Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara
tertulis kepada pihak lain. Tidak banyak orang yang suka menulis. Di antara penyebabnya
ialah karena orang merasa tidak berbakat serta tidak tahu bagaimana dan untuk apa
menulis. Alasan itu sebenarnya tak terlepas dari pengalaman belajar yang dialaminya di
sekolah. Lemahnya guru, kurangnya model, dan kekeliruan dalam belajar menulis yang
melahirkan mitos-mitos tentang menulis, memperparah keengganan orang untuk menulis.
Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai
menulis, orang tidak perlu menunggu menjadi penulis yang terampil. Belajar teori
menulis itu mudah, tetapi untuk memraktikkannya tidak cukup sekali dua kali. Frekuensi
pelatihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis. Oleh
karenanya, perlu kita pelajari seberapa penting keterampilan menulis itu sendiri dan juga
materi-materi yang memerlukan keterampilan menulis dalam mempelajari dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah :
1. Apa itu Hakikat keterampilan menulis?
2. Apa tujuan menulis?
3. Apa saja langkah-langkah kegiatan menulis?
4. Apa saja jenis-jenis kegiatan menulis di sekolah dasar?
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini ialah :
1. Menjelaskan hakikat keterampilan menulis
2. Menjelaskan tujuan menulis
3. Mengetahui langkah-langkah kegiatan menulis
4. Menjabarkan jenis-jenis kegiatan menulis di sekolah dasar

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat keterampilan menulis

Menurut Tarigan dalam Taufina (2016:229) menulis adalah menurunkan atau


melukiskan lambing –lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
olehs seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambing-lambang grafik, memahami
bahasa dan gambar grafik.
Menurut Nurgiantoro dalam Taufina (2016:229) menulis adalah aktifitas
mengungkapkan gagasan melalui media bahasa.menulis merupakan kegiatan produktif
dan ekspresif sehingga penulis harus memiliki kemampuan dalam menggunakan kosa
kata, tata tulis,dan struktur bahasa.
Menurut Mohamad melalui Darmadi dalam Mahmud (2017:35) menyatakan
bahwa menulis atau mengarang itu diibaratkan seperti naik sepeda yang harus menjaga
keseimbangan. Menulis bisa dianggap mudah apabila seorang sering berlatih menulis dan
bisa dianggap sukar bila seorang baru terjun atau berlatih menulis sehingga tidak tahu
harus memulai dari apa.
Menurut Mahmud (2017:35) menulis adalah suatu kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan, pikiran, pengetahuan dan pengalaman-pengalaman hidupnya
melalui bahasa tulis yang jelas sehingga pembaca mengerti apa yang dimaksud penulis..
Menurut Nurdin dalam Angger Yogyantoro (2016 : 2) Keterampilan menulis
merupakan kecakapan yang tidak datang secara tiba-tiba. Kecakapan menulis hanya bisa
didapatkan kalau seseorang terus berlatih menulis secara tekun.

A. Tujuan menulis

Menurut Mahmud (2017: 36) Tujuan pembelajaran menulis di Sekolah Dasar


dapat kita lihat pada hasil belajar dan kompetensi dasar apa yang akan dikembangkan.

2
Adapun tujuan pembelajaran menulis di kelas tinggi adalah difokuskan pada latihan
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis secara jelas.

Menurut Hartig dalam Taufina (2016:231) mengemukakan tujuan menulis sebagai


berikut :
1. Assignment purpose (tujuan penugasan)
Penulis tidak memiliki tujuan untuk apa ia menulis. penulis hanya menulis,
tanpa mengetahui tujuannya. Ia menulis hanya mendapat tugas bukan atas
kemauan sendiiri.
2. Altruistic purpose (tujuan altruistic)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, mengindarkan
kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami,
menghargai perasaan dan penalarannya,ingin membuat hidup para pembaca
lebih mudah dan menyenangkan dengan karya itu.
3. Persuasive purpose (tujuan persuasive)
Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca agar para pembava yakin akan
kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan oleh penulis.
4. Informational purpose (tujuan informational atau tujuan penerangan)
Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberikan informasi
atau keterangan kepada pembaca.
5. Self expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Penulis berusaha untuk memperkenalakan atau menyatakan dirinya sendiri
kepada para pembaca.
6. Creative purpouse (tujuan kreatif)
Penulis bertujuan agar pembaca dapat memiliki nilai artistic atau nilai-nilai
kesenian dengan membaca tulisan sipenulis.
7. Problem solving pourpose (tujuan pemecahan masalah)
Penulis berusuha memceahkan masalah yang dihadapi. Dengan
tulisannya,penulis berusaha memberi kejelasannya pada pembaca tentang
bagaimana cara pemecahan suatu masalah.

