Anda di halaman 1dari 16

MODEL PELAYANAN PUBLIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

IMPLEMENTASI SPM DI RSUD PRINGSEWU


Implementasi SPM di RSUD Pringsewu menurut M.Hamdi Tahun 2014, bahwa
implementasi Standar Pelayanan Minimal meliputi faktor dimensi dan faktor
determinan :
A. Dimensi Implementasi SPM di RSUD Pringsewu
1. Produktifitas
a. PENDAPATAN FUNGSIONAL
Pada tahun 2019 RSUD pencapaian realisasi pendapatan
fungsional RSUD Pringsewu lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2019 realisasi pendapatan fungsional hanya
mencapai 84,27 % dari target yang direncanakan.
Target Dan Realisasi Pendapatan
RSUD Pringsewu Tahun 2015 – 2019

NO TAHUN TARGET REALISASI (%) CAPAIAN

1. 2015 27.000.000.000 24.235.810.975 89.76

2. 2016 36.800.000.000 26.092.176.029 70,90

3. 2017 37.000.000.000 29.767.541.679 80,51

4. 2018 38.000.000.000 25.098.538.141 66,05

5 2019 40.000.000.000 33.707.880.121 84,27

Pendapatan fungsional RSUD selama 5 tahun terakhir (2015 s/d


2019) terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2019 pendapatan
fungsional RSUD Pringsewu mengalami kenaikan sebesar 34,30 %
dibandingkan tahun2018.
Pendapatan fungsional RSUD Pringsewu pada tahun 2019 paling
banyak berasal dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN/BPJS) yaitu
sebesar 77,83 %, dan paling sedikit berasal dari pendapatan sewa Aula
yaitu sebesar 0,0007 % dari total pendapatan fungsional. Rincian
pendapatan fungsional RSUD Pringsewu tergambar pada rincian tabel
dibawah ini.
Realisasi Pendapatan Fungsional RSUD Pringsewu Tahun 2019

NO URAIAN REALISASI
1. Pelayanan Rawat Inap 1.421.918.000
2. Pelayanan Rawat Jalan 768.792.447
3. Pelayanan IGD 258.131.000
4. Pelayanan Hemodialisa 10.816.700
5. Pelayanan Bedah Sentral 375.595.000
6. Pelayanan Radiologi 325.710.000
7. Pelayanan Laboratorium 729.391.600
8. Pelayanan UTD 1.918.920.000
9. Pelayanan Farmasi 731.210.752
10. Pelayanan Ambulance 83.282.000
11. Diklat 193.964.000
12. Pelayanan Oksigen 45.604.000
13. Pendapatan Sewa Gedung Aula 250.000
14. Jampersal 411.063.300
15. JKN/BPJS 26.233.930.463
16. Cost Sharing 116.639.500
17. Jasa Raharja 264.110
18. Pelayanan PT. Waskita 3.354.989
19. Pendapatan Jasa Giro 35.964.021
20. Lain-lain Pendapatan BLUD yang sah 43.078.239

Jumlah Pendapatan 33,707.880.121


b. Kunjungan pasien RSUD Pringsewu
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pringsewu tidak hanya
melayani masyarakat yang berasal dari dalam Kabupaten
Pringsewu tetapi juga melayani masyarakat yang berasal dari
wilayah di sekitar Kabupaten Pringsewu. Kunjungan pasien RSUD
Pringsewu tahun 2019 yang berasal dari Kabupaten Pringsewu
sebanyak 22.076 pasien sedangkan yang berasal dari luar
Kabupaten Pringsewu sebanyak 24.782 pasien. Pada tahun 2019
kunjungan pasien rawat inap sebesar 6.392 orang, sedangkan
kunjungan rawat jalan sebesar 40.466 orang. Sehingga dalam 1
tahun kunjungan pasien tahun 2019 mencapai 46.858 orang.

