International Criminal Court Organisasi Dan Institusi Internasional
International Criminal Court Organisasi Dan Institusi Internasional
DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
HUBUNGAN INTERNASIONAL
2019
LATAR BELAKANG
sebuah lembaga peradilan internasional yang bersifat tetap / permanen dan independen
(mandiri) dengan kedudukannya yang berada diluar tubuh Perserikatan Bangsa-Bangsa. ICC
didirikan berdasarkan Statuta Roma 1998 yang digagas dan dibentuk oleh PBB.
Tujuan utama adalah untuk dapat mengadili, menyelidiki, dan memindana individu
memandang 'official capacity' yang dimiliki oleh individu tersebut di dalam negara
nasionalnya1 dan juga untuk menghentikan segala bentuk kejahatan kemanusiaan seperti
genosida, penghapusan suatu etnis dan juga kejahatan perang yang dilakukan oleh individu,
Perang Dunia II yang telah memicu dibentuknya tribunal militer yang dikenal dengan
Nurenberg Tribunal melalui London Agreement untuk mengadili 2 para penjahat perang
Nazi. Adapun tahun 1946, negara sekutu menyepakati suatu piagam (Tokyo Trubunal) untuk
mengadili penjahat perang jepang pada perang dunia II. Kedua hal ini menyebabkan
1
Widiada Gunakaya, PERANAN DAN PROSPEK ”INTERNATIONAL CRIMINAL COURT” SEBAGAI INTERNATIONAL
CRIMINAL POLICY DALAM MENANGGULANGI ”INTERNASIONAL CRIMES”, ejournal.sthb.ac.id, diakses 17
Oktober 2019, pukul 20.00 WIB
2
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Mahkamah Pidana Internasional , MENGENAL ICC Mahkamah Pidana
International, https://advokasi.elsam.or.id/assets/2015/09/2009_Buku-Saku_Mengenal-ICC-Mahkamah-
Pidana-Internasional.pdf, diakses 17 oktober 2019, pukul 20.01 WIB
mengadili pelaku kejahatan kemanusiaan dan menghilangkan hak impunitas tidak terkecuali
bagi kepala Negara dan diplomat yang dapat membebaskannya untuk diadili didalam
pengadilan.
Berdasarkan hal tersebut, Majelis Umum PBB membentuk sebuah komisi untuk
internasional. Secara bertahap sejak tahun 1949 sampai tahun 1954, Komisi Hukum
Internasional PBB melakukan persiapan pembentukan draft Statuta yang berisi tentang
berhenti setelah perang dunia II. Pada tahun 1993 terdapat konflik di negara bekas
sebuah peradilan Ad Hoc bernama International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia
(ICTY). Dewan Keamanan PBB juga membentuk pengadilan Ad Hoc untuk Rwanda bernama
statuta, namun tahun 1994 komisi hukum internasional PBB berhasil menyelesaikan draft
statuta dan mengajukannya keapda majelis Umum PBB untuk mendapatkan persetujuan.
Bentuk tindak lanjut dari draft ini adalah Majelis Umum PBB memutuskan untuk
konferensi diplomatik yang akan membahas mengenai persetujuan pada draft Statuta yang
telah disempurnakan.
berlangsung dari tanggal 15 Juni sampai 17 Juli 1998 di Markas Besar FAO di Roma, Itali.
