Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISA KEBUTUHAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH DI


BANK DARAH RSUD R SYAMSUDIN SH KOTA SUKABUMI
TAHUN 2019

KARYA TULIS ILMIAH

RISNAWATI
NIM. 2018011040RB

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI BANK DARAH


AKADEMI BAKTI KEMANUSIAAN
PALANG MERAH INDONESIA
JAKARTA
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul :

ANALISA KEBUTUHAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH DI


BANK DARAH RSUD R SYAMSUDIN SH KOTA SUKABUMI
TAHUN 2019

DIPERSIAPKAN DAN DISEMINARKAN OLEH :

Risnawati
NIM. 2018011040RB

Karya Tulis Ilmiah Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Untuk Mengikuti
Seminar Proposal Penelitan Program Studi D-III Teknologi Bank Darah Akademi
Bakti Kemanusiaan PMI pada

Pembimbing
Karya Tulis Ilmiah

dr. Pierlita Rina, M.Biomed

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan transfusi darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang terdiri

dari serangkaian kegiatan mulai dari pengerahan dan pelestarian donor, pengambilan,

pengamanan, pengelolaan, penyimpanan darah dan tindakan medis pemberian darah

kepada resipien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan

(Depkes RI, 2008). Pelayanan transfusi darah sebagai salah satu upaya kesehatan

dalam rangka penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan sangat membutuhkan

ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup, aman, mudah diakses dan

terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan

transfusi darah yang aman, bermanfaat, mudah diakses, dan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan World Health assembly (WHA) 63.12 on

availability, safety and quality of blood products, bahwa kemampuan untuk

mencukupi kebutuhan atas darah dan produk darah (self sufficiency in the supply of

blood and blood products) dan jaminan keamanannya merupakan salah satu tujuan

pelayanan kesehatan nasional yang penting (Permenkes,2015).

Pelayanan penyediaan darah di Indonesia dilaksanakan oleh Unit Transfusi

Darah dan Bank Darah Rumah Sakit. UTD merupakan fasilitas pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan donor darah, penyediaan darah dan pendistribusian darah.

1
2

Bank Darah Rumah Sakit adalah suatu unit pelayanan di rumah sakit yang

bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, berkualitas, dan

dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit dan

fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Pelayanan darah di Bank Darah Rumah Sakit

(BDRS) bertujuan untuk menjamin tersedianya darah untuk transfusi yang aman,

bermutu dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit. BDRS menerima darah atau komponen darah siap pakai dan sudah

dilakukan uji saring IMLTD serta pengujian konfirmasi golongan darah dari UTD di

wilayahnya sesuai dengan permintaan yang diajukan oleh BDRS (Permenkes 91,

2015).

Pelayanan darah yang berkualitas, aman, tersedia tepat waktu, dapat dicapai

apabila pelayanan berjalan dengan sistem tertutup, dimana rumah sakit tidak lagi

menyerahkan upaya memperoleh darah transfusi kepada keluarga pasien, tapi seluruh

mekanisme pelayanan dilaksanakan oleh petugas. Ketersediaan darah aman di Rumah

Sakit merupakan salah satu standar pelayanan minimal Rumah Sakit yang berarti

setiap Rumah Sakit harus memiliki stock darah aman 24 jam di Bank Darah Rumah

Sakit serta manajemen pelayanan transfusi darah agar BDRS dapat berjalan dengan

baik dan berstandar maka dibutuhkan pedoman pelaksanaan yang dipakai sebagai

acuan bagi seluruh Rumah Sakit dalam melaksanakan pelayanan darah yang

berkualitas (Depkes RI, 2008).


3

Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) harus menghitung dan merencanakan

kebutuhan darah yang akan dimintakan ke UTD dan disimpan di BDRS untuk

menghindari terjadinya kekurangan dan kelebihan stok serta darah kadaluarsa.

Perhitungan dan perencanaan kebututuhan darah ini dapat di dasarkan pada jumlah

tempat tidur kasus gawat darurat di RS, kasus penyakit yang membutuhkan darah dan

komponen darah di Rumah Sakit selama periode sebelumnya (Permenkes 91,2015).

