Anda di halaman 1dari 14

INTERNATIONAL CRIMINAL COURT

ORGANISASI DAN INSTITUSI INTERNASIONAL

DISUSUN OLEH :

1. Muhammad Adhi Darmala N (20180510069 / B )

2. Defanty Humaira Sari (20180510072 / B )

3. Martia Nur Fasihah (20180510073 / B )

4. Muhammad Jufani (20180510074 / B )

5. Annur Wulan Purnama (20180510077 /B )

DOSEN PENGAMPU :

Drs. Husni Amriyanto P., M.Si.

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
LATAR BELAKANG

A. Pengertian International Criminal Court

International Criminal Court (ICC) atau Mahkamah Pidana Internasional merupakan

sebuah lembaga peradilan internasional yang bersifat tetap / permanen dan independen

(mandiri) dengan kedudukannya yang berada diluar tubuh Perserikatan Bangsa-Bangsa. ICC

didirikan berdasarkan Statuta Roma 1998 yang digagas dan dibentuk oleh PBB.

Tujuan utama adalah untuk dapat mengadili, menyelidiki, dan memindana individu

yang melakukan pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional tanpa

memandang 'official capacity' yang dimiliki oleh individu tersebut di dalam negara

nasionalnya1 dan juga untuk menghentikan segala bentuk kejahatan kemanusiaan seperti

genosida, penghapusan suatu etnis dan juga kejahatan perang yang dilakukan oleh individu,

pembunuhan dan tindakan agresi.2

B. Sejarah Singkat International Criminal Court

Sejarah pembentukan ICC diawali sejak kejahatan-kejahatan yang terjadi selama

Perang Dunia II yang telah memicu dibentuknya tribunal militer yang dikenal dengan

Nurenberg Tribunal melalui London Agreement untuk mengadili 2 para penjahat perang

Nazi. Adapun tahun 1946, negara sekutu menyepakati suatu piagam (Tokyo Trubunal) untuk

mengadili penjahat perang jepang pada perang dunia II. Kedua hal ini menyebabkan

kesadaran bahwa pentingnya membentuk lembaga peradilan internasional agar dapat

1
Widiada Gunakaya, PERANAN DAN PROSPEK ”INTERNATIONAL CRIMINAL COURT” SEBAGAI INTERNATIONAL
CRIMINAL POLICY DALAM MENANGGULANGI ”INTERNASIONAL CRIMES”, ejournal.sthb.ac.id, diakses 17
Oktober 2019, pukul 20.00 WIB

2
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Mahkamah Pidana Internasional , MENGENAL ICC Mahkamah Pidana
International, https://advokasi.elsam.or.id/assets/2015/09/2009_Buku-Saku_Mengenal-ICC-Mahkamah-
Pidana-Internasional.pdf, diakses 17 oktober 2019, pukul 20.01 WIB
mengadili pelaku kejahatan kemanusiaan dan menghilangkan hak impunitas tidak terkecuali

bagi kepala Negara dan diplomat yang dapat membebaskannya untuk diadili didalam

pengadilan.

Berdasarkan hal tersebut, Majelis Umum PBB membentuk sebuah komisi untuk

menyiapkan proposal yang berhubungan dengan pembentukan sebuah peradilan

internasional. Secara bertahap sejak tahun 1949 sampai tahun 1954, Komisi Hukum

Internasional PBB melakukan persiapan pembentukan draft Statuta yang berisi tentang

pembentukan suatu mahkamah pidana internasional. Kejahatan kemanusiaan tidak hanya

berhenti setelah perang dunia II. Pada tahun 1993 terdapat konflik di negara bekas

Yugoslavia sehingga membuat Dewan Keamanan PBB memutuskan untuk membentuk

sebuah peradilan Ad Hoc bernama International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia

(ICTY). Dewan Keamanan PBB juga membentuk pengadilan Ad Hoc untuk Rwanda bernama

The International Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR).

Meskipun pembentukan ICC sempat terjadi penundaan dalam menyiapkan draft

statuta, namun tahun 1994 komisi hukum internasional PBB berhasil menyelesaikan draft

statuta dan mengajukannya keapda majelis Umum PBB untuk mendapatkan persetujuan.