Kategori Pasien Yang Dilayani Berdasarkan Asal Kabupaten


Di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Tahun 2019

NO Kabupaten / Kota Rawat Inap Rawat Jalan Total


1 Pringsewu 3.248 18.828 22.076
2 Luar Pringsewu 3.144 21.638 24.782
TOTAL 6.392 40.466 46.858

c. Waktu tunggu pasien


Salah satu dimensi mutu pelayanan kesehatan adalah akses terhadap
pelayanan yang ditandai dengan waktu tunggu pasien. Waktu tunggu adalah
waktu yang digunakan pasien untuk mendapatkan elayanan kesehatan mulai
tempat pendaftaran sampai masuk ke ruang pemeriksaan dokter. Waktu
tunggu merupakan salah satu komponen potensial yang menyebabkan
ketidakpuasan pasien. Lama waktu tunggu pasien menggambarkan cara RS
mengelola pelayanan yang disesuaikan dengan situasi dan harapan pasien.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 129/Menkes/SK/II/2008, Standar
pelayanan minimal rawat jalan adalah ≤ 60 menit. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap pasien pada bulan februari tahun 2020 di RSUD
Pringsewu pada pasien Klinik Rawat Jalan menyatakan bahwa waktu tunggu
pasien tidak lama. Seperti tergambar pada pernyataan berikut ini :
“.... engak lama lah... paling setengah jam...” Narasumber 1

“....Pelayanan sudah cukup cepat, ....waktu tunggu rawat jalan kurang


dari 30 menit “Narasumber 2
Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti,
diperoleh sebagai berikut :
Tabel ....
Data hasil observasi waktu tunggu pasien di Klinik Rawat Jalan
RSUD Pringsewu Tahun 2020
Klinik (dokter
Berkas rekam Spesialis)
Nomor Waktu
N BPJS medis
Antria Tunggu
O
n Loket Masu sampai (menit)
Loket Pendaft SEP diantar Masuk Periksa
k poli
Nomor aran
08.28 -
1 A1* 07.49 08.23 08.28 08.33 08.41 08.59 09.30 - 09.35 105
2 A2* 08.29 08.31 - - 08.41 08.60 09.36 - 09.42 67
3 B1* 08.29 08.37 - - 09.03 09.05 09.15-09.20 46
4 A4* 08.47 09.00 09.03 09.03-09.08 09.03 09.04 09.55 - 10.00 68
5 C1* 08.18 08.27 - - 08.56 08.59 09.11 - 09.16 53
08.43 -
6 B2* 08.37 08.40 08.43 08.47 09.03 09.05 09.21 - 09.26 44
08.45 -
7 B3* 08.40 08.45 08.45 08.53 09.03 09.05 09.27 - 09.31 47
8 B1** 08.15 08.20 - - 08.40 08.42 09.35 - 09.40 80
08.31 -
9 A1** 08.16 08.18 08.24 08.34 08.40 08.43 09.20 - 09.26 64
10 B6** 09.05 09.07 - - 09.25 09.29 10.40 - 10.45 95
11 B7** 09.06 09.08 - - 09.25 09.29 10.46 - 10.52 100
09.15 -
12 A3** 09.09 09.10 09.15 09.21 09.25 09.30 09.43 - 09.47 34
08.33 -
13 A1*** 08.19 08.25 08.33 08.37 08.45 08.42 09.20 - 09.25 61
14 B1*** 08.19 08.24 - - 08.45 08.43 09.30 - 09.36 71
08.33 -
15 A2*** 08.21 08.25 08.33 08.39 08.45 08.43 09. 15 - 09.20 54

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 15 pengamatan yang dilakukan


peneliti diperoleh hasil 53,33 % waktu tunggu pasien rawat jalan ≤ 60 menit,
dan sebanyak 46,67 % mempunyai waktu tunggu antara 60 – 105 menit.