Secara umum metode yang paling mudah untuk memperkirakan kebutuhan

darah dan komponen darah adalah dengan melihat penggunaan darah pada kurun

waktu sebelumnya. Hasil perkiraan kebutuhan darah dan komponen darah tersebut

dianggap sebagai stok darah minimal. Stok darah minimal perlu ditambahkan dengan

jumlah darah dan komponen darah untuk kebutuhan kasus gawat darurat sehingga

menghasilkan batas stok ideal (Permenkes 91, 2015).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mempelajari analisa kebutuhan

darah dan komponen darah di BDRS R Syamsudin SH Kota Sukabumi Tahun

2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut “Bagaimana analisa kebutuhan darah dan komponen darah di BDRS

R Syamsudin SH Kota Sukabumi Tahun 2019?”.


4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui analisa kebutuhan darah dan komponen darah di BDRS

R Syamsudin SH Kota Sukabumi tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

- Untuk menganalisa kebutuhan transfusi darah berdasarkan masing masing

jenis komponen darah seperti kebutuhan WB, PRC, TC dan LP di BDRS

R Syamsudin SH Kota Sukabumi tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teori

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh

pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai analisa kebutuhan

darah dan komponen darah sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat

menjadi referensi tambahan untuk pengembangan maupun penelitian

selanjutnya mengenai analisa kebutuhan darah dan komponen darah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. RSUD R Syamsudin SH Sukabumi

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R. Syamsudin, S.H. berdiri sejak

tanggal 9 September 1920 dikelola oleh Gemeenterad Soekaboemi. Pada

tanggal 10 Desember 1932 dikelola oleh VVV Bergen op Zoom Nederland,

tanggal 27 Pebruari 1937 dijual kepada P. Guliek bernama Rumah Sakit St.

Lidwina, atau dikenal juga dengan nama Rumah Sakit Bunut. Tahun 1943,

Pengawasan atau pengelolaan Rumah Sakit St. Lidwina dilimpahkan kepada

Sukabumi, yang kemudian menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi.

Sekarang menjadi Kota Sukabumi ( Sekretariat Mutu, 2019).

Sejak jaman sebelum perang kemerdekaan, Rumah Sakit St. Lidwina

dikenal sebagai rumah sakit umum di Jawa Barat yang dijadikan sebagai salah

satu rumah sakit rujukan yang melayani penduduk Kotamadya Sukabumi,

Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Lebak, dan sebagian

Kabupaten Bogor ( Sekretariat Mutu, 2019).

Tanggal 22 Pebruari 1979 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 51/Menkes/SK/II/79, Rumah Sakit St. Lidwina resmi menjadi Rumah

Sakit Umum Daerah Kelas C, dengan nama RSUD R. Syamsudin, S.H.

Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi. Tanggal 10 Juni 1993, S.K. Walikota

Daerah Tingkat II Sukabumi nomor 5, menetapkan RSUD R. Syamsudin, S.H.

5
6

sebagai rumah sakit uji coba Swadana Daerah. Kemudian S.K. Menteri

Kesehatan R.I. nomor 494 tanggal 30 Mei 1994 menetapkan RSUD R.

Syamsudin, S.H. sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Non Pendidikan

dan tanggal 17 Maret 1995 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Swadana.

Tanggal 22 April 1998, RSUD R. Syamsudin, S.H. mendapatkan Sertifikat

Akreditasi Rumah Sakit dengan Status Akreditasi Penuh untuk 5 (lima) Standar

Pelayanan Tanggal 27 Januari 2003, RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota

Sukabumi mendapatkan sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dengan status

Akreditasi Penuh untuk 12 Pelayanan ( Sekretariat Mutu, 2019).

Tahun 2008 berdasarkan Keputusan Walikota Sukabumi Nomor 31 tahun

2008, tentang RSUD R. Syamsudin, S.H. Sebagai SKPD Yang Menerapkan

PPK-BLUD Secara Penuh, terjadi perubahan Pengelolaan Keuangan rumah

sakit dari Swadana menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Pada

bulan Agustus 2008 RSUD R. Syamsudin, S.H. telah meningkatkan kualitas

pelayanan disertai pelayanan yang tersertifikasi ISO 9001:2000/SNI 19-9001-

2000 dengan sertifikat Quality System Certificate Reg. No. 201-07/131.