Bentuk tindak lanjut dari draft ini adalah Majelis Umum PBB memutuskan untuk

membentuk Komisi Ad Hoc pembentukan International Criminal Court, kemudian

membentuk panitia persiapan pembentukan ICC untuk kemudian mempersiapkan

konferensi diplomatik yang akan membahas mengenai persetujuan pada draft Statuta yang

telah disempurnakan.

Pada tahun 1998, diselenggarakan The United Nations Diplomatic Conference of

Plenipotentiaries tentang Pembentukan suatu Mahkamah Pidana Internasional yang

berlangsung dari tanggal 15 Juni sampai 17 Juli 1998 di Markas Besar FAO di Roma, Itali.
Konferensi tersebut dihadiri oleh 160 Negara termasuk Indonesia, 33 Organisasi

Internasional dan sebanyak 236 NGO’s. Statuta Mahkamah Pidana Internasional tersebut

diterima melalui pemungutan suara pada tanggal 17 Juli 1998 oleh 120 Negara, 7

menentang dan 21 abstain. 5 Berdasarkan Statuta Roma 1998 tersebut terbentuklah sebuah

mahkamah pidana internasional yang bersifat permanen dan independen dan mulai

menjalankan fungsinya secara efektif setelah diratifikasi oleh 60 Negara pada tanggal 11

April 2002 dengan kantor utama yang saat ini bertempat di Hague, Belanda. 3

C. Presiden International Criminal Court

11 Maret 2018, para hakim Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), yang duduk dalam

sidang paripurna, memilih Hakim Chile Eboe-Osuji (Nigeria) sebagai Presiden Pengadilan

untuk masa jabatan tiga tahun dengan efek langsung. Hakim Robert Fremr (Republik Ceko)

terpilih sebagai Wakil Presiden Pertama dan Hakim Marc Perrin de Brichambaut (Prancis)

Wakil Presiden Kedua.4

D. Fungsi International Criminal Court

Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court - ICC) didirikan

berdasarkan Statuta Roma yang diadopsi pada tanggal 17 Juli 1998 oleh 120 negara yang

berpartisipasi dalam “United Nations Diplomatic Conference on Plenipotentiaries on the

Establishment of an International Criminal Court” di kota Roma, Italia. Statuta Roma tentang

3
Repository umy, SEJARAH PEMBENTUKAN, STRUKTUR DAN YURIDIKSI INTERNATIONAL CRIMINAL COURT,
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12110/6%20-%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y, diakses 17 oktober 2019, pukul 19.31 WIB

4
International criminal court, New ICC Presidency elected for 2018-2021, https://www.icc-
cpi.int/Pages/item.aspx?name=pr1367, diakses 17 oktober 2019, pukul 19.30 WIB
Mahkamah Pidana Internasional mengatur kewenangan untuk mengadili kejahatan paling

serius yang mendapatkan perhatian internasional. Kejahatan yang dimaksud terdiri dari

empat jenis, yaitu kejahatan genosida (the crime of genocide), kejahatan terhadap

kemanusiaan (crimes against humanity), kejahatan perang (war crimes), dan kejahatan

agresi (the crime of aggression).5

E. Tugas International Criminal Court

Bertujuan untuk mewujudkan supremasi hukum internasional dan memastikan

pelaku kejahatan internasional. Terdiri dari 18 hakim dengan masa jabatan 9 tahun dan ahli

dibidang hukum pidana internasional. Yuridiksi atau kewenangan yang dimiliki oleh

Mahkamah Pidana Internasional adalah memutus perkara terhadap pelaku kejahatan berat

oleh warga negara dari negara yang telah meratifikasi Statuta Mahkamah. 6

ICC dirancang untuk membantu sistem yudisial nasional yang telah ada, namun

pengadilan ini dapat melaksanakan yurisdiksinya bilamana pengadilan negara tidak mau

atau tidak mampu untuk menginvestigasi atau menuntut kejahatan seperti di atas, dan

menjadi "pengadilan usaha terakhir", meninggalkan kewajiban utama untuk menjalankan

yurisdiksi terhadap kriminal tertuduh kepada negara individual. 7

5
Yudhistira Arvin, Sekilas Tentang Mahkamah Pidana Internasional (ICC),
https://www.academia.edu/10188787/Sekilas_Tentang_Mahkamah_Pidana_Internasional_ICC, diakses 17
Oktober 2019, pukul 22.10 WIB

