Anda di halaman 1dari 104

P E R C E P A T AN P E M B A N G U N A N SANI T ASI P E R M U K I MAN ( PPSP)

2 02 0 - 2 02 4
P E R C E P A T AN P E M B A N G U N A N
SANI T ASI P E R M U K I MAN (
PPSP)
2 02 0 - 2 02 4
Tim Pengarah Penyusunan MPP
Direktur Perkotaan, Permukiman, dan Perumahan, Bappenas
Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah (SUPD) II,
Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian
Dalam Negeri
Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP),
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat
Direktur Kesehatan Lingkungan, Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, Kementerian Kesehatan

Tim Penyusun MPP


Laisa Wahanudin, Aldy Mardikanto, Arief Budiman, Reski Dian Diniari,
Syahrizal, Leninta Kristiani Sebayang, Adam Maulana, Cheerli, Bayu
Erlangga, Nadia Sitompul

Kontributor
Ichsan Fadlil, Rinaldy Pradana, Nandia Gresita Trinanda, Anita Rentauli
Gultom, Nitta Rosalin Ramdhan, Cahyadi Ramdhan, Ully Nurmalasari B,
Bachtarudin Gunawan, Wita Purwasih, Elga Novirania, Asep Muhaimin

Editor
Dhanang Tri Wuriyandoko

Desain dan Tata Letak


reskidian@gmail.com

Informasi
Sekretariat PMU PPSP
Jalan Lembang Nomor 35, Menteng
Jakarta Pusat 10310
Telepon : (021) 3190-3909
Fax : (021) 392-4113
sekretariatpmu@yahoo.com
PENGANTAR
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dimaksudkan
untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi agar pembangunan dan
layanan sanitasi dapat diakses oleh seluruh masyarakat. Program PPSP berada
di bawah koordinasi Kelompok Kerja Perumahan, Permukiman, Air Minum dan
Sanitasi (Pokja PPAS) Nasional.

Pada tahun 2010-2014 program PPSP menitikberatkan pada penyusunan dokumen


Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK), tahun 2015-2019 kabupaten/kota
memutakhirkan dan mulai mengimplementasikan SSK, dan di tahun 2020-2024
program PPSP fokus pada peningkatan akses dan layanan sanitasi berkelanjutan.

Dengan diterbitkannya buku manual ini, diharapkan Pemerintah Pusat,


provinsi, dan kabupaten/kota mampu menjalankan Program PPSP sehingga
dapat memenuhi target pembangunan sanitasi khususnya pemenuhan
Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Mari bersama wujudkan sanitasi layak dan aman 2020-2024!

Jakarta, Januari 2020


Tim Pengarah Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum & Sanitasi dalam Program PPSP
#01 PENDAHULUAN
Maksud 1
Tujuan
Ruang Lingkup
Sasaran
#02 GAMBARAN UMUM PROGRAM PPSP
2020-2024
5
PPSP 2010-2014
PPSP 2015-2019
PPSP 2020-2024
Kebijakan dan Regulasi
Tujuan dan Target PPSP 2020-2024

#03 KELEMBAGAAN PELAKSANA


PROGRAM PPSP
21
Tingkat Pusat
Tingkat Provinsi
Tingkat Kabupaten/Kota
Unsur Pendukung

#04 LINGKUP KEGIATAN PPSP 2020-2024


Milestone Implementasi
40
Status Pelaksanaan PPSP
Kegiatan di Kabupaten/Kota
Kegiatan di Provinsi
Kegiatan di Pusat

#05 SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN


PROGRAM PPSP
64
Nawasis sebagai Database Sanitasi
Nawasisi sebagai Platform Peningkatan Kapasitas
Nawasisi sebagai Portal Informasi dan Pembelajaran
Horizontal

LAMPIRAN
AMPL = Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
BABS = Buang Air Besar Sembarangan
BPIW = Balai Prasarana Infrastruktur Wilayah
CC = Coaching Clinic
CF = City Facilitator (Fasilitator Kabupaten/Kota)
EHRA = Environmental Health Risk Assessment
Konreg = Konsultasi Regional
MPP = Manual Pengelolaan Program
Musrenbang = Musyawarah Perencanaan Pembangunan
OPD = Organisasi Perangkat Daerah
PD = Perangkat Daerah
Permen = Peraturan Menteri
Perpres = Peraturan Presiden
PF = Provincial Facilitator (Fasilitator Provinsi)
Pokja = Kelompok Kerja
PP = Peraturan Pemerintah
PPAS = Perumahan, Permukiman, Air Minum dan Sanitasi
PUPR = Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
RDTRK = Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota
Renstra = Rencana Strategis
RKA = Rencana Kerja Anggaran
RKPD = Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RPIJM = Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah
RPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RSP = Roadmap Sanitasi Provinsi
RTRW = Rencana Tata Ruang Wilayah
SPALD-S = Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat
SPALD-T = Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat
SPM = Standar Pelayanan Minimal
SSK = Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota
MPP - PPSP 1

Sanitasi merupakan salah satu pelayanan Buruknya kondisi sanitasi ini berdampak
dasar yang masih perlu mendapatkan negatif di banyak aspek kehidupan, mulai
perhatian lebih besar dan perlu dari turunnya kualitas lingkungan hidup
ditingkatkan menjadi prioritas masyarakat, tercemarnya sumber air
pembangunan terutama di tingkat minum bagi masyarakat, meningkatnya
pemerintah daerah. Hal ini terindikasi dari jumlah kejadian diare dan stunting pada
kondisi sanitasi di Indonesia yang masih balita, turunnya daya saing maupun citra
relatif buruk dan jauh tertinggal dari sektor- kabupaten/kota, hingga menurunnya
sektor pembangunan lainnya. perekonomian kabupaten/kota. Untuk
memperbaiki kondisi sanitasi, Pemerintah
Sampai dengan akhir tahun 2018 akses telah melakukan berbagai upaya guna
layak air limbah mencapai 74,58% meningkatkan kapasitas sumber daya
(termasuk akses aman 7,42%), akses belum manusia, kualitas sarana dan prasarana,
layak 16,06%, dan 9,36% masih buang air serta layanan sanitasi di daerah.
besar sembarangan di tempat terbuka.*
Artinya masih terdapat sekitar 66 juta Program PPSP merupakan program
penduduk Indonesia yang belum pembangunan sanitasi yang terintegrasi
mendapatkan akses terhadap air limbah dari Pusat hingga ke daerah, melibatkan
layak. Di bidang persampahan, seluruh pihak dari kalangan pemerintah
pengangkutan sampah mencapai 58,50%, dan non-pemerintah di seluruh tingkatan
pengurangan sampah 1,55%, dan pemerintahan. Program ini sampai dengan
penduduk tidak terlayani sampah tahun 2019 sudah melibatkan setidaknya
mencapai 39,95%.** 489 kabupaten/kota di 34 provinsi yang
termasuk dalam kategori rawan sanitasi,
yang mencakup kota metropolitan besar
Keterangan:
*Sumber: Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) KOR, Badan dan sedang, ibukota provinsi, kota-kota
Pusat Statistik, 2018, diolah Bappenas yang berstatus otonom, serta kawasan
**Sumber: Riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan,
2018 dan Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016,
perkotaan di wilayah kabupaten/kota.
Badan Pusat Statistik, diolah Bappenas
penduduk Indonesia atau
sekitar 66 juta orang tidak
memiliki akses air limbah
layak di tahun 2018

penduduk perkotaan Indonesia


atau sekitar 55 juta orang tidak
mendapatkan layanan
persampahan di tahun 2016
MPP - PPS P 3

Untuk mendukung pelaksanaan PPSP yang RSP sangat membantu pemerintah provinsi
optimal maka dibentuk PMU di bawah dalam menetapkan pola koordinasi,
Bappenas dan 3 (tiga) unit PIU yang masing- pembinaan, maupun pola alokasi pendanaan
masing berkedudukan di bawah APBD provinsi untuk pembangunan sanitasi di
Kementerian Kesehatan, Kementerian wilayahnya.
Dalam Negeri, serta Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Program PPSP 2020-2024 diharapkan
tingkat Pusat. Di daerah PPSP dapat terus mengembangkan keberhasilan
dikoordinasikan oleh provinsi untuk Program PPSP 2015-2019 sehingga dapat
kabupaten/kota di wilayahnya. memberikan manfaat yang lebih nyata dan
lebih besar lagi bagi pembangunan
Program PPSP 2010-2014 mendapatkan sanitasi nasional sesuai dengan target
sambutan yang luar biasa hal ini terlihat capaian sanitasi dalam Rencana
dengan jumlah peserta melampaui target Pembangunan Jangka Menengah Nasional
330 kabupaten/kota. Hingga akhir 2018, (RPJMN) 2020-2024 yaitu 90% akses layak
sebanyak 489 kabupaten/kota di 34 air limbah (termasuk 15% akses aman), 0%
provinsi telah memiliki SSK, 343 Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di
kabupaten/kota di antaranya telah tempat terbuka, dan 100% sampah
memutakhirkan SSK. Namun demikian perkotaan terkelola dengan baik (20%
fakta menunjukkan bahwa masih ada pengurangan sampah dan 80%
kabupaten/kota yang belum penanganan sampah). Fokus utama
mengimplementasikan SSK-nya secara program PPSP 2020-2024 adalah kegiatan
efektif. implementasi untuk peningkatan akses
dan layanan sanitasi berkelanjutan yang
Tidak hanya di tingkat kabupaten/kota, akan menjadi jawaban terhadap tantangan
perencanaan sanitasi juga dibangun di tingkat pembangunan sanitasi menuju akses aman
provinsi. Hingga akhir tahun 2018 terdapat 32 pada tahun 2030.
provinsi yang telah memiliki Roadmap Sanitasi
Provinsi (RSP) yang berisikan tentang strategi Untuk mendukung pelaksanaan PPSP 2020-
dan fokus pembangunan sanitasi di wilayah 2024 maka peran yang dijalankan masing-
provinsi. masing pihak harus dipahami sehingga disusun
Manual Pengelolaan Program (MPP) PPSP
sebagai panduan seluruh pelaksana dan
pengelola PPSP.
MPP - PPSP 4

1 . 1 M AK SU D 1 . 3 RUA NG LI NGK UP

Maksud penyusunan MPP-PPSP adalah


Lingkup MPP-PPSP mencakup substansi
sebagai berikut : sebagai berikut :
Menjadi pedoman bagi semua pihak Latar belakang serta kondisi yang mendasari
terkait di tingkat Pusat, provinsi, program PPSP 2020-2024.
maupun kabupaten/kota dalam Gambaran PPSP 2010-2019, konsep dasar
menjalankan program PPSP 2020- dan target program PPSP 2020-2024, dan
2024. peta jalan implementasi SSK.
Menjadi pedoman bagi semua pihak Peran pelaksana program di setiap tingkatan
untuk merencanakan dan pemerintahan (Pusat, provinsi,
menganggarkan kegiatan terkait kabupaten/kota).
dengan pelaksanaan program PPSP di Status pelaksanaan PPSP di
Pusat, provinsi, dan kabupaten/kota kabupaten/kota, lingkup kegiatan PPSP
masing-masing. yang dilaksanakan oleh kabupaten/kota,
Menjadi perangkat untuk provinsi, dan Pusat.
meningkatkan pemahaman pihak- pihak Sistem informasi dan pemantauan- evaluasi
terkait dalam menjalankan program program PPSP.
PPSP maupun pembangunan sanitasi
secara umum. 1 . 4 SASARAN

Sasaran MPP-PPSP adalah sebagai berikut :


1 . 2 T UJ UAN
Tingkat Pusat :

Sedangkan tujuan MPP-PPSP adalah sebagai Seluruh anggota Program Management Unit

berikut : (PMU) PPSP, Program Implementation Unit (PIU)

Terwujudnya pemahaman yang sama dari Advokasi dan Pemberdayaan (AP), PIU
Kelembagaan dan Pendanaan (KP), dan PIU Teknis.
seluruh pihak yang terkait dengan
Tingkat Provinsi :
penyelenggaraan program PPSP 2020-
Kelompok Kerja (Pokja) Pembangunan
2024.
Perumahan, Permukiman, Air Minum dan
Terlaksananya penyelenggaraan
Sanitasi (Pokja PPAS)/Air Minum dan
program PPSP 2020-2024 secara
Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL)
optimal oleh seluruh pihak terkait.
/Sanitasi Provinsi atau Pokja dengan nama lain
Terakomodasinya seluruh kegiatan
yang membidangi sanitasi.
PPSP dalam perencanaan dan
Tingkat Kabupaten/Kota :
penganggaran formal masing-masing
Pokja PPAS/AMPL/Sanitasi Kabupaten/Kota atau
pihak terkait.
Pokja dengan nama lain yang membidangi
sanitasi.
MPP - PPSP 5

2 . 1 PP SP T A HUN 201 0 - 201 4

Belum adanya dokumen perencanaan


PPSP I tahun 2010-2014 yang telah
sanitasi di daerah yang mampu
dilaksanakan berhasil membangun
menggambarkan kondisi dan kebutuhan
paradigma baru pembangunan sanitasi dan
sanitasi di kabupaten/kota mendorong
memposisikan SSK sebagai rencana
Pemerintah untuk meluncurkan program
pembangunan sanitasi yang menjadi acuan
PPSP dengan fokus utama yaitu
pembangunan sanitasi dari daerah hingga
mendapatkan model pendekatan
ke Pusat.
pembangunan sanitasi yang sesuai dengan
kondisi yang ada di daerah dan sekaligus
Selain itu capaian PPSP I lainnya adalah: (a)
mendukung pemerintah untuk pencapaian
meningkatnya kepedulian para Kepala
target Millenium Development Goals
Daerah pada sektor sanitasi melalui
(MDGs) sektor sanitasi sebesar 62,4% di
terbentuknya AKKOPSI (Asosiasi
akhir tahun 2015.
Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi); (b)
meningkatnya komitmen pendanaan untuk
Melalui PPSP Pemerintah mendorong
sanitasi daerah dari APBD; (c) terbitnya
daerah untuk menyusun perencanaan
perangkat pengaturan pendukung
strategis pembangunan sanitasi dalam
pembangunan sanitasi di semua tingkatan
dokumen SSK dengan 5 prinsip: (1) dari,
pemerintah (penetapan penggunaan DAK
oleh, dan untuk kabupaten/kota; (2)
sanitasi, pedoman penyusunan APBD yang
berskala kabupaten/kota; (3)
mengarah kepada pembangunan sanitasi).
komprehensif dan lintas sektor; (4)
Sampai dengan akhir tahun 2014 terdapat
berdasarkan data empiris; dan (5)
444 kabupaten/kota yang ikut dalam
memadukan pendekatan top-down dan
program PPSP dan memiliki dokumen
bottom up.
perencanaan SSK.
2 . 2 PP SP T AHUN 201 5 - 201 9

Dengan keberhasilan pencapaian yang


Pendekatan PPSP II yaitu implementasi SSK
telah dilaksanakan oleh semua pemangku
juga dilakukan untuk mendukung
kepentingan sanitasi dalam program PPSP
pemenuhan target Universal Access sanitasi
I (2010-2014), Pemerintah melanjutkan
yang telah ditetapkan di RPJMN 2015-2019
program PPSP II tahun 2015-2019 dengan
dengan target 100% akses sanitasi (85%
fokus mengimplementasikan dokumen
akses layak dan 15% akses dasar).
perencanaan sanitasi yang telah disusun
oleh kabupaten/kota.
Peningkatan kualitas dokumen
perencanaan, advokasi kepada Kepala
Perbaikan pada metode penyusunan SSK
Daerah, kolaborasi berbagai sumber
dilakukan untuk memastikan percepatan
pendanaan, serta sinergi dan koordinasi
implementasi diantaranya yaitu
dengan para pemangku kepentingan
memutakhiran SSK dengan jangka waktu
menjadi pendekatan penting dalam
yang lebih efisien, dari yang sebelumnya
pelaksanaan program PPSP 2015-2019. Di
selama 2 tahun untuk mempersiapkan
akhir tahun pelaksanaan PPSP di 2019,
Buku Putih, SSK, dan Memorandum
Pemerintah melakukan piloting
Program Sanitasi menjadi 1 tahun
implementasi SSK kepada 23
penyusunan dokumen pemutakhiran SSK.
kabupaten/kota di 10 provinsi untuk
merumuskan pendekatan program PPSP 2020-
2024.
2 . 3 PP SP T AHUN 2020 - 2024

PPSP 2020-2024 dilaksanakan dengan


pendekatan percepatan peningkatan akses
sanitasi dan kualitasnya, serta penyediaan
layanan sanitasi berkelanjutan bagi
masyarakat melalui fasilitasi berjenjang dalam
peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan
komitmen Kepala Daerah.

Sesuai dengan amanat RPJMN 2020-2024,


sistem layanan sanitasi berkelanjutan 2. Peningkatan komitmen Kepala Daerah
diwujudkan melalui program PPSP yang untuk layanan sanitasi yang berkelanjutan,
diterjemahkan menjadi lima arah kebijakan melalui: (a) penyusunan regulasi di daerah
dan strateginya, yaitu: mengenai pengelolaan air limbah domestik
1. Peningkatan kapasitas institusi dalam dan sampah; (b) penyediaan mekanisme
layanan pengelolaan sanitasi, melalui: (a) insentif bagi pemerintah daerah untuk
pengembangan sistem pengelolaan air mengalokasikan anggaran pembangunan
limbah, layanan lumpur tinja dan sistem infrastruktur sanitasi dan/atau penyediaan
pengelolaan sampah; (b) pemastian fungsi subsidi bagi operasional dan pemeliharaan;
regulator layanan pengelolaan air limbah dan (c) penerapan regulasi daerah yang
domestik dan sampah; dan (c) penguatan mengatur kewajiban pembayaran layanan
peran dan kapasitas PDAM sebagai oleh masyarakat/konsumen dan mewajibkan
penyedia jasa layanan pengelolaan air rumah tangga untuk menjadi pelanggan
limbah domestik, terutama bagi daerah layanan pengelolaan lumpur tinja dan
dengan cakupan air perpipaan > 50%. sampah.