2. Linearitas
Kesesuaian Standar Prosedur Operasional (SPO) dengan implementasi di RSUD
Pringsewu…

3. Efisiensi
Efisiensi dan efektifitas pelayanan menyangkut pemanfaatan semua sumber
daya di Rumah Sakit. Efisiensi adalah salah satu indikator kinerja yang
mendasari seluruh kinerja Rumah Sakit. Jika pengawasan terhadap efisiensi
tidak dilakukan maka akan menimbulkan masalah dari sisi manajemen yang
dapat berujung pada tindakan penyimpangan. Efisiensi rumah sakit dapat dilihat
dari capaian indikator pelayanan Rawat Inap yaitu laporan BOR, LOS, TOI dan
BTO. Laporan tersebut dapat memberikan informasi bagi pihak manajemen
rumah sakit untuk mengambil keputusan, untuk perencanaan kebutuhan dan
sarana pelayanan, untuk evaluasi dan monitoring pelaksanaan dan kebijakan
serta prosedur manajemen serta untuk mengembangkan jenis pelayanan.
Capaian indikator pelayanan RSUD pringsewu yang perlu menjadi fokus
perhatian sejak tahun 2016 s/d 2019 adalah rendahnya angka pemanfaatan tempat
tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) yang berada di bawah standar normal. Pada
tahun 2019 nilai BOR hanya mencapai 29 %. Rendahnya angka BOR RSUD
Pringsewu pada tahun 2019 menunjukan kurangnya pemanfaatan fasilitas
perawatan rumah sakit oleh masyarakat. rendahnya nilai BOR dapat disebabkab
oleh minimnya promosi dikalangan masyarakat, alat kesehatan yang kurang
memadai dan letak geografis RSUD Pringsewu yang jauh dari Kota Pringsewu
atau jauh dari keramaian. Nilai BOR yang rendah akan memicu rendahnya
pendapatan dan tingginya biaya rumah sakit.
Selain itu selama 5 tahun terakhir nilai Length of Stay (LOS) telah sesuai
dengan standar Barber-Johnson yaitu 3 -12 hari. Pada tahun 2019 nilai LOS
R S U D P r i n g s e w u adalah 3 hari. Adanya capaian LOS yang ideal diharapkan
mampu menimbulkan efisiensi pelayanan. Capaian nilai LOS yang ideal dapat
terjadi dengan adanya penerapan pelayanan sesuai SPM. Standar pelayanan
terbsebut antara lain mencakup indikasi perawatan rumah sakit, prosedur dan
proses pelayanan sesuai standar, serta sistem pembiayaan....
Dengan indikasi perawatan rumah sakit yang jelas diharapkan mampu
mengurangi jumlah perawatan rumah sakit yang tidak perlu, artinya hanya pasien
yang memang perlu perawatan rumah sakit saja yang akan dirawat di rumah sakit.
hal ini bertujuan mengurangi ditemukannya perawatan rumah sakit yang tidak
perlu (over utilization). Nilai LOS dianjurkan serendah mungkin tanpa
mengurangi kualitas pelayanan.
Nilai Turn Over Interval (TOI) yang merupakan rata – rata hari tempat
tidur tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya. Nilai TOI RSUD
Pringsewu pada tahun 2019 adalah 6 hari. Hal ini menunjukan nilai TOI RSUD
Pringsewu melebihi batas standar normal (1-3 hari). Nilai TOI yang melebihi
standar normal menunjukan bahwa pelayanan rumah sakit tidak efisien. Tingginya
nilai TOI di RSUD Pringsewu dapat disebabkan rendahnya demand terhadap
pelayanan kesehatan di RSUD Pringsewu. Rendahnya demand terhadap
pelayanan kesehatan di RSUD Pringsewu dapat disebabkan oleh masih minimnya
promosi dari pihak manajemen, adanya RS pesaing yang memiliki akses lebih
dekat, letak RSUD Pringsewu yang jauh dari Kota (keramaian) dan akses
masyarakat ke Rumah Sakit lebih jauh dibandingkan akses ke rumah sakit pesaing
dan dengan adanya program JKN merubah selera (preferens) masyarakat untuk
cenderung memilih RS swasta.
Nilai BTO RSUD Pringsewu pada tahun 2019 telah sesuai standar barber
–johnson dan Depkes RI yakni 39, 46 kali. Akan tetapi nilai tersebut masih
dirasa belum optimal dikarenakan jumlah pasien RSUD Pringsewu yang
masih sedikit dan ada beberapa pasien dengan penyakit tertentu yang
membutuhkan perawatan cukup lama. Oleh karena itu rumah sakit harus
mengaktifkan Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga, dan program kunjungan
rumah, serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien dimana
tujuannya adalah untuk meminimalisir pasien pulang atas permintaan sendiri.
GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian kasar , untuk tiap - tiap 1000
penderita keluar baik hidup/ mati. NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian
>48 jam setelah di rawat untuk tiap - tiap 1000 penderita yang keluar baik hidup /
mati. Standar ideal yang ditetapkan Depkes yaitu untuk GDR : <45 per mil dan
untuk NDR : <25 per mil. GDR RSUD Pringsewu pada tahun 2019 sebesar 54 per
mil, sedangkan NDR sebesar 34 per mil. Nilai indikator GDR dan NDR pada
tahun semakin tinggi. Indikator NDR lebih mencerminkan mutu pelayanan medis
karna hanya pasien yang mati >48 jam, yang berarti pasien sudah mendapatkan
pelayanan medis di rumah sakit. Pada tahun 2019 angka kematian (GDR) RSUD
Pringsewu sebesar 54 per mil, sedangkan angka kematian NDR sebesar 34 per
mil. Angka GDR dan NDR tersebut berada di atas standar normal.
Upaya perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan RSUD
Pringsewu dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a. Mengidentifikasi masalah yang menyebabkan angka indikator GDR dan
NDR pada tahun yang mengalami kenaikan
b. Mengadakan infrastruktur yang diperlukan bagi upaya peningkatan mutu,
antara lain : 1) Perbaikan sarana dan prasarana 2) Dengan mengadakan
perbaikan organisasi yang ada di rumah sakit 3) Meningkatkan pengetahuan
para tenaga medis maupun non medis 4) Menerapkan keramahtamahan
petugas medis maupun non dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan
melakukan keidisipilinan.
c. Membentuk tim untuk melakukan identifikasi, analisis, dan menemukan
penyebab masalah.
d. Menyediakan sumber daya, mengadakan pelatihan dan motivasi untuk
memecahkan masalah secara efektif dan mengendalikan agar tetap mencapai
tujuan.

