Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN KELUARGA

“Konsep Tumbuh Kembang Keluarga”

Di susun oleh:

Kelompok I

ANDI CINDEWI ANDI NYIWI (17.01.001)

ANDI USWATUN KHASANA (17.01.006)

NURASNI ( 17.01.014)

NUSFIRAH ALFIONITHA ISMAN (17.01.016)

WIDHY NURMAYANI (17.01.031)

SRI RAMADANI (17.01.026)

RIRIN ARIYANTI (17.01.020)

MOHAMMAD RIFALDI (17.01.036)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) PANAKKUKANG


MAKASSAR

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang
diridhoi Allah SWT.

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Studi tentang keluarga, khususnya keluarga perkotan ( urban
family) mulai menarik perhatian para sosiolog sejak pertengangan abad
ke-19. Ada beberapa sebab yang mendorong perkembangan tersebut.
Dorongan utama terletak pada perkembangan kehidupan sosial, baik di
Eropa maupun di Amerika yang sangat dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan besar akibat pertumbuhan industri modern. Pada saat itu proses
industrialisasi dan urbanisasi berlangsung cepat. Sistem kelas sosial masih
berperan, sementara struktur sosial yang baru mulai berkembang.
Hubungan-hubungan keluarga sangat berpengaruh pada keadaan ini. Hak,
kewajiban dan tanggung jawab individu terhadap keluarga dan
masyarakat, terutama masyarakat yang mendasarkan ikatannya pada
hubungan-hubungan primer mulai dipertanyakan dan tertantang, demikian
pula sebaliknya (Ihromi, 1999).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
William J. Godge menyatakan perubahan ke arah
industrialisasi dan perubahan keluarga merupakan proses pararel,
keduanya dipengaruhi oleh perubahan sosial dan adicita- adicita
perorangan ( personal ideologis). Ada 3 (tiga) adicita yang
merupakan sumber utamaperubahan, yaitu adicita kemajuan
ekonomi, adicita keluarga konjugal, adicita persamaan derajat
(Ihromi, 1999).
Duvall (1967) menyebutkan bahwa teori perkembangan
keluarga adalah daur atau siklus kehidupan keluarga yang terdiri
dari beberapa tahap yang mempunyai tugas dan risiko- risiko
tertentu pada tiap-tiap perkembangannya. Perkembangan
keluarga adalah sebuah proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga. Meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggota keluarga. Perkembangan keluarga didasarkan pada
lamanya perkawinan dan tahap-tahap membesarkan anak
(Christensen, 1996).
B. Konsep Teori
Teori perkembangan adalah perluasan beberapa teori
perkembangan. Diantara pengembang yang terkemuka adalah
Robert Duvall pada tahun 1977, ia menggambarkan delapan tugas
perkembangan keluarga selama rentang masa kehidupan. Keluarga
digambarkan sebagai suatu kelompok kecil, suatu sistem
kepribadian semi tertutup yang berinteraksi dengan sistem sosial
budaya yang lebih besar. Sebagai suatu sistem yang saling terkait,
perubahan tidak akan terjadi pada satu bagian tanpa serangkaian
perubahan di bagian lain.

3
Teori perkembangan berbicara mengenai perubahan keluarga
dari waktu ke waktu dengan menggunakan tahap siklus kehidupan
keluarga menurut Duvall, yang didasarkan pada perubahan struktur,
fungsi dan peran keluarga, dengan usia si anak sulung sebagai
penanda tahapan transisi. Dengan demikian, kehadiran anak
pertama menandai transisi dari tahap 1 ke tahap 2. Bila anak
pertama tumbuh dan berkembang, keluarga memasuki tahap
selanjutnya. Dalam setiap tahap, keluarga menghadapi tugas
perkembangan tertentu. Pada waktu yang sama, setiap anggota
keluarga harus mencapai tugas perkembangan individual sebagai
bagian dari tahap siklus kehidupan masing-masing keluarga (Wong,
2002).
Konsep siklus kehidupan keluarga menyatakan bahwa isu-
isu keluarga itu berbeda pada beragam tahapan dalam sebuah cara
yang analogis bagi siklus kehidupan individu. Model ini
menggambarkan serangkaian tahapan dan tugas-tugas keluarga
yang sesuai. Ada beberapa konsep model yang ditawarkan oleh
beberapa tokoh teori perkembangan keluarga. Diantaranya oleh
Carter dan McGoldbrick (1980) dan Zilbach (1989)
menggambarkan tahapan-tahapan coupling (pasangan), menjadi
tiga dengan kehadiran anak pertama, dan kemudian sebuah
keluarga dengan anak kecil. Tahapan-tahapan ini diikuti
dengan sebuah tersebut, berganti dengan kematian salah satu
pasangan atau partner , dan berakhir dengan kematian partner lain
(Latipun,, 2003).
Kebanyakan ahli teori perkembangan mengidentifikasi tugas
dan tahapan yang lebih sedikit daripada konsep Duvall. Pada model
lain (dalam Christensen, 1996), diidentifikasi tiga area utama; area-
area ini lebih jauh dapat dibagi lagi dengan mengacu pada ahli teori
perkembangan lainnya.Tahapan, mengacu pada lamanya
perkawinan dan usia anak yang terbesar. Keluarga bergerak ke
arah transisi yang normal dalam membesarkan anak, meskipun