3
B. Langkah-langkah kegiatan menulis.
Menurut Taufina (2016:255) langkah-langkah menulis ada 3 yaitu:
1. Pramenulis
Pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang penulis melakukan
berbagai kegiatan misalnya menemukan ide gagasan.menentukan judul
karangan,memilih bentuk atau jenis tulisan, membuat kerangka dan mengumpulkan
bahan-bahan. Oleh karena itu pada ide atau gagasan. Kegiatan ini dapat dilakukan
melalalui berbagai aktivitas mislanya membaca buku, surat kabar, majalah, dan
sejenisnya; menyimak berita, pidato,khtbah,diskusi dan seminar.

2. Saat menulis
Tahap penulisan dimulai dengan menjabarkan ide dalam bentuk tulisan. Ide-ide
itu dituangkan dalam bentuk kalimat dan paragraph. selanjutnya paragraf Paragraf itu
dirangkaikan menjadi satu karangan yang utuh.
Tahap ini memerlukan berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan.
pengetahuan kebahasaan digunakan untuk pemilihan kata, Penentuan gaya bahasa
,pembentukan kalimat ,sedangkan teknik penulisan untuk penyusunan paragraf
sampai dengan penyusunan karangan secara utuh.
Apabila pada tahap pra menulis belum ditentukan judul karangan pada akhir tahap
ini penulisan dapat menentukan judul karangan beberapa persyaratan yang perlu
diperhatikan pada saat menentukan judul antara lain (1) singkat (2) dan( 3) relevan
dengan isi. Di samping itu perlu diingat bahwa judul sebaiknya disusun dalam bentuk
frasa bukan kalimat.

3. Pascamenulis
pasca menulis terdiri atas tiga yaitu a merevisi atau mengubah B mengedit dan 3
menyajikan atau mempublikasikan tulisan ketika langkah pasca menulis dapat
dijelaskan sebagai berikut
a. Merevisi atau mengubah
Pada tahap merevisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan karangan
koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan

4
kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan ide pokok, dan ide penjelas,
serta sistematika dan penalarannya. Sementara itu , aspek kebahasaan meliputi
pilihan kata struktur ,bahasa ejaan, dan tanda baca . Pada tahap revisi masih
dimungkinkan mengubah judul karangan apabila Judul lalu telah ditentukan
dirasakan kurang tepat .
b. Mengedit
Apabila karangan sudah dianggap sempurna, penulis tinggal
melaksanakan tahap pengeditan. Dalam pengeditan ini diperlukan format buku
yang akan menjadi acuan ,misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan
spasi . Proses pengeditan dapat diperluaskan dan disempurnakan dengan
penyediaan gambar atau ilustrasi .Hal itu dimaksudkan agar tulisan itu lebih
mudah dipahami dan menarik . Gambar dan ilustrasi untuk melengkapi tulisan
yang dikomunikasikan untuk anak-anak sebaiknya berwarna.
c. Menyajikan dan mempublikasikan tulisan
Mempublikasikan tulisan mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama
berarti menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan, sedangkan
pengertian kedua menyampaikan karangan tidak dalam bentuk cetakan.
Penyampaian tanpa cetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaan,
peragaan, dan sebgainya .Karangan berbentuk cerita anak-anak, misalnya dapat
disampaikan melalui majalah .Secara sederhana karangan anak-anak dapat
dipublikasikan lewat papan tempel atau di bacakan di depan kelas. Publikasi
semacam itu memiliki dampak psikologis yang amat baik. Pemajangan hasil
karya anak-anak dan berfungsi ganda, disamping untuk pemuatan juga dapat
memacu semangat bersaing secara positif.