3. Pengembangan infrastruktur dan layanan


sanitasi permukiman sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan daerah,
melalui: (a) bimbingan teknis pembangunan
infrastruktur sanitasi; (b) koordinasi
perencanaan tata ruang dengan
pembangunan sanitasi; (c) pengembangan
konsep resource recovery dan circular
economy; (d) penyusunan panduan di
5. Pengembangan kerja sama dan pola
tingkat Pusat mengenai pengelolaan
pendanaan, melalui: (a) penyediaan pola
sampah; (e) pengembangan SDM dan
subsidi yang tepat untuk meningkatkan
teknologi melalui kerjasama dengan
kemampuan masyarakat; (b) pengembangan
universitas; (f) pembangunan infrastruktur
layanan sanitasi melalui sistem pembiayaan
sanitasi; (g) pengembangan teknologi
yang inovatif; (c) fasilitasi pemerintah
menggunakan pendekatan bertahap
daerah untuk melakukan kerja sama dengan
(incremental approach); dan (h)
pihak lain; (d) menciptakan wirausaha
pengelolaan data, pemantauan, dan
sanitasi di daerah yang memiliki potensi;
evaluasi berbasis teknologi informasi,
(d) dan fasilitasi wirausaha sanitasi agar
yaitu NAWASIS (National Water and
mampu menciptakan produk yang sesuai
Sanitation Information Services/Layanan
dengan standar.
Informasi Air Minum dan Sanitasi
Nasional). Untuk mengakselerasi pembangunan
sanitasi, Pusat dan Daerah juga harus
4. Peningkatan perubahan perilaku
mampu menjalankan langkah-langkah
masyarakat dalam mencapai akses aman
strategis, yaitu: (a) memanfaatkan seluruh
sanitasi, melalui: (a) pelaksanaan program
potensi sumber pendanaan yang ada; (b)
perubahan perilaku di tiap desa dan
memastikan tidak terjadi overlap kegiatan
kelurahan yang belum Stop Buang Air
untuk masing-masing sumber pendanaan;
Besar Sembarangan (BABS); (b) penguatan
dan (c) mempertimbangkan kewenangan
mekanisme pemantauan yang terjadwal;
kabupaten/kota, provinsi, dan Pusat.
(c) penguatan keberlanjutan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) di tingkat Pusat juga menyusun peta jalan (roadmap)
kabupaten dan kota; dan (d) penguatan implementasi sanitasi 2020-2024 dalam
kampanye pengurangan sampah. program PPSP, sebagaimana tabel berikut:

Po t e n s i Su m b e r Pe n d a n a a n Pe m b a n gu n a n Sa n i t a s i

Desa, Bantuan Keuangan), Masyarakat, Zakat- Infaq-Sodaqoh-Wakaf (ZISWAF), Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), Corpo
Pe t a J a la n ( Roadmap) PPSP 2020 - 2024

Ta h u n J u m la h Ka b / Ko t a Pe n d a m p in ga n Pr o v in s i

34 p r o v in s i *
2020 66 ka b u p a t e n / ko t a
34 p r o v in s i *
2021 66 ka b u p a t e n / ko t a
34 p r o v in s i *
2022 62 ka b u p a t e n / ko t a
34 p r o v in s i *

2023 62 ka b u p a t e n / ko t a 34 p r o v in s i *

2024 52 ka b u p a t e n / ko t a

* khusus Provinsi DKI J akarta penanganan langsung o leh Pemerintah Pusat

Dengan target akses layak 90% (termasuk 15%


aman) untuk air limbah domestik dan 100% penanganan sampah) dalam RPJMN 2020-

sampah perkotaan terkelola dengan baik (20% 2024, terdapat definisi akses baru yang

pengurangan sampah dan 80% disusun berdasarkan adaptasi dari Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan:

DEFINISI AKSES PERSAMPAHAN


(Adaptasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan - RPJMN 2020-2024)

Pe nge lo la a n Sa m p a h d i Pe r ko t a a n

Pe n gu r a nga n Sa m p a h Pe n a nga na n Sa m p a h

m e l ip u t i ke gia t a n : m e l ip u t i ke gia t a n :
p e m ila h a n
p e m b a t a sa n t im b u la n sa m p a h

p e nd a u r a n- u la n g sa m p a h p e n gu m p u la n

p e n ga n gku t a n
p e m a n fa a t a n ke m b a li sa m p a h
p e n go la h a n

p e m r o se sa n
MPP - PP SP 10

DEFINISI AKSES AIR LIMBAH DOMESTIK


(Adaptasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan -
RPJMN 2020-2024)
Akses Sanitasi Aman, yaitu:
Pengguna Fasilitas sanitasi: rumah tangga sendiri Bangunan atas: klosetnya menggunakan leher angsa
Bangunan bawah: tangki septik yang disedot setidaknya sekali dalam 5 tahun terakhir atau Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL)

Sanitasi Layak - Sendiri, yaitu:


aan dan Perdesaan
una Fasilitas sanitasi: rumah tangga sendiri Bangunan atas: klosetnya menggunakan leher angsa Bangunan bawah: tangki septik yang tidak
s Perdesaan
una Fasilitas sanitasi: rumah tangga sendiri Bangunan atas: klosetnya menggunakan leher angsa Bangunan bawah: lubang tanah

Akses Sanitasi Layak - Bersama, yaitu:


Perkotaan dan Perdesaan
Pengguna Fasilitas sanitasi: bersama rumah tangga lain tertentu Bangunan atas: klosetnya menggunakan leher angsa
Bangunan bawah: tangki septik atau Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL)
Khusus Perdesaan
Pengguna Fasilitas sanitasi: bersama rumah tangga lain tertentu Bangunan atas: klosetnya menggunakan leher angsa
Bangunan bawah: lubang tanah

Akses Sanitasi Belum Layak, yaitu:


Fasilitas sanitasi dengan lubang tanah di Perkotaan
Pengguna Fasilitas sanitasi: sendiri atau digunakan bersama dengan rumah tangga lain tertentu
Bangunan atas: klosetnya menggunakan leher angsa Bangunan bawah: lubang tanah
Akses Sanitasi Dasar (non leher angsa)
Pengguna Fasilitas sanitasi: rumah tangga sendiri atau digunakan bersama dengan rumah tangga lain tertentu
Bangunan atas: klosetnya menggunakan plengsengan dengan dan tanpa tutup dan cubluk/cemplung.
Bangunan bawah tangki septik, IPAL, atau lubang tanah
Fasilitas Umum

Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Tertutup, yaitu pengguna fasilitas sanitasi
yang memiliki tempat pembuangan akhir tinja berupa kolam/sawah/ sungai/ danau/
laut, dan atau/ pantai/ tanah lapang/ kebun dan lainnya.

Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat Terbuka, yaitu pengguna yang tidak
memiliki fasilitas tempat buang air besar dan yang memiliki fasilitas tetapi tidak
menggunakan.
MPP - PP SP 11

2 . 4 KEBI JAKAN & REGULASI

Dalam pelaksanaannya, PPSP 2020-2024 B. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008


didasarkan pada kebijakan dan regulasi tentang Pengelolaan Sampah
sebagai berikut:
Dalam UU ini disebutkan bahwa sampah yang
A. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 dikelola terdiri atas: sampah rumah tangga,
tentang Rencana Pembangunan Jangka sampah sejenis rumah tangga, dan sampah
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 spesifik. Adapun pengelolaan sampah
bertujuan untuk meningkatkan masyarakat
Visi pembangunan nasional tahun 2005- dan kualitas lingkungan serta menjadikan
2025 adalah Indonesia yang Mandiri, sampah sebagai sumber daya.
Maju, Adil, dan Makmur. Dalam
mewujudkan visi pembangunan nasional Dalam UU juga disebutkan tugas dan
tersebut terdapat 8 (delapan) misi wewenang dari Pemerintah dan pemerintah
pembangunan nasional dimana misi daerah dalam menjamin terselenggaranya
kelima adalah mewujudkan pembangunan pengelolaan sampah yang baik dan
yang lebih merata dan berkeadilan yang berwawasan lingkungan. Hak dan kewajiban
salah satunya ditandai dengan adanya setiap orang dalam pengelolaan sampah
sarana dan prasarana yang maju termasuk juga dijabarkan, begitu pula dengan
penyediaan air minum dan sanitasi. kewajiban pengelola kawasan serta
Pembangunan dan penyediaan air minum produsen, dan juga perizinan untuk usaha
dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan pengelolaan sampah.
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat
serta kebutuhan sektor lainnya seperti
industri, perdagangan, transportasi,
pariwisata, jasa sebagai upaya mendorong
pertumbuhan ekonomi.
MPP - PP SP 12

C. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014


tentang Pemerintahan Daerah

Urusan pemerintahan terbagi menjadi 3 (tiga)


urusan, yaitu:

(1) Urusan pemerintahan absolut, yakni


urusan pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan pemerintah pusat.
(2) Urusan pemerintah konkuren, yakni
urusan pemerintahan yang dibagi antara
pemerintahan pusat dan daerah provinsi
serta daerah kabupaten/kota.
(3) Urusan pemerintahan umum, yakni
urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden sebagai kepala
pemerintahan.

Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi


kewenangan daerah terdiri atas urusan
pemerintahan wajib dan urusan
pemerintahan pilihan.

Urusan pemerintahan wajib terdiri dari


urusan pemerintahan yang berkaitan
dengan pelayanan dasar serta urusan
pemerintahan yang tidak berkaitan
dengan pelayanan dasar. Urusan
pemerintahan yang berkaitan dengan
pelayanan dasar salah satunya adalah
pekerjaan umum dan penataan ruang,
termasuk air limbah domestik dan
persampahan.
MPP - PP SP 13

D. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun SPM Pekerjaan Umum mencakup SPM


2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Pekerjaan Umum daerah provinsi dan
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah kabupaten/kota.
Rumah Tangga Jenis pelayanan dasar pada SPM Pekerjaan
Umum daerah Provinsi terdiri atas:
Sebagai turunan dari UU Nomor 18 Tahun Pemenuhan kebutuhan air curah lintas
2018 tentang Pengelolaan Sampah, kabupaten/kota.
Pemerintah menyusun PP Nomor 81/2012 Penyediaan pelayanan pengolahan air
tentang Pengelolaan Sampah Rumah limbah domestik regional lintas
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah kabupaten/kota.
Rumah Tangga yang bertujuan untuk Sedangkan jenis pelayanan dasar pada SPM
menjaga kelestarian fungsi lingkungan Pekerjaan Umum daerah Kabupaten/Kota
hidup dan kesehatan masyarakat dan terdiri atas:
menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pemenuhan kebutuhan pokok air minum
sehari-hari.
Secara garis besar PP ini meliputi Penyediaan pelayanan pengolahan air
pengaturan tentang : (a) kebijakan dan limbah domestik.
strategi pengelolaan sampah, (b)
penyelenggaraan pengelolaan sampah, (c) Mutu pelayanan dasar pada SPM Pekerjaan
kompensasi sebagai akibat dampak negatif Umum ditetapkan dalam standar teknis
kegiatan pemrosesan akhir sampah, (d) yang sekurang-kurangnya memuat: (a)
pengembangan dan penerapan teknologi, standar jumlah dan kualitas barang
(e) sistem informasi, (f) peran masyarakat, dan/atau jasa, dan (b) petunjuk teknis atau
dan (g) pembinaan. tata cara pemenuhan standar.

E. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun F. Peraturan Presiden Nomor 185 Tahun


2018 tentang Standar Pelayanan Minimal 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air
(SPM) Minum dan Sanitasi

Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah Dalam Perpres 185/2014 ini disebutkan bahwa
ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan untuk mempercepat penyediaan air minum dan
dasar yang merupakan urusan pemerintahan sanitasi maka Pemerintah menyusun kebijakan
wajib yang berhak diperoleh setiap warga dan strategi nasional pengembangan sistem air
Negara secara minimal. minum dan sanitasi yang dijabarkan dalam
bentuk Peta Jalan (Roadmap) Air Minum dan
Sanitasi Nasional.
MPP - PPSP 14

Pemerintah Provinsi menyusun Peta Jalan


yaitu: pada tahun 2030 mencapai akses
(Roadmap) Air Minum dan Sanitasi Provinsi
terhadap sanitasi dan kesebersihan yang
yang mengacu pada Peta Jalan Air Minum dan
memadai dan merata bagi semua, dan
Sanitasi Nasional. serta berkoordinasi dengan
menghentikan praktik buang air besar di
kabupaten/kota di wilayahnya.
tempat terbuka, memberikan perhatian khusus
pada kebutuhan kaum perempuan, serta
Sementara itu pemerintah kabupaten/kota
kelompok masyarakat rentan.
menyusun Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum (RISPAM) dan
Sedangkan target 6.3 yaitu: pada tahun
Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK).
2030 meningkatkan kualitas air dengan
Adapun Perpres ini disusun dengan tujuan
mengurangi polusi, menghilangkan
untuk pencapaian Universal Access air
pembuangan, dan meminimalkan
minum dan sanitasi pada akhir tahun 2019
pelepasan material dan bahan kimia
dengan mendorong: (a) pengembangan dan
berbahaya, mengurangi setengah proporsi
penerapan teknologi penyediaan air
air limbah yang tidak diolah, dan secara
minum dan sanitasi, (b) penerapan standar
signifikan meningkatkan daur ulang, serta
kualitas air minum dan sanitasi, (c)
penggunaan kembali barang daur ulang
implementasi penyediaan air minum dan
yang aman secara global.
sanitasi sesuai RISPAM dan SSK, (d)
pembentukan Gugus Tugas Percepatan Adapun Tujuan 11 yaitu: "Menjadikan kota dan
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi, (e) permukiman inklusif, aman, tangguh, dan
pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan berkelanjutan" yang terdapat dalam indikator
pelaporan percepatan penyediaan air 11.6 yaitu: pada tahun 2030 mengurangi
minum dan sanitasi. dampak lingkungan perkotaan per kapita yang
merugikan, termasuk dengan memberi
G. Peraturan Presiden No. 59 tahun 2017
perhatian khusus pada kualitas udara,
tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
termasuk penanganan sampah kota.
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/
Sustainable Development ttoals (SDtts)
H. Peraturan Presiden No. 18 tahun 2020
tentang Rencana Pembangunan Jangka
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
untuk sanitasi terdapat dalam Tujuan 6
yaitu “Menjamin ketersediaan serta
Sesuai arahan Rencana Pembangunan
pengelolaan air bersih dan sanitasi yang
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
berkelanjutan untuk semua” dengan
2025, sasaran pembangunan jangka
indikator yang terdapat dalam target 6.2
menengah 2020-2024 adalah mewujudkan I. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, Tahun 2014 tentang Sanitasi Total
dan makmur melalui percepatan Berbasis Masyarakat
pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
perekonomian yang kokoh berlandaskan adalah pendekatan untuk mengubah perilaku
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah higienis dan saniter melalui pemberdayaan
yang didukung oleh sumber daya manusia yang masyarakat dengan cara pemicuan.
berkualitas dan berdaya saing. Masyarakat diharapkan dapat
menyelenggarakan STBM secara mandiri
Dalam RPJMN 2020-2024 ini terdapat dengan berpedoman pada 5 pilar STBM, yaitu:
capaian pembangunan sanitasi 2015-2019, Stop Buang Air Besar Sembarangan
sasaran sanitasi 2024 (untuk air limbah Cuci Tangan Pakai Sabun
90% hunian dengan akses sanitasi layak, Pengelolaan Air Minum dan Makanan
termasuk akses aman 15%, dan 80% Rumah Tangga
penanganan serta 20% pengurangan Pengamanan Sampah Rumah Tangga;
sampah), isu strategis, arah kebijakan dan dan
strategi sanitasi layak dan aman (yaitu: Pengamanan Limbah Cair Rumah
peningkatan kapasitas institusi dalam Tangga
layanan pengelolaan sanitasi, peningkatan
komitmen kepala daerah untuk layanan Dalam PerMenkes ini dijelaskan mengenai
sanitasi yang berkelanjutan, kegiatan dari masing-masing 5 pilar STBM,
pengembangan infrastruktur dan layanan pihak-pihak yang terlibat dalam pemicuan
sanitasi permukiman sesuai dengan dan pendampingan STBM, tahapan
karakteristik dan kebutuhan daerah, pemicuan dan pendampingan, serta
peningkatan perubahan perilaku deklarasi keberhasilan pelaksanaan STBM.
masyarakat dalam mencapai akses aman Tanggung jawab dan peran Pemerintah
sanitasi, dan pengembangan kerjasama dan pemerintah daerah, pemantauan dan
dan pola pendanaan), rincian proyek evaluasi, pendanaan, pembinaan dan
prioritas strategis (major project), matriks pengawasan juga dijelaskan dalam
pembangunan, dan arah pembangunan PerMenkes ini.
wilayah.
J. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 03/PRT/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga

Tujuan dari diterbitkannya PermenPU ini adalah


untuk:
mewujudkan penyelenggaraan prasarana
dan sarana persampahan yang efektif,
efisien, dan berwawasan lingkungan.
meningkatkan cakupan pelayanan
penanganan sampah.
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan.
melindungi sumber daya air, tanah, dan
udara terhadap pencemaran serta
mitigasi perubahan iklim.
menjadikan sampah sebagai sumber
daya.

