MAKALAH
oleh
BANDUNG
2014
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Pengangkatan “Perbedaan Visi Kadaster 2014
dan Kadaster 2034” judul makalah ini dilatarbelakangi oleh pentingnya memahami konsep kadaster dalam
parameter pendaftaran tanah khususnya di Indonesia
Pertimbangan dalam menentukan judul yang tepat serta minimnya referensi terkait tema pada
makalah ini merupakan sedikit kendala kami dalam menyelesaikan makalah ini. Namun berkat bantuan dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
wawasan serta menambah referensi kepada pembaca tentang konsep bentuk dan ukuran bumi. Kami
menyampaikan terima kasih atas bantuan berbagai pihak dalam penyelesain makalah ini. Kami menyadari
bahwasannya kesempurnaan hanyalah milik Tuhan, Oleh karena itu kami menerima segala bentuk kritik
dan saran yang pastinya akan menjadi pertimbangan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya.
Penulis
ABSTRAK
Makalah yang berjudul “Ellipsoid sebagai Referensi Bentuk Geometri Bumi” ini dilatarbelakangi
oleh pentingnya memahami konsep geometri bumi serta minimnya referensi tentang konsep bentuk dan
ukuran bumi.
Bumi yang luas dengan bentuknya yang tidak beraturan menyulitkan manusia dalam menentukan
posisi suatu objek di permukaan bumi baik untuk perencanaan proyek sipil maupun navigasi. Setiap
pengukuran di permukaan bumi bereferensi garis gaya berat, maka geoid yang merupakan bidang
ekuipotensial bumi, dianggap sebagai bentuk geometri yang paling mendekati bentuk bumi.
Namun, karena bidang geoid bentuknya tidak teratur maka geoid tidak dapat digunakan untuk
hitungan geodesi terkait bentuk bumi. Sehingga diperlukan suatu model bidang yang dapat digunakan untuk
memecahkan persoalan pokok geodesi dengan mudah. Untuk itu digunakan model ellipsoid sebagai
pendekatan geoid secara geometrik/matematik.
Dalam praktik geodesi, bidang ellipsoid merupakan bidang referensi hitungan dalam rangka
penentuan koordinat titik dipermukaan bumi.
DAFTAR ISI
PRAKATA i
ABSTRAK ii
BAB I : PENDAHULUAN
BAB IV : KESIMPULAN 7
DAFTAR PUSTAKA iv
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem kadaster merupakan sebuah sistem yang diciptakan untuk mendefinisikan dan merekam
data lokasi suatu property terkait dengan hak, larangan, dan tanggug jawab atas properti tersebut.
Data yang dibutuhkan terkait dengan pendeskripsian geometrik dari properti bersangkutan,
misalnya batas-batas dan luasan. Hal lain yang terkait dengan pengadaan sistem kadaster adalah
masalah kepemilikan, kebijakan, dan nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah persil tanah.
Sistem kadaster sangat dibutuhkan dewasa ini, mengingat kebutuhan manusia terus meningkat
terutama terkait dengan kepemilikan akan tanah. Meningkatnya kebutuhan akan tanah
mengindikasikan bahwa semakin modern kehidupan semakin tinggi pula nilai sebidang tanah
terkait kelangsungan hidup manusia. Hal ini yang menjadi dasar dibutuhkannya sistem kadaster
yang tepat dan cepat.
Selain hal di atas, sistem kadaster saat ini masih belum dapat menerapkan kehidupan yang
modern, dimana kehidupan saat ini memiliki mobilitas yang tinggi. Seseorang tidak perlu lagi
pergi ke toko fisik untuk membeli sebuah barang, cukup mengakses website tertentu kemudian
melakukan transaksi secara online dan barangpun tiba di depan pintu rumah. Hal ini cukup
menjanjikan jika diterapkan dalam bidang kadaster. Seseorang tidak perlu lagi menyimpan
dokumen fisik, cukup mengunduh dokumen properti yang dimilikinya di website (server) badan
resmi pengurus kadaster saat ingin melakukan sebuah transaksi dengan orang lain. Hal-hal
tersebut yang ingin diciptakan dengan menerbitkan Sistem Kadaster 2034.