6
Ibid

7
Darmawan Dandi, Apa itu Mahkamah Internasional?, https://www.brilio.net/creator/apa-itu-mahkamah-
pidana-internasional-simak-penjelasannya-berikut-ini-3c1f40.html, diakses 27 Oktober 2019, pukul 22.23 WIB
F. Kewenangan International Criminal Court

Yurisdiksi atau kewenangan yang dipunyai oleh MPI untuk menegakkan aturan

hukum internasional yaitu memutus perkara terbatas terhadap pelaku kejahatan berat oleh

warga negara dari negara yang sudah meratifikasi statuta mahkamah.

1. Kejahatan Genosida

Kejahatan genosida (the crime of genocide), yaitu tindakan jahat yang

berupaya untuk memusnahkan keseluruhan atau sebagian dari suatu bangsa, etnik,

ras, ataupun kelompok keagamaan tertentu.

2. Kejahatan Terhadap Kemanusian

Kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes againts humanity), yakni

suatu tindakan penyerangan yang luas atau sistematis terhadap populasi penduduk

sipil tertentu. Seperti pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, deportasi atau

pemindahan penduduk secara paksa, pemenjaraan atau perampasan kebebasan fisik

yang parah lainnya, penyiksaan, memperkosa, perbudakan seksual, pelacuran yang

dipaksakan, kehamilan paksa, sterilisasi paksa, kekerasan seksual, penganiayaan,

penghilangan paksa orang, apartheid, dan tindakan tidak manusiawi lainnya. 8

3. Kejahatan Perang

Kejahatan perang tergantung pada apakah konflik bersenjata bersifat

internasional (yang pada umumnya berarti konflik antar negara) atau non-

internasional (yang umumnya berarti konflik antar aktor non-negara, seperti

kelompok pemberontak, atau antara aktor negara dan non-negara semacam itu).

8
Darmawan Dandi, Apa itu Mahkamah Internasional?, https://www.brilio.net/creator/apa-itu-mahkamah-
pidana-internasional-simak-penjelasannya-berikut-ini-3c1f40.html, diakses 27 Oktober 2019, pukul 22.23
WIB
Ada total sebanyak 74 kejahatan perang yang tercantum dalam pasal 8. Kejahatan

paling serius adalah kejahatan berat yang merupakan pelanggaran berat Konvensi

Jenewa tahun 1949, yang hanya berlaku untuk konflik internasional, dan

pelanggaran serius terhadap pasal 3 yang umum pada Konvensi Jenewa 1949, yang

berlaku untuk konflik non-internasional.9

Kejahatan perang (war crime), yakni meliputi beberapa hal berikut.

 Tindakan berkenaan dengan kejahatan perang, khususnya jika dilakukan sebagai

bagian dari suatu rencana atau kebijakan atau sebagai bagian dari suatu pelaksanaan

secara besar-besaran dari kejahatan tersebut.

 Semua tindakan terhadap manusia atau hak miliknya yang bertentangan dengan

Konvensi Jenewa (misalnya, pembunuhan berencana, penyiksaan, eksperimen

biologis, menghancurkan harta benda, dan lain-lain).

 Kejahatan serius yang melanggar hukum konflik bersenjata internasional (misalnya,

menyerang objek-objek sipil bukan objek militer, membombardir secara membabi-

buta suatu desa atau penghuni bangunan-bangunan tertentu yang bukan objek

militer).10

4. Kejahatan Agresi

9
Ibid

10
Bitar, Mahkamah Internasional : Pengertian, Komposisi, Fungsi, Dan Tugas, Beserta Kewenangannya
Lengkap, https://www.gurupendidikan.co.id/mahkamah-internasional-pengertian-komposisi-fungsi-dan-
tugas-beserta-kewenangannya-lengkap/, diakses 17 Oktober 2019, pukul 23:15 WIB
Kejahatan agresi (the crime of aggression), yakni tindak kejahatan yang berkaitan