Adapun ruang lingkup yang dijelaskan


dalam Permen ini meliputi beberapa hal,
yaitu: (a) perencanaan umum
penyelenggaraan prasarana dan sarana
persampahan, (b) penanganan sampah, (c)
penyediaan fasilitas pengolahan dan
pemrosesan akhir sampah, dan
penutupan/rehabilitasi Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA).
MPP - PPSP 17

K. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


L. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
dan Perumahan Rakyat Nomor
Perumahan Rakyat Nomor 29/PRT/M/2018
04/PRT/M/2017 tentang
tentang Standar Teknis Standar Pelayanan
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air
Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan
Limbah Domestik (SPALD)
Perumahan Rakyat

Tujuan dari Permen ini adalah: (a)


Peraturan Menteri PUPR tentang Standar
mewujudkan penyelenggaraan SPALD
Teknis SPM dimaksudkan sebagai pedoman
yang efektif, efisien, berwawasan
bagi pemerintah daerah untuk
lingkungan, dan berkelanjutan, (b)
melaksanakan SPM Pekerjaan Umum dan
meningkatkan pelayanan air limbah
Perumahan Rakyat (PUPR). Peraturan
domestik yang berkualitas, (c)
Menteri ini bertujuan agar Pemerintah
meningkatkan kesehatan masyarakat dan
Daerah dapat menerapkan dan memenuhi
kualitas lingkungan, (d) melindungi
SPM PUPR yang berhak diperoleh setiap
kualitas air baku dari pencemaran air
limbah domestik, (e) mendorong upaya Warga Negara secara minimal sesuai

pemanfaatan hasil pengolahan air limbah dengan jenis pelayanan dasar dan mutu
domestik, dan (f) memberikan kepastian pelayanan dasar.
hukum dalam penyelenggaraan SPALD.
Penerima pelayanan dasar SPM PUPR
Dalam Permen PUPR Nomor pemerintah daerah provinsi terdiri atas rumah
04/PRT/M/2017 disebutkan bahwa tangga yang termasuk dalam wilayah pelayanan
tanggung jawab Pemerintah Pusat dalam pengolahan air limbah domestik regional,
penyelenggaraan SPALD, meliputi: (a) terutama diprioritaskan kepada masyarakat
penetapan pengembangan SPALD secara miskin atau tidak mampu dan berdomisili pada
nasional, (b) pengelolaan dan area berisiko pencemaran air limbah domestik
pengembangan SPALD lintas daerah dan dekat badan air.
provinsi, dan (c) pengelolaan dan
pengembangan SPALD untuk kepentingan Penerima pelayanan dasar SPM PUPR
strategis nasional. Sedangkan provinsi kabupaten/kota terdiri atas rumah tangga
bertanggung jawab dalam pengelolaan yang termasuk dalam wilayah pelayanan
dan pengembangan sistem air limbah pengolahan air limbah domestik
domestik regional. Adapun kabupaten/kota, terutama diprioritaskan
kabupaten/kota bertanggungjawab dalam kepada masyarakat miskin atau tidak
pengelolaan dan pengembangan sistem mampu dan berdomisili pada area berisiko
air limbah domestik dalam daerah pencemaran air limbah domestik dan dekat
kabupaten/kota. badan air.
M. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
(c) Penyusunan rencana pemenuhan
100 Tahun 2018 Tentang Penerapan
pelayanan dasar, termuat dalam RPJMD
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
yang meliputi: (i) gambaran umum kondisi,
(ii) gambaran pengelolaan keuangan
Permendagri ini menjelaskan tentang tahapan
daerah, (iii) permasalahan dan isu strategis
penerapan SPM, koordinasi penerapan SPM,
daerah, (iv) strategi, arah dan kebijakan,
pembiayaan, pelaporan, pembinaan, dan
dan program pembangunan daerah,
pengawasan penerapan SPM di provinsi dan
kerangka pendanaan pembangunan, kinerja
kabupaten/kota.
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Adapun 4 tahapan penerapan SPM yaitu: (d) Pelaksanaan pemenuhan pelayanan


(a) Pengumpulan data, mencakup: jumlah dasar, diantaranya: Perangkat Daerah
dan identitas lengkap Warga Negara yang melaksanakan program dan kegiatan
berhak memperoleh barang dan/atau jasa pemenuhan Pelayanan Dasar sesuai
kebutuhan dasar secara minimal. dengan rencana pemenuhan dan
menetapkan target pencapaian program
(b) Penghitungan kebutuhan pemenuhan dan kegiatan berdasarkan data jumlah
pelayanan dasar. Perangkat daerah penerima pelayanan dasar yang diperoleh
menghitung selisih kebutuhan terhadap setiap tahunnya.
ketersediaan barang dan/atau jasa dan
sarana dan/atau prasarana berdasarkan
jumlah Warga Negara penerima dan mutu
pelayanan dasar sesuai dengan standar
teknis SPM.
MPP - PP SP 19

2 . 5 T UJ U A N PPS P 20 20 - 2 02 4 2 . 6 T A RGE T PPSP 20 20 - 2024

Sejalan dengan target pembangunan nasional Sedangkan target pelaksanaan PPSP 2020
sanitasi maka tujuan PPSP 2020- 2024 adalah – 2024 adalah sebagai berikut :
sebagai berikut :
Tersusun dan termutakhirkannya secara
Mendorong percepatan pembangunan rutin dokumen perencanaan sanitasi
sanitasi permukiman melalui penciptaan (SSK) di seluruh kabupaten/kota di
suasana yang mendukung (enabling Indonesia yang menjadi rujukan bagi
environment), yang mampu melibatkan daerah dalam implementasi
partisipasi berbagai pihak dan pembangunan sanitasi di wilayahnya.
menstimulasi Pemerintah Daerah untuk
mewujudkan komitmen dalam Terlaksananya implementasi pem-
pembangunan dan pelayanan sanitasi. bangunan sanitasi sesuai SSK di
kabupaten/kota prioritas di 34 provinsi*
Mengimplementasikan dokumen di Indonesia dengan keterlibatan aktif
perencanaan sanitasi daerah dalam peran provinsi dalam mengawal dan
rangka peningkatan akses sanitasi serta mengkoordinasikan implementasi
pembentukan layanan sanitasi pembangunan sanitasi di kabupaten/
berkelanjutan dengan memberikan kotanya.
dukungan kepada Pemerintah Daerah
untuk berkontribusi dan berkomitmen Terselenggaranya dukungan imple-
dalam menyiapkan perencanaan yang mentasi pembangunan sanitasi oleh
lebih baik serta implementasi Pusat dan provinsi berupa: (a)
pembangunan yang lebih cepat dan pengembangan program, (b)
tepat sasaran untuk mendorong peningkatan kapasitas kepada provinsi/
pencapaian target sanitasi dalam RPJMN kabupaten/kota dalam implementasi
2020-2024. sanitasi, (c) advokasi kepada para
pemangku kepentingan, (e)
Meningkatkan peran provinsi dan pengembangan mekanisme pendanaan
kabupaten/kota melalui pendampingan pembangunan sanitasi, (f) serta
berjenjang dalam mewujudkan penyediaan sistem pemantauan dan
peningkatan akses dan layanan sanitasi evaluasi program PPSP.
berkelanjutan dengan dukungan dari
aspek regulasi, kelembagaan, Keterangan:
(*) khusus Provinsi DKI Jakarta, implementasi SSK langsung berada
pendanaan, perubahan perilaku, dan di bawah koordinasi Pemerintah Pusat.
pembangunan infrastruktur.
KOMPREHENSIF
Pembangunan sanitasi permukiman dalam PPSP dilakukan dalam
ruang lingkup yang meliputi seluruh aspek teknis maupun non-
teknis. Pendekatan ini dikembangkan mengingat sanitasi
permukiman berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan seperti
kesehatan, infrastruktur, lingkungan hidup, religiusitas, keuangan,
perekonomian, hingga kesejahteraan dan produktivitas
masyarakat.

SINERGITAS
PPSP dilakukan secara bersama-sama oleh Pusat, daerah, serta
stakeholders non-pemerintah lainnya melalui kesatuan pendekatan
pembangunan yang utuh. Sebagai sebuah urusan konkuren,
pembangunan sanitasi dalam PPSP dilaksanakan berdasarkan
kesesuaian dan sinergitas perencanaan serta penganggaran, sinergitas
dengan program sanitasi lainnya, dan implementasi berdasarkan target
yang disepakati oleh semua pemangku kepentingan baik di Pusat dan
daerah.

KOMITMEN
Komitmen yang kuat dari tokoh kunci pemangku kepentingan sangat
NITASI PERMUKIMAN

dibutuhkan pada implementasi pembangunan sanitasi dalam PPSP.


Dengan komitmen yang kuat maka akan terbit kebijakan-kebijakan
yang berorientasi pada layanan dan peningkatan akses sanitasi di
masyarakat. Alokasi sumber daya (baik SDM maupun pendanaan) juga
akan dikerahkan untuk pencapaian target pembangunan sanitasi.

BERKELANJUTAN
Pembangunan sanitasi permukiman dirancang terus menerus untuk dilakukan
hingga seluruh warga masyarakat di Indonesia mendapatkan akses layak dan
aman terhadap sanitasi. Kondisi aman ini harus terus dipertahankan melalui
pembangunan sanitasi berkelanjutan pada masa kini hingga berganti
generasi/antar generasi. Prinsip keberlanjutan ini meletakkan proses
pembangunan sanitasi yang dilakukan saat ini dalam program PPSP untuk
dapat memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan
kebutuhan masa depan sekaligus dapat terjaminnya kualitas lingkungan bagi
generasi mendatang.
PPSP
MPP - PP SP 21

Pelaksana program PPSP mencakup Dalam menjalankan perannya, seluruh


pemangku kepentingan di seluruh tingkat pemangku kepentingan menjalin
pemerintahan di Indonesia, yakni Pusat, koordinasi sesuai dengan MPP-PPSP yang
provinsi, hingga kabupaten/kota. Titik telah disusun. Pemerintah juga
menyiapkan sistem pendukung berupa
berat fungsi pelaksana program berbeda-
bantuan teknis (technical assistance) di
beda untuk setiap tingkat pemerintahan
Pusat. Fokus bantuan teknis adalah
dan disesuaikan dengan dengan asas
memfasilitasi implementasi pembangunan
desentralisasi. sanitasi di provinsi dan kabupaten/kota.

Pemerintah Pusat akan lebih fokus pada Struktur dan pembagian tugas masing- masing
peran pengembangan program, pihak dapat dijelaskan sebagai berikut.
peningkatan kapasitas, advokasi,
konsolidasi pendanaan, serta pemantauan 3.1TINGKATPUSAT
dan evaluasi. Pemerintah Provinsi pada
koordinasi, supervisi, fasilitasi, Pengelolaan program PPSP di tingkat
peningkatan kapasitas, serta pemantauan Pusat difokuskan pada aspek-aspek yang
dan evaluasi pelaksanaan program di bersifat strategis seperti: pengembangan
wilayahnya. Sedangkan pemerintah kebijakan dan strategi pembangunan
kabupaten/kota lebih fokus pada sanitasi permukiman serta koordinasi dan
penyusunan perencanaan strategis, pengembangan program. Pengelolaan
memorandum program, implementasi, program di tingkat Pusat dibagi menjadi
advokasi dan pemasaran, hingga tiga tingkatan, yaitu: penanggung jawab,
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan koordinator, dan pengelola harian
PPSP di daerahnya. program.
MPP - PPS P 22

A. PENANGGUNG JAWAB PROGRAM

Penanggung jawab Program PPSP adalah


Tim Pengarah Pembangunan Perumahan,
Permukiman, Air Minum, dan Sanitasi Ke-6 kementerian tersebut adalah:
(TPPPAS), yang beranggotakan para Kementerian Perencanaan Pembangunan
Pejabat Eselon-I dari 6 (enam) Nasional/Bappenas, Kementerian Dalam
Kementerian/Lembaga yang memiliki Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum dan
tugas dan tanggung jawab terkait Perumahan Rakyat, Kementerian
pembangunan sanitasi permukiman. Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, dan Kementerian
Keuangan.

Merumuskan rekomendasi kebijakan, ngunan Jangka Menengah (RPJMN)


strategi, dan program pembangunan Tahun 2020-2024, dan Sustainable
perumahan, permukiman, air minum, Development Goals (SDGs) Tahun 2030
dan sanitasi. pada tujuan 6: menjamin
Melakukan koordinasi perencanaan, ketersediaan dan keberlanjutan akses
penganggaran, pelaksanaan, dan universal air minum dan sanitasi" dan
pengendalian, pemantauan dan tujuan 11: "membantu kota-kota serta
evaluasi pembangunan perumahan, pemukiman yang inklusif, berkualitas,
permukiman, air minum, dan aman, berketahanan, dan ber-
sanitasi. kelanjutan" pada tahun 2030.
Menyiapkan arahan kebijakan, rencana Mengembangkan skema pembiayaan
program, pencapaian target dan dan pendanaan yang berasal dari dalam
sasaran Rencana Pembangunan Jangka dan luar negeri, temasuk non-
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005- pemerintah sesuai peraturan yang
2025, Rencana Pemba- berlaku.
MPP - PPSP 23

B. KOORDINATOR PROGRAM C. PENGELOLA HARIAN

Koordinator Program PPSP adalah


Pengelola Harian merupakan unsur
Kelompok Kerja Pembangunan
pelaksana program yang berhubungan
Perumahan, Permukiman, Air Minum, dan
langsung dengan pelaksanaan harian
Sanitasi (Pokja PPAS) Nasional, yang
program PPSP dan berada di bawah
beranggotakan para Pejabat Eselon-2 dan
koordinasi Pokja PPAS Nasional.
3 dari masing-masing anggota Tim
Pengarah.
Pengelola Harian terdiri dari unit
pengelola program atau Program
Peran Koordinator Program (Pokja PPAS
Management Unit (PMU) dan tiga unit
Nasional) dalam PPSP adalah:
pelaksana program atau Program
Implementation Unit (PIU), yaitu: PIU
Membantu pelaksanaan tugas Tim
Advokasi dan Pemberdayaan, PIU
Pengarah Pembangunan Perumahan,
Kelembagaan dan Pendanaan, dan PIU
Permukiman, Air Minum dan Sanitasi
Teknis.
Nasional.

Peran Pengelola Harian (PMU/PIU) dapat


Melaporkan secara berkala
digambarkan sebagai berikut:
perkembangan hasil pelaksanaan
tugasnya kepada Tim Pengarah PMU
Pembangunan Perumahan,
Melakukan perencanaan, pelaksanaan,
Permukiman, Air Minum dan Sanitasi
serta pemantauan dan evaluasi Program
Nasional.
PPSP bersama dengan PIU sesuai
dengan tujuan dan target yang telah
Melaksanakan pembinaan teknis
ditetapkan.
kepada kelompok kerja di tingkat
Menyediakan sumber daya manusia
provinsi dan kabupaten/kota.
(SDM) pendukung di Pusat untuk
memberikan bantuan teknis dalam
Melaksanakan tugas-tugas lain yang
rangka pengawalan implementasi
diberikan oleh Tim Pengarah
program PPSP di daerah.
Pembangunan Perumahan,
Menyelenggarakan peningkatan
Permukiman, Air Minum dan Sanitasi
kapasitas kepada daerah dan pengelola
Nasional.
harian program PMU-PIU (teknis,
kelembagaan, pendanaan, dan
komunikasi) agar dapat mendampingi
daerah dalam pembangunan dan
pelayanan sanitasi.
PMU (lanjutan)

Mengkoordinasikan sistem informasi Melakukan pengelolaan pengetahuan,


dan kanal pembelajaran bagi daerah termasuk proses pembelajaran dan praktik-
agar dapat mengimplementasikan praktik terbaik dari implementasi
dokumen perencanaan sanitasi secara pembangunan sanitasi yang telah
mandiri. dilaksanakan di Pusat dan daerah.

Melakukan pengelolaan dan pengolahan Melakukan pemutakhiran berbagai


data sanitasi dari Pusat dan daerah pedoman atau panduan terkait dengan
tugas PMU.
sebagai salah satu bahan pengambilan
kebijakan pembangunan sanitasi di
PMU berasal dari direktorat teknis yang
Pusat.
memiliki tugas dan fungsi dalam bidang sanitasi
di Bappenas.
Mengidentifikasi dan mensinergikan
potensi sumber-sumber pendanaan PIUADVOKASI&
alternatif untuk pembangunan dan PEMBERDAYAAN(PIUAP/AE)
pelayanan sanitasi yang dapat
diimplementasikan oleh daerah. Melakukan pembinaan, fasilitasi,
pemantauan serta evaluasi dalam proses
Mengembangkan kemitraan dengan para advokasi, strategi komunikasi, promosi
pemangku kepentingan yang lebih luas dan pemberdayaan di daerah terutama
(kementerian/lembaga, donor, program, kepada Pokja Provinsi.
swasta, akademisi, lembaga non-profit,
media) dalam rangka percepatan Melakukan penguatan kebijakan sanitasi
pencapaian tujuan program PPSP. terkait dengan implementasi layanan sanitasi
yang berkelanjutan di daerah.
PIU ADVOKASI & PEMBERDAYAAN
(PIU AP/AE) - lanjutan

Melakukan kegiatan peningkatan Melakukan koordinasi dengan PMU-PIU


kapasitas bagi kelompok kerja di serta stakeholder lain dalam pelaksanaan
daerah terutama terkait dengan studi PPSP.
risiko kesehatan lingkungan dan
sanitasi, serta pemutakhiran berbagai PIU Advokasi dan Pemberdayaan berasal
dari direktorat teknis yang memiliki tugas
pedoman atau panduan terkait dengan
dan fungsi dalam bidang sanitasi di
tugas PIU AP.
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,
Kementerian Kesehatan.
Memberikan masukan strategis bagi upaya
pengembangan dan pengelolaan kegiatan
PIU KELEMBAGAAN
advokasi, strategi komunikasi, promosi,
&PENDANAAN (PIU
dan pemberdayaan sanitasi di daerah.
KP)

Melakukan pemantauan dan evaluasi


terhadap pencapaian program Melakukan pembinaan, fasilitasi,

penguatan advokasi, strategi pemantauan serta evaluasi dalam proses

komunikasi, promosi dan penyiapan dan penguatan kelembagaan,

pemberdayaan di provinsi, dan regulasi, dan pendanaan PPSP di daerah

kabupaten/kota. terutama kepada Pokja Provinsi.

Melakukan pengelolaan data dan Melakukan penguatan kebijakan

pengembangan sistem informasi terkait pelaksanaan implementasi layanan

advokasi, strategi komunikasi, promosi dan sanitasi yang berkelanjutan di daerah.

pemberdayaan sanitasi.
Melakukan kegiatan peningkatan

Menyediakan sumber daya manusia (SDM) kapasitas bagi kelompok kerja di daerah

pendukung di Pusat untuk memberikan dan pemutakhiran berbagai pedoman

bantuan teknis dalam bidang advokasi, atau panduan terkait dengan tugas PIU

strategi komunikasi, dan promosi untuk Kelembagaan & Pendanaan.

dapat mendampingi daerah dalam


mengimplementasikan dokumen
perencanaan sanitasi.
PIU KELEMBAGAAN & PENDANAAN
(PIU KP) - (lanjutan)

Memberikan masukan strategis bagi upaya


Melakukan koordinasi dengan PMU-PIU
pengembangan dan pengelolaan serta stakeholder lain dalam
kelembagaan, regulasi, dan pendanaan pelaksanaan PPSP.
sanitasi di daerah.
PIU Kelembagaan dan Pendanaan berasal dari
Melakukan pemantauan dan evaluasi direktorat teknis yang memiliki tugas dan
terhadap pencapaian program fungsi dalam bidang sanitasi di Direktorat
penguatan kelembagaan, regulasi, dan Jenderal Bina Pembangunan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri.
pendanaan sanitasi di provinsi, dan
kabupaten/kota.
PIUTEKNIS(PIUT)
Melakukan pengelolaan data dan
Mendorong dan memfasilitasi
pengembangan sistem informasi
terlaksananya implementasi program SSK
kelembagaan dan pendanaan PPSP.
di kabupaten/kota.

Menyediakan sumber daya manusia


Memberikan bantuan aspek teknis dan
(SDM) pendukung di Pusat untuk
penguatan kapasitas serta pemantauan
memberikan bantuan teknis dalam
evaluasi tahap implementasi SSK termasuk
bidang kelembagaan, kebijakan publik,
pemutakhiran berbagai pedoman atau
dan pendanaan publik.
panduan terkait dengan tugas PIU Teknis.
MPP - PPS P 27

PIU TEKNIS (PIU T) - (lanjutan)

Melakukan pengelolaan dan analisis


data sanitasi dalam pengerjaan
program yang terkait dengan tugas PIU
Teknis.