C. Jenis-jenis kegiatan menulis disekolah dasar (kelas rendah dan kelas tinggi).

Menurut Mulyati (2015 :5.10) jenis-jenis kegiatan menulis dibagi menjadi dua yaitu
(1).menulis permulaan (2).menulis lanjutan.

5
1. Menulis permulaan
Kegiatan menulis permulaan tidak dapat dipisahkan dari membaca
permulaan. Kedua keterampilan ini diberikan secara berbarengan. Keterampilan-
keterampilan motorik yang mula-mula dilatihkan diawali dengan kegiatan prabaca
atau kegiatan menulis tanpa buku. Melalui kegiatan bercerita, beranalogi, dan
berimajinasi guru mengajak siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas motorik
yang dapat melenturkan gerakangerakan tangan. Hal ini dimaksudkan untuk
melatih otot-otot tangan agar tidak kaku. Sebagai contoh, anak dilatih untuk
membuat pagar di udara. Agar tidak berkesan instruksi, kegiatan ini dilakukan
melalui kegiatan bercerita yang diselingi dengan kegiatan bernyanyi. Dengan
demikian, anak tidak merasa sedang diajari melainkan berbuat sesuatu atas
kehendaknya sendiri.
Jenis-jenis menulis permulaan yang diajarkan atau dilatihkan di kelas 1
dan 2 antara lain sebagai berikut ini.
1) Menjiplak Berbagai Bentuk Gambar
Pelatihan ini lebih merupakan transisi dari pelatihan aktivitas motorik
tanpa buku (di udara) ke pelatihan motorik dengan menggunakan media buku.
Bentuk-bentuk gambar untuk bahan jiplakan hendaknya gambargambar yang
dekat dengan lingkungan dan kehidupan anak, familier, dan menarik minat
anak-anak. Kegiatan menjiplak gambar dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, disediakan gambar utuh yang akan dijiplak dengan meletakkan
kertas karbon atau kertas tipis sebagai alas gambarnya. Hasil cetakan karbon
(jiplakan) yang dibuat anak akan mengindikasikan kemampuan motorik
tangannya. Hasil jiplakan yang relatif rapi mengindikasikan kelenturan
motorik tangannya. Sebaliknya, hasil jiplakan yang kurang rapi, terputus-
putus, atau terseok-seok tidak karuan menunjukkan kekakuan gerak tangan
dari si pembuatnya. Cara kedua dapat dilakukan tanpa bantuan kertas karbon,
namun gambarnya dibuat dalam bentuk titik-titik atau garis putus-putus.
2) Menjiplak Bentuk-bentuk Huruf

Selanjutnya, proses menjiplak mulai diarahkan pada bentuk-bentuk


lambang yang biasa dikenal sebagai huruf atau lambang fonem. Caranya,

6
hampir sama dengan menjiplak bentuk gambar, namun objeknya diganti
dengan bentuk-bentuk huruf. Teknisnya dapat dilakukan dengan memisahkan
bentuk-bentuk fonem vokal seperti /a, i, u, e, o/ dan fonem konsonan
seperti /b, c, d, f, g, h, j, dst/; atau mungkin dengan memperkenalkan bentuk-
bentuk huruf secara alfabetis seperti /a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, dst/.

3) Menebalkan Berbagai Bentuk Gambar dan Huruf

Praktik pembelajaran jenis ketiga ini hampir sama dengan jenis pertama
dan kedua. Bedanya terletak pada sajian objek bentuk gambar atau huruf yang
harus ditebalkan anak dengan tinta yang lebih tipis, lebih halus, dan lebih
samar. Tugas siswa adalah menebalkan bentuk-bentuk gambar atau huruf
dimaksud agar lebih jelas. Pada saat kegiatan ini berlangsung, guru harus
memperhatikan posisi duduk, posisi tangan, cara memegang pensil, dan cara
menarik garis-garis yang dilakukan siswa agar tidak salah. Jika cara-cara
salah siswa dibiarkan, nanti akan membentuk kebiasaan yang sulit diluruskan
di kemudian hari.

