NO URAIAN REALISASI
1. Pelayanan Rawat Inap 1.421.918.000
2. Pelayanan Rawat Jalan 768.792.447
3. Pelayanan IGD 258.131.000
4. Pelayanan Hemodialisa 10.816.700
5. Pelayanan Bedah Sentral 375.595.000
6. Pelayanan Radiologi 325.710.000
7. Pelayanan Laboratorium 729.391.600
8. Pelayanan UTD 1.918.920.000
9. Pelayanan Farmasi 731.210.752
10. Pelayanan Ambulance 83.282.000
11. Diklat 193.964.000
12. Pelayanan Oksigen 45.604.000
13. Pendapatan Sewa Gedung Aula 250.000
14. Jampersal 411.063.300
15. JKN/BPJS 26.233.930.463
16. Cost Sharing 116.639.500
17. Jasa Raharja 264.110
18. Pelayanan PT. Waskita 3.354.989
19. Pendapatan Jasa Giro 35.964.021
20. Lain-lain Pendapatan BLUD yang sah 43.078.239
2. Linearitas
Kesesuaian Standar Prosedur Operasional (SPO) dengan implementasi di RSUD
Pringsewu…
3. Efisiensi
Efisiensi dan efektifitas pelayanan menyangkut pemanfaatan semua sumber
daya di Rumah Sakit. Efisiensi adalah salah satu indikator kinerja yang
mendasari seluruh kinerja Rumah Sakit. Jika pengawasan terhadap efisiensi
tidak dilakukan maka akan menimbulkan masalah dari sisi manajemen yang
dapat berujung pada tindakan penyimpangan. Efisiensi rumah sakit dapat dilihat
dari capaian indikator pelayanan Rawat Inap yaitu laporan BOR, LOS, TOI dan
BTO. Laporan tersebut dapat memberikan informasi bagi pihak manajemen
rumah sakit untuk mengambil keputusan, untuk perencanaan kebutuhan dan
sarana pelayanan, untuk evaluasi dan monitoring pelaksanaan dan kebijakan
serta prosedur manajemen serta untuk mengembangkan jenis pelayanan.
Capaian indikator pelayanan RSUD pringsewu yang perlu menjadi fokus
perhatian sejak tahun 2016 s/d 2019 adalah rendahnya angka pemanfaatan tempat
tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) yang berada di bawah standar normal. Pada
tahun 2019 nilai BOR hanya mencapai 29 %. Rendahnya angka BOR RSUD
Pringsewu pada tahun 2019 menunjukan kurangnya pemanfaatan fasilitas
perawatan rumah sakit oleh masyarakat. rendahnya nilai BOR dapat disebabkab
oleh minimnya promosi dikalangan masyarakat, alat kesehatan yang kurang
memadai dan letak geografis RSUD Pringsewu yang jauh dari Kota Pringsewu
atau jauh dari keramaian. Nilai BOR yang rendah akan memicu rendahnya
pendapatan dan tingginya biaya rumah sakit.
Selain itu selama 5 tahun terakhir nilai Length of Stay (LOS) telah sesuai
dengan standar Barber-Johnson yaitu 3 -12 hari. Pada tahun 2019 nilai LOS
R S U D P r i n g s e w u adalah 3 hari. Adanya capaian LOS yang ideal diharapkan
mampu menimbulkan efisiensi pelayanan. Capaian nilai LOS yang ideal dapat
terjadi dengan adanya penerapan pelayanan sesuai SPM. Standar pelayanan
terbsebut antara lain mencakup indikasi perawatan rumah sakit, prosedur dan
proses pelayanan sesuai standar, serta sistem pembiayaan....
Dengan indikasi perawatan rumah sakit yang jelas diharapkan mampu
mengurangi jumlah perawatan rumah sakit yang tidak perlu, artinya hanya pasien
yang memang perlu perawatan rumah sakit saja yang akan dirawat di rumah sakit.
hal ini bertujuan mengurangi ditemukannya perawatan rumah sakit yang tidak
perlu (over utilization). Nilai LOS dianjurkan serendah mungkin tanpa
mengurangi kualitas pelayanan.
Nilai Turn Over Interval (TOI) yang merupakan rata – rata hari tempat
tidur tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya. Nilai TOI RSUD
Pringsewu pada tahun 2019 adalah 6 hari. Hal ini menunjukan nilai TOI RSUD
Pringsewu melebihi batas standar normal (1-3 hari). Nilai TOI yang melebihi
standar normal menunjukan bahwa pelayanan rumah sakit tidak efisien. Tingginya
nilai TOI di RSUD Pringsewu dapat disebabkan rendahnya demand terhadap
pelayanan kesehatan di RSUD Pringsewu. Rendahnya demand terhadap
pelayanan kesehatan di RSUD Pringsewu dapat disebabkan oleh masih minimnya
promosi dari pihak manajemen, adanya RS pesaing yang memiliki akses lebih
dekat, letak RSUD Pringsewu yang jauh dari Kota (keramaian) dan akses
masyarakat ke Rumah Sakit lebih jauh dibandingkan akses ke rumah sakit pesaing
dan dengan adanya program JKN merubah selera (preferens) masyarakat untuk
cenderung memilih RS swasta.