Menyediakan sumber daya manusia


(SDM) pendukung di Pusat dan di
daerah untuk memberikan bantuan
teknis kepada daerah dalam
mengimplementasikan pembangunan
sanitasi.

Menginformasikan dan mengkonso-


lidasikan pekerjaan yang terkait tugas PIU
Teknis dalam pencapaian tahapan PPSP
kepada PMU dan PIU lainnya.

Memastikan kebutuhan, optimalisasi


dan mobilisasi dukungan sumber daya
pendanaan yang bersumber dari
belanja Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat untuk
digunakan dalam pencapaian target
PPSP dan pembangunan sanitasi di
kabupaten/kota.

PIU Teknis berasal dari direktorat teknis


yang memiliki tugas dan fungsi dalam
bidang sanitasi di Direktorat Jenderal
Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
MPP - PPS P 28

3.2 TINGKAT PROVINSI

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor Sedangkan dalam pelaksanaan program


185 Tahun 2014 tentang Percepatan PPSP tahun 2019 hingga berjalannya
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi, pelaksanaan RPJMN 2020-2024,
pemerintah provinsi dan pemerintah nomenklatur yang disarankan bagi Pokja
kabupaten/kota membentuk Kelompok Kerja di daerah adalah Pokja Perumahan,
Air Minum dan Sanitasi/kelompok kerja lain Permukiman, Air Minum, dan Sanitasi atau
untuk melaksanakan percepatan penyediaan disingkat Pokja PPAS. Pokja PPAS dalam
air minum dan sanitasi. program PPSP diharapkan dapat menjadi
lembaga koordinasi yang dapat
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri mengampu urusan sanitasi secara lebih
Nomor 845/9287/SJ Tahun 2017 tentang komprehensif dan berorientasi pada
Pengelolaan Program Percepatan capaian target daerah dan nasional.
Pembangunan Sanitasi Permukiman 2015- Pengelola program PPSP di Pusat juga
2019 di Daerah, koordinasi pelaksanaan memberikan ruang bagi daerah untuk
program PPSP dilakukan dengan memanfaatkan Pokja lainnya yang
menggunakan kelembagaan kelompok membidangi sanitasi bilamana Pokja PPAS
kerja (Pokja) sebagai lembaga ad-hoc. belum dapat terbentuk atas pertimbangan
Nomenklatur Pokja adalah AMPL/Sanitasi daerah.
atau Pokja lainnya yang membidangi
sanitasi.

Nomenklatur PPAS yang disarankan ini


didasari agar terbentuk Air Minum, dan Sanitasi Nasional yang
keselarasan pengelolaan program operasionalnya ditekankan kembali melalui
secara berjenjang, sebagaimana Keputusan Deputi Bidang
Keputusan Menteri Perencanaan Pengembangan Regional Selaku Ketua Tim
Pembangunan Nasional/ Kepala Pengarah Pembangunan
Badan Perencanaan Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air Minum,
Nasional Nomor dan Sanitasi Nasional Nomor Kep.
KEP.9/M.PPN/HK/01/2017 tentang 23/D.II/02/2018 tentang Pembentukan
Pembentukan Tim Pengarah Kelompok Kerja Pembangunan
Pembangunan Perumahan, Perumahan, Permukiman, Air Minum, dan
Permukiman, Sanitasi Nasional.
MPP - PPSP 29

Dalam menjalankan perannya, fungsi 4. Fasilitasi: yaitu membantu Gubernur


Pokja PPAS di Provinsi digambarkan dalam perumusan kebijakan dalam
sebagai berikut : pemberian bimbingan, arahan, pendidikan,
dan pelatihan kepada perangkat daerah
provinsi maupun kabupaten/kota agar
1. Koordinasi: yaitu mengkoordinasikan
pelaksanaan percepatan penyediaan
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
layanan sanitasi dapat mencapai target
pengendalian dan evaluasi program, dan
yang ditetapkan.
kegiatan percepatan pelayanan dasar
sanitasi di provinsi dan kabupaten/kota. 5. Supervisi: yaitu membantu Gubernur
melakukan kegiatan pengawalan,
2. Advokasi: yaitu meningkatkan pemantauan dan evaluasi untuk
kesadaran, kepedulian, komitmen, dan memastikan dan menilai pelaksanaan
kemampuan berbagai pemangku percepatan pelayanan sanitasi di daerah
kepentingan di seluruh wilayah provinsi sesuai dengan tujuan, sasaran, jadwal dan
rencana daya serap anggaran yang telah
untuk turut serta dalam percepatan
ditetapkan, sehingga apabila terjadi
penyediaan pelayanan dasar sanitasi yang
penyimpangan dapat segera dilakukan
berkualitas.
tindakan korektif.

3. Advisori: yaitu memberikan input 6. Sinkronisasi: yaitu membantu Gubernur


strategis bagi pengembangan kebijakan, dalam menyelaraskan perencanaan dan
program, dan kegiatan yang dibutuhkan penganggaran serta pelaksanaan,
Gubernur, DPRD dan Pokja pengendalian dan evaluasi program dan
kabupaten/kota dalam rangka kegiatan percepatan penyediaan layanan
meningkatkan kinerja percepatan sanitasi antar dan antara kabupaten/kota
penyediaan layanan sanitasi di daerah. dalam provinsi sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang ditetapkan pemerintah.
MPP - PPSP 30

Pokja PPAS dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah, dan terdiri dari
beberapa dinas/badan perangkat daerah yang tugas dan fungsinya terkait urusan sanitasi
mengacu pada Perda tentang Perangkat Daerah yang merupakan mandat dari Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
MPP - PP SP 31

Berikut adalah struktur Pokja PPAS di Provinsi:

1) Ketua, dijabat oleh Sekretaris Daerah


4) Ketua Bidang, dijabat oleh Kepala PD,
yang secara formal melaksanakan fungsi
dan Wakil Ketua Bidang dijabat oleh
dan memiliki kewenangan koordinatif
pejabat setingkat Kepala Bidang (Kabid)
terhadap PD yang mempunyai tugas dan
pada PD terkait yang kesehariannya
fungsi sanitasi, serta selaku Ketua Tim
melaksanakan tugas dan fungsi Ketua Bidang.
Anggaran Pemerintah Daerah.

5) Anggota pada setiap bidang berasal dari


2) Ketua Harian, dijabat oleh Asisten
pejabat/staf dari PD yang bertanggung
Perekonomian dan Pembangunan atau
jawab melaksanakan tugas dan fungsi setiap
sebutan lain yang secara formal
bidang dan melibatkan pejabat/staf dari PD
melaksanakan fungsi membantu
lainnya yang dalam pelaksanaan tugas
Sekretaris Daerah dalam
dan fungsinya memiliki
mengkoordinasikan administrasi
hubungan/keterkaitan dengan bidang
pembangunan daerah atau tugas dan
dimaksud.
fungsi lainnya yang ditetapkan sesuai
dengan peraturan daerah tentang
Perincian tugas tiap unsur dalam organisasi
perangkat daerah.
Pokja PPAS Provinsi dijelaskan lebih lanjut
dalam Lampiran A.
3) Sekretaris, dijabat oleh Kepala Bappeda
atau sebutan lain, merangkap juga
sebagai ketua bidang perencanan pokja.
Secara formal melaksanakan tugas-tugas
kesekretariatan dan fungsi koordinasi
perencanaan atau tugas dan fungsi
lainnya yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
MPP - PPSP 32

3.3 TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Dalam menjalankan perannya, fungsi


pemangku kepenti ngan utama sanitasi
Pokja PPAS Kabupaten/Kota
di ti ngkat kabupaten/kota untuk turut-
digambarkan sebagai berikut :
serta dalam percepatan penyediaan
pelayanan dasar sanitasi yang
1. Koordinasi: yaitu peran untuk
berkualitas.
mengkoordinasikan pelaksanaan
program PPSP dan kegiatan
3. Advisori: yaitu memberikan input
implementasi pembangunan sanitasi di
strategis bagi pengembangan
wilayah kabupaten/kota.
kebijakan, program, dan kegiatan yang
dibutuhkan oleh pemerintah
2. Advokasi: yaitu peran untuk
kabupaten/kota dalam rangka
meningkatkan kesadaran, kepedulian,
meningkatkan kinerja penyediaan
komitmen, dan kemampuan berbagai
pelayanan dasar sanitasi di daerah.

okja PPAS Provinsi, Pokja PPAS Kabupaten/Kota juga dibentuk berdasarkan surat keputusan Kepala Daerah, dan terdiri dari
beberapa dinas/badan perangkat daerah yang mengampu urusan
erumahan, permukiman, air minum, dan sanitasi. Walaupun di dalam pedoman ini secara struktural berlaku untuk semua pengampu ur
ermukiman, air minum, dan sanitasi, namun tugas dan fungsi serta pelaksanaan akti fi tas pokja nya hanya dijelask
sanitasi.

k urusan perumahan, permukiman, dan air minum dijelaskan dalam pedoman sejenis yang dikeluarkan oleh pengelo
urusan tersebut.
MPP - PP SP 34

Berikut adalah struktur Pokja PPAS di


Kabupaten/Kota:

1) Ketua, dijabat oleh Sekretaris Daerah 4) Ketua Bidang, dijabat oleh Kepala PD,
yang secara formal melaksanakan fungsi dan Wakil Ketua Bidang dijabat oleh
dan memiliki kewenangan koordinatif pejabat setingkat Kepala Bidang (Kabid)
terhadap PD yang mempunyai tugas dan pada PD terkait yang kesehariannya
fungsi sanitasi, serta selaku Ketua Tim melaksanakan tugas dan fungsi Ketua Bidang.
Anggaran Pemerintah Daerah.
5) Anggota pada setiap bidang berasal dari
2) Ketua Harian, dijabat oleh Asisten pejabat/staf dari PD yang bertanggung
Perekonomian dan Pembangunan atau jawab melaksanakan tugas dan fungsi setiap
sebutan lain yang secara formal bidang dan melibatkan pejabat/staf dari PD
melaksanakan fungsi membantu lainnya yang dalam pelaksanaan tugas
Sekretaris Daerah dalam dan fungsinya memiliki
mengkoordinasikan administrasi hubungan/keterkaitan dengan bidang
pembangunan daerah atau tugas dan dimaksud.
fungsi lainnya yang ditetapkan sesuai
dengan peraturan daerah tentang Perincian tugas tiap unsur dalam organisasi
perangkat daerah. Pokja PPAS Kabupaten/Kota dijelaskan lebih
lanjut dalam Lampiran B.
3) Sekretaris, dijabat oleh Kepala Bappeda
atau sebutan lain, merangkap juga
sebagai ketua bidang perencanaan pokja.
Secara formal melaksanakan tugas-tugas
kesekretariatan dan fungsi koordinasi
perencanaan atau tugas dan fungsi
lainnya yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan. Untuk mendukung kelancaran
tugas dan fungsi sekretaris dibantu
tenaga sekretariat tim Pokja PPAS yang
anggotanya berunsurkan pejabat/staf di
lingkungan Bappeda dan PD lain.
MPP - PP SP 35

3.4 UNSUR PENDUKUNG

Unsur pendukung pelaksanaan program pengembangan desain advokasi dan


PPSP dibutuhkan agar setiap pengelola komunikasi.
program PPSP baik di Pusat, provinsi, pengembangan desain dan pelaksanaan
maupun kabupaten/kota dapat peningkatan kapasitas (kapasitas teknis,
menjalankan fungsinya secara optimal. kelembagaan, regulasi, pendanaan,
Unsur pendukung guna membantu komunikasi).
pengelola dalam menjalankan perannya pengembangan desain dan pelaksanaan
terbagi dalam 3 hal yaitu: dukungan fasilitasi.
strategis, dukungan pelaksanaan program, pengembangan pola-pola dan alternatif
dan dukungan implementasi. pendanaan pembangunan sanitasi.
pengembangan sistem pemantauan dan
A. PENDUKUNG DI PUSAT evaluasi.
pengembangan panduan dan pedoman
Di tingkat Pusat, unsur pendukung
yang dibutuhkan program PPSP.
dimaksudkan untuk membantu dan
pengembangan sistem pendukung PPSP.
mengoptimalkan pelaksanaan PPSP di
pengembangan sistem insentif dan
tingkat Pusat. Secara garis besar unsur
disinsentif bagi daerah.
pendukung di tingkat Pusat dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Unsur pendukung strategis dapat
merupakan kelompok konsultan ahli/tenaga
1) Unsur Pendukung Strategis
ahli yang pendanaannya berasal terutama
dari negara-negara donor dan program-
Unsur pendukung strategis diperlukan
program sanitasi yang dikhususkan
sebagai bentuk dukungan pada PMU/PIU
membantu pencapaian program pemerintah
PPSP berkaitan dengan pelaksanaan tugas
pusat, namun tidak tertutup kemungkinan
dan fungsi masing-masing, baik yang
pendanaannya berasal dari APBN.
terkait dengan tugas PMU/PIU di Pusat
maupun di provinsi. Lingkup dukungan
Sesuai lingkupnya keahlian yang dibutuhkan
mencakup:
mencakup keahlian teknis, kebijakan,
pengembangan kebijakan
kelembagaan, keuangan,
pembangunan sanitasi.
komunikasi, gender, pemberdayaan
penyusunan perencanaan program
masyarakat, monitoring & evaluasi,
pembangunan sanitasi.
knowledge management, serta aspek-aspek
pengembangan kerangka kerja
lainnya yang dibutuhkan dalam
implementasi pembangunan sanitasi.
pembangunan sanitasi.
MPP - PPS P 36

2) Unsur Pendukung Pelaksana Program 3) Unsur Pendukung Implementasi

Unsur pendukung pelaksanaan program Unsur pendukung implementasi merupakan


merupakan unsur pendukung teknis unsur yang menghimpun dukungan
operasional yang diharapkan dapat implementasi paska perencanaan disusun,
membantu PMU dan PIU PPSP dalam dan difokuskan pada konsolidasi dan
menjalankan tugas teknis sehari-hari dan realisasi pendanaan program/kegiatan yang
ditempatkan di masing-masing teridentifikasi dalam perencanaan strategis
sekretariat. Unsur pendukung ini dapat kabupaten/kota (SSK).
merupakan in-house consultant atau
tenaga ahli yang dikhususkan membantu Unsur pendukung implementasi berasal dari
PMU dan PIU PPSP dalam lingkup: lembaga/negara donor/dunia usaha/
akademisi/lembaga swadaya masyarakat/
Kesekretariatan. media yang berkomitmen untuk mendanai
Penyiapan konsep, materi, dan fasilitasi kegiatan sanitasi sesuai kebutuhan di
kegiatan PMU/PIU. daerah sebagaimana direpresentasikan
Koordinasi horizontal (PMU-PIU) dan dalam SSK.
vertikal (Pusat-provinsi-
kabupaten/kota). Program/kegiatan yang dapat didanai
Kegiatan monitoring dan evaluasi. merupakan implementasi dari SSK,
Penjaminan kualitas dokumen. terutama terkait penyediaan infrastruktur
Pelaporan program PPSP. berskala kawasan atau komunal, kampanye
berskala nasional/regional, studi/kajian
Pendanaan untuk mengontrak in-house berskala kabupaten/kota, dan sebagainya
consultant atau tenaga ahli terutama yang bermanfaat mempercepat pencapaian
berasal dari APBN atau non-APBN. Sesuai target nasional dan partisipasi masyarakat
lingkupnya, keahlian yang dibutuhkan luas terhadap akses dan layanan sanitasi
mencakup keahlian teknis, monitoring berkelanjutan.
dan evaluasi, kesehatan masyarakat,
pemberdayaan masyarakat, serta
keahlian-keahlian lainnya yang
menunjang pekerjaan sekretariat.
MPP - PPSP 37

B. PENDUKUNG DI PROVINSI

Unsur pendukung di tingkat provinsi


diadakan terutama untuk membantu Secara garis besar tugas fasilitator provinsi
provinsi agar dapat menjalankan tugas di adalah sebagai berikut (penjelasan lebih
wilayahnya sebagai koordinator lanjut ada pada Lampiran D):
pelaksanaan pembangunan sanitasi atau Mendampingi Pokja provinsi
sebagai perwakilan pemerintah Pusat di melaksanakan tugas dan fungsinya terkait
daerah. PPSP dan pembangunan sanitasi.
Membantu provinsi dalam
Mengingat peran strategis tersebut, provinsi mengembangkan sistem penjamin
dapat diperkuat dengan dukungan: kualitas dokumen perencanaan sanitasi
dan pemantauan implementasi SSK di
Fasilitator Provinsi kab/kota serta evaluasi dukungan yang
dilakukan oleh provinsi.
Dukungan fasilitator provinsi atau Berkoordinasi dengan fasilitator
provincial facilitator (PF) merupakan kabupaten/kota dalam penyusunan/
dukungan yang dapat didanai dari Pusat pemutakhiran SSK dan pendampingan
atau pemerintah provinsi, dan tidak implementasi SSK di wilayah provinsi.
menutup kemungkinan dari
lembaga/negara donor yaitu dengan Fasilitator provinsi dapat berupa perorangan
menyediakan fasilitator handal yang atau tim fasilitator yang beranggotakan 2
bertempat di provinsi dan bertugas sampai 4 orang tenaga ahli, yang mencakup
mendampingi Pokja PPAS Provinsi sesuai berbagai keahlian, misalnya keahlian teknis,
tugas dan fungsinya dalam program PPSP, keuangan, kelembagaan kebijakan publik,
yakni fungsi koordinasi, advokasi, dan komunikasi. Dukungan tersebut
advisori, fasilitasi, supervisi, dan disesuaikan dengan kebutuhan provinsi.
sinkronisasi.
Kesekretariatan
Perekrutan fasilitator provinsi diharapkan
dilakukan setiap tahun anggaran berjalan Dukungan kesekretariatan di tingkat provinsi
selama pelaksanaan PPSP 2020-2024 dengan sangat diperlukan terutama untuk membantu
komposisi dan keahliannya disesuaikan Pokja provinsi dalam lingkup administrasi
dengan kebutuhan provinsi yang kegiatan PPSP, pengelolaan keuangan
bersangkutan. program, dan koordinasi antar anggota
Pokja. Kantor Sekretariat dapat dilengkapi
Fasilitator provinsi berkantor di provinsi dan dengan sarana kerja yang memadai
diharapkan bertempat di sekretariat program diantaranya: (a) ruang kerja dan ruang rapat
PPSP guna kemudahan akses koordinasi Pokja beserta perlengkapannya, (b)
dengan seluruh OPD anggota Pokja PPAS komputer, printer, fasilitas internet, serta
provinsi. alat tulis kantor (ATK).
C. PENDUKUNG DI KABUPATEN/KOTA

