
hubungan variabel dependent MAP terhadap independent PONV pada
pasien post operasi bedah dengan general anestesi di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2020 dengan menggunakan uji Chi-
Square pada data taraf kepercayaan 95% (α=0,05). Hasil analisis tabel 4.6
sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil analisis hubungan MAP dengan kejadian PONV pada pasien post
operasi bedah dengan general anestesi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung
34
MAP (tekanan Arteri Rata-Rata) PONV (mual muntah pasca Jumlah P value
operasi)
Tidak mual Mual
atau tidak muntah
muntah pasca
pasca operasi
operasi
Belum diukur 2 (100%) 0 (0%) 2 (100%) 0.014
Telah diukur 2 (7,1%) 26 (92,9%) 28 (100%)
Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilaporkan bahwa hasil uji Chi Square nilai p
value 0.014, artinya lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha (0.014 <
0.05) maka Ho di tolak, dengan demikian dapat disimpulkan secara
statistic dengan derajat kepercayaan 95%, terdapat hubungan antara Mean
Arteri Pressure (MAP) dengan Post Nausea and Vomiting (PONV) pada
pasien post operasi bedah dengan general anestesi di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung.
C. Pembahasan
1. Mean Arteri Pressure (MAP)
Hasil penelitian diketahui responden sebanyak 4 orang (13,3%)
mengalami tekanan darah optimal atau MAP 93,3. Responden sebanyak 2
orang (6,7%) mengalami tekanan darah normal atau MAP 99,00.
Responden sebanyak 14 orang (46,7%) mengalami tekanan darah high
normal atau MAP 105,67. Responden sebayak 10 orang (33,3%)
mengalami hipertensi grade I atau MAP 119,00.
Menurut Diawati Meili (2012), hipertensi pada general anestesi terjadi
biasamya diakibatkan stimulus nyeri karena laringoskopi dan intubasi
endotrakea yang bisa menyebabkan takikardia dan dapat menyebabkan
iskemia miokard. Hipertensi pasca operasi sebaiknya diterapi dengan obat
antihipertensi misalnya dengan betablocker yang terutama digunakan
untuk mengatasi hipertensi dan takikardia yang terjadi. Hipertensi
perioperatif sesaat setelah operasi biasanya disebabkan oleh nyeri setelah
35
operasi, hipoksia, hipotermi atau cairan intravaskuler yang berlebihan
akibat pemberian terapi cairan selama operasi.
Menurut Prima, Ni Ketut, Budhy (2018) diketahui bahwa hipertensi
derajat I masih menjadi jenis hipertensi yang dialami oleh mayoritas
pasien dengan anestesi umum di IBS RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Pada pasien-pasien dengan hipertensi akan mudah terjadi
penurunan aliran darah serebral sehingga iskemia serebral jika tekanan
darah diturunkan secara tiba-tiba. Untuk meminimalisir risiko ini,
penurunan MAP sampai dengan 25% adalah batas bawah maksimal yang
dapat dianjurkan untuk penderita hipertensi (Neligan ,2013 dalam Prima,
Ni Ketut, Budhy, 2018).
36
sickness” merupakan faktor risiko PONV. Anestesi umum merupakan
faktor risiko untuk terjadinya PONV dibandingkan anestesia regional.
Lama tindakan anestesi juga merupakan faktor risiko. PONV juga lebih
sering terjadi pada pemakaian obat anestesi inhalasi dibandingkan dengan
propofol. Obat anestesi inhalasi terbukti bertanggung jawab terhadap
induksi PONV, tidak digunakannya anestesi inhalasi akan menurunkan
kekerapan PONV sebesar 19%.
37
Menurut Dalimartha, S., Purnama,B.T., Sutarina,N, Mahendra,B.,
Darmawan,R (2008) peningkatan darah mendapatkan akibat yang timbul
adalah keluhan sakit kepala hebat, rasa berputar dan disertaui dengan
mual. Jika hal itu terjadi, sebaiknya pasien segera mendapat perawatan
intensif. Orang yang telah dinyatakan hipertensi harus menjalankan
pengobatan agar tidak berkelanjut ke penyakit komplikasi lainnya, seperti
stroke dan serangan jantung.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak dikaji faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kejadian mual muntah, misalnya obesitas, kejadian metabolic,
durasi operasi, dan tidaklengkapan data catatan obat anestesi secara lengkap.
Penelitian ini sedikit mengalami kesulitan dalam melakukan intervensi karena
penelitian ini bertepatan dengan pandemic COVID-19 maka dilakukan
penarikan mahasiswa dari lahan praktik dikarenakan pemerintah menetapkan
social distancing yang menyebabkan kegiatan dirumah sakit terbatas
khususnya yang terjadi ditempat penelitian sehingga mahasiswa menggunakan
enumerator yang telah diberikan pemahaman tentang penelitian yang akan
dilakukan meliputi SOP tindakan, informed consent, dan lembar observasi
tindakan untuk membantu mengambil data dalam penelitian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan Mean
Arteri Pressure dengan kejadian Post Operative Nausea and Vomiting pada
pasien post operasi bedah dengan general anestesi di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
38
1. MAP pada pasien post operasi bedah yang dilakukan dengan general
anestesi sebagian besar responden mengalami tekanan darah tinggi.
