NIM : 04011281924050
Kelas : Gamma 2019
LEARNING ISSUE KANDUNGAN GIZI MAKANAN DAN METABOLISME LIPID
Beberapa zat-zat yang terkandung di dalam makanan cepat saji adalah sebagai berikut
2. Zat aditif, zat ini diperuntukkan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga. Zat
yang sangat sering di gunakan di dalam makanan-makanan tersebut adalah penyedap
rasa (mono sodium glutamate), pengawet seperti BHA, K-nitrit dan lain-lain, anti
kempal, pemutif dan pematang tepung (aseton peroksida) dan sekustran (asam fosfat).
3. Natrium, Hasil penelitian Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga IPB
Bogor menunjukkan satu porsi fried chicken bagian dada dari Kentucky Fried
Chicken (KFC) mengandung 2.520 mg natrium, California Fried Chicken (CFC)
1.469 mg, dan Texas Fried Chicken (Texas) 2.460 mg. Satu porsi kentang goreng,
KFC 1.530 mg natrium, CFC 650 mg, Texas 1.080 mg, dan McDonald’s 1.220 mg.
Setidaknya telah menyantap 2.275 mg natrium. Padahal konsumsi natrium yang
disarankan dikonsumsi dalam sehari tidak lebih dari 2000 mg.
4. Kalori, kalori adalah karbohidrat, lemak dan protein yang terkandung dalam makanan
diubah menjadi energi di dalam tubuh. Satuan kalori adalah kkal. Kkal dibaca
kilokalori, tapi umumnya dibaca kalori saja. Per 1gram karbohidrat dan protein dapat
menghasilkan 4kkal, lalu per 1 gram lemak dapat menghasilkan 9kkal. Agar dapat
beraktifitas, manusia memerlukan kalori dalam jumlah tertentu. Kecukupan kalori
untuk anak 6-8 tahun: 1.500- 1.600kkal, umur 9-11 tahun: 1.700-1.900kkal, umur 12-
14 tahun: 2.000-2.400kkal. Kalori di bagi 3 zat yang terkandung di dalam makanan,
yaitu karbohidrat, lemak, dan protein.
5. Vitamin
6. Mineral
Kandungan pada daging dan seafood
Berikut ini table data komposisi gizi per 100 gram yang dimiliki oleh daging dan
seafood :
b.
Tidak ada literatur yang secara gambling menyatakan mengenai indicator makanan
cepat saji. Namun, indicator ini dapat disimpulkan melalui pendapat ahli mengenai makanan
cepat saji. Berikut ini beberapa pendapat ahli mengenai makanan cepat saji :
1. (Sharkey dkk., 2011) : Suatu makanan cepat saji ditandai dengan biaya rendah,
ukuran porsi yang besar dan makanan padat energi yang mengandung tinggi kalori
dan tinggi lemak
2. (Almatsier, 2011) : Makanan fast food modern adalah jenis makanan yang mudah
disajikan, praktis dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan
teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan
memberikan cita rasa bagi produk tersebut
3. Khasanah (2012) : makanan fast food merupakan makanan yang umumnya
mengandung lemak, protein dan garam yang tinggi tetapi rendah serat.
4. Bertram (1975) : fast food sebagai makanan yang dapat disiapkan dan dikonsumsi
dalam waktu yang singkat.
WHO menyebutkan 10 golongan yang termasuk dalam makanan fast food dan junk food,
yaitu:
2. Metabolisme Lipid
Sintesis de novo adalah pembentukan asam lemak (palmitat) dari asetil KoA Asetil-
KoA ini berasal dari glikolisis (Embden- Meyerhof) dan dari katabolisme asam-asam amino.
Sintesis de novo (Gb.3.4) terjadi terutama di dalam hati untuk kemudian sebagian besar
diangkut dan disimpan dalam jaringan leniak dalam bentuk trigliserida (Murray,K., 2002).