Fasilitator Kabupaten/Kota
Membantu menciptakan kondisi yang kondusif
di kabupaten/kota bagi pembangunan sanitasi
Dukungan fasilitator kabupaten/kota atau dengan melakukan pemetaan pembangunan
city facilitator (CF) dimaksudkan agar sanitasi di kabupaten/kota secara multi aspek.
kabupaten/kota terdampingi dengan
Membantu kabupaten/kota dalam proses
fasilitator yang handal dalam mendukung
konsultasi/supervisi dengan provinsi saat
kabupaten/kota menyusun atau
pra-Lokakarya dan Lokakarya SSK di
memutakhirkan SSK dan implementasi SSK.
provinsi.
Mengawal implementasi SSK khususnya
Fasilitator kabupaten/kota dapat internalisasi SSK dalam proses perencanaan
disediakan oleh kabupaten/kota dan penganggaran formal.
bersangkutan dengan merekrut fasilitator
Berkoordinasi dengan program-program
yang mendampingi Pokja PPAS sanitasi lainnya di lapangan untuk
kabupaten/kota sesuai tugas dan mengakselerasi pencapaian target sanitasi
fungsinya dalam program PPSP. Dukungan nasional.
fasilitator kabupaten/kota diharapkan
dilakukan setiap tahun selama
Kesekretariatan
pelaksanaan PPSP 2020-2024 yang
lingkup tugasnya akan disesuaikan
Dukungan kesekretariatan di kab/kota sangat
dengan kondisi masing-masing
diperlukan terutama untuk membantu Pokja
kabupaten/kota.
kab/kota dalam lingkup administrasi kegiatan
PPSP, pengelolaan keuangan program, dan
Secara garis besar tugas CF adalah: koordinasi antar anggota Pokja. Kantor
Sekretariat dapat dilengkapi dengan sarana kerja
Membantu Pokja PPAS kabupaten/kota yang memadai diantaranya: (a) ruang kerja dan
dalam mengembangkan sistem yang ruang rapat Pokja beserta perlengkapannya, (b)
efektif dalam pembangunan sanitasi. komputer, printer, fasilitas internet, serta alat
tulis kantor (ATK).
MPP - PPS P 39

Tenaga
Ahli

Kebijakan dan Strategi


Koordinasi Pelaksanaan
Program
Konsolidasi Pendanaan
Kerangka Pemantauan-
Evaluasi
Peningkatan Kapasitas Pendampingan melalui 4
Pendampingan melalui kanal belajar
4 kanal belajar Pedoman/Panduan
Bantuan Teknis
Pedoman/Panduan

Peningkatan
Koordinasi Program Kapasitas
Advokasi Stakeholders
Supervisi Perencanaan & Koordinasi Program
Implementasi Advokasi Stakeholders
Fasilitasi & Sinkronisasi Advisori Pengembangan
Program/Kegiatan Kebijakan
Koordinasi &
Fasilitator Advisori Pengembangan
Konsultasi Fasilitator
Kebijakan
Provinsi Kab/Kota
MPP - PPSP 40

4 . 1 M I LE S TO N E I M P L E M E N T A S I Penetapan prioritas wilayah/komunitas


dan skala layanan.
PPSP tahun 2020-2024 akan berfokus Penyusunan Program dan Kegiatan.
pada implementasi SSK yang memiliki 4 Pokja menindaklanjuti dukungan
milestone implementasi, yaitu: Bupati/Walikota untuk kebijakan
penanganan permasalahan sanitasi
Milestone 1 (M1): (dengan fokus pada penyediaan layanan di
Mendapatkan komitmen Kepala Daerah, wilayah/masyarakat prioritas dan skala
dengan kegiatan: layanan) dan menuangkannya ke dalam
Persamaan persepsi Pokja. program/kegiatan yang lebih operasional.
Dukungan Kepala OPD.
Komitmen Bupati/Walikota. Skenario multiaspek (aspek kelembagaan
dan kerangka aturan, aspek pendanaan
Kesamaan persepsi Pokja terutama dan pembiayaan, aspek teknis
mengenai permasalahan dan kondisi pengelolaan, serta aspek komunikasi dan
sanitasi perlu dibangun untuk melahirkan pemberdayaan masyarakat) untuk model
komitmen yang kuat dalam implementasi pengelolaan sanitasi berkelanjutan
SSK. Pokja merupakan wadah koordinasi kemudian disusun. Kabupaten/kota
dimana implementasi sepenuhnya ada didorong untuk melaksanakan uji coba
pada masing-masing Dinas/Perangkat model pengelolaan terlebih dahulu
Daerah. Dari penyamaan persepsi ini sebelum memperluas layanan secara
kemudian Pokja harus memastikan penuh.
terjadinya sinkronisasi dan sinergi antara
Dinas terkait yang lalu dilanjutkan dengan Milestone 3 (M3):
advokasi penyampaian usulan paket Ujicoba Model Layanan Skala Terbatas,
kebijakan kepada Kepala Daerah dengan kegiatan:
(Bupati/Walikota) untuk mendapatkan Melaksanakan uji coba model layanan pada
dukungan sepenuhnya dalam skala terbatas.
pengimplementasian SSK. Memantau pelaksanaan uji coba model
layanan.
Milestone 2 (M2): Evaluasi pelaksanaan uji coba model
Penetapan Kebijakan, dengan kegiatan: layanan.
Penerapan uji coba layanan dilakukan Milestone 4 (M4):
secara terbatas, baik skala, cakupan, Perluasan Layanan Skala Penuh, dengan
tingkat layanan maupun rentang kegiatan:
waktunya. Pelaksanaan kegiatan (uji coba model
layanan skala penuh).
Dari pelaksanaan uji coba model layanan Memantau pelaksanaan uji coba model
ini dapat diketahui keefektifan koordinasi layanan sanitasi.
kerja regulator/operator, hambatan Melakukan evaluasi pelaksanaan uji
pelaksanaan uji coba model layanan, serta coba model layanan.
skema penyelenggaraan dan pengendalian Pelaksanaan layanan sanitasi dengan skala
layanan oleh dinas penanggung jawab yang lebih luas dilakukan oleh Dinas/OPD
utama/OPD sebagai regulator. yang dikoordinasikan oleh Pokja. Meskipun
skala layanan belum seluruhnya mencakup
Pokja kemudian melakukan pemantauan
kabupaten/kota namun kegiatan ini
kegiatan uji coba model layanan dan
merupakan perluasan dan perbaikan dari
mengkonsolidasikan laporan pemantauan
model yang diujicobakan di tahun N
dengan dinas/OPD terkait, kegiatan
dengan perangkat pendukung yaitu
evaluasi juga dilakukan untuk umpan balik
kelembagaan, kerangka aturan, pendanaan,
dan perbaikan layanan sanitasi di tahun
dan komunikasi serta pemberdayaan
selanjutnya. Hasil pemantauan dan
masyarakat.
evaluasi disampaikan Pokja melalui
kegiatan monitoring dan evaluasi Pokja. Penjelasan rinci mengenai milestone
implementasi M1-M4 dapat dilihat pada
Panduan Fasilitasi Pembangunan Sanitasi
Permukiman.
4.2 STATUS PELAKSANAAN PPSP DI
KABUPATEN/KOTA 2020-2024

Selama kurun waktu 2020-2024 akan terdapat


c. Kabupaten/kota yang memiliki EHRA dan
beberapa kondisi pelaksanaan PPSP di SSK masih berlaku karena umurnya masih
kabupaten/kota yaitu: kurang dari 5 tahun.

a. Kabupaten/kota yang EHRA dan SSK- d. Kabupaten/kota yang sudah


nya tidak ada (terdapat di 19 menyelesaikan implementasi SSK pada
kabupaten/kota di Provinsi Papua) milestone (M) : (a) M1, atau (b) M1 & M2,
atau tidak berlaku (kabupaten/kota atau (c) M1 sampai dengan M3.
memiliki dokumen EHRA dan SSK dengan
umur sudah lebih dari 5 tahun). Dalam 1 provinsi bisa terdapat beberapa kondisi
pelaksanaan PPSP kabupaten/kota karena
b. Kabupaten/kota yang memiliki EHRA provinsi terdiri dari beberapa kabupaten/kota.
masih berlaku (umur kurang dari 5 tahun) Provinsi diharapkan dapat memantau dan
namun SSK tidak berlaku (umur sudah mengidentifikasi kondisi pelaksanaan PPSP
lebih dari 5 tahun). kabupaten/kota di wilayahnya agar dapat
dilakukan intervensi segera terhadap kondisi
tersebut.

I NT E RV E N SI PPSP
EHRA SSK N N + 1 N +2
SSK ( b a r u /
Tid a k A d a Tid a k A d a p e m u t a kh i r a n ) Im p le m e n t a s i
EHRA
Tid a k Be r la ku Tid a k Be r la ku Im p le m e n t a s i SSK ( M 4 )
SSK ( M 1 - M 3 )

Pe m u t a kh i r a n SSK Re p l ika s i d a n Eska la s


Tid a k A d a /
M a s ih Be r la ku Im p le m e n t a s i
Tid a k Be r la ku Im p le m e n t a s i i La y a n a n Sa n i t a s i
:<5thn SSK ( M 4 )
:>5thn SSK ( M 1 - M 3 ) & Pe n in gka t a n A kse
s

Tin ja u U la n g SSK
M a s ih Be r la ku : Im p le m e n t a s i Re p l ika s i d a n Esk a la s
M a s ih Be r la ku : Im p le m e n t a s i SS K ( M 4 ) i La y a n a n Sa n i t a s i
3 <5thn <5thn
SSK ( M 1 - M 3 ) & Pe n in gka t a n A k se
s

Re p l ika s i d a n Eska la s Im p le m e n t a s i SSK


Im p le m e n t a s i SSK ( M 1 , a t a u Im p le m e n t a s i Ska la Pe n u h
i La y a n a n Sa n i t a s i
M1-M2,atauM1-M3) SSK ( M 3 - M 4
& Pe n in g ka t a n A kse
)
s
1. KABUPATEN/KOTA DENGAN EHRA & SSK TIDAK ADA/TIDAK BERLAKU

Pada status ini terdapat 2 kondisi


Sedangkan Provinsi Papua merekrut
kabupaten/kota, yaitu: (1a) kabupaten/kota fasilitator provinsi mandiri untuk
yang tidak memiliki EHRA dan SSK, dan mendampingi proses penyusunan EHRA,
(1b) kabupaten/kota yang memiliki EHRA SSK, dan implementasi SSK di
dan SSK namun tidak berlaku (>5 tahun). kabupaten/kota.

Khusus untuk kabupaten/kota dengan Mandiri artinya adalah kabupaten/kota dan


kondisi tidak memiliki EHRA dan SSK (1a) provinsi merekrut fasilitator di daerahnya
terdapat di 19 kabupaten/kota di Provinsi dengan menggunakan APBD
Papua yaitu kabupaten/kota dalam tabel kabupaten/kota atau APBD provinsi atau
di bawah berikut. pendanaan lainnya yang memungkinkan.
Hal ini dikarenakan Pusat tidak
Kabupaten/kota tersebut melakukan mengalokasikan fasilitator untuk
perekrutan fasilitator kabupaten/kota kabupaten/kota dan provinsi seperti
secara mandiri untuk membantu program PPSP sebelumnya.
penyusunan dokumen EHRA (tahun N),
penyusunan dan implementasi SSK (tahun Setelah SSK disusun maka kabupaten/kota
N+1) oleh Pokja kabupaten/kota. melaksanakan pembaharuan data di sistem
informasi PPSP dalam Nawasis (tanpa perlu
pemutakhiran SSK) sampai dengan tahun 2024.
Bagi kabupaten/kota dengan kondisi (1b) yaitu
membantu penyusunan EHRA, SSK dan
memiliki EHRA dan SSK dengan umur
implementasi SSK oleh Pokja
> 5 tahun maka data yang ada dalam
kabupaten/kota. Sedangkan provinsi
dokumen EHRA dan SSK dianggap sudah
merekrut fasilitator provinsi secara mandiri
tidak berlaku lagi karena adanya perubahan
untuk mendampingi proses penyusunan
kondisi lingkungan. Oleh karenanya,
EHRA, SSK dan implementasi di
kabupaten/kota dapat memutakhirkan studi
kabupaten/kota.
EHRA-nya terlebih dahulu di tahun N
sebagai dasar untuk pemutakhiran SSK dan Dukungan Pusat di tahun N terhadap
implementasi di tahun N+1. provinsi yang memiliki kabupaten/kota
yang berada dalam kondisi seperti ini
Selanjutnya di tahun N+2 dan seterusnya
adalah (a) Pemutakhiran Panduan EHRA
sampai dengan tahun 2024, kabupaten/kota
untuk kabupaten/kota dan provinsi, (b)
melakukan implementasi SSK dan hanya
Pelatihan EHRA untuk Pokja provinsi, (c)
memperbaharui data sanitasi melalui
Pelatihan EHRA untuk kabupaten/kota di
Nawasis tanpa perlu melakukan
provinsi, (d) penyediaan Tenaga Ahli di
pemutakhiran dokumen SSK secara lengkap.
Pusat yang dapat dimanfaatkan oleh
Provinsi berperan mendampingi
provinsi dan kabupaten/kota dalam
kabupaten/kota dalam implementasi SSK
berkonsultasi mengenai penyusunan EHRA
dan mendorong perbaharuan data sanitasi
di wilayahnya, serta (e) penyediaan sistem
dalam sistem informasi PPSP dalam
informasi dan kanal belajar yang
Nawasis setiap tahunnya sampai dengan
komprehensif bagi provinsi dan
tahun 2024.
kabupaten/kota untuk pengawalan
penyusunan EHRA. (Peran Pusat lebih rinci
Kabupaten/kota merekrut fasilitator
dapat dilihat pada Bab 3)
kabupaten/kota secara mandiri untuk
2. KABUPATEN/KOTA MEMILIKI DOKUMEN EHRA < 5 TAHUN (BERLAKU)
NAMUN SSK > 5 TAHUN (TIDAK BERLAKU)

Pada kondisi ini kabupaten/kota harus


memutakhirkan SSK-nya terlebih dahulu Kabupaten/kota dan provinsi merekrut

dengan dasar EHRA yang masih berlaku. fasilitator kabupaten/kota dan provinsi secara

Setelah penyusunan Bab 1 (B1) sampai mandiri untuk membantu proses pemutakhiran

dengan Bab 3 (B3) dalam dokumen dan implementasi SSK di kabupaten/kota.

pemutakhiran SSK maka kabupaten/kota


dapat langsung menyiapkan materi Dukungan Pusat di tahun N terhadap

audiensi/advokasi kepada para kepala OPD, provinsi yang memiliki kabupaten/kota

dan menyiapkan materi audiensi/advokasi yang berada dalam kondisi seperti ini

untuk Kepala Daerah (Milestone-1). adalah (a) Panduan fasilitasi pembangunan

Selanjutnya kabupaten/kota dapat sanitasi permukiman, (b) penyediaan

melakukan kegiatan penyelesaian Bab 4 Tenaga Ahli di Pusat yang dapat

dan Bab 5 dalam SSK paralel dengan dimanfaatkan oleh provinsi dan

kegiatan dalam milestone 2 dan milestone 3 kabupaten/kota dalam berkonsultasi

sebagaimana dijelaskan dalam diagram di mengenai pemutakhiran dan implementasi

atas. sanitasi di wilayahnya, serta (c) penyediaan


sistem informasi dan kanal belajar yang
Di tahun N+1 kabupaten/kota melanjutkan komprehensif bagi provinsi dan
implementasi milestone 4 yaitu eskalasi kabupaten/kota untuk pengawalan
layanan sanitasi dan peningkatan akses pemutakhiran dan implementasi sanitasi.
serta melakukan pembaharuan data sanitasi (Peran Pusat lebih rinci dapat dilihat pada
melalui sistem informasi dalam Nawasis Bab 3)
setiap tahun sampai dengan tahun 2024.
3. KABUPATEN/KOTA MEMILIKI DOKUMEN EHRA & SSK
< 5 TAHUN (BERLAKU)

Untuk kabupaten/kota yang memiliki


Selanjutnya di tahun N+1 kabupaten/kota
dokumen EHRA dan SSK yang masih berlaku melanjutkan implementasi, yaitu:
maka pemutakhiran terhadap SSK tidak Milestone 4 : Aplikasi model secara
perlu dilakukan secara menyeluruh, namun penuh dengan skala lebih luas,
hanya pada bagian yang penting saja peningkatan demand/akses, utilisasi
(kondisi sanitasi) sehingga kabupaten/kota infrastruktur (perluasan layanan skala
dapat langsung menuju kepada milestone penuh).
dalam implementasi di tahun N, yaitu:
Dan di tahun N+2 kabupaten/kota melanjutkan
Milestone 1 : Mendapatkan Komitmen
implementasi, yaitu: replikasi dan eskalasi
Kepala Daerah
layanan sanitasi dan peningkatan akses.
Milestone 2 : Penetapan Kebijakan
Milestone 3 : Ujicoba Model Layanan
Penjelasan lebih lengkap untuk milestone
Skala Terbatas
implementasi SSK terdapat dalam Panduan
Fasilitasi Pembangunan Sanitasi
Provinsi dapat mempertimbangkan kriteria
Permukiman.
kabupaten/kota untuk implementasi yaitu:
(a) memiliki sarana layanan keberlanjutan
sanitasi (IPLT dan TPA), (b) prioritas status Pada tahun N+1 sampai dengan tahun 2024

kabupaten/kota (besar/metropolitan), dan kabupaten/kota hanya melakukan


(c) ada dalam koridor pertumbuhan pembaharuan data sanitasi melalui sistem
/pemerataan (RPJMN 2020-2024). informasi PPSP dalam Nawasis setiap
tahunnya.
4. KABUPATEN/KOTA IMPLEMENTASI SSK

Kabupaten/kota yang telah melaksanakan


Di tahun N dan seterusnya sampai dengan
implementasi SSK di tahun N-1, maka pada
tahun 2024, kabupaten/kota hanya
tahun N dan N+1 kabupaten/kota
melakukan pembaharuan data sanitasi
melanjutkan milestone (M) implementasi
melalui sistem informasi dalam Nawasis
tersebut sampai dengan replikasi dan
tanpa perlu melakukan kegiatan
eskalasi layanan sanitasi & peningkatan
pemutakhiran SSK. Provinsi berperan
akses. Selanjutnya di tahun N+2
mendorong kabupaten/kota untuk
kabupaten/kota dapat mengimple-
memperbaharui data sanitasi setiap tahun
mentasikan SSK dengan skala penuh
melalui sistem informasi dalam Nawasis.
(seluruh wilayah kabupaten/kota).