2. Kejadian PONV pada pasien post operasi bedah yang dilakukan dengan
general anestesi sebagain besar mengalami PONV.
3. Adanya hubungan antara MAP dengan kejadian PONV pada pasien post
operasi bedah dengan general anestesi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung ditandai nilai p value 0.014, artinya lebih kecil
dibandingkan dengan nilai alpha (0.014 < 0.05).
4. Terdapat hubungan antara MAP dengan kejadian PONV pada pasien post
operasi bedah dengan general anestesi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung
B. Saran
1. Bagi Ruang Mawar dan Kutilang RSUD Dr. H. Abdul moeloek Provinsi
Lampung
Bagi Ruang Mawar dan Kutilang RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung agar observasi mual muntah pasca operasi dan pengukuran
tekanan darah arteri rata-rata dapat diterapkan sebagai bagian dari
intervensi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan Prodi Sarjana Terapan Keperawatann
Penelitian ini bermanfaat sebagai acuan untuk penelitian-penelitian
berikutnya yang berkaitan dengan mual muntah pasca operasi dengan
general anestesi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian
dengan menambahkan jenis obat anestesi, durasi operasi atau faktor-faktor
risiko lain yang menyebabkan terjadinya PONV.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
Universitas Sumatera Utara. Vol 11 No 1. Jurnal Kesehatan.
Brunner, & Suddarth. (2001). In M. Ester & E. Pangabean (Eds.), Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah (8th ed., p. 472). Jakarta: EGC.
Dalimartha S, Basuri T. Purnama, Sutarina N, Mahendra, Darmawan R. (2008).
Care Your Self Hiperetnsi (Cetakan 1). Jakarta: Penebar Plus+.
Diawati Meili, Maya Putri. (2012). Anetesi Pada Pasien dengan Hipertensi.
41
di Kamar Bedah (p. 233–244). Jakarta: trans info media.
Mulyo Hadi, Titik Setyawati. (2018). Kejadian Mual Muntah Pasca-Laparatomi
(PONV) setelah Pemberian Granisetron Dibandingkan setelah Pemberian
Kombinasi Ondansetron - Deksametason. Vol 45, No 3.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). In M. Ester, D. Yulianti, & I. Parulian (Eds.),
buku ajar fundamental keperawatan (4th ed., p. 1745). Jakarta: EGC.
42
Premedikasi dengan Pemberian Ondansetron dan dengan. E-Clinic (ECI), 3.
Wanda Maharani. (2016). Studi Pengobatan Obat Antiemetik Dalam Mencegah
Mual dan Muntah Pasca Operasi Pada Pasien Bedah Ortopedi di Rumtikal Dr.
Ramelan Surabaya.
Yuhantoro Budi, Hidayat Budi. (2016). Perbandingan Antara Pemberian
Ondansetron Dengan Pemberian Metoklopramid Untuk Mengatasi Mual dan
Muntah Paska Laparatomi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Vol 8, No 1.
43
LAMPIRAN
44
45
46
47
PENJELASAN PENELITIAN
NIM : 1614301024
Hormat saya
Peneliti
48
HUBUNGAN MEAN ARTERI PRESSURE (MAP) DENGAN KEJADIAN
POST OPERATIVE NAUSEA AND VOMITING (PONV) PADA PASIEN
POST OPERASI BEDAH DENGAN GENERAL ANESTESI
DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG
LEMBAR OBSERVASI
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
No. RM :
Tanggal observasi :
Nama Operasi :
Petunjuk pengisian:
Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda checklist () pada salah
satu kolom PONV sesuai dengan kondisi dan keadaan responden.
B. Lembar Kejadian Penilaian PONV
PONV
0 1 2 3 4
Keterangan:
49
INFORMED CONSENT
Nama : ...................................
Umur : ...................................
Alamat : ...................................
No. RM : ...................................
Dengan ini saya bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam
penelitian yang dilakukan oleh saudari Nadila Okti Fariza selaku mahasiswa
DIV Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang dengan judul
“Hubungan Mean Arteri Pressure dengan Kejadian Postoperative Nausea and
Vomiting Pada Pasien Post Operasi Bedah dengan General Anestesi di RSUD.
Dr. H. Abdul Moeloek Lampung” dengan suka rela dan tanpa paksaan dari
siapapun.
Penelitian ini tidak akan merugikan saya ataupun berakibat buruk
bagi saya dan keluarga saya, maka jawaban yang saya berikan adalah yang
sebenar-benarnya.
Demikian surat persetujuan ini saya buat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Peneliti Responden
CROSSTABS
50
/TABLES=MAP BY PONV
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CORR RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Cases
% within tekaan
100.0% .0% 100.0%
arteri rata-rata
% within tekaan
7.1% 92.9% 100.0%
arteri rata-rata
Total Count 4 26 30
% within tekaan
13.3% 86.7% 100.0%
arteri rata-rata
51
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 30
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .27.
Symmetric Measures
N of Valid Cases 30
Risk Estimate
N of Valid Cases 30
52
FREQUENCIES
Statistics
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mode 1 1
Range 1 1
Minimum 0 0
Maximum 1 1
Sum 28 26
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
53
HISTOGRAM
54
55