Tanggal 31 Desember 2009 mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2008 No 232-

07/131 ( Sekretariat Mutu, 2019).

Pada tahun 2014-2015 RSUD R. Syamsudin, S.H Kota Sukabumi

melakukan persiapan pemenuhan persyaratan Akreditasi versi 2012.

Pencapaian RSUD R. Syamsudin, S.H Kota Sukabumi pada tahun 2015

meliputi :
7

1) Telah menambah gedung baru yaitu membangn Gedung VIP Ruang

Anyelir dengan kapasitas 45 tempat tidur dibangun dari dana

fungsional RSUD R. Syamsudin, S.H Kota Sukabumi Senilai Rp.

9.504.472.000.

2) RSUD R. Syamsudin, S.H Kota Sukabumi telah berhasil

menyumbang predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) kepada

Pemerintahan Kota Sukabumi dengan bukti ditetapkannya Opini

WTP oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang merupakan

pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi

keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan

pada empat kriteria yakni kesesuaian dengan standard akuntansi

pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas

system pengendalian intern.

3) RSUD R. Syamsudin, S.H Kota Sukabumi telah ditunjuk sebagai

Rumah Sakit rujukan regional berdasarkan keputusan Gubernur

Jawa Barat Nomor : HK.02.03./I/0363/2015 tentang penetapan

Rumah Sakit rujukan Provinsi dan Rumah Sakit Rujukan Regional.

Pada tahun 2016 RSUD R. Syamsudin, S.H Kota Sukabumi telah resmi

lulus Akreditasi PARIPURNA dan pada tahun 2018 RSUD R. Syamsudin, S.H

telah meningkatkan kualitas pelayanan implementasi System Management

Terpadu untuk Mutu, Keamanan Keselamatan Kerja (K3), dan lingkungan


8

Hidup. Dengan mengacu kepada ISO 9001:2015 dan ISO 14001:2015

( Sekretariat Mutu, 2019).

B.Bank Darah Rumah Sakit

Bank Darah Rumah Sakit atau BDRS merupakan unit yang memiliki

kewajiban untuk memenuhi kebutuhan darah secara aman, efisien dan traceable.

Sesuai PP No 7 tahun 2011, maka seluruh rumah sakit diwajibkan

menyelenggarakan BDRS. Dengan demikian pengelolaan BDRS secara baik

harus dilakukan untuk menjamin pelayanan darah yang optimal di rumah sakit

( Sekretariat Mutu, 2019).

Bank Darah Rumah Sakit didirikan dan dikelola oleh Rumah Sakit yang

berkewajiban menyimpan darah yang telah diuji saring oleh UTD PMI dan

melakukan uji cocok serasi berdasarkan perjanjian kerjasama antara UDD PMI

dan Rumah Sakit. Bank Darah Rumah Sakit berfungsi menyimpan darah dan

mengeluarkannya bagi pasien yang memerlukan darah di rumah sakit yang

bersangkutan. PMI berkewajiban membantu pendirian Bank Darah Rumah Sakit

yang dikelola oleh Rumah Sakit ( Sekretariat Mutu, 2019).

Bank Darah Rumah Sakit bertugas :

1. Menerima darah yang sudah diuji saring dari UTDC PMI terdekat

secara teratur.

2. Menyimpan darah.

3. Melakukan uji cocok serasi darah donor dan darah pasien.


9

4. Menyerahkan darah yang cocok bagi pasien di Rumah Sakit

tersebut.

5. Melacak penyebab reaksi transfusi yang dilaporkan Rumah Sakit.

Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) bertanggung jawab atas tersedianya

darah yang aman, berkualitas dan memiliki ketersediaan yang cukup untuk

mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam ketersediaan darah

ditentukan oleh partisipasi masyarakat, selain itu ditunjang dengan fasilitas,

sarana dan prasarana yang dapat menjamin ketersediaan darah yang cukup, aman

dan berkualitas ( Sekretariat Mutu, 2019).

Pelayanan darah di Bank Darah Rumah Sakit bertujuan untuk menjamin

tersedianya darah untuk transfusi yang aman, bermutu, dan dalam jumlah yang

cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. BDRS menerima

darah atau komponen darah siap pakai dan sudah dilakukan uji saring IMLTD

serta pengujian konfirmasi golongan darah dari UTD di wilayahnya sesuai

dengan permintaan yang diajukan oleh BDRS (Permenkes 91,2005).