dengan ancaman terhadap perdamaian.11

Kejahatan agresi sebagai "perencanaan, persiapan, inisiasi atau eksekusi, oleh

seseorang dalam posisi yang efektif untuk melakukan kontrol atas atau mengarahkan

aksi politik atau militer suatu Negara, tindakan agresi yang, berdasarkan karakternya,

gravitasi dan skalanya, merupakan pelanggaran nyata Piagam PBB dalam bentuk

"penggunaan kekuatan bersenjata oleh suatu Negara terhadap kedaulatan, integritas

wilayah atau kemerdekaan politik negara lain, atau dengan cara lain yang tidak sesuai

dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa", yaitu invasi atau serangan oleh angkatan

bersenjata terhadap wilayah, pendudukan militer atas wilayah tersebut, lampiran

wilayah, pengeboman terhadap wilayah, penggunaan senjata apa pun terhadap wilayah,

blokade pelabuhan atau pantai, menyerang pasukan darat, laut, atau udara atau armada

laut dan udara, penggunaan angkatan bersenjata yang berada dalam wilayah negara lain

berdasarkan perjanjian, tetapi bertentangan dengan ketentuan perjanjian, mengizinkan

wilayah digunakan oleh negara lain untuk melakukan tindakan agresi terhadap negara

ketiga dan lain sebagainya.12

PEMBAHASAN

11
Ibid

12
Darmawan Dandi, Apa itu Mahkamah Internasional?, https://www.brilio.net/creator/apa-itu-mahkamah-
pidana-internasional-simak-penjelasannya-berikut-ini-3c1f40.html, diakses 27 Oktober 2019, pukul 22.23
WIB
 Kasus

 ICC: Congo Warlord Guilty of Crimes Against Humanity (Bosco Ntaganda Case Spotlights

Need for Justice in DR Congo)

Hukuman Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terhadap pemimpin

pemberontak Kongo Bosco Ntaganda mengirim pesan kuat bahwa keadilan dapat

menunggu mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan berat di Republik Demokratik

Kongo, kata Human Rights Watch hari ini.

Pada tanggal 8 Juli 2019, sebuah panel yang terdiri dari tiga hakim dengan suara

bulat menyatakan bahwa Ntaganda bersalah atas 13 tuduhan kejahatan perang dan 5

tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di Ituri, Kongo timur, pada tahun

2002 dan 2003. Tuduhan termasuk pembunuhan dan percobaan pembunuhan,

pemerkosaan, perbudakan seksual, menyerang warga sipil, penjarahan, pemindahan warga

sipil, menyerang benda-benda yang dilindungi, dan merekrut dan menggunakan tentara

anak-anak. Para hakim menemukan bahwa Ntaganda dan yang lainnya menyepakati

rencana bersama untuk menyerang dan mengusir penduduk etnis Lendu dari Ituri melalui

komisi kejahatan. Human Rights Watch mengeluarkan dokumen tanya jawab tentang

persidangan Ntaganda.

Kebangkitan kekerasan di Ituri sejak awal Juni telah menewaskan puluhan orang

dan membuat lebih dari 300.000 orang kehilangan tempat tinggal. Selama pertempuran

sebelumnya di Ituri, Ntaganda adalah kepala operasi militer Union of Congotese Patriots

(Union des patriotes congolais, UPC), sebuah kelompok bersenjata yang didominasi etnis

Hema. UPC dipimpin oleh Thomas Lubanga, yang dihukum oleh ICC pada 2012 karena

menggunakan tentara anak-anak. Antara tahun 2002 dan 2005, pasukan di bawah komando
Ntaganda terlibat dalam banyak kejahatan serius, termasuk pembantaian etnis, penyiksaan,

pemerkosaan, dan perekrutan anak-anak yang meluas, beberapa di antaranya berusia tujuh

tahun. ICC mengeluarkan dua surat perintah penangkapan terhadap Ntaganda, satu pada

2006 dan satu pada 2012. Ntaganda menyerah kepada kedutaan Amerika Serikat di Kigali,

Rwanda pada Maret 2013.