4
dengan tambahan anak beberapa tahapan menjadi tumpang tindih.
Perbedaan kultural juga harus menjadi pertimbangan.
Kerangka perkembangan keluarga bersifat elektif karena
memerlukan konsep dan pendekatan yang berbeda terhadap studi
keluarga, pada konsep pendekatan menurut Mattesich dan Hill
(dalam Ali, 2006) perkembangan keluarga berasal dari
interaksionisme simbolik, fungsionalisme struktural, sosiologi kerja
dan profesi, teori sistem, teori stres dan krisis kehidupan keluarga.

C. Aplikasi Dalam Keluarga

Institusi keluarga memiliki tahap perkembangan dengan


berbagai tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada
tahapnya. Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall (Wong,
2002):

1. Tahap perkawinan dan tempat tinggal pribadi: penggabungan


keluarga

a. Membangun kembali identitas pasangan

b. Membina hubungan dengan keluarga besar

c. Membuat keputusan mengenai masa menjadi orangtua

2. Tahap keluarga dengan bayi

a. Mengintegrasikan bayi kedalam unit keluarga

b. Mengakomodasi peran baru menjadi orangtua dan kakek-


nenek

c. Memelihara ikatan perkawinan

3. Tahap keluarga dengan anak prasekolah

a. Mensosialisasikan anak

b. Orangtua dan anak menyesuaikan diri terhadap perpisahan

5
4. Tahap keluarga dengan anak sekolah

a. Anak mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

b. Orangtua melakukan penyesuaian dengan teman sebaya


anak mereka dan pengaruh sekolah

5. Tahap keluarga dengan remaja

a. Remaja terus mengembangkan autonomi

b. Orangtua memfokuskan ulang pada masa pertengahan


perkawinan dan masalah karier

c. Orangtua menggeser perhatian ke arah generasi yang lebih tua

6. Tahap keluarga sebagai pusat landasan

a. Orangtua dan dewasa muda menetapkan identitas mandiri

b. Melakukan kesepakatan ulang mengenai hubungan


perkawinan

7. Tahap keluarga usia paruh baya

a. Melakukan penyesuaian ulang terhadap identitas


pasangan hidup disertai pengembangan minat pribadi

b. Membina kembali hubungan yang melibatkan menantu dan


cucu

c. Menyesuaikan diri dengan ketidakmampuan dan kematian


generasi yang lebih tua

8. Tahap keluarga lansia

a. Menggeser peran bekerja

b. jadi masa senggang dan persiapan pensiun atau


pensiun penuh

6
c. Memelihara fungsi pasangan dan fungsi individu sambil
beradaptasi dengan proses penuaan

d. Mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dan


kehilangan pasangan hidup dan/atau saudara kandung serta
teman sebaya.

Lebih lanjut pada level 36-45 tahun adalah masa dimana keluarga
dapat mulai melakukan investasi dengan pembelian beberapa aset
berharga. Pada usia 36-45 tahun diasumsikan anak-anak telah memasuki
masa remaja, dimana orangtua memiliki waktu yang lebih luang
sehingga memungkinkan untuk melalukan usaha sampingan atau
pekerjaan tambahan. Hasil dari pekerjaan tambahan tersebut dapat
dialokasikan untuk investasi sebagai persiapan memasuki tahap level
usia yang berikutnya.

Pada usia 46-55 tahun, dijelaskan bahwa ada baiknya untuk


memaksimalkan investasi sebagai persiapan menuju masa pensiun. Masa
pensiun berarti masa dimana produktivitas dan vitalitas fisik mulai
berkurang, sehingga harus ada pengurangan beban dan beban kerja. Hal
ini tentu berimbas pada menurunnya jumlah pendapatan keluarga dari
upah/gaji bulanan. Berangkat dari pemikiran inilah, maka perlu usaha
untuk memaksimalkan investasi, pemasukan yang bersumber dari
upah/gaji bulanan berkurang, masih ada sumber pemasukan lain dari
investasi aset berharga tersebut.

Saat memasuki masa pensiun, terjadilah proses konsolidasi


kekuatan keuangan, jika pada level usia sebelumnya telah tercapai
kebutuhan untuk investasi, maka di usia ini perlu dilakukan pengecekan
kembali atas kepemilikan aset berharga yang telah diinvestasikan
sebelumnya.
Nilai hidup yang diterapkan dalam setiap keluarga berbeda-
beda, hal ini berpengaruh terhadap cara merencanakan keuangan.
Dengan kata lain, prinsip dalam hidup dapat dijadikan pegangan