4) Mencontoh Huruf dari Buku atau Papan Tulis

Proses berikutnya adalah mencontoh. Siswa harus bisa membuat sendiri


bentuk-bentuk huruf sesuai dengan bentuk-bentuk huruf yang dicontohkan
guru, baik di dalam buku maupun di papan tulis. Yang harus diperhatikan
guru dalam proses mencontoh ini adalah hal-hal berikut: (1) contoh yang
dibuat guru harus baik dan benar, (2) urutan contoh huruf yang diberikan
harus menunjukkan gradasi dari urutan mudah-sukar dan sederhanakompleks,
(3) memperhatikan kesulitan-kesulitan siswa secara individual, (4)
memberikan bantuan khusus bagi siswa yang mengalami kesulitan.

5) Mencontoh Kata/Kalimat dari Buku atau Papan Tulis


Proses yang sama seperti butir 4 dilakukan terhadap objek yang berupa
kata atau kalimat sederhana. Kata atau kalimat yang dicontohkan ditulis
dalam bentuk tegak lepas-lepas bukan tegak bersambung.
6) Mencontoh Teks Sederhana dari Buku atau Papan Tulis

7
Teks untuk contoh tulisan dapat dibuat sendiri oleh guru, diambil dari lirik
lagu anak-anak, atau teks yang disusun guru berdasarkan cerita anak.
7) Menyalin Puisi/Lagu Anak Sederhana dengan Huruf Lepas atau Huruf Tegak
Bersambung
Apa bedanya mencontoh dan menyalin? Mencontoh sama dengan meniru.
Artinya, hasil yang dicontoh harus sama atau mendekati persamaan dengan
apa yang dicontohkan. Sementara menyalin tidak perlu persis sama. Jika yang
dicontohkan menggunakan huruf tegak bersambung, anak dapat menyalinnya
dengan huruf tegak lepas-lepas atau dengan huruf tegak bersambung lagi.
Yang menjadi fokus perhatian dalam proses menyalin adalah ketepatan dan
kebenaran menyalin huruf, kata, dan kalimat dengan benar.
8) Menulis Kalimat Sederhana yang Didiktekan Guru
Kegiatan ini selain dimaksudkan untuk melatih gerak motorik tangan
anak, menilai kemampuan anak dalam mengenali bentuk-bentuk lambang
bunyi, juga melatih aspek pendengaran dan kemampuan reseptif dalam
menerima rangsang bunyi yang berupa ujaran-ujaran bermakna.
Kalimatkalimat yang didiktekan guru sebaiknya berkaitan dengan dunia anak,
mengandung nilai karakter, positif, dan gradatif dilihat dari panjang-pendek
kata dan panjang-pendeknya kalimat
9) Melengkapi Kalimat Berdasarkan Gambar
Jenis menulis permulaan tipe ini sudah mulai menyertakan ide/gagasan
anak yang dipandu dengan rangsang gambar. Meskipun belum menunjukkan
pemroduksian ide secara bebas, namun anak sudah dilatih untuk
mengekspresikan pikirannya secara personal. Pelatihannya dilakukan secara
terbimbing dengan memanfaatkan bantuan media gambar. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu anak dalam mengekspresikan ide/gagasannya.
10) Melengkapi Cerita Sederhana dengan Kata yang Tepat
Melengkapi cerita sederhana dapat dilakukan dengan beberapa cara
berikut: (1) teknik isian rumpang (cloze procedure) dengan bantuan gambar
sebagai pengganti lesapan, (2) teknik isian rumpang dengan pilihan kata
sebagai pengganti lesapan, (3) teknik isian rumpang dengan isian bebas yang