Dalam melaksanakan implementasi ini Dukungan Pusat terhadap provinsi yang


kabupaten/kota merekrut fasilitator memiliki kabupaten/kota yang sedang
implementasi kabupaten/kota untuk membantu melaksanakan implementasi adalah: (a)
kabupaten/kota, begitu pula dengan provinsi penyediaan Tenaga Ahli di Pusat yang
yang merekrut fasilitator provinsi untuk dapat dimanfaatkan oleh provinsi dan
membantu provinsi mendampingi kabupaten/kota dalam berkonsultasi
kabupaten/kota dalam implementasi. mengenai implementasi sanitasi di
wilayahnya, serta (b) penyediaan sistem
Penjelasan lebih lengkap untuk milestone informasi dan kanal belajar yang
implementasi SSK terdapat dalam Panduan komprehensif bagi provinsi dan
Fasilitasi Pembangunan Sanitasi kabupaten/kota untuk pengawalan
Permukiman. implementasi sanitasi. (Peran Pusat lebih
rinci dapat dilihat pada Bab 3)
MPP - PPSP 48

4.3 KEGIATAN DI KABUPATEN/KOTA

Lingkup kegiatan PPSP disusun Pelatihan EHRA di provinsi (atau


berdasarkan kondisi masing-masing konsultasi penyusunan EHRA) dan
kabupaten/kota tahun N. Untuk penyusunan dokumen EHRA.
kabupaten/kota dengan kondisi dokumen Persiapan Pelaksanaan Program PPSP
EHRA dan SSK tidak ada atau tidak tahun N+1 (implementasi SSK).
berlaku maka kabupaten/kota harus Persiapan Kepesertaan PPSP tahun
melakukan studi EHRA di tahun N. selanjutnya (N+1).
Pelaksanaan Kegiatan Rutin
Lingkup kegiatan untuk kabupaten/kota Pembangunan Sanitasi (Fisik dan Non-
dengan kondisi tersebut adalah sebagai Fisik).
berikut: Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan PPSP
Sosialisasi pelaksanaan program PPSP (input progres PPSP dan database sanitasi ke
kepada para pemangku kepentingan dalam Nawasis, kunjungan lapangan ke lokasi
kegiatan nasional dan daerah. pembangunan sanitasi, rapat koordinasi
Pengadaan dan Penempatan Tenaga pemantauan-evaluasi).
Fasilitator Kabupaten/Kota.
Koordinasi Pelaksanaan PPSP tingkat Tabel dan bagan dari lingkup kegiatan di
Kabupaten/Kota (kick-off kabupaten/ kabupaten/kota tersebut adalah sebagai
kota/provinsi, rapat, pertemuan, dan berikut:
lainnya).
MPP - PPSP 49
MPP - PPSP 50

1. Sosialisasi pelaksanaan program PPSP kepada para pihak di kabupaten/kota (Januari - Desember)

2. Pengadaan dan penempatan tenaga fasilitator kabupaten/kota (Januari - Desember)

3. Koordinasi pelaksanaan program PPSP di kabupaten/kota (kick off kab/kota, kick-off provinsi, dan rapat/pertemuan) (Januari
- Desember)

4. Pelaksanaan EHRA di kabupaten/kota (Maret - Desember)

4a. Pelatihan EHRA d i provinsi/konsultasi


penyusunan EHRA (M aret - April)

4b. Pelaksanaan dan penyusunan EHRA oleh kabupaten/kota (Maret - Desember)

5. Persiapan pelaksanaan program PPSP tahun N+1 (Juli - Desember)

5a. Pembaharuan atau pembentukan Pokja kabupaten/kota untuk pelaksanaan program PPSP N+1 (Juli - Desem

5b. Penyusunan Renja Pokja kabupaten/kota & penyusunan anggaran kegiatan PPSP N+1 (Juli - Desember)

5c. Rapat koordinasi persiapan PPSP (Juli - Desember)

6. Persiapan kepesertaan PPSP (surat kesiapan) (Agustus - Oktober)

7. Pelaksanaan kegiatan rutin pembangunan sanitasi fisik dan non-fisik (Januari - Desember)

8. Pemantauan dan Evaluasi pelaksanaan program PPSP (input progres PPSP & database ke Nawasis, kunjungan lapangan, rapat koordinasi monev) (Januari - Desem

Fe b r u a r i April Juni A gu s t u s O kt o b e r De se m b e r

Januari Maret Mei Juli Se p t e m b e N o ve m b e r


r
MPP - PPSP 51

Sedangkan untuk kabupaten/kota dengan


Pelaksanaan kegiatan pembangunan
kondisi melaksanakan pemutakhiran dan/atau
sanitasi (fisik dan non-fisik).
implementasi di tahun N maka kabupaten/kota
Sinergi pendanaan sanitasi.
melaksanakan lingkup kegiatan sebagai
Advokasi implementasi sanitasi.
berikut:
Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan
PPSP (input progres PPSP dan database
Pengadaan dan penempatan tenaga
sanitasi ke Nawasis, kunjungan
fasilitator kabupaten/kota.
lapangan ke lokasi pembangunan
Koordinasi pelaksanaan PPSP tingkat
sanitasi, rapat koordinasi monev).
kabupaten/kota.
Penyusunan SSK (khusus Papua). Tabel dan bagan dari lingkup kegiatan di
Pelaksanaan pemutakhiran dan/atau kabupaten/kota tersebut adalah sebagai
implementasi SSK. berikut:
MPP - PPSP 51
MPP - PPSP 52
1. Pengadaan dan penempatan tenaga fasilitator kabupaten/kota (Januari - Desember)

2. Koordinasi pelaksanaan program PPSP di kabupaten/kota (kick off kab/kota, kick-off provinsi, dan rapat/pertemuan) (Januari
- Desember)

3. Penyusunan SSK di kabupaten/kota (Januari - Desember)


(khusus kabupaten/kota di Papua yang belum memiliki SSK namun EHRA sudah dilakukan N-1)

4. Pemutakhiran/Implementasi SSK di kabupaten/kota (Januari - Desember)

4a. Pelaksanaan pemutakhiran/implementasi SSK di kabupaten/kota (Januari - Desember)

4b. Pelaksanaan kegiatan pembangunan sanitasi fisik dan non-fisik di kabupaten/kota (Januari- Desember)

5. Sinergi Pendanaan Sanitasi


(Juni - Desember)

5a. Pra-Lokakarya SSK


(Juni - Agustus)

5b. Menghadiri Lokakarya SSK di


provinsi (September)

5c. Internalisasi Hasil Lokakarya


SSK (September - Desember)

5d. Pemasaran Sanitasi


(November - Desember)

6. Advokasi implementasi sanitasi kepada para pemangku kepentingan (Januari - Desember)

7. Pemantauan dan Evaluasi pelaksanaan program PPSP (input progres PPSP dan database ke Nawasis, kunjungan lapangan, rapat koordinasi monev) (Januari - Dese

Fe b r u a r i April Juni A gu s t u s O kt o b e r De se m b e r

Januari Maret Mei Juli Se p t e m b e N o ve m b e r


r
MPP - PPSP 54

4.4 KEGIATAN DI PROVINSI

Provinsi setiap tahun memantau dan


mengidentifikasi status pelaksanaan Persiapan pelaksanaan PPSP tahun N+1.

kabupaten/kota agar dapat diketahui Persiapan kepesertaan PPSP tahun N+1.

pendampingan yang akan dilakukan oleh Peningkatan kapasitas untuk

provinsi di tahun N. Setiap provinsi akan kabupaten/kota.

memiliki kabupaten/kota dengan kondisi Pendampingan provinsi untuk

yang berbeda sehingga setiap tahun penyusunan/pemutakhiran dan

provinsi harus siap untuk melakukan implementasi SSK.

dampingan terhadap kabupaten/kota yang Penyusunan/pemutakhiran/pemantauan

lingkup kegiatan utamanya adalah capaian Roadmap Sanitasi Provinsi.

pemetaan EHRA dan/atau pemutakhiran/ Sinergi Pendanaan Sanitasi.


Advokasi implementasi sanitasi kepada
implementasi SSK.
pemangku kepentingan.

Adapun lingkup kegiatan provinsi (sesuai Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

dengan perannya dalam koordinasi, program PPSP (pemantauan-evaluasi

advokasi, advisori, fasilitasi, supervisi, dan melalui Nawasis dan kunjungan

sinkronisasi) adalah sebagai berikut: lapangan ke kabupaten/kota, rapat


koordinasi, surat hasil pemantauan-

Sosialisasi pelaksanaan program PPSP. evaluasi).

Pengadaan dan penempatan fasilitator


provinsi. Tabel dan bagan lingkup kegiatan di

Koordinasi pelaksanaan PPSP. provinsi adalah sebagai berikut:

Pelatihan dan pendampingan EHRA.


MPP - PPSP 55
1. Sosialisasi pelaksanaan program PPSP kepada para pemangku kepentingan di provinsi (Januari - Desember)

2. Pengadaan dan penempatan tenaga fasilitator provinsi (Januari - Desember)

3. Koordinasi pelaksanaan program PPSP untuk pendampingan Studi EHRA


(Januari - Desember)

4. Pelatihan dan pendampingan EHRA oleh provinsi kepada kabupaten/kota (Maret - Desember)

5. Persiapan pelaksanaan program PPSP tahun N+1 (kelembagaan/Pokja,


Renja dan anggaran program PPSP, rakor) (Juli-Desember)

6. Persiapan kepesertaan PPSP tahun N+1 (surat informasi,


seleksi kabupaten/kota, rekomendasi (Agustus - Desember)

1. Pengadaan dan penempatan tenaga fasilitator provinsi (Januari - Desember)

2. Koordinasi pelaksanaan PPSP di provinsi (kick-off provinsi/rapat/pertemuan) (Januari - Desember)

3. Peningkatan kapasitas oleh provinsi


untuk kabupaten/kota (Februari - April)

4. Pendampingan provinsi ke kabupaten/kota penyusunan/pemutakhiran dan


implementasi SSK (Maret - Desember)

5. Penyusunan/pemutakhiran/pemantauan capaian Roadmap Sanitasi


Provinsi (RSP) (Maret - Oktober)

6. Sinergi pendanaan sanitasi (Pra-lokakarya SSK, Lokakarya SSK,


internalisasi SSK, pemasaran sanitasi (Juni - Desember)

7. Advokasi implementasi sanitasi kepada Gubernur, legislatif, dan para pemangku kepentingan lainnya (Januari - Desember)

Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Program PPSP (monev melalui Nawasis dan kunjungan lapangan ke kab/kota, rapat koordinasi monev, surat hasil monev) (Ja
Fe b r u a r i April Juni A gu s t u s O kt o b e r De se m b
er

Fe b r u a r i April Juni A gu s t u s O kt o b e r De se m b e

Januari Maret Mei Juli Se p t e m b e N o ve m b e r


r
MPP - PPSP 59

4.5 KEGIATAN DI PUSAT

Pusat berperan melaksanakan Pendampingan penyusunan/


pendampingan kepada provinsi untuk pemutakhiran dan implementasi SSK.
membantu kabupaten/kota dalam Pendanaan sanitasi (sinkronisasi dan
melaksanakan PPSP. koordinasi).
Pemantauan dan evaluasi (pemantauan-
Dalam memfasilitasi provinsi dan juga evaluasi melalui Nawasis dan
kabupaten/kota, Pusat membuka akses kunjungan lapangan ke provinsi, rapat
konsultasi dan pendampingan melalui 4 koordinasi, surat hasil pemantauan-
kanal belajar yang diantaranya dapat evaluasi, pengelolaan sistem informasi
diakses dalam Nawasis (penjelasan lebih PPSP).
lanjut untuk 4 kanal belajar dapat dilihat
dalam Bab 5). Setiap tahunnya Pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota melakukan tahapan
Sejalan dengan peran Pusat di atas maka pemantauan dan evaluasi. Hal ini untuk
lingkup kegiatan adalah sebagai berikut: memastikan bahwa kegiatan dalam
Sosialisasi pelaksanaan program PPSP. program PPSP dilaksanakan oleh semua
Pengadaan dan penempatan Tenaga pihak.
Ahli Pusat Pendukung PMU-PIU.
Pelatihan dan pendampingan/ Kabupaten/kota diharapkan dapat selalu
konsultasi EHRA oleh Pusat kepada mengisi informasi kemajuan pelaksanaan
provinsi. program PPSP dalam sistem informasi
Persiapan pelaksanaan program PPSP Nawasis secara berkala agar dapat
tahun N+1. diketahui kondisi terkini pembangunan
Persiapan kepesertaan PPSP N+1. sanitasi di kabupaten/kota. Sementara itu
Review/pemutakhiran Pedoman dan provinsi diharapkan dapat mengingatkan
Panduan PPSP. dan mendampingi kabupaten/kota dalam
Koordinasi pelaksanaan PPSP. memutakhirkan data sanitasi sebagai salah
Advokasi implementasi PPSP. satu bentuk pemantauan dan evaluasi yang
Peningkatan kapasitas (training of dilakukan provinsi. Pusat mengelola dan
trainer PMU-PIU, peningkatan kapasitas memelihara sistem informasi dan
teknis, komunikasi, kelembagaan/ pemantauan-evaluasi untuk pelaksanaan
regulasi) PPSP dalam Nawasis.
MPP - PPSP 60
1. Sosialisasi pelaksanaan program PPSP kepada para pemangku kepentingan dalam
event/kegiatan nasional dan daerah (Januari - Desember)

2. Pengadaan dan penempatan Tenaga Ahli Pusat pendukung PMU-PIU (Januari - Desember)

3. Pelatihan dan Pendampingan EHRA oleh Pusat kepada Pokja Provinsi


(Februari - Desember)

4. Persiapan pelaksanaan program PPSP tahun N+1


(kelembagaan, Renja dan anggaran, rakor) (Juni - Desember)

5. Persiapan kepesertaan PPSP tahun N+1 (surat, diseminasi, verifikasi, penetapan,


penerbitan kebijakan (April - Desember)

6. Review/pemutakhiran pedoman dan panduan PPSP (Juni-Desember)

1. Koordinasi pelaksanaan PPSP di Pusat (kick-off nasional, kick-off provinsi, rapat/pertemuan) (Januari - Desember)

2. Advokasi implementasi PPSP (legislatif, kepala daerah, pemangku kepentingan lainnya) (Januari - Desember)

3. Peningkatan kapasitas (ToT PMU-PIU, peningkatan kapasitas


teknis, strategi komunikasi, kelembagaan/regulasi)
(Januari - Juli)

4. Pendampingan penyusunan/pemutakhiran dan implementasi SSK oleh Pusat ke


daerah (Februari - Desember)

5. Pendanaan Sanitasi (Sinkronisasi dan Koordinasi Penganggaran


Sanitasi) (Juni - Desember)

Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Program PPSP (monev melalui Nawasis dan kunjungan lapangan, rapat koordinasi monev, surat hasil monev, review dan upd

Fe b r u a r i April Juni A gu s t u s O kt o b e r

Januari Maret Mei Juli Se p t e m b e N o ve m b e r


r
Pelaksanaan Program Percepatan Selain itu, Pokja kabupaten/kota juga
Pembangunan Sanitasi Permukiman dapat memanfaatkan database untuk
(PPSP) di semua tingkatan pemerintahan memutakhirkan data-data terkait sanitasi
baik itu Pusat, provinsi maupun yang mencakup aspek teknis, kelembagaan,
kabupaten/kota, senantiasa berjalan regulasi serta pendanaan secara berkala.
dengan cepat dan dinamis. Kecepatan dan Melalui database, pemerintah di tingkat
ketepatan informasi antar stakeholder Pusat maupun daerah diharapkan dapat
tentunya sangat dibutuhkan dalam memperoleh informasi mengenai capaian
mendukung pelaksanaan program. Untuk dan kinerja pembangunan sanitasi terkini
itu, pengelola program PPSP telah sebagai bahan pengambilan keputusan.
menyiapkan sistem informasi berbasis web
yaitu Nawasis yang dapat dimanfaatkan Pemantauan Progress
oleh seluruh pemangku kepentingan Penyusunan/Pemutakhiran SSK dan
program PPSP. Nawasis terdiri dari 3 Pendampingan Implementasi
(tiga) komponen yaitu Database,
Peningkatan Kapasitas dan Pelatihan Pemantauan terhadap setiap proses pada
(Capacity Building and Training/CBT) serta penyusunan/pemutakhiran SSK dan juga
Portal Informasi. pendampingan implementasi dilakukan
untuk melihat kemajuan dan kedalaman
5.1 NAWASIS SEBAGAI informasi yang dihasilkan oleh
DATABASE SANITASI kabupaten/kota pada setiap kegiatan. Pokja
kabupaten/kota diharuskan untuk
Dalam kerangka pelaksanaan program melaporkan kemajuan
PPSP, komponen database sanitasi penyusunan/pemutakhiran SSK dan
memiliki fungsi sebagai tools pemantauan pendampingan implementasi dalam
dan evaluasi untuk melihat kemajuan dan Nawasis untuk dilakukan verifikasi oleh
capaian pelaksanaan program. Pokja provinsi.
MPP - PPS P 65

Dalam melakukan proses verifikasi terhadap


output kegiatan dari masing- masing
proses/milestone yang diunggah oleh Pemantauan dan Evaluasi Implementasi
kabupaten/kota, Pokja provinsi diharapkan Pembangunan Sanitasi
dapat memberikan masukan dan
Selain melakukan pemantauan terhadap
berkomunikasi intensif dengan Pokja
progress penyusunan dokumen, Pokja juga
kabupaten/kota melalui Nawasis maupun
didorong untuk melakukan pemantauan dan
saluran komunikasi lainnya. Pokja provinsi
evaluasi terhadap kemajuan implementasi
mempunyai kewajiban mengawal dan
pembangunan sanitasi di daerahnya
melaporkan progress kabupaten/kota di melalui Nawasis. Pemantauan dan evaluasi
wilayahnya kepada pengelola program di pembangunan sanitasi dilakukan dengan
tingkat Pusat. mengisi beberapa modul isian dalam
Nawasis diantaranya:

Penjelasan lebih rinci mengenai


Modul Dat mekanisme pemanfaatan dan
a Te k n i s/ A k pengelolaan database sanitasi dapat
dilihat di Manual Pemanfaatan
se s
Database Sanitasi

Modul Data Teknis mencakup data-


data teknis terkait air limbah dan
persampahan dan dimutakhirkan
secara rutin oleh kabupaten/kota.
Melalui modul ini kabupaten/kota
dapat memantau peningkatan akses
sanitasi aman, layak dan dasar sesuai Modul Sarana/
dengan target yang telah disepakati
M o d u l In v e s t a s i bersama dengan provinsi. Prasarana
/ Pr o gr a m Pe n d a n
aan
Modul ini memuat informasi tentang sistem
Modul ini memuat antara lain pengelolaan sanitasi, jenis, dan jumlah
program/kegiatan dalam SSK dan dokumen infrastruktur eksisting dan juga
perencanaan lain, nilai investasi kebutuhannya dalam upaya mencapai target
(kebutuhan dana) berdasarkan sumber, yang telah ditetapkan. Selain itu,
subsektor, penerima manfaat, serta output kabupaten/kota juga dapat memperolah
dan outcome masing-masing informasi mengenai keberfungsian dan
program/kegiatan. Dengan memanfaatkan tingkat pemanfaatan (utilisasi) infrastruktur
modul ini, kabupaten/kota dapat sanitasi yang telah dibangun. Informasi yang
mengetahui jumlah dan proporsi anggaran dihasilkan dari modul ini dapat digunakan
sanitasi, peningkatan anggaran sanitasi, kabupaten/kota dalam memberikan
kemajuan implementasi SSK, umpan balik untuk perencanaan
dan lainnya. & penganggaran.
M o d u l D a t a N o n - Te k
nis
Modul Data Non-Teknis mencakup data-data
terkait profil kabupaten/kota, kelembagaan, dan
regulasi sanitasi. Melalui modul ini
kabupaten/kota dapat mengkaji kebijakan
pengelolaan sanitasi yang belum dan akan
diterapkan oleh kabupaten/kota untuk
peningkatan dan layanan akses sanitasi.
MPP - PPS P 66

5.2 NAWASIS SEBAGAI PLATFORM E-Learning (Belajar Daring/Online)


PENINGKATAN KAPASITAS Kanal ini bersifat menyampaikan
pengetahuan dengan cara mengakses
Kegiatan peningkatan kapasitas platform (media belajar secara
merupakan salah satu komponen penting daring/online). Pemahaman peserta
dalam pelaksanaan program PPSP yang terhadap materi diujikan melalui tes yang
ditujukan untuk seluruh pemangku dapat diakses melalui E-Learning. Contoh
kegiatan E-Learning ialah belajar mandiri
kepentingan baik di tingkat
melalui modul, mengerjakan tes evaluasi
kabupaten/kota, provinsi maupun
pemahaman, serta seminar berbasis online
pengelola program PPSP di tingkat Pusat.
(webinar).