Nilai BTO RSUD Pringsewu pada tahun 2019 telah sesuai standar barber
–johnson dan Depkes RI yakni 39, 46 kali. Akan tetapi nilai tersebut masih
dirasa belum optimal dikarenakan jumlah pasien RSUD Pringsewu yang
masih sedikit dan ada beberapa pasien dengan penyakit tertentu yang
membutuhkan perawatan cukup lama. Oleh karena itu rumah sakit harus
mengaktifkan Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga, dan program kunjungan
rumah, serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien dimana
tujuannya adalah untuk meminimalisir pasien pulang atas permintaan sendiri.
GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian kasar , untuk tiap - tiap 1000
penderita keluar baik hidup/ mati. NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian
>48 jam setelah di rawat untuk tiap - tiap 1000 penderita yang keluar baik hidup /
mati. Standar ideal yang ditetapkan Depkes yaitu untuk GDR : <45 per mil dan
untuk NDR : <25 per mil. GDR RSUD Pringsewu pada tahun 2019 sebesar 54 per
mil, sedangkan NDR sebesar 34 per mil. Nilai indikator GDR dan NDR pada
tahun semakin tinggi. Indikator NDR lebih mencerminkan mutu pelayanan medis
karna hanya pasien yang mati >48 jam, yang berarti pasien sudah mendapatkan
pelayanan medis di rumah sakit. Pada tahun 2019 angka kematian (GDR) RSUD
Pringsewu sebesar 54 per mil, sedangkan angka kematian NDR sebesar 34 per
mil. Angka GDR dan NDR tersebut berada di atas standar normal.
Upaya perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan RSUD
Pringsewu dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah yang menyebabkan angka indikator GDR dan
NDR pada tahun yang mengalami kenaikan
b. Mengadakan infrastruktur yang diperlukan bagi upaya peningkatan mutu,
antara lain : 1) Perbaikan sarana dan prasarana 2) Dengan mengadakan
perbaikan organisasi yang ada di rumah sakit 3) Meningkatkan pengetahuan
para tenaga medis maupun non medis 4) Menerapkan keramahtamahan
petugas medis maupun non dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan
melakukan keidisipilinan.
c. Membentuk tim untuk melakukan identifikasi, analisis, dan menemukan
penyebab masalah.
d. Menyediakan sumber daya, mengadakan pelatihan dan motivasi untuk
memecahkan masalah secara efektif dan mengendalikan agar tetap mencapai
tujuan.
Waktu tunggu pelayanan obat jadi <30 menit <30 menit 27 menit < 30 menit
Waktu tunggu pelayanan obat racikan <60 menit <60 menit 45 menit < 60 menit
1. Substansi Kebijakan
Didalam UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
pasal 171
(1) besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% dari
anggaran pendapatan dan belanja negara diluar gaji.
(2) besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota
dialokasikan minimal 10% dari anggaran pendapatan dan belanja negara diluar gaji.
(3) besaran anggaran kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang besarnya sekurang-
kurangnya 2/3 pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja
daerah.
Pasal 172 (1) alokasi pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 171
ayat (3) ditujukan untuk pelayanan kesehatan dibidang pelayanan publik, terutama
bagi penduduk miskin, kelompok lanjut usia , dan anak terlantar.
5. Sumberdaya
1. Konteks Kebijakan
Pada konteks kebijakan diperoleh beberapa kondisi empirik yang sesuai dengan
tinjauan teori antara laian :
1) Peraturan daerah yang mengatur tentang Jaminan Kesehatan Nasional yang
belum/ sudah mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di
RSUD Pringsewu.
2) Peran aktor pembuat kebijakan masih belum maksimal terutama dalam
koordinasi pembuatan regulasi dan rancang bangun (maket) RSUD
Pringsewu dengan para aktor teknis dilapangan, aktor operasional dan aktor
penyedia layanan (manajemen) RSUD Pringsewu.
3) Petugas pemberi pelayanan kesehatan sudah baik, namun kondisi rancang
bangun gedung dan fasilitas di RSUD Pringsewu masih ada beberapa bagian
yang belum sesuai dengan standar.
2. Konten Kebijakan
Pada konten kebijakan diperoleh fakta bahwa
1) Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu dan RSUD
Pringsewu dengan analisis SWOT menunjukan bahwa............ sehingga pada
tahap operasional............(sesuai/ tidak )....untuk diimplementasikan.
2) Karakteristik lembaga yang ideal, sudah tercermin pada petugas pelayanan
kesehatan RSUD Pringsewu, yang mengahruskan :
Penampilan petugas yang rapi, kantor dan ruang pelayanan bersih dan
indah, penataan kearsipan dan ruangan yang nyaman, serta peralatan
kesehatan yang lengkap untuk mendukung dalam pemberian pelayanan
kesehatan bagi pasien.
Alur pelayanan perlu di lengkapi dan dipajang agar pasien jelas,
program dan standar prosedur operasional (SPO) di pajang agar
tergambar dengan jelas.
Dukungan pemerintah Kabupaten dan Provinsi sangat berperan penting
dalam mendukung kebijakan dan penyiapan infrastruktur yang
memadai. Aspek assurance disini terasa lebih lemah.
Kepatuhan, daya tanggap dan kearifan sebagian petugas pemberi
pelayanan masih perlu ditingkatkan.