C. Transfusi Darah

Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari

seseorang (donor) kepada orang lain (resipien), dengan tujuan mengganti darah

yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan mempertahankan

daya tahan tubuh terhadap infeksi. Proses transfusi darah harus memenuhi

persyaratan yaitu aman bagi penyumbang darah dan bersifat pengobatan bagi

resipien (Setyati,2010). Transfusi darah memberikan efek terapi bagi resipien,


10

yang mengalami pendarahan atau trauma dalam jumlah yang besar transfusi

darah dilakukan untuk mengganti volume yang hilang sedangkan untuk resipien

yang memiliki penyakit autoimun atau rusaknya sel darah merah karena

penghancuran yang berlebihan, transfusi darah dilakukan untuk kelangsungan

hidupnya sampai jangka panjang (Maharani dan Noviar, 2018).

D. Komponen darah

Komponen darah adalah bagian-bagian darah yang dipisahkan dengan cara

fisik atau mekanik tanpa menambahkan bahan kimia ke dalamnya yaitu dengan

cara pengendapan atau pemutaran. Pengolahan komponen darah adalah tindakan

memisahkan komponen darah donor dengan prosedur tertentu menjadi

komponen darah yang siap pakai. Dalam proses tersebut aspek kualitas dan

keamanan harus terjamin untuk mendapatkan produk akhir yang diharapkan.

Satu unit darah terdiri dari elemen-elemen selular dan non selular yang

mempunyai fungsi beragam. Pemisahan komponen darah harus dilakukan

dengan cara aseptik, menggunakan kantong darah ganda, kantong darah tunggal

dengan “transfer bag” (Maharani dan Noviar, 2018).

Komponen darah diproduksi dari seluruh donor darah untuk memfasilitasi

perbedaan terapi pasien yaitu eritrosit, protein plasma dan trombosit. Tujuan

pembuatan komponen darah untuk mempertahankan keawetan dan fungsi darah,

untuk mencegah perubahan yang terjadi pada darah atau kontaminasi bakteri

yang merugikan (Renmaur, 2012).


11

1. Whole Blood

Darah lengkap (whole Blood ) adalah cairan yang mengandung berbagai

macam sel darah yang bergabung dengan cairan kekuningan yang disebat

plasma. Sel darah ini terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih

(leukosit) dan trombosit. Satu unit darah lengkap mengandung sekitar 450 mL

darah dan 63 mL antikoagulan. Nilai hematokritnya 36-44% (Maharani dan

Noviar, 2018). Penggunaan Whole Blood untuk transfusi ditujukan untuk

menambah volume darah dan kemampuan untuk membawa oksigen pada

kasus-kasus perdarahan akut dan perdarahan dalam jumlah yang besar.

Jenis darah whole blood ini bila memakai antikoagulan CPDA yang

mempunyai masa simpan selama 35 hari. Suhu simpan antara 20 sampai 60C

(Renmaur, 2012).

Menurut masa simpan invitro, ada dua macam WB yaitu darah segar dan

darah baru. Darah segar yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6

jam sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor

pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi

eritrosit masih relatif baik. Sedangkan darah baru yaitu darah yang disimpan

antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor pembekuan

disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan kadar kalium,

amonia, dan asam laktat (Setyati, 2010).

Komponen Whole blood menyediakan daya dukung oksigen dan

penambahan volume darah. Terutama digunakan pada pasien dengan indikasi


12

primer yaitu pasien dengan pendarahan aktif yang telah kehilangan 25% dari

volume total darahnya. Dampak negatif penggunaan darah lengkap

kemungkinan menyebabkan kelebihan cairan. Darah lengkap yang kurang dari

7 hari bermanfaat untuk transfusi penggantian pada neonatus untuk

pencegahan hyperkalemia (Maharani dan Noviar, 2018).