Jika ditegakkan dengan naik banding, kasus ini bisa menjadi hukuman final

pertama di ICC untuk kejahatan kekerasan seksual, termasuk terhadap laki-laki. Selain

kejahatan terhadap Lendu, pengadilan mendapati Ntaganda bersalah atas kejahatan perang

perkosaan dan perbudakan seksual terhadap anggota UPC. Ini adalah pertama kalinya ICC

telah menghukum seorang komandan untuk pelanggaran kekerasan seksual yang dilakukan

oleh pasukannya terhadap anggota lain dari kekuatan yang sama.

Human Rights Watch mendokumentasikan pembantaian etnis, pembunuhan,

pemerkosaan, penyiksaan, dan perekrutan tentara anak oleh pasukan di bawah komando

Ntaganda di Kivus, dan menyerukan agar tuduhan ini ditambahkan ke dalam kasusnya di

ICC. Namun, persidangannya, yang dimulai pada September 2015 dan berakhir pada

Agustus 2018, hanya berurusan dengan kejahatan yang terkait dengan konflik Ituri.

Pada Mei 2019, Ntaganda mengajukan permintaan untuk mendiskualifikasi Hakim

Kuniko Ozaki, yang pada awal 2019 bertindak singkat sebagai duta besar Jepang untuk

Estonia sementara masih mengadili kasus Ntaganda. Pengacara Ntaganda berpendapat

bahwa penampilan independensi peradilan dan ketidakberpihakannya telah

dikompromikan. Pada bulan Juni 2019, sebuah pleno para hakim menolak permintaan

tersebut, dan menemukan bahwa keadaan masa jabatan Hakim Ozaki sebagai duta besar

tidak mendiskualifikasi dirinya.


Pengadilan akan menjadwalkan sidang dalam beberapa minggu mendatang untuk

menentukan hukuman dan reparasi Ntaganda bagi para korban. Ini harus mengambil semua

langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa masyarakat yang terkena dampak di

Kongo belajar tentang penghakiman dan langkah selanjutnya, termasuk berpartisipasi dalam

proses reparasi, kata Human Rights Watch.

Ntaganda adalah orang keempat yang dituntut ICC karena kejahatan berat di

Kongo. Surat perintah penangkapan ICC kelima sedang ditunda terhadap Jenderal Sylvestre

Mudacumura, pemimpin militer dari kelompok bersenjata Hutu Rwanda yang sebagian

besar aktif di Kongo, Pasukan Demokrat untuk Pembebasan Rwanda (FDLR). Otoritas Kongo,

dengan bantuan pasukan penjaga perdamaian PBB, harus bertindak segera untuk

menangkap Mudacumura dan menyerahkannya ke ICC, kata Human Rights Watch. 13

 Ulasan/kritik atas peran ICC dalam kasus di atas

Peran ICC sebagai penangkap dan mengadili pelaku kejahatan internasional

pelanggaran HAM yang sangat berat sudah terlaksana dengan cukup baik. ICC mempunyai

landasan statuta Roma yang dimana terdapat empat hal dasar yang dimiliki oleh rezim, yaitu

norma, prinsip, aturan dan prosedur keputusan. Dalam kasus Congo Warlord Guilty of

Crimes Against Humanity, ICC sudah melakukan investigasi pada Juni tahun 2004 setelah

adalah permintaan bantuan dari Republik Demokratik Kongo (RDK) yang disebabkan oleh

pelanggaran HAM yang dilakukan Ntaganda. ICC berupaya membantu RDK untuk

13
Human Right Watch, ICC: Congo Warlord Guilty of Crimes Against Humanity,
https://www.hrw.org/news/2019/07/08/icc-congo-warlord-guilty-crimes-against-humanity , diakses 17
Oktober 2019, pukul 21:45 WIB
menghentikan kejahatan kemanusiaan pada tahun 2012 sampai 2016 ICC melakukan

tindakan-tindakan seperti melakukan investigasi dan mengeluarkan surat penangkapan.

