DAN ASESMEN
E. Rochyadi
Penyimpanga Penyimpanga
n n
Normal
Berdasarkan gambar diatas maka dapat diperoleh informasi bahwa pada bagian
penyimpangan terbagi dua. Pembagian tersebut meliputi penyimpangan negative dan
penyimpangan positif. Penyimpangan negative mengindikasikan bahwa penyimpangan
tersebut berada pada titik bawah rata-rata normal. Penyimpangan positif mengindikasikan
bahwa penyimpangan tersebut berada pada posisi diatas rata-rata normal. Pertanyaan
berikutnya adalah bagaimana kurve normal ini masuk dalam kehidupan social khususnya
dalam kehidupan kelas-kelas dalam sekolah kita?.
Pada setiap akhir pelajaran seperti biasa seseorang guru tentunya akan selalu
mengadakan penilaian hasil belajar. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauhmana para
siswa dapat memahami pelajaran yang telah diberikan. Dari hasil tersebut maka akan
terlihat sebaran keragaman data mengenai hasil belajar siswa. Pada sebuah soal tes hasil
belajar yang normal maka terlihat hasil belajar seperti yang dikemukakan pada kurve
normal. Para siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata akan berjumlah lebih sedikit
dari para siswa yang mendapat nilai yang berada didalam rentangan normal. Para siswa
yang mendapat nilai diatas rata-rata juga akan berjumlah lebih sedikit dari nilai para
siswa yang berada didalam rentangan normal.
Page 1
identifikasi dan asesmen
Pada
Hambatan Umumnya Potensi
Bentuk-bentuk keragaman
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa keragaman yang mungkin muncul dalam
kelas-kelas kita meliputi fisik, intelektual dan perilaku. Keragaman ini mempunyai peran
yang cukup penting dalam mempengaruhi proses belajar seseorang secara langsung.
Kemampuan fisik lebih banyak berpengaruh pada cara seseorang anak menerima dan
mengolah informasi. Kemampuan intelektual lebih banyak berpengaruh kecepatan
pengolahan informasi. Kemampuan social lebih banyak berhubungan dengan cara anak
menggunakan lingkungan social dalam proses membangun keutuhan informasi sebagai
sebuah pengetahuan.
Keragaman fisik akan terbagi mejadi keragaman kemampuan sensoris, kemampuan
gerak dan kemampuan pengolahan informasi. Keragaman sensoris merupakan keragaman
kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan sensor. Sensor
yang sangat dominan dalam proses belajar meliputi visual dan auditori. Keragaman gerak
merupakan keragaman kemampuan dalam menggunakan gerak dalam proses
pembelajaran. Keragaman pengolahan informasi merupakan keragaman seseorang dalam
mengolah informasi. Pengolahan informasi meliputi keragaman dalam kemampuan
persepsi, perhatian, dan memori. Sedangkan keragaman kemampuan intelektual terbagi
atas keragaman kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan keragaman kemampuan
intelektual diatas rata-rata. Keragaman kemampuan dibawah rata-rata merupakan
keragaman kecepatan intelektual diatas rata-rata dalam pengolahan informasi.
Keragaman kemampuan intelektual dibawah rata-rata merupakan keragaman kecepatan
intelektual dibawah rata-rata dalam mengolah informasi.
Sementara itu keragaman kemampuan social terbagi atas keragaman social dibawah
rata-rata dan keragaman perilaku social diatas rata-rata. Keragaman kemampuan social
Page 2
identifikasi dan asesmen
Daerah Daerah
Irisan Irisan
Menemukan Keragaman
Pertanyaan yang akan bergulir selanjutnya setelah kita memahami keragaman pada
diri para siswa adalah “bagaimana menemukan keragaman?”.
Pada bagian ini kita akan membicarakan tema ; identifikasi dan teknis melakukan
identifikasi.
Identifikasi
Terminology identifikasi tentunya sering kita dengar. Secara terminology,
identifikasi berarti pengenalan. Pengenalan disini diartikan bagaimana kita mengenal
suatu objek. Seperti kita mencoba memegang sebuah benda berbentuk silinder yang
Page 3
identifikasi dan asesmen
terbuat dari kaca dan pada satu sisinya terbuka. Benda tersebut sering digunakan oleh
orang untuk minum. Dengan demikian maka kita akan mengenal bahwa benda tersebut
adalah gelas.