2. Packed Red Cell

Packed Red Cell (PRC) merupakan komponen darah yang diperoleh dari

pengolahan Whole blood (WB). PRC berasal dari WB yang diendapkan

selama penyimpanan, kemudian diputar dengan sentrifugasi putaran tinggi

untuk memisahkan plasma dan sel darah merah sehingga menghasilkan PRC

sebanyak 200-250 ml dengan kadar hematokrit 70-80%, volume plasma 15-25

ml, dan volume antikoagulan 10-15 ml (Saragih, 2019).

PRC dapat disimpan mulai dari waktu pendonoran sampai

ditransfusikan ke resipien. Tujuan penyimpanan PRC adalah menjaga

viabilitas dan fungsi eritrosit dengan cara mengurangi aktivitas metabolisme

sel. PRC disimpan pada suhu 2-6°C selama 21–42 hari tergantung larutan

antikoagulan yang digunakan (Saragih, 2019).

Pemakaian PRC diberikan pada pasien anemia yang tidak disertai

penurunan volume darah, misalnya pasien anemia hemolitik, leukemia akut,

leukemia kronik, penyakit keganasan, talasemia, gagal ginjal kronis, dan

perdarahan kronis yang ada tanda “oksigen need” (rasa sesak, mata

berkunang, palpitasi, pusing, dan gelisah). Menaikkan kadar Hb sebanyak 1


13

gram/dl diperlukan PRC 4 ml/kg BB atau satu unit menaikkan kadar

hematokrit 3-5 % (Saragih, 2019).

Transfusi PRC diindikasikan untuk mencapai peningkatan yang cepat

dalam penyediaan oksigen ke jaringan, ketika konsentrasi Hb rendah dan atau

kapasitas membawa oksigen berkurang, dan adanya mekanisme kompensasi

fisiologis yang tidak memadai. Oksigenasi jaringan tergantung pada berbagai

faktor yaitu konsentrasi Hb, saturasi Hb, afinitas Hb untuk oksigen, dengan

persyaratan oksigen yaitu volume oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan

untuk melaksanakan fungsi aerobik (Saragih, 2019).

3. Fresh Frozen Plasma

FFP adalah plasma segar yang dibekukan dan disimpan pada suhu

minimal -20°C selama 1 tahun. FFP berisi plasma, semua faktor pembekuan

stabil dan labil, komplemen dari protein plasma. Volume FFP sekitar 200 ml.

Setiap unit FFP biasanya dapat menaikkan masing-masing kadar faktor

pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. FFP dapat disimpan dalam

keadaan cair pada suhu 2o–6oC. FFP yang sudah dicairkan harus segera

ditransfusikan ke pasien dalam waktu 4jam (Renmaur, 2012 ).

Isi utama FFP adalah plasma dan faktor pembekuan labil. Volume FFP

berkisar antara 150 sampai 220 mL. FFP berguna untuk meningkatkan faktor

pembekuan labil apabila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada.

Pelayanan untuk FFP adalah cocok untuk golongan darah ABO dengan

erirosit pasien. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Ffp


14

berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan. Efek samping pemberian

FFP adalah urtikaria, mengigil, demam, hipervolemia. FFP merupakan bagian

cair dari unit darah lengkap yang diambil dan dibekukan dalam 6 sampai 8

jam dan disimpan pada temperature -18oC. Karena diproses sedemikian cepat,

plasma beku segar juga mengandung faktor koagulasi labil (VIII,V), semua

faktor pembekuan lainnya, dan protein plasma (Maharani dan Noviar, 2018).

Indikasi utama pemakaian plasma beku segar adalah pada defisiensi

faktor pembekuan dengan gangguan hemostatik di mana masih belum

diketahui faktor pembekuan apa yang menjadi penyebab atau terjadi defisiensi

multiple. Plasma yang dibekukan dalam 24 jam setelah pengmbilan dan

plasma yang kurang mengandung kriopresipitat adalah produk sampingan

persiapan komponen dan sering lebih murah daripada FFP. Kadar faktor-

faktor koagulasi yang labil lebih bervariasi daripada FFP, tetapi produk ini

memiliki kadar faktor koagulasi stabil, albumin, zat bakterisidal, opsonin dan

konstituen lain yang sama dengan FFP (Maharani dan Noviar, 2018).