Sesuai pasal 53 dalam statuta Roma, ICC melakukan penyelidikan untuk mengumpulkan

bukti-bukti. Dalam penyelidikannya, ICC menetapkan enam orang sebagai pelaku. Setelah

menetapkan pelaku, ICC memberikan keputusan hukum kepada 6 pelaku tersebut. Selain

itu, ICC memberikan ganti rugi terhadap korban kejahatan manusia. Pada kasus Congo

Warlord Guilty of Crimes Against Humanity yang dipantau ICC sejak 2004 membuktikan

bahwa ICC sudah melakukan perannya. Tidak semata-mata hanya membantu mengadili

pelaku, mereka juga membantu memberi ganti rugi.

Namun ICC harus lebih tegas lagi, karena ICC adalah sebuah lembaga independen

sehingga ICC tidak boleh ada keberpihakan pada suata negara, karena ICC mengatas

namakan keadilan dunia sebagai dewan peradilan dunia. Dari studi kasus yang ada pada

kejadian human right mendokumentasikan pembantaian etnis, pembunuhan, pemerkosaan,

penyiksaan dan perekrutan tentara oleh anak pasukan dibawah komando ntaganda di kivus

dan menyerukan agar tuduhan dimasukan kedalam kasus ICC, namun persidangannya yang

dimulai september 2015, dan agustus 2018 tetapi hanya berurusan dengan kejatahan yang

terkait dengan konflik Ituri. Dan juga Kurangnya para pengadil yang independen dan tidak

ada sangkut paut dengan siapapun dan negara apapun Terlihat pada niatan Ntaganda

mengajukan permintaan untuk mendiskualifikasi Hakim Kuniko Ozaki, yang pada awal 2019

bertindak singkat sebagai duta besar Jepang untuk Estonia sementara masih mengadili

kasus Ntaganda. Pengacara Ntaganda berpendapat bahwa penampilan independensi

peradilan dan ketidakberpihakannya telah dikompromikan. Pada bulan Juni 2019, sebuah
pleno para hakim menolak permintaan tersebut, dan menemukan bahwa keadaan masa

jabatan Hakim Ozaki sebagai duta besar tidak mendiskualifikasi dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Yudhistira. Sekilas Tentang Mahkamah Pidana Internasional (ICC). 17 Oktober


2019.https://www.academia.edu/10188787/Sekilas_Tentang_Mahkamah_Pidana_In
ternasional_ICC.

Bitar. Mahkamah Internasional : Pengertian, Komposisi, Fungsi, Dan Tugas, Beserta


Kewenangannya Lengkap. 17 Oktober 2019.
https://www.gurupendidikan.co.id/mahkamah-internasional-pengertian-komposisi-
fungsi-dan-tugas-beserta-kewenangannya-lengkap/

Dandi, Darmawan. Apa itu Mahkamah Internasional?. 27 Oktober


2019.https://www.brilio.net/creator/apa-itu-mahkamah-pidana-internasional-
simak-penjelasannya-berikut-ini-3c1f40.html.

Gunakaya, Widiada. 2013. PERANAN DAN PROSPEK ”INTERNATIONAL CRIMINAL COURT”


SEBAGAI INTERNATIONAL CRIMINAL POLICY DALAM MENANGGULANGI
”INTERNASIONAL CRIMES”. 17 Oktober 2019. ejournal.sthb.ac.id.

Human Right Watch. ICC: Congo Warlord Guilty of Crimes Against Humanity. 17 Oktober
2019. https://www.hrw.org/news/2019/07/08/icc-congo-warlord-guilty-crimes-
against-humanity.

International criminal court. New ICC Presidency elected for 2018-2021. diakses 17 oktober
2019. https://www.icc-cpi.int/Pages/item.aspx?name=pr1367.
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Mahkamah Pidana Internasional. 2009. MENGENAL ICC
Mahkamah Pidana International. 17 oktober 2019.
https://advokasi.elsam.or.id/assets/2015/09/2009_Buku-Saku_Mengenal-ICC-
Mahkamah-Pidana-Internasional.pdf.
Repository UMY. SEJARAH PEMBENTUKAN, STRUKTUR DAN YURIDIKSI INTERNATIONAL
CRIMINAL COURT. 17 oktober
2019.http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12110/6%20-
%20BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y.

Anda mungkin juga menyukai