Standar Efisiensi Indikator Pelayanan RSUD Pringsewu


Tahun 2015 – 2019
CAPAIANPERTAHUN STANDAR STANDAR
INDIKAT
Barber Johnson Depkes RI
OR 2015 2016 2017 2018 2019

BOR (%) 55,66 46,45 47,63 39,35 29 75 – 85 % 60 – 85 %

LOS (hari) 3,89 4,3 3,8 3,58 3 3-12 hr 6 – 9 hr

TOI (hari) 3,19 4,1 3,96 5,32 6 1-3 hr 1 – 3 hr

BTO (kali) 51,44 46,58 48,83 41,6 39,46 >30 kali 40 – 50 kl

GDR (%) 51,7 46 56 53,6 54 < 45 %0

NDR (%) 10,9 14,4 26,8 27 34 < 25 %0

Tempat 152 155 165 169 145


Tidur
Sumber : Profil RSUD Pringsewu tahun2019
DIMENSI MUTU PELAYANAN Kom Aman Efektif Efesien Adil dan Tepat Kenyaman Capaian 2019
pt. Safety Effective Efficient Pantas Waktu Pasien 2018
Tekn /Equitable Timely /Person
SPM is /Accesible Centered
/
Acceptabl
e
I. PELAYANAN GAWAT DARURAT.
Kemampuan menangani life saving di Gawat darurat 100 % 98% 100 %
Jam buka pelayanan Gawat darurat 24 Jam 24 jam 24 jam
Pemberi pelayanan kegawat daruratan yang 100
bersertifikat BLS/PPGD/GELS/ALS % 90% 100 %
Ketersediaan tim penanggulanagan bencana 1 Tim 1 Tim 100% 1 Tim
Waktu tanggap Pelayanan Dokter di Gawat Darurat ≤ 5 menit ≤ 5 menit 5 Menit < 5 menit
Kepuasan Pelanggan pada Gawat Darurat ≥ 70 % 98% 98 %
Kematian Pasien ≤ 24 jam di Gawat Darurat ≤ 2/1000 ≤ 2/1000 1/1000 1/1000
Tidak adanya keharusan untuk membayar uang muka 100 % 100 % 100% 100 %
II. PELAYANAN RAWAT JALAN
Pemberi pelayanan di klinik spesialis Dr. SPs 100%
100% 100 %
Ketersediaan pelayanan rawat jalan 4 SP Ds 90% 100 %
Jenis pelayanan rawat jalan spesialistik 100 % 100 %
100%
Waktu tunggu di Rawat Jalan Judul Waktu tunggu di ≤ 60 menit 60 menit < 60 menit
Rawat Jalan
Kepuasan Pelanggan ≥ 90 % 100% 100 %
Pasien rawat jalan tuberculosis yang ditangani 100 % 100 % 100 %
dengan strategi DOTS 100%