4. Cryoprecipitated Antihemophilic Factor (AHF)

AHF adalah konsentrat plasma protein tertentu, dibuat dengan

mencairkan FFP pada suhu 40C selama 12–14 jam atau pada circulating

waterbath 4oC selama 75 menit, kemudian memisahkan AHF dengan cara

sentrifugasi (pemutaran) (Renmaur, 2012).

Isi utama kripresipitat adalah faktor pembekuan VIII, faktor pembekuan

XIII, faktor von willebrand dan fibrinogen. Temperature simpan -18oC atau
15

lebih rendah dan lama simpan selama 1 tahun. Kriopresipitat berguna untuk

meningkatkan faktor pembekuan VIII, faktor pembekuan XIII, faktor von

Willebrand (vWF) dan fibrinogen. Pelayanan kriopresipitat dengan

mencocokkan golongan ABO dengan eritrosit pasien dan harus ditansfusikan

dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping setelah pemberian

kriopresipitat adalah demam dan alergi. Kriopresipitat merupakan bagian

plasma yang dingin dan tidak larut yang diproses dari FFP. Kriopresipitat

adalah residu gelatinosa yang diperoleh dengan membekukan dan mencairkan

secara lambat plasma yang baru diambil. Kriopresipitat mengandung 80

sampai 100 IU faktor VII, vWF dan sekitar 250 mg fibrinogen (minimum 150

mg) dalam volume 10-15 mL (Maharani dan Noviar, 2018).

Kriopresipitat bermanfaat untuk mengobati pendarahan ringan sampai

sedang pada pasien dengan penyakit von wiillebrand. Apabila diperlukan

konsentrasi vWF yang sangat tinggi, seperti pada perdarahan yang

mengancam nyawa atau untuk prosedur bedah, lebih baik digunakan beberapa

konsentrat komersial yang mengandung vWF. Plasma beku segar dan

kriopresipitat juga merupakan sumber terbaik untuk vWF, yang tinggi terdapat

di banyak konsentrat faktor VIII komersial. Kriopresipitat juga bermanfaat

dalam manajemen keadaan hipofibrinogemia dan pada koagulasi intravascular

diseminat dengan konsumsi fibrinogen (Maharani dan Noviar, 2018).

5. Trombocyte Concentrate (TC)

Trombosit pekat ini dapat diperoleh dengan cara pemutaran


16

(sentrifugasi) darah lengkap segar atau dengan cara tromboferesis. Satu

kantong trombosit pekat yang berasal dari 450 ml darah lengkap dari seorang

donor berisi kira-kira 5,5 x 1010 trombosit dengan volume 50 ml. Satu kantong

trombosit pekat yang diperoleh dengan cara tromboforesis seorang donor

darah berisi sekitar 3x1011 trombosit, setara dengan 6 kantong trombosit yang

berasal dari donor darah biasa. Tergantung dari jenis mesin yang dipakai,

volume berkisar antara 150 – 400 ml. Suhu simpan trombosit concentrate dan

tromboferesis adalah 220C (Renmaur, 2012).

Isi utama trombosit pekat adalah trombosit dengan volume sekitar 50

mL, temperatur simpan berkisar antara 20±2 oC dan lama simpan 3 hari tanpa

goyangan dan 5 hari dengan goyangan. Trombosit pekat berguna untuk

meningkatkan jumlah trombosit pasien. Peningkatan post transfusi pada

dewasa, rata-rata 5000-10000/ μL. Efek samping yang mungkin timbul setelah

transfusi trombosit pekat: urtikaria, menggigil, demam, aloimunisasi antigen

trombosit donor (Maharani dan Noviar, 2018).

Masa hidup trombosit yang lebih singkat daripada sel darah merah,

dimana trombosit bertahan hidup hanya 8 sampai 10 hari secara invivo,

sedangkan eritrositmasa hidupnya sampai 120 hari. Kelangsungan hidup

trombosit secara in vitro bahkan lebih singkat. Trombosit memiliki waktu

simpan maksimum 5 hari, tetapi kelangsungan hidup dan efektifitas

pascatransfusi sangat menurun selama penyimpanan (Maharani dan Noviar,

2018).
17

Efek terapeutik konsentrat trombosit, rata-rata satu unit konsentrasi

trombosit mengandung 5,5 x 1010 trombosit. Walaupun angka spesifik sangat

bervariasi, halini merupakan angka rata-rata realistik yang dipengaruhi oleh

teknik pemilihan donor, flebotomi, persiapan, penyimpanan, dan

pengangkutan yang benar. Peningkatan pasca transfusi biasanya diukur pada

satu jam dan 24 jam setelah transfusi. Indikasi utama terapi trombosit adalah

untuk individu dengan trombositopenia simptomatik (Maharani dan Noviar,

2018).