Konferensi tersebut dihadiri oleh 160 Negara termasuk Indonesia, 33 Organisasi
Internasional dan sebanyak 236 NGO’s. Statuta Mahkamah Pidana Internasional tersebut
diterima melalui pemungutan suara pada tanggal 17 Juli 1998 oleh 120 Negara, 7
menentang dan 21 abstain. 5 Berdasarkan Statuta Roma 1998 tersebut terbentuklah sebuah
mahkamah pidana internasional yang bersifat permanen dan independen dan mulai
menjalankan fungsinya secara efektif setelah diratifikasi oleh 60 Negara pada tanggal 11
April 2002 dengan kantor utama yang saat ini bertempat di Hague, Belanda. 3
11 Maret 2018, para hakim Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), yang duduk dalam
sidang paripurna, memilih Hakim Chile Eboe-Osuji (Nigeria) sebagai Presiden Pengadilan
untuk masa jabatan tiga tahun dengan efek langsung. Hakim Robert Fremr (Republik Ceko)
terpilih sebagai Wakil Presiden Pertama dan Hakim Marc Perrin de Brichambaut (Prancis)
berdasarkan Statuta Roma yang diadopsi pada tanggal 17 Juli 1998 oleh 120 negara yang
Establishment of an International Criminal Court” di kota Roma, Italia. Statuta Roma tentang
3
Repository umy, SEJARAH PEMBENTUKAN, STRUKTUR DAN YURIDIKSI INTERNATIONAL CRIMINAL COURT,
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12110/6%20-%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y, diakses 17 oktober 2019, pukul 19.31 WIB
4
International criminal court, New ICC Presidency elected for 2018-2021, https://www.icc-
cpi.int/Pages/item.aspx?name=pr1367, diakses 17 oktober 2019, pukul 19.30 WIB
Mahkamah Pidana Internasional mengatur kewenangan untuk mengadili kejahatan paling
serius yang mendapatkan perhatian internasional. Kejahatan yang dimaksud terdiri dari
empat jenis, yaitu kejahatan genosida (the crime of genocide), kejahatan terhadap
kemanusiaan (crimes against humanity), kejahatan perang (war crimes), dan kejahatan
pelaku kejahatan internasional. Terdiri dari 18 hakim dengan masa jabatan 9 tahun dan ahli
dibidang hukum pidana internasional. Yuridiksi atau kewenangan yang dimiliki oleh
Mahkamah Pidana Internasional adalah memutus perkara terhadap pelaku kejahatan berat
oleh warga negara dari negara yang telah meratifikasi Statuta Mahkamah. 6
ICC dirancang untuk membantu sistem yudisial nasional yang telah ada, namun
pengadilan ini dapat melaksanakan yurisdiksinya bilamana pengadilan negara tidak mau
atau tidak mampu untuk menginvestigasi atau menuntut kejahatan seperti di atas, dan
5
Yudhistira Arvin, Sekilas Tentang Mahkamah Pidana Internasional (ICC),
https://www.academia.edu/10188787/Sekilas_Tentang_Mahkamah_Pidana_Internasional_ICC, diakses 17
Oktober 2019, pukul 22.10 WIB
6
Ibid
7
Darmawan Dandi, Apa itu Mahkamah Internasional?, https://www.brilio.net/creator/apa-itu-mahkamah-
pidana-internasional-simak-penjelasannya-berikut-ini-3c1f40.html, diakses 27 Oktober 2019, pukul 22.23 WIB
F. Kewenangan International Criminal Court
Yurisdiksi atau kewenangan yang dipunyai oleh MPI untuk menegakkan aturan
hukum internasional yaitu memutus perkara terbatas terhadap pelaku kejahatan berat oleh
1. Kejahatan Genosida
berupaya untuk memusnahkan keseluruhan atau sebagian dari suatu bangsa, etnik,
3. Kejahatan Perang
internasional (yang pada umumnya berarti konflik antar negara) atau non-
kelompok pemberontak, atau antara aktor negara dan non-negara semacam itu).
8
Darmawan Dandi, Apa itu Mahkamah Internasional?, https://www.brilio.net/creator/apa-itu-mahkamah-
pidana-internasional-simak-penjelasannya-berikut-ini-3c1f40.html, diakses 27 Oktober 2019, pukul 22.23
WIB
Ada total sebanyak 74 kejahatan perang yang tercantum dalam pasal 8. Kejahatan
paling serius adalah kejahatan berat yang merupakan pelanggaran berat Konvensi
Jenewa tahun 1949, yang hanya berlaku untuk konflik internasional, dan
pelanggaran serius terhadap pasal 3 yang umum pada Konvensi Jenewa 1949, yang
bagian dari suatu rencana atau kebijakan atau sebagai bagian dari suatu pelaksanaan