8
biasa ditandai dengan tanda titik-titik (......) sebagai pengganti lesapan, (4)
melanjutkan cerita berdasarkan rangsang gambar, baik gambar tunggal
maupun gambar berseri. Teknik (3) dan (4) lebih tepat diberikan di kelas
tinggi (kelas 3-6 SD). Sementara teknik (1) dan (2) dapat diberikan di kelas
rendah.
11) Menulis Kalimat Sederhana yang Didiktekan Guru dengan Memperhatikan
Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Titik
Pada dasarnya, teknik ini sudah mulai mengintegrasikan aspek menyimak,
aspek membaca (melek huruf), aspek menulis, dan aspek kebahasaan.
Penggunaan huruf kapital dan penggunaan tanda titik sudah mulai
diperkenalkan. Ragam kalimat yang didiktekan adalah ragam kalimat berita.
Dalam memilih kalimat-kalimat untuk bahan dikte hendaknya
memperhatikan: (a) gradasi tingkat kesulitan kalimat/ pernyataan, baik dari
segi struktur, panjang-pendek kalimat, maupun makna, (b) mengandung nilai
positif.
12) Mendeskripsikan Tumbuhan atau Binatang di Sekitar Secara Tertulis
Pada tahap awal, pelatihan ekspresi tulis dalam bentuk pendeskripsian objek
(tumbuhan atau binatang di sekitar) dapat didasarkan pada bantuan media
gambar atau memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan anak secara
personal. Alternatif pelatihannya dapat dilakukan dengan cara: (1) anak
diminta menuliskan binatang, benda, tumbuhan yang tampak dalam gambar;
(2) menceritakan gambar secara verbal dengan menggunakan kata-kata
sendiri; (3) bercerita atas stimulus gambar, baik yang berkenaan dengan
pengalaman pribadinya atau berdasarkan imajinasinya sendiri.

2. Menulis lanjutan.
Beberapa jenis pembelajaran menulis terbimbing diberikan di kelas-kelas 3
dan semester awal kelas 4. Selanjutnya, kegiatan menulis diarahkan pada kegiatan
menulis bebas. Berikut akan diberikan beberapa contoh jenis pembelajaran
menulis terbimbing yang bisa diberikan di kelas 3-4 SD.

9
1) Menyusun Kalimat Acak
Menjadi Paragraf Caranya: sediakan kalimat-kalimat acak sebanyak 5-6
kalimat. Tulislah kalimat-kalimat itu dalam kartu kalimat. Dalam kelompok-
kelompok kecil, mintalah mereka untuk menyusunnya sehingga membentuk
paragraf yang utuh. Kalimat-kalimat acak dapat diambil dari penggalan cerita
atau kalimat dari suatu teks/cerita yang dibuat guru sendiri dengan
mempertimbangkan usia, minat, tingkat intelegensi mereka.
2) Melengkapi Puisi Anak
Berdasarkan Gambar Pada tahap awal pengenalan puisi pada anak-anak
bisa dimulai dari lagu anak-anak yang mengandung unsur-unsur puisi, seperti
rima, irama, diksi, gaya bahasa, pengimajinasian, perasaan, nada, tema,
amanat, dan sebagainya. Gambar yang dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam
mengekspresikan perasaan ke dalam bentuk puisi dapat disajikan sebagai
pengganti tema, atau pengganti kata-kata tertentu. Sebagai contoh, disajikan
gambar seorang ibu yang sedang mengelus-elus kepala putranya. Lalu di
bawahnya disediakan teks lagu “Kasih Ibu” yang dirumpangkan.
Contoh: Kasih ... kepada
beta Tak terhingga ... masa
Hanya ... tak harap kembali
Bagai ... menyinari dunia
3) Menulis Karangan Sederhana
Berdasarkan Gambar Berseri Menulis karangan atau cerita berdasarkan
rangsang gambar berseri, sebenarnya sudah mulai menggali imajinasi, pikiran,
dan gagasan anak. Dalam hal ini, gambar berfungsi sebagai pemandu inspirasi
bagi anak-anak dalam menuangkan pikiran/perasaan secara bebas.
4) Menulis Puisi Berdasarkan Rangsang Gambar
Menulis puisi berdasarkan rangsang gambar, pada dasarnya hampir sama
dengan menulis karangan berdasarkan gambar. Untuk membantu
membangkitkan imajinasi anak, pemajanan gambar sebagai rangsang belajar
sebaiknya disertai dengan tanya-jawab mengenai gambar itu. Selanjutnya,