6. Liquid Plasma

Isi utama liquid plasma adalah plasma yang mengandung faktor

pembekuan stabil dan protein plasma, volume pada kantong darah 150 – 220

ml . Suhu simpan pada 4°±2° C sampai dengan 5 hari setelah tanggal

kadaluarsa darah lengkap asal. Penggunaan liquid plasma bertujuan untuk :

a. Meningkatkan volume plasma , tetapi pemakaian cairan pengganti

lebih dianjurkan.

b. Meningkatkan faktor pembekuan stabil [ Faktor II , VII , IX , X ,

XI]

Efek samping yang ditimbulkan, antara lain : urtikaria , menggigil ,

demam , hipervolemia (Maharani dan Noviar, 2018).


18

E. Kerangka Teori

Penerimaan darah donor dari UTD ke BDRS

Penyimpanan darah dan komponen darah

Permintaan darah dari ruangan

Pemeriksaan Pra Transfusi

Hasil inkompatibel Hasil kompatibel

Pendistribusi darah

Darah titip Darah didistribusikan


kepada pasien

Gambar1. Kerangka Teori


19

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu mengambil laporan dari

data pemakaian darah di Bank Darah RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi

pada tahun 2019 dan data penerimaan darah (Dropping) dari UTD Kota

Sukabumi pada tahun 2019.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lingkungan RSUD R. Syamsudin SH Kota

Sukabumi dengan menggunakan data sekunder pemakaian darah dan data

penerimaan darah ( Dropping) pada 26 minggu awal di tahun 2019. Pengambilan

data akan dilakukan pada bulan September 2020.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah stock darah yang ada di Bank Darah

RSUD R. Syamsudin SH kota Sukabumi yang diperoleh dari hasil dropping di

UTD kota Sukabumi pada tahun 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah darah

yang lulus uji pra transfusi yang dinyatakan kompatibel dan diberikan kepada

pasien atau dititip di bank darah. Sampel darah yang diambil yaitu pemakaian

darah dalam periode 26 minggu.


20

Secara umum metoda yang paling mudah untuk memperkirakan kebutuhan

darah dan komponen darah adalah dengan melihat penggunaan darah dan

komponen darah pada kurun waktu sebelumnya. Hasil perkiraan kebutuhan darah

dan komponen darah tersebut dianggap sebagai stok darah minimal. Stok darah

minimal perlu ditambahkan dengan jumlah darah dan komponen darah untuk

kebutuhan kasus gawat darurat sehingga menghasilkan batas stok ideal

(Permenkes 91, 2015).

Terdapat 3 metoda untuk menetapkan kebutuhan darah yaitu :

1. Perkiraan kebutuhan darah berdasarkan rerata penggunaan darah

mingguan berdasarkan golongan darah ABO dan Rhesus. Langkah-

langkah nya antara lain :

a) Mencatat penggunaan darah mingguan dalam periode 26

minggu

b) Membedakan penggunaan darah berdasarkan golongan darah

berdasarkan golongan ABO dan Rhesus pada masing-masing

minggu

c) Mengeluarkan data mingguan yang paling ekstrim.

d) Menjumlahkan seluruh penggunaan darah

e) Membagi dengan 25 maka hasilnya merupakan perkiraan

kebutuhan darah dalam 1 minggu berdasarkan golongan darah

ABO dan Rhesus


21

2. Perkiraan berdasarkan rerata penggunaan darah harian berdasarkan

golongan ABO dan rhesus. Langkah- langkah nya antara lain :