Metodologi peningkatan kapasitas yang


Buddy System
digunakan adalah metode blended learning
Kanal ini bersifat menghubungi buddy
(penggunaan 4 kanal belajar)* yaitu
(mitra studi dapat berupa kabupaten/kota
metode belajar yang mengintegrasikan
atau provinsi lain) melalui telepon, email,
metode tatap muka dengan metode belajar
aplikasi chatting, atau forum diskusi untuk
melalui platform teknologi informasi dan
membahas suatu topik atau materi.
komunikasi dalam Nawasis.
Kegiatan ini bisa dilakukan langsung secara
tatap muka atau melalui online. Contoh
Ke-4 kanal belajar ini harus dimanfaatkan
kegiatan buddy system ialah forum diskusi
secara terintegrasi sehingga menghasilkan
pada Nawasis, penghargaan, program
rangkaian kegiatan belajar yang efektif.
mentor antar kabupaten/kota yang
Adapun ke-4 kanal belajar ini adalah
difasilitasi Pusat, dan studi banding secara
sebagai berikut:
mandiri.

Pelatihan Tatap Muka


Pendampingan Teknis
Kanal ini bersifat melatih kemampuan
Kanal ini bersifat pendampingan langsung
(training skill) yang dilakukan secara tatap
dari tenaga ahli untuk memberikan saran
muka dengan konsep partisipasi aktif yang
atau masukan terkait suatu topik/materi
berinteraksi langsung antara peserta
dengan tingkat kesulitan tinggi/kompleks.
dengan fasilitator/pelatih. Contoh kegiatan
Contoh kegiatan pendampingan teknis
tatap muka adalah Training of Trainer PMU-
ialah coaching clinic serta teleconference.
PIU, pelatihan Pokja Provinsi dan
fasilitator PPSP. *Penjelasan lebih lanjut mengenai blended learning dapat
dilihat pada "Panduan Penggunaan 4 Kanal Belajar".
MPP - PPS P 67

5.3 NAWASIS SEBAGAI PORTAL


INFORMASI & PEMBELAJARAN
HORIZONTAL PELAKU SANITASI dokumen peraturan, buku, panduan, materi
presentasi dan lain sebagainya.
Pelaksanaan program PPSP selama ini
sangat sarat dengan pengetahuan dan Portal informasi dan pengelolaan
pembelajaran. Melalui platform Nawasis, pengetahuan dalam Nawasis diharapkan
pengetahuan dan pembelajaran dikelola dapat meningkatkan pengetahuan dan
dan dikemas dalam berbagai bentuk pembelajaran horizontal stakeholder dalam
materi seperti berita dan kisah sukses, pembangunan sanitasi, serta membangun
untuk dapat diakses secara mudah oleh dan memperkuat jejaring sektor sanitasi
para pemangku kepentingan. Selain itu, diantara pelaku pembangunan sanitasi.
terdapat juga perpustakaan digital
(Digilib) yang dapat dimanfaatkan oleh Sebagai platform kolaborasi, seluruh
berbagai pihak untuk memperoleh pemangku kepentingan dapat menjadi
kontributor dalam portal informasi dengan
persetujuan dari administrator Nawasis.

Kedudukan dan Dasar Hukum Nawasis

Pemanfaatan Nawasis sebagai sistem informasi dan pengelolaan


pengetahuan sektor air minum sanitasi tercantum dokumen
’…Pengelolaan data,
RPJMN 2020-2024. Kewajiban kabupaten/kota dan provinsi
pemantauan, dan evaluasi
dalam pemanfaatan Nawasis kemudian diatur lebih detail
berbasis teknologi informasi,
melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri no. 845/9287/SJ dan
yaitu Nawasis (National Water
no. 845/9288/SJ tahun 2017 and Sanitation Information
Services)’
Untuk mewujudkan keterpaduan data sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data RPJMN 2020-2024 (Peraturan
Indonesia, Nawasis mendukung kolaborasi dengan sistem informasi Presiden Nomor 18
sanitasi lainnya seperti SMART Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Tahun 2020)
(STBM) di Kementerian Kesehatan, Sistem Informasi Sanitasi (SI
INSAN) di Kementerian PUPR, dan Sistem Informasi Pembangunan
Daerah (SIPD) di Kementerian Dalam Negeri

‘’…Kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap


‘‘’…Melakukan pengolahan dan menganalisa data
kemajuan pelaksanaan program pada setiap OPD
kemajuan pelaksanaan PPSP kabupaten/kota melalui
terkait dan diinput melalui web NAWASIS”
web NAWASIS, dan menugaskan staf tetap untuk
pelaksanaannya’’

SE MENDAGRI NO. 845/9287/SJ dan SE MENDAGRI NO. 845/9288/SJ


MPP - PPSP LAMPI RAN A - 1

Pokja PPAS Provinsi:

1. Ketua:
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada
Bertanggung jawab atas kelancaran dan
Ketua Pokja.
pengendalian pelaksanaan fungsi dan tugas
Pokja PPAS provinsi.
3. Sekretaris:
Mengendalikan pelaksanaan fungsi dan tugas
pembinaan dan pengawasan yang dilakukan
Mengkoordinasikan pelaksanaan fungsi dan
oleh Pokja PPAS.
tugas setiap bidang terkait dengan
Memberikan arahan kebijakan Program PPSP kepada
perencanaan, pengganggaran, pelaksanaan,
setiap anggota Pokja PPAS agar setiap bidang dapat
pengendalian, dan evaluasi program dan
melaksanakan fungsi dan tugas secara optimal.
kegiatan Pokja PPAS Provinsi.
Memastikan optimalisasi dukungan seluruh sumber
Memfasilitasi dan harmonisasi pelaksanaan fungsi
daya untuk kelancaran fungsi dan tugas Pokja PPAS
dan tugas serta membina hubungan kerja antar
provinsi.
bidang Pokja PPAS Provinsi.
Melaksanakan tugas lain terkait dengan
Menyiapkan bahan masukan perumusan kebijakan
pelaksanaan Program PPSP yang ditugaskan
penguatan kelembagaan Pokja PPAS dan
oleh Gubernur dan bertanggung jawab atas
kelembagaan pengelola sanitasi di provinsi dan
pelaksanaan tugas kepada Gubernur.
dalam kerangka fasilitasi ke kabupaten/kota.
Menyiapkan laporan Program PPSP berdasarkan
2. Ketua Harian:
laporan yang dihimpun dari setiap bidang Pokja
PPAS Provinsi.
Membantu ketua dalam menjamin kelancaran dan
Fasilitasi pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
pengendalian pelaksanaan fungsi dan tugas Pokja
PPSP oleh Pokja PPAS Provinsi ke kabupaten/ kota
PPAS Provinsi.
dan konsultasi ke Pusat serta melakukan update
Membantu ketua dalam mengendalikan
NAWASIS secara reguler.
pelaksanaan fungsi dan tugas pembinaan dan
Fasilitasi penyusunan Roadmap Sanitasi
pengawasan yang dilakukan oleh Pokja PPAS
Provinsi dan mengelola database Roadmap
Provinsi.
Sanitasi Provinsi.
Membantu ketua dalam memberikan arahan
Fasilitasi tim Pokja PPAS guna menghadiri
kebijakan Program PPSP kepada setiap anggota
pertemuan tahunan kabupaten/kota peserta
Pokja PPAS Provinsi agar setiap bidang dapat
PPSP dan agenda supervisi penguatan
melaksanakan fungsi dan tugas secara optimal.
kapasitas kabupaten/kota dalam
Membantu ketua dalam memastikan
penyusunan/pemutakhiran SSK atau lokakarya
optimalisasi dukungan seluruh sumber daya
SSK dan implementasi SSK.
untuk kelancaran fungsi dan tugas Pokja PPAS
Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan oleh Ketua
Provinsi.
Pokja PPAS dan bertanggung jawab atas
Membantu ketua dalam melaksanakan tugas lain
pelaksanaan tugas terhadap Ketua Pokja dan Ketua
terkait dengan pelaksanaan Program PPSP yang
Harian Pokja PPAS Provinsi.
ditugaskan oleh Gubernur.
MPP - PPSP LAMPI RAN A - 2

4. Bidang Perencanaan:
Melaksanakan tugas lain terkait dengan bidang
perencanaan yang ditugaskan oleh Ketua Pokja.
Mengkoordinasikan penyusunan
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada
Roadmap Sanitasi Provinsi (RSP) serta
Ketua Pokja.
updating NAWASIS. Mengkoordinasikan
perencanaan program dan kegiatan PPSP
5. Bidang Pendanaan:
jangka panjang, jangka
menengah dan tahunan.
Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan
Melakukan supervisi agar perumusan kebijakan
Anggaran Perangkat Daerah (RKA-PD) untuk
penyusunan dan/atau pemutakhiran SSK sesuai
mendukung pendanaan Program PPSP provinsi dan
dengan dokumen perencanaan pembangunan
fasilitasi kabupaten/kota.
daerah kabupaten/kota.
Mengkoordinasikan rencana pendanaan program
Memverifikasi dan mensinkronisasikan usulan
dan kegiatan PPSP provinsi, kabupaten/kota dan
program dan kegiatan prioritas sanitasi dalam
pusat yang akan didanai melalui APBN dan
SSK yang akan diajukan dalam lokakarya SSK.
APBD provinsi atau sumber pendanaan lainnya
Mengkoordinasikan lokakarya SSK di provinsi
yang sah dalam lokakarya SSK.
serta mensinkronisasikan rencana program dan
Mengawal pendanaan APBD provinsi terkait
kegiatan prioritas sanitasi yang diusulkan
sarana dan prasarana sanitasi regional
kabupaten/kota berdasarkan sumber pendanaan
teralokasi, baik untuk investasi baru maupun
APBN dan APBD provinsi atau sumber
operasional dan pemeliharaan ke dalam RKA-PD
pendanaan lainnya yang sah, semenjak
provinsi.
pelaksanaan MUSRENBANG.
Mengkoordinasikan penyiapan laporan
Menyiapkan input untuk Pokja PPAS dalam
pertanggungjawaban keuangan dan penyiapan
memberikan saran dan masukan kepada PD
laporan alih pengelolaan sarana dan
terkait dalam rangka persiapan percepatan
prasarana/aset sanitasi provinsi serta fasilitasi
pemenuhan layanan sanitasi di wilayah provinsi
pengelolaan keuangan dan alih pengelolaan
dan kabupaten/kota dan/atau antar
sarana dan prasarana/aset sanitasi
kabupaten/kota dalam provinsi baik mencakup
kabupaten/kota.
pelaksanaan kegiatan sosialisasi maupun
Memberikan saran dan pertimbangan terkait
implementasi pembangunan sanitasi.
dengan penyusunan rencana pendanaan,
Menyiapkan input untuk Pokja PPAS dalam
penatausahaan dan pelaporan keuangan dan
memberikan saran dan masukan dalam rangka
aset Program PPSP provinsi dan fasilitasi
sinkronisasi pelaksanaan percepatan
kabupaten/kota.
pemenuhan layanan sanitasi oleh PD provinsi,
Memberikan saran dan pertimbangan terkait dengan
kabupaten/kota, maupun kementerian/lembaga
rencana pendanaan provinsi untuk mendukung
terkait.
pelaksanaan program dan kegiatan PPSP
Menyiapkan input untuk Pokja PPAS dalam
kabupaten/kota.
rangka melakukan tindakan-tindakan korektif
Mendukung kelancaran penyediaan anggaran
yang perlu diambil oleh PD provinsi,
untuk pelaksanaan program dan kegiatan PPSP.
kabupaten/kota, maupun kementerian/lembaga
Mengkoordinasikan rencana pendanaan bagi
terkait apabila terjadi penyimpangan dalam
implementasi, semenjak pelaksanaan
pelaksanaan pembangunan sanitasi permukiman
Musrenbang.
baik fisik dan non fisik.
Menyampaikan laporan setiap triwulan atas
Menyiapkan input untuk Pokja PPAS dalam
pelaksanaan fungsi dan tugas bidang pendanaan
penyiapan implementasi pembangunan sanitasi.
kepada Ketua Pokja PPAS atau pokja lainnya
Menyiapkan input laporan kerja terkait bidang tugas
yang membidangi sanitasi provinsi.
secara berkala kepada Ketua Pokja PPAS.
MPP - PPSP LAMPI RAN A - 3

Melaksanakan tugas lain terkait dengan pendanaan


Melaksanakan tugas lain terkait dengan bidang
yang ditugaskan oleh Ketua Pokja PPAS.
tugas yang ditugaskan oleh Ketua Pokja PPAS
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada
Provinsi.
Ketua Pokja.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada
Ketua Pokja PPAS.

6. Bidang Teknis:
8. BIdang Pemantauan dan Evaluasi:

Membantu penyusunan aspek teknis Roadmap


Pemantauan pelaksanaan program sanitasi regional.
Sanitasi Provinsi untuk optimalisasi
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi Program
pengelolaan percepatan dan keberlanutan
PPSP di provinsi serta updating secara reguler
layanan sanitasi provinsi dan kabupaten/kota.
melalui NAWASIS dan merumuskan umpan balik
Memberikan pertimbangan teknis dalam
dari hasil NAWASIS baik ke Pusat, provinsi maupun
perencanaan Program PPSP di provinsi.
ke kabupaten/kota.
Menyiapkan input bahan pelatihan untuk
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi Program
penyusunan SSK dan pelatihan untuk
PPSP di kabupaten/kota.
percepatan implementasi SSK serta pelatihan
Memberikan saran dan pertimbangan terkait
layanan sanitasi berkelanjutan.
dengan hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
Menyiapkan bahan laporan kerja terkait bidang
program dan kegiatan PPSP kabupaten/kota.
tugas secara berkala kepada Ketua Pokja PPAS
Menyampaikan laporan setiap 6 (enam) bulan atas
Provinsi.
pelaksanaan fungsi dan tugas bidang pemantauan
Memberikan saran dan pertimbangan teknis
dan evaluasi kepada Ketua Pokja PPAS.
terkait dengan rencana pelaksanaan program
Melaksanakan tugas lain terkait dengan bidang
dan kegiatan PPSP kabupaten/kota.
pemantauan dan evaluasi yang ditugaskan oleh
Menyampaikan laporan setiap 6 (enam) bulan atas
Ketua Pokja PPAS dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan fungsi dan tugas bidang teknis kepada
pelaksanaan tugas kepada Ketua Pokja PPAS.
Ketua Pokja PPAS.
Melaksanakan tugas lain terkait dengan bidang
Sekretariat Pokja PPAS Provinsi memiliki tugas:
teknis yang ditugaskan oleh Ketua Pokja PPAS
Provinsi.
Menyiapkan pelaksanaan rapat-rapat internal Pokja
Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas kepada
PPAS Provinsi.
Ketua Pokja PPAS Provinsi.
Melakukan pemantauan kemajuan pelaksanaan
PPSP kabupaten/kota melalui sistem informasi
7. Bidang Kampanye, Komunikasi, dan
berbasis web yaitu NAWASIS, menugaskan staf
Pemberdayaan Masyarakat:
tetap untuk pelaksanaannya.
Menghimpun bahan laporan kerja terkait bidang
Pendistribusian informasi Program PPSP di wilayah
tugas pokja, laporan sekretariat serta menyusun
provinsi.
laporan Program PPSP untuk dilaporkan secara
Advokasi Bupati/Walikota/DPRD atau pengambil
berkala kepada Ketua Pokja PPAS.
keputusan lain di kabupaten/kota.
Menyiapkan laporan kerja perkembangan
Mendorong partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan Program PPSP kepada Gubernur.
mengusulkan penggunaan dana desa untuk
pembangunan sanitasi.
Menyampaikan laporan setiap 6 (enam) bulan atas
pelaksanaan fungsi dan tugas kepada Ketua Pokja
PPAS provinsi.
MPP - PPSP LAMPI RAN B - 1

Pokja PPAS Kabupaten/Kota:

1. Ketua:
Membantu ketua dalam melaksanakan tugas
lain terkait dengan pelaksanaan Program PPSP
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan peran,
yang ditugaskan oleh bupati/walikota.
fungsi, dan tugas Pokja PPAS Kabupaten/Kota.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada
Mengendalikan pengelolaan kerja Pokja agar tetap
Ketua Pokja.
sesuai dengan visi/misi kabupaten/kota.
Memberikan arahan kebijakan terkait 3. Sekretaris:
pelaksanaan fungsi Pokja PPAS Kabupaten/Kota
dalam percepatan layanan pembangunan Mengkoordinasikan perencanaan dan
sanitasi terutama terkait dengan pembinaan dan pelaksanaan teknis program kerja Pokja PPAS.
pengawasan serta penerapan NAWASIS. Merumuskan kebijakan penguatan kelembagaan
Memastikan optimalisasi dukungan seluruh Pokja PPAS dalam pelaksanaan Program PPSP
sumber daya bagi Pokja PPAS kabupaten/kota dan sejenisnya dalam percepatan layanan
terutama dalam mengimplementasikan SSK. sanitasi kabupaten/kota.
Melaksanakan tugas lain terkait pelaksanaan Memfasilitasi koordinasi dan sinkronisasi kerja antar
program PPSP yang ditugaskan oleh kepala bidang.
Menghimpun laporan bidang-bidang kerja Pokja
daerah dan bertanggungjawab atas pelaksanaan
PPAS kabupaten/kota.
tugas kepada Bupati/Walikota.
Fasilitasi pelaksanaan monitoring dan evaluasi PPSP
oleh Pokja PPAS dan penerapan NAWASIS serta
2. Ketua Harian:
konsultasi ke provinsi dan Pusat.
Menyiapkan pembentukan dan keberlanjutan Pokja
Membantu ketua dalam menjamin kelancaran dan PPAS.
pengendalian pelaksanaan fungsi dan tugas Pokja Menyiapkan bahan masukan kepada Pokja PPAS
PPAS Kab/Kota. dalam penyusunan Roadmap Sanitasi Provinsi.
Membantu ketua dalam mengendalikan pelaksanaan Fasilitasi tim Pokja PPAS menghadiri pertemuan
fungsi dan tugas Pokja PPAS agar sesuai dengan tahunan kabupaten/kota peserta program PPSP dan
rencana yang ditetapkan. penguatan kapasitas kelembagaan dan pendanaan
Membantu ketua dalam melakukan pembinaan PPSP baik di provinsi maupun di Pusat.
dan pengawasan Pokja PPAS dan penerapan Fasilitasi tim Pokja PPAS atau pokja lainnya
serta umpan balik NAWASIS. yang membidangi sanitasi Kabupaten/Kota
Membantu ketua dalam memberikan arahan terkait dalam melakukan penyusunan dan
implementasi SSK dalam kerangka layanan
dengan pelaksanaan kebijakan Program PPSP
sanitasi berkelanjutan.
kepada setiap anggota Pokja agar setiap bidang
Melaksanakan tugas lain terkait dengan
dapat melaksanakan fungsi dan tugas secara
pelaksanaan Program PPSP yang ditugaskan
optimal.
oleh Ketua Pokja PPAS.
Membantu ketua dalam memastikan
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
optimalisasi dukungan seluruh sumber daya terhadap Ketua Pokja PPAS.
untuk kelancaran fungsi dan tugas Pokja PPAS
kabupaten/kota terutama dalam rangka
implementasi SSK.
MPP - PPSP LAMPI RAN B - 2

4. Bidang Perencanaan:
Menyiapkan bahan masukan bidang pendanaan
kepada Pokja PPAS dalam
Mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan dan
pelaksanaan/implementasi Program PPSP.
implementasi SSK. Mengawal dan memastian pendanaan APBD
Memastikan bahwa SSK menjadi bahan masukan terkait sanitasi teralokasikan baik untuk
dalam penyusunan rencana pembangunan investasi baru maupun operasional dan
jangka menengah dan jangka pendek yang pemeliharaan ke dalam RKA-PD kabupaten/kota
dirumuskan ke dalam dokumen RPJMD dan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
RKPD, serta pengawalannya dalam pelaksanaan Memberikan arahan kepada pokja
Musrenbang. kabupaten/kota terkait dengan pemastian
Memastikan kesesuaian prioritas program dan pendanaan sanitasi teralokasi melalui Anggaran
kegiatan yang dituangkan dalam SSK telah Pendapatan Belanja Desa (APB Desa).
selaras dengan RPJMD dan RKPD. Membuat laporan kerja terkait bidang
pendanaan secara berkala kepada Ketua Pokja
Menyusun program dan kegiatan prioritas SSK
PPAS.
bersama-sama dengan bidang lain untuk bahan
Melaksanakan tugas lain terkait dengan
masukan penyusunan RKPD sebagai bahan
pendanaan yang ditugaskan oleh Ketua Pokja
penyusunan RKA-PD dalam rangka
PPAS.
penganggaran dalam APBD.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada
Memberikan arahan kepada pokja Ketua Pokja PPAS.
kabupaten/kota terkait pengarusutamaan
pembangunan sanitasi dalam perencanaan 6. Bidang Teknis:
pembangunan di desa melalui RPJM Desa dan
RKP Desa. Menyampaikan bahan masukan aspek teknis
Membuat laporan kerja terkait bidang tugas secara dalam rangka penyusunan dan implementasi
berkala kepada Ketua Pokja. SSK.
Melaksanakan tugas lain terkait dengan bidang Memberikan masukan strategis terkait aspek teknis
perencanaan yang ditugaskan oleh Ketua Pokja. penyusunan SSK dan penyempurnaannya serta
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada kerangka implementasi pembangunan sanitasi.
Menyiapkan bahan masukan bidang teknis
Ketua Pokja PPAS.
kepada Pokja PPAS atau Pokja lainnya yang
membidangi sanitasi dalam pelaksanaan
5. Bidang Pendanaan:
pembangunan fisik dan non-fisik program PPSP
agar sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Mempersiapkan bahan masukan dalam rangka
Membuat laporan kerja terkait bidang tugas secara
penyusunan dan implementasi SSK.
berkala kepada Ketua Pokja PPAS atau Pokja lainnya
Memberikan masukan terhadap kebijakan dan yang membidangi sanitasi.
peraturan daerah dalam upaya optimalisasi Melaksanakan tugas lain terkait dengan bidang
pendanaan sanitasi. teknis yang ditugaskan oleh Ketua Pokja PPAS atau
Mengkoordinasikan rencana pendanaan bagi pokja lainnya yang membidangi sanitasi
implementasi SSK, semenjak pelaksanaan kabupaten/kota.
Musrenbang. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
Memberikan masukan strategis terkait aspek kepada Ketua Pokja PPAS atau pokja lainnya
pendanaan dalam penyusunan SSK dan yang membidangi sanitasi kabupaten/kota.
penyempurnaan terkait aspek pendanaan dalam
SSK.
MPP - PPSP LAMPI RAN B - 3

7. Bidang Kampanye, Komunikasi, dan


Sekretariat Pokja PPAS Kab/Kota mempunyai tugas:
Pemberdayaan Masyarakat:

Menyiapkan pelaksanaan rapat-rapat internal Pokja


Mempersiapkan bahan masukan dalam proses
PPAS Kab/Kota.
penyusunan dan implementasi SSK.
Melakukan pengolahan dan menganalisa data
Menyiapkan bahan sosialisasi, advokasi dalam
kemajuan pelaksanaan PPSP kabupaten/kota
rangka pelaksanaan Program PPSP.
melalui sistem informasi berbasis web yaitu
Menyiapkan bahan untuk peningkatan
NAWASIS, menugaskan staf tetap untuk
kesadaran masyarakat untuk terlibat secara
pelaksanaannya.
aktif untuk menjadi pelaku individu dan
Menghimpun bahan laporan kerja terkait bidang
masyarakat yang menjaga dan mengembangkan
tugas pokja, laporan sekretariat serta menyusun
sanitasi sehat di kabupaten/kota.
laporan Program PPSP untuk dilaporkan secara
Membuat bahan laporan kerja terkait bidang
berkala kepada Ketua Pokja PPAS.
tugas secara berkala kepada Ketua Pokja PPAS.
Menyiapkan laporan kerja perkembangan
Melaksanakan tugas lain terkait dengan bidang
pelaksanaan Program PPSP kepada
kampanye, komunikasi dan pemberdayaan
Bupati/Walikota.
masyarakat yang ditugaskan oleh Ketua Pokja
PPAS.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada
Ketua Pokja PPAS.

8. Bidang Pemantauan dan Evaluasi:

Menyiapkan bahan masukan dalam rangka


penyusunan dan implementasi SSK.
Menyiapkan bahan untuk kegiatan pemantauan
dan evaluasi terhadap kemajuan pelaksanaan
Program PPSP pada setiap PD terkait dan
diinput melalui web NAWASIS.
Menyusun rekomendasi tindak lanjut hasil temuan
pelaksanaan Program PPSP di kabupaten/kota untuk
dilakukan perbaikan oleh PD terkait.
Membuat laporan kerja bidang secara berkala
kepada Ketua Pokja PPAS.
Melaksanakan tugas lain terkait dengan bidang
tugas yang ditugaskan oleh Ketua Pokja PPAS.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada
Ketua Pokja PPAS .
MPP - PPSP LAMPI RAN C - 1
MPP - PPSP LAMPI RAN C - 10
MPP - PPSP L AMP I RAN D - 1

1.KUALIFIKASI

Kualifikasi Umum :
Berpengalaman bekerja sama dengan pemerintah daerah/OPD daerah.
Mampu memimpin pertemuan dan koordinasi dalam lingkup satuan organisasi pemerintahan.
Memiliki kemampuan komunikasi dan advokasi yang baik.
Memiliki pemahaman yang baik akan perencanaan dan implementasi sanitasi (sektor air limbah dan persampahan) di
suatu kota.
Mampu bekerja sama dalam kelompok/organisasi dan bekerja secara team work.
Mampu mengoperasikan komputer dan menguasai program aplikasi perkantoran.
Bersedia bekerja fulltime sesuai dengan penugasan, tidak menjalani kontrak dengan instansi/lembaga lain (bersedia
diberhentikan dengan tidak hormat jika terbukti menjalani kontrak dengan pihak lain selama penugasan).
Bersedia ditempatkan di ibukota provinsi manapun dan di kabupaten/kota penugasan sesuai dengan
kebutuhan pendampingan.
Memiliki pengalaman kerja sebagai fasilitator di provinsi/kabupaten/kota pada program PPSP (menjadi nilai tambah).

Kualifikasi Khusus:
Minimum S1, bidang teknik : 1) Teknik Lingkungan/Penyehatan, 2) Kesehatan Masyarakat, 3) Teknik
Perencanaan Wilayah Kota, 4) Teknik Sipil.
Memiliki pengalaman 5 tahun di bidang: (a) Fasilitasi Pemerintah Daerah/OPD; (b) Perencanaan
pembangunan daerah; (c) Perencanaan prasarana air minum dan sanitasi; (d) Penyusunan kebijakan dan/atau
strategi pembangunan infrastruktur kabupaten/kota (seperti RPIJM, RPJMD, RTRW/RDTRK, dan Masterplan); (e)
Berpengalaman sebagai PFI/PF/CF minimal selama 2 (dua) tahun.
Lulus dalam tes PFI 2020 (dibuktikan dengan menyertakan surat bukti kelulusan) yang diselenggarakan
secara online.

2. RUANG LINGKUP PENUGASAN

2.1 Melakukan pendampingan di tingkat provinsi dan 2(dua) kabupaten/kota yang mendapatkan fasilitasi
pendampingan di tahun 2020 kepada Pokja Sanitasi/AMPL atau pokja dengan nama lain, agar Pokja
dapat/mampu melakukan dan menyelesaikan tahapan dan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Milestone 1: Komitmen Bupati/Walikota


Tujuan : didapatkannya komitmen awal Kepala Daerah terkait upaya percepatan pembangunan sanitasi serta
menyiapkan/pengembangan layanan sanitasi berkelanjutan.

Kegiatan di Tingkat Provinsi:


Kick-off Provinsi yang ditujukan untuk menyamakan persepsi dan mengadvokasi Pokja kabupaten/kota akan pentingnya
pembangunan sanitasi.
Pelaksanaan Coaching Clinic (CC) I di tingkat provinsi dengan mengundang kabupaten/kota yang mendapatkan
fasilitasi pendampingan SSK di tahun 2020 yang ditujukan untuk finalisasi, draft paket kebijakan yang
disusun oleh Pokja kabupaten/kota, dan materi advokasi untuk Kepala Daerah.
MPP - PPSP LAMPI RAN D - 2

Kegiatan di Tingkat Kabupaten/Kota:


Kick-Off di kabupaten/kota.
Perbaikan dan/atau updating data dalam dokumen SSK, serta penyusunan analisis tambahan yang diperlukan.
Penyusunan draft paket kebijakan.
Penyusunan materi advokasi untuk kepala daerah berdasarkan paket kebijakan.
Pelaksanaan Coaching Clinic 2 berupa audiensi kepada Bupati/Walikota untuk menyepakati poin-poin/paket kebijakan.

Milestone 2 : Penetapan Kebijakan Peningkatan Akses & Layanan Sanitasi


Tujuan : tersusunnya komitmen/kebijakan Kepala Daerah untuk mendukung layanan sanitasi yang berisi
prioritasi pelaksanaan pembangunan sanitasi serta skenario multi aspek bagi upaya percepatan pembangunan
sanitasi dan pengembangan layanan sanitasi berkelanjutan.

Kegiatan di Tingkat Provinsi:


Pelaksanaan Coaching Clinic 3 di tingkat provinsi dengan mengundang kabupaten/kota yang mendapatkan
fasilitasi pendampingan SSK di tahun 2020 yang ditujukan untuk finalisasi wilayah/skala layanan prioritas,
skenario pelaksanaan, dan materi advokasi untuk Sekretaris Daerah.

Kegiatan di Tingkat Kabupaten/Kota:


Penetapan wilayah/ skala layanan prioritas dan skenario pelaksanaan tiap paket kebijakan yang disepakati.
Pelaksanaan Coaching Clinic 4 berupa audiensi kepada Sekretaris Daerah untuk menyepakatan prioritas
layanan dan skenario pelaksanaan tiap paket kebijakan.
Penyusunan rencana aksi (matriks program kegiatan) untuk setiap paket kebijakan.
Pelaksanaan Coaching Clinic 5 berupa audiensi kepada Kepala OPD untuk penyepakatan rencana aksi.

Milestone 3 : Uji Coba Model


Tujuan : mendapatkan umpan balik terhadap skenario multi aspek yang telah disusun setelah melaksanakan uji coba
skenario tersebut sesuai prioritasi yang telah ditetapkan.

Kegiatan di Tingkat Provinsi:


Pelaksanaan pertemuan di tingkat provinsi dengan mengundang kabupaten/kota yang mendapatkan fasilitasi
pendampingan SSK di tahun 2020 yang ditujukan untuk finalisasi rencana aksi dan persiapan implementasi di
tahun 2020.

Kegiatan di Tingkat Kabupaten/Kota:


Identifikasi potensi pendanaan untuk implementasi rencana aksi.
Pengawalan kegiatan quick win yang akan diimplementasikan di tahun 2020.
Pengawalan program dan kegiatan yang akan diimplementasikan di tahun 2021 ke dalam sistem
penganggaran di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun Pusat.
Mengawal status kesiapan (readiness criteria) kegiatan yang diusulkan melalui pendanaan APBN PUPR TA
2021 dan melaporkannya kepada Balai Prasarana Permukiman Wilayah dan Direktorat Pengembangan PLP,
Kementerian PUPR.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan implementasi di tahun 2020.
MPP - PPSP LAMPI RAN D - 3

2.2 Melakukan pendampingan di tingkat provinsi dan 2(dua) kabupaten/kota yang mendapatkan fasilitasi
pendampingan di tahun 2019 kepada Pokja Sanitasi/AMPL atau pokja dengan nama lain, agar Pokja
dapat/mampu melakukan dan menyelesaikan tahapan dan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Milestone 4 : Penyelenggaraan Layanan Sanitasi Berkelanjutan (khusus bagi kabupaten/kota yang mendapatkan fasilitasi
pendampingan SSK di tahun 2019).
Tujuan : melaksanakan model layanan pada skala yang lebih luas berdasarkan hasil evaluasi di tahun
sebelumnya.

Kegiatan di Tingkat Provinsi:


Pelaksanaan Coaching Clinic 7 di tingkat provinsi dengan mengundang kabupaten/kota yang mendapatkan
fasilitasi pendampingan SSK di tahun 2019 yang ditujukan untuk memonitoring pelaksanaan implementasi
tahun 2020.
Pelaksanaan Coaching Clinic 8 di tingkat provinsi dengan mengundang kabupaten/kota yang mendapatkan fasilitasi
pendampingan SSK di tahun 2019 yang ditujukan untuk mendiskusikan evaluasi pelaksanaan implementasi di tahun
2019 dan 2020 untuk menyusun rencana implementasi perbaikan di tahun selanjutnya.

Kegiatan di Tingkat Kabupaten/Kota:


Pengawalan program dan kegiatan yang akan diimplementasikan di tahun 2021 ke dalam sistem
penganggaran di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun Pusat.
Mengawal status kesiapan (readiness criteria) kegiatan yang diusulkan melalui pendanaan APBN PUPR TA
2021 dan melaporkannya kepada Balai Prasarana Permukiman Wilayah dan Direktorat Pengembangan PLP,
Kementerian PUPR.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan implementasi di tahun 2020.

2.3 Melaksanakan beberapa dukungan yang bersifat umum:


Melaporkan progres dan substansi hasil kerjanya kepada: (i) Pokja Sanitasi/AMPL atau nama lainnya di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota, (ii) Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah, dan (iii) Pokja PPAS Nasional melalui website
Nawasis.
Mendorong Pokja kabupaten/kota dampingan untuk melaporkan hasil kegiatan implementasi ke dalam
Nawasis.
Hadir dan berpartisipasi aktif pada acara-acara Pokja Sanitasi Provinsi dan Kabupaten/kota yang relevan
dengan lingkup pekerjaan.

Untuk rincian Kerangka Kerja (Terms of Reference - TOR) Fasilitator Provinsi lebih lanjut dapat menghubungi PIU Teknis/Sekretariat
PMU PPSP.
Se k r e t a r ia t PM U PP S P :
J l . Le m b a ng No . 35 , M e nt e ng J a ka r t a Pu sa t 1 03 1 0
Te le p o n : ( 021 ) 31 90 - 390 9
Fa x : ( 021 ) 392 - 4 113
e m a i l : se kr e t a r ia t p m u @ y a ho o . co m

Anda mungkin juga menyukai