10
mintalah mereka untuk menulis puisi bebas dengan tema sesuai dengan minat
dan pilihan mereka yang diinspirasi oleh gambar-gambar tadi.
5) Melengkapi Dialog
Percakapan Bentuk teks atau wacana itu bermacam-macam. Salah satunya
adalah dialog percakapan. Melengkapi dialog yang sudah disediakan
merupakan bentuk pembelajaran menulis terbimbing
6) Membuat Petunjuk Berdasarkan Gambar Berseri
Membuat petunjuk itu biasanya menggunakan kalimat-kalimat perintah.
Namun, ilustrasinya dapat diawali oleh kalimat-kalimat berita yang bersifat
informatif. Untuk membimbing anak membuat kalimat-kalimat dimaksud,
terlebih dahulu disajikan gambar berseri yang menunjukkan urutan kegiatan
yang harus dilakukan. Pemilihan gambar-gambar itu sebaiknya
memperhatikan kejelasan, kesesuaian, dan nilai-nilai positif yang dapat
membentuk karakter anak. Tema-tema gambar yang bisa diangkat misalnya
tentang: petunjuk membuang sampah (organik dan unorganik), cara
menyeberang di jalan raya, pemakaian obat, dan lain-lain.
7) Melengkapi Teks Isian Rumpang
Teks yang dipilih untuk bahan wacana rumpang sebaiknya diambil dari
cerita-cerita anak, dongeng, atau jenis-jenis karya sastra lainnya. Selain untuk
kepentingan pengintegrasian pembelajaran, juga dimaksudkan untuk
memberikan daya tarik sehingga motivasi belajarnya terbangkitkan. Lesapan
atau bagian kata yang dirumpangkan dapat dilakukan secara teratur, misalnya
setiap kata ke-7, ke-8, ke-10, dan sebagainya atau disesuaikan dengan
kebutuhan, misalnya setiap kata kerja, setiap kata tugas (di, ke, dari, pada,
kepada, daripada, dll.). Kalimat pertama sebaiknya disajikan secara utuh
untuk membantu anak dalam memperkirakan arah isi/tema wacana itu. Kata
yang dilesapkan sebaiknya diberi tanda dengan garis putus-putus sesuai
dengan jumlah huruf dari kata yang dilesapkan itu. Sebagai contoh, kata yang
ditandai dengan 4 buah garis putus (----), sekolah (-------), rumah (-----), dll.
8) Menulis Surat Berdasarkan Rangsang Kasus

11
Menulis surat (pribadi) merupakan kegiatan mengekspresikan pikiran dan
perasaan secara personal. Untuk membantu anak mengekspresikan pikiran dan
perasaan melalui surat secara terbimbing, guru dapat memandunya dengan
kasus, lalu mereka diminta menulis surat itu berdasarkan kasus yang
disodorkan. Cara lain, anak diminta menulis surat balasan berdasarkan
rangsang surat yang disediakan. Atau mungkin disediakan rangsang surat
yang belum lengkap, lalu anak diminta untuk melanjutkan surat itu sesuai
dengan pikirannya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk


berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Fungsi utama dari menulis
adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Pendidikan sangat memerlukan
tulisan sebagai hasil menulis karena menulis dapat berperan untuk mempermudah para
pelajar berpikir kritis, merasakan dan menikmati hubungan-hubungan bahasa,
memperdalam daya tangkap, memecahkan persoalan yang dihadapi dan memperjelas
pikiran-pikiran. Penulis yang baik akan menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir
logis guna mencapai tujuan dari tulisan.

B. Saran

Untuk mahasiswa
Agar mempelajari lebih lanjut mengenai keterampilan menulis praktis dan
penerapannya dalam penulisan karya tulis lain.

Untuk umum
Agar lebih memperhatikan dan mendalami keterampilan menulis sehingga dapat
menerapkannya sejak dini.

13
Daftar Rujukan

Mahmud,H. 2017. Upaya Meningkatakan Keterampilan Menulis Dengan Teknik

RCG (Reka Cerita Gambar) Pada Siswa Kelas VI SDN Rengkak

Kecamatan Kopang, Kabupaten. Lombok Tengah. Jurnal ilmu social dan

pendidikan vol 1 no 2.

Mulyati,Yeti.2015.Keterampilan Berbahasa SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Taufina.2016. Mozaik Keterampilan Berbahasa di SD. Bandung: CV Angkasa.

Yogyantoro,Angger.2016.Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi

Menggunkan Media Diorama Siswa Kelas IV. Jurnal Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Edisi 38 Tahun ke-5

14

Anda mungkin juga menyukai