TINJAUAN PUSTAKA
5
6
Ada banyak jenis sakit kepala dan banyak hal yang dapat
menjadi penyebabnya. Beberapa pemicunya dapat ditemukan dalam
makanan cepat saji seperti garam, daging olahan, nitrat, dan MSG.
5.Tulang
Ketika mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan
karbohidrat dan gula, maka bakteri yang berada di mulut akan
memproduksi asam. Asam ini buruk untuk gigi yang dapat merusak email
gigi. Hal inilah yang menyebabkan gigi berlubang. Ketika email gigi habis
terkikis, maka tidak akan dapat kembali lagi. Kesehatan mulut yang buruk
berkaitan dengan masalah kesehatan lainnya. Kelebihan sodium dapat
meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
6. Aterosklerosis
Makanan yang tinggi kandungan kolesterol dan lemak jenuh
dapat mengancam kesehatan arteri. Semakin banyak yang dikonsumsi,
semakin banyak akan menumpuk di arteri. Hal ini akan mempersempit
aliran darah, mengurangi jumlah oksigen ke arteri dan menyumbat aliran
darah. Kondisi ini disebut aterosklerosis atau penyumbatan arteri yang dapat
menyebabkan serangan jantung dan stroke.
7. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, langsung terkait dengan
asupan natrium yang berlebihan. Makanan cepat saji kaya akan natrium
yang berasal dari garam yang digunakan dalam bumbu. Burger, kentang
goreng dan pai buah panas bahkan memiliki kandungan natrium yang tinggi.
Beberapa, seperti udang goreng, memiliki hampir 100 persen dari batas
harian yang disarankan oleh American Heart Association. Hipertensi
meningkatkan perkembangan aterosklerosis dan meningkatkan risiko
terkena penyakit jantung.
8. Diabetes tipe 2
10
1.Burger
a. Mc Donald’s 9,1 0,7 96,7 2080
b. American 12,6 2,23 85,5 2490
2.Fried Chicken
a. Kentucky 22,9 16,2 151,5 2520
b. California 16,2 16,2 150,5 1460
c. Texas 30,9 3,1 110,7 2460
3.Pizza 23,1 6,3 108,7 4580
11
Sumber : Ryadi, hadi,MEDIA GIZI dan keluarga (1974) dalam Putri (2014: 33)
2.1.4 Patofisiologi Obesitas
Pada Obesitas yang moderate, distribusi lemak regional tampaknhya
dapat merupakan indikator yang cukup penting terhadap terjadinya perubahan
metabolik dan kelainan kardiovaskular, Walaupun hubungan antara IMT dan
Komplikasi tersebut belum tentu menyakinkan.
Lemak daerah abdomen terdiri dari lemak sub kutan dan lemak intra
abdominal yang dapat dinilai dengan cara CT-scan dan MRI. Jaringan lemak
Intraabdominal terdiri dari : Lemak Viseral atau Intra Peritoneal yang terutama
terdiri dari lemak omental dan mesentrial serta masa lemak retro peritoneal
(Sepanjang Dorsal usus dan permukaan central ginjal.
Pada Laki-Laki massa retroperitoneal hanya merupakan Sebagian kecil dari
lemak intra abdominal. Kira-kira Seperempatnya terdiri dari lemak
viseral.Lemak Subkutan daerah abdomen sebagai komponen obesitas central
mempunyai korelasi yang kuat dengan resistensi insulin seperti lemak viseral.
Keaadaan ini tetap berbeda bermakna setelah di sesuaikan lemak viseralnya.
Vena portal merupakan pembuluh darah tunggal bagi jaringan adiposa
dan Berhubunga langsung dengan hepar. Mobilisasi asam lemak bebas akan
lebih cepat dari daerah viseral di bandingkan lemak sub kutan. Aktifitas lipotik
yang lebih besar dari lemak viseral, Baik pada obesitas maupun non obes
merupakan kontributor terbesar asam lemak bebas dalam sirkulasi.
2.2 Lingkar Pinggang
Di Dunia, Lingkar pinggang (LP) merupakan indikator risiko kesehatan yang
berhubungan dengan kelebihan lemak di daerah sekitar abdominal. Pengukuran
lingkar pinggang menggambarkan penumpukan lemak tubuh bagian atas atau upper
body obesity, dan berhubungan dengan lemak pada intra abdominal (visceral fat) (Ma
YW,dkk. 2013). Dari berbagai variabel antropometri, lingkar pinggang menunjukkan
12
korelasi yang baik dengan lemak viseral dibanding dengan Indeks massa tubuh
(IMT). Selain itu lingkar pinggang memiliki hubungan yang kuat dengan faktor
risiko kardiovaskuler, dan sebagai prediktor yang baik dalam menentukan risiko
sindrom metabolik (Seo Ja, dkk. 2009).
Penelitian yang sejauh ini dilakukan yaitu pada subjek pria dan wanita di
Cina menunjukkan bahwa indikator obesitas yang cukup akurat dalam memprediksi
gout dan hiperurisemia yaitu lingkar pinggang (r = 0,634) dan rasio lingkar pinggang
terhadap tinggi badan (RLPTB) (r = 0,653) namun dengan jarak usia yang sangat
lebar yaitu 18-90 tahun (Ranasinghe Chathurang2, dkk. 2013).
Rasio lingkar pinggang terhadap panggul adalah indikator untuk menentukan
obesitas abdominal yang diperoleh dengan cara menghitung perbandingan antara
lingkar pinggang (cm) dan lingkar panggul (cm). Pada wanita usia 70-80 tahun setiap
peningkatan 0,1 inchi pada rasio lingkar pinggang panggul dapat menjadi faktor
predisposisi peningkatan kematian sebesar 28% (Proquest, 2009).
Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan untuk memprediksi adanya
timbunan lemak pada daerah intra abdomen atau sering disebut dengan obesitas
sentral, yang merupakan salah satu penanda risiko penyakit kardiovaskular. Cara
pengukuran lingkar pinggang yang tepat, dapat dilakukan pada titik tengah antara
tulang rusuk terakhir dengan iliac crest. Pita pengukur harus menempel pada kulit,
namun tidak sampai menekan. Sebaiknya pengukuran lingkar pinggang dilakukan
pada akhir respirasi (Coulston, dkk. 2013). Prosedur pengukuran lingkar pinggang
dapat dilihat pada gambar I.
13
Tidak adanya
pembakaran
energi dalam
tubuh
Peningkatan
lingkar perut
15