Contoh diatas dapat kita gunakan sebagai pisau dalam memahami terminology
identifikasi pada siswa-siswa kita. Pengertian identifikasi merupakan sebuah proses
pengenalan diri kita terhadap dengan siapa kita bekerja yang tidak lain adalah para siswa.
Selanjutnya kita juga harus membuat kategori mengenai bagian-bagian apa saja yang
ingin kita kenal. Tidak pernah ada katagori apa saja yang harus kita buat sebagai sebuah
dasar dalam mengenal para siswa. Artinya tidak ada katagori yang kaku untuk dapat
mengenal siswa. Satu hal sebagai dasar berfikir kita dalam mengenal para siswa adalah
kemampuan-kemampuan yang sangat berguna dalam belajar. Dengan demikian guru
dapat membuat berbagai katagori yang dapat digunakan dalam mengenal para siswa.
Namun demikian perkenalan ini tentunya bukan mempunyai tujuan yang mendasar.
Tujuan kita mengenal para siswa adalah untuk dapat melihat ada pada posisi mana siswa-
siswa kita. Apakah mereka ada pada posisi hambatan, pada umumnya atau potensi.
Dengan demikian kita akan dapat membuat rencana untuk membelajarkan mereka.
Tentunya pada para siswa yang berada pada posisi pada umumnya kita dapat melakukan
pembelajaran seperti yang sering kita lakukan. Para siswa yang terletak pada posisi
hambatan atau potensi merupakan para siswa yang membutuhkan modifikasi-modifikasi.
Pada akhirnya, identifikasi bertujuan menemukan para siswa yang tergolong pada posisi
hambatan dan potensi. Dengan ditemukannya mereka maka kita dapat melakukan
berbagai persiapan mulai dari persiapan pembelajaran maupun persiapan pengayaan.
Teknis Identifikasi
Proses pengenalan kita sebagai guru dengan para siswa kita dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Cara ini bukan cara yang hirarkis atau tersusun urut, kita dapat
melaksanakan secara acak. Adapun cara tersebut meliputi observasi, wawancara, tes dan
pemeriksaan dokumen.
Observasi
Observasi merupakan cara kita mengenal para siswa melalui pengamatan. Kita
sebagai guru adalah sosok yang paling ahli dalam mengamati. Hal ini disebabkan kita
selalu mengadakan pengamatan pada siswa ketika mereka melakukan aktivitas belajar
dalam kelas. Sehingga jika kita ditanya mengenai kondisi para siswa, kita sebagai guru
dapat menjawab hal tersebut dengan cepat. Observasi dapat dilakukan berbagai katagori
keragaman yang dijadikan basis kita untuk mengenal anak. Sebagai suatu contoh, kita
dapat mengamati para siswa yang sering menjawab pertanyaan yang kita ajukan atau kita
dapat mengamati para siswa yang selalu mengemukakan pertanyaan. Kegiatan
pengamatan ini dapat kita katagorikan dalam suatu item untuk membangun data
mengenai kemampuan intelektual. Untuk dapat melakukan kegiatan observasi secara
terarah kita perlu membuat item-item observasi mengenai keragaman kemampuan yang
ingin kita amati. Untuk dapat melakukan hal ini kita tentunya harus mempunyai catatan
harian setelah pembelajaran atau aktivitas yang kita lakukan bersama siswa. Satu hal
yang perlu kita tekankan adalah bahwa pengamatan dilakukan tanpa intervensi dari kita.
Hal ini yang membedakan antara observasi dengan tes.
Page 4
identifikasi dan asesmen
Wawancara
Wawancara merupakan aktivitas pengumpulan data mengenai keragaman siswa
melalui wawancara kita dengan siswa. Kita dapat mendapatkan banyak informasi dari
siswa mengenai keadaan siswa melalui hasil “ngobrol” bersama siswa. Untuk melakukan
hal ini kita dapat dapat membuat draf pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan ini
tentunya harus dipayungi oleh katagori keragaman kemampuan yang ingin kita peroleh.
Pada pelaksanaannya haruslah pada kondisi yang alamiah. Seperti ketika seseorang siswa
yang tiba-tiba harus mendekati papan tulis. Ketika kita tanyakan kenapa hal tersebut
dilakuan, siswa pun menjwab tidak dapat melihat dengan jelas tulisan yang tertera di
papan tulis. Berdasarkan hal ini maka kita memperoleh data atau informasi mengenai
kemampuan sensoris siswa. Dengan demikian kita akan mencatat kejadian tersebut dalam
catatan harian kita. Pada akhirnya kita dapat memperoleh data mengenai posisi
kemampuan sensoris siswa tersebut.