III. PELAYANAN RAWAT INAP


Pemberi pelayanan rawat inap oleh tenaga yang 100 100% 100 %
kompeten dokter dan tenaga perawat D3 %
Dokter penanggung jawab pasien rawat inap 100 57,41% 75 %

Ketersediaan pelayanan rawat inap 4 SP Ds 100% 100 %
Jam visite dokter spesialis 08.00 sd 14.00 100 % © 100 %
91,75%
Kejadian infeksi pasca operasi ≤ 1,5 % ≤ 1,5 % 0% 0%
Angka kejadian infeksi nosocomial ≤ 1,5 % 0% 0%
Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat 100 % 0% 100 %
kecacatan/kematian
Kematian Pasien > 48 Jam ≤ 2,4/1000 ≤ 2,38% 18/ 1000
2,4/1000
Kejadian pulang paksa ≤5% 2,43% 2,4 %
Kepuasan Pelanggan Rawat Inap ≥ 90 % 92% 92 %
Pasien rawat inap tuberkulosis yang ditangani 100 % 100 % 100% 100 %
dengan strategi DOTS
IV. BEDAH SENTRAL
Waktu tunggu operasi elektif ≤ 2 hari © ≤ 2 hari © ≤ 2 hari 1 hari
Kejadian kematian dimeja operasi ≤1% ≤1% 0% 0%
Tidak adanya kejadian operasi salah sisi ≤ 100 % 100% 100 %
Tidak adanya kejadian operasi salah orang ≤ 100 % 100% 100 %
Tidak adanya kejadian salah tindakan ≤ 100 % 100% 100 %
Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing ≤ 100 % 100% 100 %
pada tubuh pasien setelah operasi
Komplikasi anastesi karena over dosis, reaksi ≤6% 0% 0%
anantesi dan salah penempatan endotracheal tube

V. PERSALINAN DAN PERINATOLOGI


Kejadian kematian ibu karena persalinan karena Pendarahan< 0 % 0%
perdarahan, pre eklamsia, eklampsia, partus lama dan 1%
sepsis Pre-eklampsia < 1% 0%
30%,
sepsis < 0,2% 0% 0%
Pemberi pelayanan persalinan normal adalah dokter 100% 90,2 % 100 %
Sp,OG, dokter umum terlatih
Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit Tim 100% 100 % 100 %
PONEK yang terdiri dari dokter Sp,OG, dengan
dokter umum dan bidan (perawat yang terlatih)
Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan 100% 100 % 100 %
operasi adalah dokter Sp,OG, dokter spesialis anak,
dokter spesialis anastesi
Kemampuan menangani BBLR 1500 gr-2500 gr 100% 100% 100 % 100 %
Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria 100% 100% 100% 100 % 100 %
Ketersediaan pelayanan kontrasepsi mantap 100 % 100 %
Konseling KB Mantap Judul Keluarga Berencana 100 % 100 %
Mantap
Kepuasan Pelanggan > 80% 95% 98 %
VI. PELAYANAN INTENSIF
Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif < 3% 2% 1%
dengan kasus yang sama < 72 jam
Pemberi pelayanan unit intensif oleh dokter Sp.An Stand Sesuai 100 100 %
dan dokter spesialis sesuai dengan kasus yang ar %
ditangani, perawat D3 dengan sertifikat perawat 100%
mahir ICU/setara
VII. RADIOLOGI
Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto < 3jam <3 jam 40 menit < 40 menit
Pelaksana ekspertisi rontgen adalah dokter spesialis 100 100 % 100 %
%
Kegagalan pelayanan rontgen adalah kerusakan foto <2% <2% 0% 0%
yang tidak dapat dibaca
Kepuasan pelanggan 80 % 100% 100 %
VIII. LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium < 140 mnt < 140 mnt 30 – 60 30- 60
© © menit menit
(99%)
Pembacaan dan verifikasi hasil pemeriksaan 100% 100% 100%
laboratorium dilakukan oleh dokter spesialis patologi
klinik tenaga ahli untuk memastikan ketepatan
diagnosis
Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil 100% 100% 100 %
pemeriksaan laboratorium
Kepuasan pelanggan 80 % 100% 100 %