Proses ini terjadi di sitosol, sedangkan asetil-KoA yang merupakan bahan dasarnya,
terbentuk dari piruvat di dalam mitokondria Asetil-KoA keluar dari mitokondria dengan jalan
membentuk sitrat setelah bereaksi dengan oksaloasetat. Reaksi ini adalah sebagian dari siklus
TCA. Sebagian dari sitrat tidak mengalami oksidasi lebih lanjut pada siklus krebs, tetapi
dipindahkan keluar dari mitokondria oleh trnasporter-trikarboksilat yang terdapat pada
membran dalam mitokondria. Reaksi ini adalah sebagian dari siklus krebs. Sebagian dari
sitrat tidak mengalami oksidasi lebih lanjut pada siklus krebs, tetapi dipindahkan keluar dari
mitokondria oleh trnasporter-trikarboksilat yang terdapat pada membran dalam mitokondria
(Gunstone,F.D et.al., 2002).
Pada sitosol, dengan adanya ATP dan koenzim A, sitrat dipecah oleh enzim ATP-
sitrat liase, membebaskan kembali asetil- KoA dan oksaloasetat. Dengan demikian, asetil-
KoA yang semula terbentuk dari piruvat dalam mitokondria dipindahkan kesitosol untuk
disintesis menjadi palmitat Gambar.3.4.Oksaloasetat yang dibebaskan pada sitosol, dengan
adanya NADH, membentuk malat. Malat kemudian oleh enzim malat menjadi piruvat dengan
melepaskan hidrogen, yang ditangkap oleh NADP. NADPH yang terbentuk digunakan
sebagai donor hidrogen pada sintesis do novo (Murray,K., 2002).
Piruvat yang terbentuk masuk kembali ke dalam mitokondria dan dengan dikatalisis
enzim piruvat karboksilase, membentuk kembali oksaloasetat yang semula dipakai untuk
membentuk sitrat. Perjalanan dari surat-oksaloasetat-malat-piruvat-oksaloasetat dan
membentuk kembali sitrat ini sebagai siklus sitrat-pirupat. Malat yang terbentuk, selain
membentuk piruvat, juga dapat memasuki mitokondria dengan bantuan transporter
dikarboksilat, yang kemudian masuk kesiklus TCA membentuk kembali oksaloasetat
(Murray,K., 2002).
Selain asetil-KoA denovo juga memerlukan : NADH, yang diperoleh dari reaksi yang
dikatalisis oleh enzim malat, dari HMP Shunt dan dari yang dikatalisis oleh enzim isositrat
dehidrogenase; ATP dan CO2 untuk sintesis malonil-KoA (Gb 3.2). CO2 diperoleh dari
bikarbonat HMP-shunt (lintasan heksosa monophospat) merupakan siklus pentosa phospat
tidak menghasilkan ATP (jalur alternatif untuk oksidasi glukosa), tetapi mempunyai dua
fungsi utama yaitu: (1) sebagai produksi NADPH atau digunakan sintesis reduktif seperti
biosintasis asam lemak dan steroid (2) sebagai penghasil ribosa pada biosintesis nukleotida
serta asam lemak. Lintasan ini bekerja aktif di dalam hati, jaringan adiposa, korteks adrenal,
tiroid, eritrosit, testis, kelenjar mammae dari wanita yang menyusui, dan memiliki aktivitas
yang rendah di dalam otot skelet (otot skelet mampu mensintesisribosa 5-phospat untuk
sintesis nukleotida) (Qiu,X.,et.al. 2003).
1. Pembentukan malonil-KoA.
2. Sintesis palmitat dari asetil-KoA.
1. Pembentukan malonil-KoA.
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori dari tubuh
serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan penumpukan lemak di
sejumlah bagian tubuh (Rosen, 2008). Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa
pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural
dan humoral (neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan sinyal
psikologis. Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses
fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi
dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui
sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari
perifer (jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin
merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y
(NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan
energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi
rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu
makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya
kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan (Jeffrey, 2009).
Mohammadbeigi, A., Asgarian, A., Moshir, E., Heidari, H., Afrashteh, S., Khazaei, S. and
Ansari, H., 2018. Fast food consumption and overweight/obesity prevalence in
students and its association with general and abdominal obesity. Journal of preventive
medicine and hygiene, 59(3), p.E236.
Wang, Y. and Beydoun, M.A., 2009. Meat consumption is associated with obesity and central
obesity among US adults. International Journal of Obesity, 33(6), pp.621-628.
http://digilib.unila.ac.id/20743/14/BAB%20II.pdf
http://repository.unpas.ac.id/28077/4/BAB%20II.pdf