Tes
Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Tes sering
dilakukan oleh guru khususnya dalam mengukur kemampuan akademik siswa. Katagori
pengukuran dapat kita kembangkan dan mungkin dapat kita kembangkan berdasarkan
atas kemampuan yang telah kita bicarakan pada bagian keragaman siswa. Persyaratan
yang jelas dalam melakukan tes adalah kesiapan siswa. Kita harus memberikan
kesempatan pada siswa-siswa yang belum siap dalam melakukan tes untuk tidak
mengikuti tes yang akan dilaksanakan. Hal ini sering kita lupakan sehingga hasil tes
tersebut merupakan hasil tes yang tidak dapat mengukur kemampuan yang seharusnya.
Pemeriksaan Dokumen
Pemeriksaan dokumen merupakan suatu cara kita untuk dapat berkenalan dengan
keragaman siswa yang ada di kelas-kelas kita. Dokumen disini dapat diartikan dokumen-
dokumen yang dapat memberikan informasi yang dapat mendukung proses belajar siswa.
Dokumen-dokumen yang dapat dijadikan refrensi bagi kita dapat berupa dokumen-
dokumen mengenai hasil belajar pada jenjang sebelumnya, catatan kesehatan dan catatan
para ahli lainnya. Catatan-catatan tersebut tidak dapat berdiri sendiri sebagai data tunggal
akan tetapi dapat disandingkan dengan cara-cara berkenalan lainnya.
Berdasarkan hal yang telah kita bicarakan diatas maka dapat kita lihat pada gambar
dibawah ini.
Keputusan posisi
siswa dalam
keragaman
Page 5
identifikasi dan asesmen
Untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang asesmen, dipandang perlu pula
untuk memahami perbedaan konsep antara tes, diagnostik, evaluasi dan asesmen
secara benar. Hal ini penting dipahami karena ada beberapa istilah yang sering muncul
dalam pendidikan khusus yang sesungguhnya sudah ditinggalkan banyak orang dalam
kaitannya dengan isesmen yang dimaksud. Jean Wallage Gillet, Charles Temple (1989)
menjelaskan pengertian tes, diagnostik, evaluasi dan asesmen sebagai berikut: Tes
Page 6
identifikasi dan asesmen
digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif di bawah kondisi yang
terkontrol. Hasilnya digunakan untuk membandingkan seorang siswa atau suatu
kolompok siswa dengan siswa lain atau kelompok lain. Hasil tes tidak dapat menjelaskan
secara utuh tentang keadaan yang sesungguhnya dari seorang siswa yang di tes. Sebagai
contoh ; hasil tes IQ pada dua orang anak dengan perolehan skor (IQ 70) tidak dapat
menjelaskan realitas kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh kedua anak tadi. Artinya;
kedua anak itu memiliki kebutuhan dan masalah yang berbeda dan tidak dapat diungkap
oleh hasil tes dalam bentuk angka. Dengan demikian skor hasil tes tidak memberikan
informasi yang spesifik tentang apa yang dapat dan tidak dilakukan oleh anak. Namun
demikian hasil tes tetap penting untuk memperoleh gambaran seseorang secara umum.
Istilah diagnostik dalam pendidikan sebetulnya diadopsi dari dari bidang medis.
Dalam bidang medis, kegiatan diagnostik menghasilkan informasi yang mengarah kepada
pelabelan. Sebagai contoh ; dalam bidang medis seoarang dokter melakukan diagnosis
kepada seorang pasien. Hasil diagnosisnya menginformasikan bahwa pasien mempunyai
penyakit asma. Tindakan yang dilakukan pada pasien tersebut didasarkan kepada
pelabelan hasil diagnosis. Dalam bidang pendidikan luar biasa misalnya, seorang
psikolog melakukan diagnosis terhadap seorang anak. Hasil diagnosis psikolog tadi
menginformasikan anak tersebut mengalami ketunagrahitaan ringan atau sedang.
Gambaran seperti itu, bagi seorang guru masih mengalami kesulitan untuk memberikan
layanan pendidikan kepada anak yang hanya didasarkan kepada pelabelan seperti itu.
Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menggali informasi tentang kemampuan
anak di dalam menguasai pelajaran yang telah dipelajarinya. Artinya; evaluasi dilakukan
setelah proses belajar berlangsung.. Sebagai contoh; guru ingin mengetahui apakah
pelajaran matematika yang disampaikan kepada para siswanya telah diserap dengan baik
atau belum. Untuk mengetahui hal itu, maka diakhir proses belajar mengajar guru
melakukan kegiatan evaluasi. Dengan demikian seorang guru dapat mengukur seberapa
jauh materi yang telah disampaikan dapat dan telah dikuasai para siswanya. Dalam
implementasinya evaluasi seringkali diakukan diakhir proses belajar, sekalipun evaluasi
dapat dilakukan pada saat proses belajar berlangsung, karena fungsi evaluasi untuk
mengukur tingkat penguasaan seseorang terhadap materi yang disampaikan.
Asesmen adalah proses yang sistimatis dalam mengumpulkan data seorang anak.
Dalam kontek pendidikan asesmen berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan
yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi itulah seorang guru akan dapat
menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan obyektif
dari anak tersebut. Sebagai contoh; dari hasil asesmen diperoleh informasi bahwa anak
itu mengalami kesulitan dalam hal bicara, dan bukan kepada pelabelan bahwa anak itu
disleksia. Selanjutnya instrumen asesmen disusun untuk menemukan hal-hal spesifik
berkaitan dengan masalah bicara tadi dan bukan untuk menemukan syndroma global atau
pelabelan. Dengan demikian program pendidikan didasarkan kepada kebutuhan.
Asesmen dan evaluasi sering menjadi samar dan digunakan secara tidak tepat.
Evaluasi dan asesmen memiliki kemiripan, namun keduanya sangat berbeda. Dilihat dari
pelaksanaannya; evaluasi dilakukan diakhir proses belajar atau saat proses belajar
berlangsung, sementara asesmen bukan hanya dilakukan diakhir dan disaat proses
belajar berlangsung, tetapi sebelum proses belajar terjadi, asesmen telah dilakukan dan
proses ini terus bergulir tanpa henti.. Dilihat dari kontennya; evaluasi diambil dari materi
Page 7
identifikasi dan asesmen
yang diberikan, sementara asesmen didasarkan kepada masalah dan kemampuan yang
dimiliki anak Dilihat dari tujuan; evaluasi semata mata untuk mengukur seberapa jauh
materi itu dapat diserap, sementara asesmen untuk melihat kondisi anak saat itu dalam
rangka menyusun program pembelajaran sehingga dapat melakukan intervensi secara
tepat. Tes, diagnosis, evaluasi dan asesmen satu sama lain saling berhubungan, tetapi
keempatnya mempunyai makna berbeda. Dalam hubungannya dengan pengembangan
program pembelajaran individual (PPI), asesmen menjadi sangat sentral dibandingkan
dengan tes, diagnostik dan evaluasi, sebab berdasarkan hasil asesmen PPI disusun dan
dikembangkan. Namun tes, diagnostik dan evaluasi tetap penting untuk mengetahui
keberadaan anak, tetapi bukan untuk kepentingan penyusunan program.
Tujuan asesmen pada prinsipnya adalah untuk menentukan bagaimana kedaan anak
saat ini. Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi anak saat ini perlu dilakukan
modifikasi asesmen, sehingga program pembelajaran yang disusun cocok dengan
keadaan dan kebutuhan setiap anak. Berkenaan dengan hal itu Mary A. Falvey (1986)
mengemukakan 3 hal penting yang perlu dipertimbangkan di dalam melakukan asesmen:
Page 8
identifikasi dan asesmen
Dari bagan di atas nampak bahwa kesadaran lingustik dan proses kognitif menjadi
penting dalam memahami keterampilan berbahasa. Kesadaran linguistik (bahasa) akan
diperoleh melalui persepsi auditory dalam memahami kode dari bunyi bahasa, sementara
kesadaran lambang bunyi bahasa akan ditransfer melalui persepsi visual. Antara bunyi
Page 9
identifikasi dan asesmen
dan lambang bunyi bahasa dua hal yang berimpit yang harus disadari seseorang sebab
setiap bunyi bahasa memiliki symbol bahasa yang berbeda atau sebaliknya setiap symbol
bahasa memiliki bunyi yang berbeda. Jika kesadaran pada kedua aspek itu tidak terjadi,
maka akan muncul kesulitan dalam belajar membaca dan menulis. Keterampilan
membaca dan menulis dibagi dalam dua keterampilan yaitu keterampilan membaca dan
menulis permulaan dan keterampilan membaca dan menulis lanjut.
Page 10
identifikasi dan asesmen
Page 11
identifikasi dan asesmen
Dst
Page 12
identifikasi dan asesmen
Page 13
identifikasi dan asesmen
Page 14