Untuk menjawab rumusan masalah di atas perlu pengkajian beberapa pokok, yaitu :
Kadaster 2014 adalah suatu publikasi yang dihasilkan oleh Jurg Kaufmaan dan Daniel Steudler,
Ketua dan Sekretaris Kelompok Kerja 7.1 dari Komisi 7 FIG. Publikasi ini menyajikan visi kadaster di
masa depan. Publikasi ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur keberhasilan di dunia dalam mengukur
reformasi dan pengembangan sistem kadasterya. Indonesia diharapkan dapat menggunakan sistem kadaster
ini, mengingat Indonesia adalah salaha satu anggota FIG. Karena hal itu maka sudah sepatutnya Indonesia
menggunakan Kadaster 2014 dalam menilai posisi pengembangan sistem kadaster kita.
Kadaster 2014 mempunyai 6 statement yang diharapkan mampu untuk diwujudkan khususnya di
Indonesia, 6 statement itu adalah :
1. Kadaster 2014 menyajikan semua hak dan aspek hukum yang melekat diatas tanah secara lengkap
termasuk hak public dan batasan penggunaan tanah.
2. Pemisahan antara peta dan buku tanah akan berakhir
3. Pemetaan kadaster akan ditinggalkan, modelling akan bertahan.
4. Kadaster yang menggunakan sistem kertas dan pensil akan punah.
5. Kadaster 2014 akan lebih banyak di privatisasi. Kerja sama sektor swasta dan sektor pemerintah
akan semakin erat.
6. Kadaster 2014 akan menjadi swadana.
Kadaster 2034 adalah suatu sistem kadaster yang dibuat oleh Don Grant dari Land Information of
New Zealand yang dapat menguraikan visi agar penggunaan kadaster dengan lebih luas, baik dalam
memberikan akses informasi yang mudah dan menjelaskan dengan baik batas – batas spasial dari berbagai
hak kepemilikan, pembatasan tanah dan tanggung jawab yang terkait dengan tanah mereka dan propertinya.
Strategi ini dapat memberikan gambaran untuk beberapa tahun kedepan tentang informasi kadaster,
termasuk bentuk tiga dimensi yang tersedia secara real time melalui saluran yang dapat memenuhi
kebutuhan perangkat mobile yang dapat digunakan untuk mencari dan menggambarkan batas – batas pada
tanah serta informasi kepemilikan hak katas tanah tersebut.
BAB III
PERBEDAAN VISI KADASTER 2014 DAN KADASTER 2034
Kadaster 2014 adalah suatu publikasi yang dihasilkan oleh Jurg Kaufmaan dan Daniel Steudler,
Ketua dan Sekretaris Kelompok Kerja 7.1 dari Komisi 7 FIG. Publikasi ini menyajikan visi kadaster di
masa depan. Publikasi ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur keberhasilan di dunia dalam mengukur
reformasi dan pengembangan sistem kadasterya. Indonesia diharapkan dapat menggunakan sistem
kadaster ini, mengingat Indonesia adalah salaha satu anggota FIG. Karena hal itu maka sudah
sepatutnya Indonesia menggunakan Kadaster 2014 dalam menilai posisi pengembangan sistem
kadaster kita. Adapun visi dari kadaster 2014 adalah sebagai berikut :
1. Hak atas tanah baik milik perorangan maupun publik (negara) didaftar dengan pola yang sama,
termasuk juga restriksi.
2. Tidak merubah sistem kepemilikan tanah (land tenure).
3. Title registration disarankan sebagai pengganti deed registration (pendaftaran akta tanah).
4. Mengikuti 4 prinsip pendaftaran tanah yaitu: pembukuan, penyerahan, spesialistis dan publisitas.
5. Mengikuti prinsip legal independence, yaitu setiap objek tanah yang diatur oleh aturan perundang-
undangan yang berbeda harus diorganisasi dalam layer terpisah.