7
dalam berinvestasi. Rencana-rencana keuangan akan berubah
tergantung umur dan kondisi. Beberapa taraf atau tingkatan dalam
siklus hidup untuk membantu perencanaan keuangan pribadi, adalah
sebagai berikut (Manurung, 2010):
1. Dewasa belum menikah, perencanaan terfokus pada memiliki
asuransi yang sesuai, akumulasi tabungan dan kekayaan,
pendidikan untuk pengembangan karir
2. Pasangan muda yang baru menikah, perencanaannya meliputi
perhitungan mengenai apabila pasangan ingin mempunyai anak.
Untuk keluarga yang lebih besar, lebih membutuhkan rumah
tentu yang tentu saja memerlukan persyaratan tertentu untuk
bisa mendapatkan KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Kebutuhan
untuk asuransi kesehatan dan asuransi jiwa akan meningkat.
Sebuah surat wasiat dan perencanaan warisan
menjadi penting dan harus dimiliki.
3. Orangtua baru, perencanaannya akan lebih cenderung untuk
mempersiapkan kebutuhan anak dan menyediakan dana
pendidikan anak.
4. Orangtua yang baru bercerai, salah satu dari mantan pasangan
ini (biasanya ayah) memiliki kewajiban membayar tunjangan
hidup kepada mantan istri (alimony) dan anaknya (child
support ). Kebutuhan keuangan akan meningkat karena (di sisi
sang ayah) harus mencukupi kebutuhan dua keluarga (keluarga
baru bila ada dan kewajiban kepada yang diceraikan).
Meskipun suami dan istri di keluarga baru keduanya bekerja,
biaya-biaya hidup akan tetap meningkat.
5. Orangtua dengan anak-anak yang sudah lebih dewasa,
perencanaan warisan akan mendapatkan perhatian yang lebih
penting. Program asuransi yang lebih baik dan cukup mungkin

8
dibutuhkan. Kelebihan dana lebih baik diinvestasikan. Taraf
awal perencanaan pensiun akan dimulai.
6. Anak telah pindah keluar dari rumah, orangtua biasanya
mempertimbangkan untuk pindah ke tempat tinggal yang lebih
kecil atau tempat yang lebih dekat dengan anak. Perencanaan
pensiunan harus direncanakan menjadi lebih serius.
7. Memasuki masa pensiunan, sangat penting untuk meninjau
ulang ( review) asuransi dan program tunjangan hidup.
Pensiunan akan membutuhkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kebutuhan pribadi lainnya semasa pensiun,
seperti bepergian atau jalan-jalan.

Perencanaan keuangan adalah salah satu strategi untuk mengatur


pola keuangan seorang individu. Perencanaan yang efektif harus
disesuaikan dengan beberapa hal terkait, seperti besaran penghasilan,
siklus hidup keluarga dan disesuaikan dengan usia, gambarannya
sebagai berikut:
1. Usia 20 tahun
a. Cobalah menabung 5 sampai 10 persen dari pendapatan kotor
b. Miliki sebuah dana darurat (emergency fund ) sebesar enam
bulan dari biaya bulanan
c. Memulai track record atau sejarah kredit/ pinjaman, bisa
dimulai dari kartu kredit. Sejarah kredit sangat penting
dilakukan terutama di Negara-negara maju seperti Amerika
Serikat
d. Membeli atau memperbaiki rumah. Melakukan investasi
untuk pertumbuhan jangka panjang
e. Membuat dana pension
f. Miliki asuransi yang cukup

9
g. Membuat surat wasiat
2. Usia 30 tahun
a. Anggaran belanja dan biaya-biaya harus diteliti dengan lebih
hati-hati
b. Mengikutsertakan perencanaan pajak yang lebih luas
c. Menambah dana untuk tabungan/investasi pension
d. Menabung untuk dana pendidikan anak
e. Memulai perencanaan pension
f. Mengevaluasi kembali kebutuhan asuransi
g. Mengubah wasiat sesuai dengan perubahan status keluarga

3. Usia 40 tahun
a. Melanjutkan penyediaan dana untuk pendidikan anak, bisa jadi
sampai selesai kuliah
b. Melanjutkan menambah dana investasi untuk pension
c. Memonitor konsekuensi-konsekuensi pajak atas investasi
d. Investasi untuk jangka panjang
e. Mengkaji kembali kebutuhan asuransi, karena anak-anak sudah
keluar dari rumah
f. Meninjau kembali asuransi kepemilikan rumah
g. Melakukan perencanaan warisan lebih serius dengan
menggunakan wasiat, memindahkan kepemilikan harta dengan
cara pemberian hadiah, hibah atau malah mulai membuat
trust

Siklus hidup dikaitkan dengan perencanaan keuangan, disebut


sebagai siklus hidup finansial. Siklus hidup finansial secara
sederhana menyatakan dimana sebaiknya posisi seseorang berada
secara finansial berdasarkan fase-fase tahap hidupnya mulai dari
masa anak-anak, remaja, dewasa, menikah, paruh baya sampai
masa pensiunnya. Dengan mengetahui siklus finansial, seseorang
akan lebih mudah dalam mengambil keputusan finansial. Dia akan

10
paham, apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya
terkait kebijakan keuangan pribadinya. Pendekatan perencanaan
keuangan berdasarkan siklus hidup hidup finansial dapat memberi
panduan kemana sebuah keluarga harus melangkah (Rini, 2010).

11
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/119156115/makalah-teori-perkembangan-
keluarga#download

12

Anda mungkin juga menyukai