Semua tindakan terhadap manusia atau hak miliknya yang bertentangan dengan
buta suatu desa atau penghuni bangunan-bangunan tertentu yang bukan objek
militer).10
4. Kejahatan Agresi
9
Ibid
10
Bitar, Mahkamah Internasional : Pengertian, Komposisi, Fungsi, Dan Tugas, Beserta Kewenangannya
Lengkap, https://www.gurupendidikan.co.id/mahkamah-internasional-pengertian-komposisi-fungsi-dan-
tugas-beserta-kewenangannya-lengkap/, diakses 17 Oktober 2019, pukul 23:15 WIB
Kejahatan agresi (the crime of aggression), yakni tindak kejahatan yang berkaitan
seseorang dalam posisi yang efektif untuk melakukan kontrol atas atau mengarahkan
aksi politik atau militer suatu Negara, tindakan agresi yang, berdasarkan karakternya,
gravitasi dan skalanya, merupakan pelanggaran nyata Piagam PBB dalam bentuk
wilayah atau kemerdekaan politik negara lain, atau dengan cara lain yang tidak sesuai
dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa", yaitu invasi atau serangan oleh angkatan
wilayah, pengeboman terhadap wilayah, penggunaan senjata apa pun terhadap wilayah,
blokade pelabuhan atau pantai, menyerang pasukan darat, laut, atau udara atau armada
laut dan udara, penggunaan angkatan bersenjata yang berada dalam wilayah negara lain
wilayah digunakan oleh negara lain untuk melakukan tindakan agresi terhadap negara
PEMBAHASAN
11
Ibid
12
Darmawan Dandi, Apa itu Mahkamah Internasional?, https://www.brilio.net/creator/apa-itu-mahkamah-
pidana-internasional-simak-penjelasannya-berikut-ini-3c1f40.html, diakses 27 Oktober 2019, pukul 22.23
WIB
Kasus
ICC: Congo Warlord Guilty of Crimes Against Humanity (Bosco Ntaganda Case Spotlights
pemberontak Kongo Bosco Ntaganda mengirim pesan kuat bahwa keadilan dapat
menunggu mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan berat di Republik Demokratik
Pada tanggal 8 Juli 2019, sebuah panel yang terdiri dari tiga hakim dengan suara
bulat menyatakan bahwa Ntaganda bersalah atas 13 tuduhan kejahatan perang dan 5
tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di Ituri, Kongo timur, pada tahun
sipil, menyerang benda-benda yang dilindungi, dan merekrut dan menggunakan tentara
anak-anak. Para hakim menemukan bahwa Ntaganda dan yang lainnya menyepakati
rencana bersama untuk menyerang dan mengusir penduduk etnis Lendu dari Ituri melalui
komisi kejahatan. Human Rights Watch mengeluarkan dokumen tanya jawab tentang
persidangan Ntaganda.
Kebangkitan kekerasan di Ituri sejak awal Juni telah menewaskan puluhan orang
dan membuat lebih dari 300.000 orang kehilangan tempat tinggal. Selama pertempuran
sebelumnya di Ituri, Ntaganda adalah kepala operasi militer Union of Congotese Patriots
(Union des patriotes congolais, UPC), sebuah kelompok bersenjata yang didominasi etnis
Hema. UPC dipimpin oleh Thomas Lubanga, yang dihukum oleh ICC pada 2012 karena
menggunakan tentara anak-anak. Antara tahun 2002 dan 2005, pasukan di bawah komando
Ntaganda terlibat dalam banyak kejahatan serius, termasuk pembantaian etnis, penyiksaan,
pemerkosaan, dan perekrutan anak-anak yang meluas, beberapa di antaranya berusia tujuh
tahun. ICC mengeluarkan dua surat perintah penangkapan terhadap Ntaganda, satu pada
2006 dan satu pada 2012. Ntaganda menyerah kepada kedutaan Amerika Serikat di Kigali,
Jika ditegakkan dengan naik banding, kasus ini bisa menjadi hukuman final
pertama di ICC untuk kejahatan kekerasan seksual, termasuk terhadap laki-laki. Selain
kejahatan terhadap Lendu, pengadilan mendapati Ntaganda bersalah atas kejahatan perang
perkosaan dan perbudakan seksual terhadap anggota UPC. Ini adalah pertama kalinya ICC
telah menghukum seorang komandan untuk pelanggaran kekerasan seksual yang dilakukan
pemerkosaan, penyiksaan, dan perekrutan tentara anak oleh pasukan di bawah komando
Ntaganda di Kivus, dan menyerukan agar tuduhan ini ditambahkan ke dalam kasusnya di
ICC. Namun, persidangannya, yang dimulai pada September 2015 dan berakhir pada
Agustus 2018, hanya berurusan dengan kejahatan yang terkait dengan konflik Ituri.