6. Menggunakan batas tetap (fixed boundary) yang berarti bahwa setiap batas objek ditentukan
dengan koordinat, bukan dengan diskripsi (general boundary).
7. Penggunaan sistem koordinat geografis sehingga kombinasi antar legal independence objek dapat
dilakukan.
Kadaster 2034 adalah strategi komprehensif yang dirancang untuk memastikan bahwa dalam waktu
Selandia Baru akan dapat lebih mudah memahami di mana hak-hak mereka di tanah sebenarnya, dan
akan dapat memvisualisasikan hak-hak - dan segala larangan dan tanggung jawab - dalam tiga dimensi.
Kadaster 2034 juga bisa disebut suatu sistem kadaster yang dibuat oleh Don Grant dari Land
Information of New Zealand yang dapat menguraikan visi agar penggunaan kadaster dengan lebih luas,
baik dalam memberikan akses informasi yang mudah dan menjelaskan dengan baik batas – batas spasial
dari berbagai hak kepemilikan, pembatasan tanah dan tanggung jawab yang terkait dengan tanah
mereka dan propertinya. Adapun visi kadaster 2034 adalah sebagai berikut :
1. Memberikan akses informasi yang mudah dengan menjelaskan dengan baik batas – batas
spasial dari berbagai hak kepemilikan.
2. Memberikan informasi dalam bentuk tiga dimensi secara real time melalui perangkat mobile
yang menggambarkan batas – batas tanah serta informasi kepemilikan hak atas tanah.
3. Memberikan visualisasi dalam bentuk yang mudah dipahami orang awam.
4. Mengembangkan sistem kadaster untuk menjadi suatu sistem kadaster yang handal dalam
pengelolaan hak atas tanah dan mendukung tujuan – tujuan ekonomi, budaya dan sosial.
5. Mengoptimalkan kerja dari berbagai pihak termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah,
akademisi, sektor bisnis, dan badan – badan professional dalam memberikan konsultasi dan
kerjasama.
6. Mengakui tanah sebagai dasar untuk semua aktivitas dan kegiatan manusia dan tanah
digunakan untuk keputusan yang bijaksana.
7. Menjadikan agar tanah dapat sepenuhnya terintegrasi dengan kepentingan hukum dan sosial.
8. Memberikan representasi digital dari tanah di dunia nyata dengan survey yang akurat dalam
bentuk tiga dimensi dan dinamik.
Pada prinsipnya, kadaster 2014 dan kadaster 2034 sama – sama mengusungkan visi yang sama
yaitu membuat sistem kadaster yang digital dan serba mudah, baik dalam hal pendaftaran, penyimpanan
data tanah, maupun pemeliharaan tanah. Namun ditemukan sedikit perbedaan antara kadaster 2014 dan
kadaster 2034. Perbedaan tersebut adalah :
Visi Kadaster 2014 berisi catatan resmi terkait Prinsip mendasar ialah untuk mengakui
hak dalam aspek legalitas objek lahan, lahan (dan/atau properti) merupakan
memberikan jawaban tentang dimana, dasar aktifitas manusia dan memberikan
seberapa banyak, siapa dan bagaimana pengetahuan bahwa lahan merupakan
serta dapat mengganti pola tradisional esensi untuk menentukan kebijakan
dari kadaster dan pendaftaran lahan. dalam masyarakat modern.
Prinsip • Prosedur identik untuk objek lahan • Kepastian dalam kepemilikan luasan
publik dan swasta spasial
• Tidak ada perubahan kepemilikan lahan • Tanah(dan/atau property) didefinisikan
• Judul pendaftaran secara unik yang umum untuk seluruh
• Mematuhi 4 prinsip pendaftaran tanah pendaftaran kepemilikan, penilaian dan
• Mematuhi prinsip kemandirian legal penggunaan lahan
• Sistem batas tetap • Intergritas dan keamanan dari batas
• Lokasi objek lahan dalam sebuah kepemilikan persil
sistem referensi umum • Hubungan yang kuat antara pemerintah
dan swasta
• standar peraturan yang tepat
KESIMPULAN