a) Mencatat penggunaan darah mingguan dalam beberapa bulan

b) Membagi dengan jumlah hari pada periode tersebut

c) Menentukan persentase golongan ABO dan Rhesus pada 1

bulan atau lebih

d) Mengalikan rerata penggunaan darah dengan penggunaan darah

dengan persentase golongan darah ABO dan Rhesus

e) Stok darah minimal dihitung dari perkalian antara rerata

penggunaan harian dengan jumlah hari yang harus tersedia stok

3. Perkiraan berdasarkan rerata penggunaan darah yang terus berubah /

“moving” sesuai keadaan yang tidak memerlukan data penggunaan

darah dalam jangka waktu lama. Langkah- langkah nya antara lain :

a) Menentukan periode pencatatan (hari atau minggu)

b) Mencatat penggunaan darah pada periode tersebut

c) Membagi dengan jumlah hari atau minggu pada periode

tersebut

d) Menghapus data yang lama dan memasukkan data terbaru

Sesuai dengan peraturan di Permenkes 91 tahun 2015 bahwa untuk

menghitung perkiraan kebutuhan darah berdasarkan rerata penggunaan darah

mingguan berdasarkan golongan darah ABO dan Rhesus harus melakukan

pencatatan penggunaan darah mingguan dalam periode 26 minggu. Teknik


22

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling yaitu

semua populasi yang memenuhi kriteria dijadikan sebagai sampel penelitian.

Kriteria inklusi pada penelitian ini ialah darah yang lulus uji pra transfusi (Hasil

crossmatch nya compatible). Sedangkan kriteria ekslusi pada penelitian ini ialah

darah yang tidak lulus uji pra transfusi ( Hasil crossmatch nya incompatibel ).

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah kebutuhan darah, darah

titip, darah dropping , komponen darah dan golongan darah.

E. Definisi Operasional
No. Nama Definisi Cara Ukur Alat Skala Hasil
Variabel Ukur Ukur
1. Kebutuhan Perencanaan Melihat - Interval Per
darah memenuhi persediaan penggunaan kantong
darah darah pada
kurun waktu
sebelumnya
2.. Darah titip Darah yang sudah Memberi - Rasio perkanto
dilakukan batasan ng
pemeriksaan pra waktu darah
transfusi namun boleh
belum didistribusikan dititipkan
ke pasien

3. Darah Darah yang Menghitung - Rasio Perkanto


dropping didistribusikan dari jumlah ng
UTD ke Bank Darah kantong
Rumah Sakit
6. Komponen Bagian darah yang di Diagnosis - Nomin Perkanto
darah pisahkan sesuai al Ng
dengan kebutuhan
resipien
7. Golongan Tergantung dengan Mereaksi Tube Nomin Aglutinas
darah antigen yang ada di Kan sel test al i
permukaan sel darah darah merah atau
merah. dengan anti gel
sera A, B test

Tabel 1. Definisi Operasional


23

F. Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari


laporan pemakaian darah di Bank Darah RSUD R. Syamsudin SH kota Sukabumi
pada tahun 2019 dan laporan dropping pada tahun 2019.

G. Cara Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif, yaitu analisis berupa statistik deskriptif yang

berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek

yang diteliti melalui data populasi sebagaimana adanya tanpa membuat

analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku. Analisis statistik deskriptif

digunakan untuk menjelaskan analisa pemakaian darah di Bank Darah RSUD

R. Syamsudin SH Kota Sukabumi dalam 26 minggu awal di tahun 2019( 1

Januari 2019 – 8 Juli 2019).


DAFTAR PUSTAKA

Maharani, Eva Ayu dan Noviar Ganjar. 2018. “Imunohematologi Dan Bank Darah”.
Bahan Ajar. Teknologi Laboratorium Medik.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2015 Tentang


Standar Pelayanan Transfusi Darah.

Renamur, E.D. 2012, Pengaruh Lama Penyimpanan Darah Terhadap Jumlah Leukosit
dan Jumlah Trombosit Pada Darah Donor, Skripsi, Universitas Hasanudin,
Makasar.

Saragih P, 2019. Pengaruh waktu simpan Packed Red Cells (PRC) terhadap
perubahan kadar hemoglobin, hematokrit, dan glukosa plasma di RSUP H.
Adam Malik, Medan, Indonesia. Tesis, Magister Kedokteran Klinik Fakultas
Kedokteran UNSUT, Medan.

Setyati,S. 2010. Transfusi Darah yang Rasional. Pelita Insani: Semarang

24

Anda mungkin juga menyukai