Anda di halaman 1dari 4

Pembagian Hadits Berdasarkan Sifat Sanad

1. Hadits Muttasil (Mausul)


Secara Bahasa: Isim Fa’il (pelaku) dari kata kerja ‫ص َل‬ َ َّ‫( ات‬bersambung) lawan dari kata kerja ‫ا ْنقَطَ َع‬
(terputus) dan jenis ini dinamakan juga dengan ‫ال َموْ صُوْ ل‬.

Secara Istilah:
Apa-apa (hadits) yang bersambung sanadnya dari awal sampai penghujungnya (akhirnya), baik
hadits tersebut Marfu’ (sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) atau Mauquf
(yang berhenti pada Shahabat radhiyallahu 'anhum).

Ibnu Shalah berkata:

‫وف على‬B‫ والموق‬،‫لم‬B‫ه وس‬B‫لى هللا علي‬B‫بي ص‬B‫وع إلى الن‬B‫مل لمرف‬B‫ ويش‬،‫اع‬B‫ال واالنقط‬B‫ وهو ينفي اإلرس‬،ً‫ ” الموصول ” أيضا‬:‫ويقال له‬
‫الصحابي أو من دونه‬
“Hadits Muttashil disebut juga hadits maushul, yaitu hadits yang tidak terdapat irsal dan tidak
terputus sanadnya. Hadits muttashil mencakup hadits marfu’ dan hadits mauquf”
Untuk pembahasan kajian mendalamnya seputar definisi, pembagian, contoh dan hukum Hadits
Muttashil silahkan klik disini

2. Hadits Musnad
Secara Bahasa: al-Musnad adalah isim Maf’ul (objek) dari kata kerja ‫نَ َد‬BBB‫ أَ ْس‬yang berarti
menyandarkan atau menisbatkan.

Secara Istilah:
Apa-apa (hadits) yang bersambung sanadnya, marfu’ kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ini adalah definisi yang dipilih oleh Imam al-Hakim, dan disebutkan secara tegas oleh Ibnu Hajar
rahimahullah dalam Nukhbatul Fikar, dan masih ada definisi-definisi yang lain untuk hadits al-
Musnad ini. [Taisir Mustalahul Hadits karya Dr. Mahmud ath-Thahhan, Maktabah al-Ma’arif hal
135-137. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono]
Imam Al-Baiquni rahimahullah berkata:
‫اوي ِه َحتَّـى ال ُمصْ طَفَـى َولَ ْم يَبِـن‬ ِ َ‫َوالـ ُم ْسنَ ُد الـمتّـ‬
ِ ‫ص ُل اإلسْـــنَاد ِم ْن َر‬
Musnad adalah hadits yang bersambung sanadnya dari periwayatnya sampai ke Al-Musthafa dan
tidak terputus.
Ibnu Shalah berkata:
‫ه‬BB‫ أن‬:‫بر‬BB‫د ال‬BB‫ وحكي ابن عب‬.‫اه‬BB‫ل إلى منته‬BB‫ هو ما اتص‬:‫ وقال الخطيب‬.‫ هو ما اتصل إسناده إلى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫قال الحاكم‬
‫ فهذه أقوال ثالثة‬.ً‫ وسواء كان متصالً أو منقطعا‬،‫المروي عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
Al Hakim mengatakan bahwa hadits musnad adalah hadits yang bersambung sanadnya sampai
kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
Al Khatib mengatakan bahwa hadits musnad adalah hadits yang bersambung sanadnya hingga
akhir sanad
Ibnu ‘Abdil Barr mengabarkan bahwa hadits musnad adalah hadits yang diriwayatkan dari
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, baik bersambung maupun terputus sanadnya.
Inilah tiga pendapat tentang definisi hadits musnad yang dipaparkan Ibnu Shalah [Al Ba’its Al
Hatsits, Al Imam Abul Fida’ Ibnu Katsir rahimahullah].
Pengertian musnad sendiri adalah “yang disandarkan”. Adapun pengertian hadits musnad
adalah, segala hadits yang disandarkan kepada Nabi saw serta sanadnya bersambung. Sementara
berita yang disandarkan kepada Nabi saw dinamakan berita yang marfu‘. Jadi bisa dikatakan
juga bahwa hadits musnad adalah hadits yang marfu‘ dan sanadnya bersambung. Pengertian
bersambung di sini adalah hadits yang sanadnya bersambung tidak terpurtus dari yang
menceritakan riwayat sampai akhir sanad terus sampai kepada Nabi saw. Dengan demikian suatu
hadits yang beritanya hanya terhenti pada sahabat (tidak menisbatkan kepada Nabi saw) dan juga
rawinya diketahui gugur pada sahabat, tidaklah disebut sebagai haditst musnad.