Kuniko Ozaki, yang pada awal 2019 bertindak singkat sebagai duta besar Jepang untuk
dikompromikan. Pada bulan Juni 2019, sebuah pleno para hakim menolak permintaan
tersebut, dan menemukan bahwa keadaan masa jabatan Hakim Ozaki sebagai duta besar
menentukan hukuman dan reparasi Ntaganda bagi para korban. Ini harus mengambil semua
langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa masyarakat yang terkena dampak di
Kongo belajar tentang penghakiman dan langkah selanjutnya, termasuk berpartisipasi dalam
Ntaganda adalah orang keempat yang dituntut ICC karena kejahatan berat di
Kongo. Surat perintah penangkapan ICC kelima sedang ditunda terhadap Jenderal Sylvestre
Mudacumura, pemimpin militer dari kelompok bersenjata Hutu Rwanda yang sebagian
besar aktif di Kongo, Pasukan Demokrat untuk Pembebasan Rwanda (FDLR). Otoritas Kongo,
dengan bantuan pasukan penjaga perdamaian PBB, harus bertindak segera untuk
pelanggaran HAM yang sangat berat sudah terlaksana dengan cukup baik. ICC mempunyai
landasan statuta Roma yang dimana terdapat empat hal dasar yang dimiliki oleh rezim, yaitu
norma, prinsip, aturan dan prosedur keputusan. Dalam kasus Congo Warlord Guilty of
Crimes Against Humanity, ICC sudah melakukan investigasi pada Juni tahun 2004 setelah
adalah permintaan bantuan dari Republik Demokratik Kongo (RDK) yang disebabkan oleh
pelanggaran HAM yang dilakukan Ntaganda. ICC berupaya membantu RDK untuk
13
Human Right Watch, ICC: Congo Warlord Guilty of Crimes Against Humanity,
https://www.hrw.org/news/2019/07/08/icc-congo-warlord-guilty-crimes-against-humanity , diakses 17
Oktober 2019, pukul 21:45 WIB
menghentikan kejahatan kemanusiaan pada tahun 2012 sampai 2016 ICC melakukan
Sesuai pasal 53 dalam statuta Roma, ICC melakukan penyelidikan untuk mengumpulkan
bukti-bukti. Dalam penyelidikannya, ICC menetapkan enam orang sebagai pelaku. Setelah
menetapkan pelaku, ICC memberikan keputusan hukum kepada 6 pelaku tersebut. Selain
itu, ICC memberikan ganti rugi terhadap korban kejahatan manusia. Pada kasus Congo
Warlord Guilty of Crimes Against Humanity yang dipantau ICC sejak 2004 membuktikan
bahwa ICC sudah melakukan perannya. Tidak semata-mata hanya membantu mengadili
Namun ICC harus lebih tegas lagi, karena ICC adalah sebuah lembaga independen
sehingga ICC tidak boleh ada keberpihakan pada suata negara, karena ICC mengatas
namakan keadilan dunia sebagai dewan peradilan dunia. Dari studi kasus yang ada pada
penyiksaan dan perekrutan tentara oleh anak pasukan dibawah komando ntaganda di kivus
dan menyerukan agar tuduhan dimasukan kedalam kasus ICC, namun persidangannya yang
dimulai september 2015, dan agustus 2018 tetapi hanya berurusan dengan kejatahan yang
terkait dengan konflik Ituri. Dan juga Kurangnya para pengadil yang independen dan tidak
ada sangkut paut dengan siapapun dan negara apapun Terlihat pada niatan Ntaganda
mengajukan permintaan untuk mendiskualifikasi Hakim Kuniko Ozaki, yang pada awal 2019
bertindak singkat sebagai duta besar Jepang untuk Estonia sementara masih mengadili
peradilan dan ketidakberpihakannya telah dikompromikan. Pada bulan Juni 2019, sebuah
pleno para hakim menolak permintaan tersebut, dan menemukan bahwa keadaan masa
DAFTAR PUSTAKA
Human Right Watch. ICC: Congo Warlord Guilty of Crimes Against Humanity. 17 Oktober
2019. https://www.hrw.org/news/2019/07/08/icc-congo-warlord-guilty-crimes-
against-humanity.
International criminal court. New ICC Presidency elected for 2018-2021. diakses 17 oktober
2019. https://www.icc-cpi.int/Pages/item.aspx?name=pr1367.
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Mahkamah Pidana Internasional. 2009. MENGENAL ICC
Mahkamah Pidana International. 17 oktober 2019.
https://advokasi.elsam.or.id/assets/2015/09/2009_Buku-Saku_Mengenal-ICC-
Mahkamah-Pidana-Internasional.pdf.
Repository UMY. SEJARAH PEMBENTUKAN, STRUKTUR DAN YURIDIKSI INTERNATIONAL
CRIMINAL COURT. 17 oktober
2019.http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12110/6%20-
%20BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y.