Musnad tidaklah sinonim dengan marfu‘, namun hadits yang musnad disyaratkan marfu‘,
demikian juga hadits yang marfu‘ tidak mesti musnad.

Hadits musnad itu memerlukan dua syarat, yaitu bersambungan sanad serta penyandaran kepada
Nabi saw. Dalam hadits musnad itu yang dilihat matan (isi/redaksi hadits) berikut sanadnya.
Dengan kata lain hadits musnad itu pastimuttashil, dan setiap hadits musnad pasti marfu‘. Oleh
karenanya tak boleh terdapat faktor keguguran dalam sanadnya.

Untuk pembahasan kajian mendalamnya seputar definisi, pembagian, contoh dan hukum Hadits
Musnad silahkan klik disini

3. Hadits Mu'an’an
Pengertian dari hadits mu’an’an (‫ ) ُم َع ْن َعن‬adalah hadits yang sanadnya terdapat redaksi ‘an
(dari) seseorang [Muhammad ‘Ujjaj al-Khathib, 1989, Ushul Al-Hadits Ulmuhu Wa
Musthalahuhu, (Beirut: Dar Al-Fikr).].

Mu’an’an adalah suatu metode meriwayatkan hadits dengan menggunakan kata ‘an
(dari),seperti ‘an fulaanin, ‘an fulaanin, ‘an fulaanin, tanpa menyebutkan kata-kata yang jelas
dan meyakinkan sebagai indikasi adanya mendengar, menceritakan, atau mengabarkan dari rawi
sebelumnya, namun disyaratkan harus tetap dengan menyebut nama rawi-rawinya [Al-Maliki,
Prof. Dr. Muhammad Alawi. 2009. Al-Manhalu Al-lathiifu fi Ushuuli Al-Haditsi Asy-Syariif :
Ilmu Ushul Hadis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal. 103]. Jadi hadits mu’an’an adalah hadits
yang diriwayatkan oleh seorang rawi dengan menggunakan kata ‘an (‫ )عن‬atau
‫اال ْسنَا ُد الَّ ِذى ِف ْي ِه فُالَنٌ ع َْن فُالَ ٍن‬ ُ ‫الح ِدي‬
ِ ‫ْث ال ُم َع ْن َعنُ ه َُو‬ َ
Hadits Mu’an’an ialah hadits yang dalam mata rantai sanadnya ditemukan adanya kalimat
Fulan dari Fulan.
Untuk pembahasan kajian mendalamnya seputar definisi, pembagian, contoh dan hukum Hadits
Mu'an'an silahkan klik disini

4. Hadits Musalsal
Musalsal : secara bahasa artinya berasal dari kata ‫ سلسل يسلسل سلسلة‬yang berarti berantai dan bertali
menali. Hadis ini dinamakan musalsal karena ada kesamaan dengan rantai (silsilah) dalam segi
pertemuan pada masing-masing perawi atau ada kesamaan dalam bagian-bagiannya.
Secara istilah, hadits musalsal adalah “Sebuah hadits yang dalam sanandnya antara satu perawi
dengan perawi setelahnya melakukan hal yang sama, baik berupa perkataan, perbuatan ataupun
keduanya”

Dalam istilah lain, hadis musalsal adalah:


‫تتا بع رجال اسنا ده علي صفة اوحالة للرواية تارةوللرواية تارة اخري‬
Keikutsertaan para perawi dalam sanad berturut-turut pada satu sifat atau pada satu keadaan,
terkadang bagi para perawi dan dari periwayatan.
‫ يتكررفي الرواة اوالرواية اويتعلق بزمن الرواية اومكانها‬-‫ قولي اوفعلي‬-‫هوالحديث الذي يتصل اسناده بحال (هيئة) اووصف‬
Adalah hadis yang sambung penyandarannya dalam satu bentuk / keaadaan atau satu sifat, baik
berupa perkataan maupun perbuatan, yang terulang-ulang pada para periwayatan atau pada
periwayatan atau berkaitan dengan waktu atau tempat periwayatan.
Lebih luas Al-Iraqi memberikan definisi musalsal adalah
hadis yang para perawinya dalam sanad berdatangan satu persatu dalam satu bentuk keadaan atau
dalam satu sifat, baik sifat para perawi maupun sifat penyandaran (isnâd) baik terjadi pada isnâd
dalam bentuk penyampaian periwayatan (adâ’ ar-riwâyah) maupun berkaitan dengan waktu dan
tempatnya, baik keadaan para perawi maupun sifat-sifat mereka, dan baik perkataan maupun
perbuatan.
Syaikh Ali bin Hasan al Halabiy hafidzahullah berkata [At Ta’liqat al Atsariyah [26] ] :
Al musalsal yaitu : hadist yang setiap perawinya saling mengikuti di dalam suatu sifat tertentu,
baik dalam bentuk ucapan -seperti bersumpah dengan nama Allah- atau dalam bentuk keadaan
-seperti meriwayatkan hadist dalam keadaan berdiri- atau dalam bentuk perbuatan -seperti
tersenyum selepas meriwayatkan hadist-.Dengan demikian hadis musalsal adalah hadis yang
secara berturut-turut sanad-nya sama dalam satu sifat atau dalam satu keadaan dan atau dalam satu
periwayatan.
Hadis musalsal adalah hadis musnad mutthasil yang bebas dari tadlis (pemalsuan). Dalam
periwayatannya selalu berulang perkataan-perkataan atau perbuatan-perbuatan yang sama, yang
dinukil oleh setiap perawi dari orang di atasnya dalam sanad, hingga berakhir pada Rasulallah
SAW Keterlepasannya dari tadlis dan keterputusannya mendorong pemula dalam ilmu ini
mengenakan hukum secara sepontan dan tergesa-gesa.
Ibn Katsir berkata: “Faedah tasalsul (kesinambungan) adalah menjauhkan suatu hadis dari
pemalsuan dan keterputusan. Meskipun begitu, jarang hadis shahih disampaikan dengan cara
musalsal. Kadang-kadang asal matan dalam hadis jenis ini memang shahih, karena terhindar dari
tadlis.

Ibnu Hajar berkata “Musalsal termasuk sifat isnad.” Ini berbeda dengan marfu’ dan
semisalnya, yang merupakan sifat isnad dan matan sekaligus.

Untuk pembahasan kajian mendalamnya seputar definisi, pembagian, contoh dan hukum Hadits
Musalsal silahkan klik disini

5. Hadits Ali
Secara etimologi ali isim fail dari kata ‫ اعل ُو‬yang artinya, (‫علو‬,‫ يعلو‬,‫ )عال‬yang berarti tinggi, luhur,
mengungguli, menutupi. Sedangkan menurut terminology banyak perbedaan dikalangan ulama,
tapi pada intinya sama seperti yang dikemukakan oleh Hafizh Haram Al Maudi dalam kitab
mustholah hadits :
‫العالى ما قالت رجاله بالسبة الى السند احرير بذلك الحديث‬
“Hadits ali adalah hadits yang jumlah rawinya dalam sanad itu sedikit, dibandingkan dengan
jumlah rawi yang ada pada sanad lain yang menyebut hadits yang lain.”
Dan menurut Fathurrohman mengemukakan bahwa hadits ali adalah
hadits dimana rawi-rawinya dalam reretif sedikit dan masih banyak pengertian yang dikemukakan
oleh para ulama. Tapi pada intinya bahwa hadits ali adalah hadits yang diriwayatkan yang dimana
rawinya sangat sedikit dan itu yang bisa penulis simpulkan
Untuk pembahasan kajian mendalamnya seputar definisi, pembagian, contoh dan hukum Hadits
Ali silahkan klik disini

6. Hadits Nazil

Hadis Nazil adalah hadis yang jumlah rawi dan sanadnya banyak. Pembagian hadis nazil ada lima.
Untuk mengetahuinya, cukup memahami kebalikan pembagian hadis ‘Aly. Aly Mutlaq melawan
Nazil mutlaq.

Contoh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim dan Imam Al-Bukhari dengan sanad
berbeda. Berikut perbandingannya;

Sanad muslim adalah Harmalah bin Yahya, Ibnu Wahb, Yunus, Ibnu Syihab, Abu Salamah dan
Abu Hurairoh (6 orang) adalah hadis nazil. Sedangkan riwayat Bukhari bersanad Quthaibah bin
Sa’id, Abul Akhwash, Abu Hasin, Abu Shalih, dan Abu Hurairoh (5 orang) adalah hadis ‘Aly
karena sanadnya lebih sedikit.

googleweblight.com/?lite_url=http://www.zulfanafdhilla.com/2014/08/pembagian-hadits-
berdasarkan-sifat-sanad.html?m%3D1&ei=y6fl1Cvs&lc=id-
ID&s=1&m=840&host=www.google.co.id&ts=1458141584&sig=APY536zUj3lrYF8HL9WlBBi
0MiZVi3xDZA

Anda mungkin juga menyukai