IX. REHABILITASI MEDIK


Kejadian drop out pasien terhadap pelayanan < 50% © 10% 5%
rehabilitasi yang direncanakan
Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan 100 % 100 % 100% 100 %
rehabilitasi medik sesuai dengan pedoman/standar
pelayanan rehabilitasi medic
Kepuasan Pelanggan >80 % 100% 97 %
X. FARMASI

Waktu tunggu pelayanan obat jadi <30 menit <30 menit 27 menit < 30 menit
Waktu tunggu pelayanan obat racikan <60 menit <60 menit 45 menit < 60 menit

Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat 100% 100% 100% 99 %


Penulisan resep sesuai formularium 100% 81%
Kepuasan Pelanggan >80% 95% 95 %
XI. Gizi
Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien 90% 90% >90% 100% 100 %
Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien >20% >20% 20% < 20 %
Tidak adanya kesalahan dalam pemberian diet 100% 100% 100% 100 %
XII. TRANSFUSI DARAH
Pemenuhan kebutuhan darah bagi setiap pelayanan 100% © 100% 100 %
transfusi
Kejadian tidak diharapkan (KTD) yang terjadi akibat <0,01 % 0% <0,01 %
transfusi darah
XIII. PELAYANAN GAKIN
Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke 100% 100% 100 %
RS pada setiap unit pelayanan
XIV. REKAM MEDIK
Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah 100% © 90% 90 %
selesai pelayanan
Kelengkapan informed concent 100% 100% 100 %
Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan < 10 < 10 < 10 menit 10 menit < 10 menit
rawat jalan menit menit
Dokumen rekam medis rawat inap adalah dokumen < 15 < 15 < 15 menit 15 menit <15 menit
rekam medis pasien baru atau pasien lama yang menit menit
digunakan pada pelayanan rawat inap
XV. Pengolahan Limbah
Baku mutu limbah cair BOD (Biological Oxygen 100% BOD=25 BOD=25
Demand) : 30 mg/liter COD (Chemical Oxygen COD=48 COD =48
Demand) : 80 mg/liter TSS (Total Suspended Solid) TSS=15 TSS= 16
30 mg/liter PH : 6-9 PH=7,9 PH =7,9
Pengolahan limbah padat berbahaya 100% 100 %
XVI. Administrasi dan Manajemen
Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan tingkat 100% 95% 95 %
direksi
Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja 100% 100% 100% 100 %
Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat 100% 100% 100% 100% 100 %
Ketepatan waktu pengurusan kenaikan gaji berkala 100% 100% 100% 100 %
Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam >60% 60% 60 %
pertahun
Cost recovery adalah jumlah pendapatan fungsional >40% >40% 100% 95 %
dalam periode waktu tertentu dibagi dengan jumlah
pembelanjaan operasional
Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan 100% 100% 100 %
Kecepatan waktu pemberian informasi tentang < 2 jam < 2 jam 2 jam < 2 jam
tagihan pasien rawat inap
Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai 100% 80% 50 %
kesepakatan
XVII. AMBULANCE/KERETA JENAZAH
Waktu pelayanan ambulance/kereta jenazah 24 jam 24 jam 24 jam
Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/kereta 100% 100% 20 menit 20 menit
jenazah di rumah sakit maksimal 30 menit
Response time pelayanan ambulance oleh < 30 menit 30 menit < 30 menit
masyarakat yang membutuhkan

XVIII. PEMULASARAAN JENAZAH


Waktu tanggap pelayanan pemulasaraan <15 menit 15 menit < 15 menit
setelah di
kamar
jenazah
XIX. PELAYANAN PEMELIHARAAN
SARANA RUMAH SAKIT
Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat 100% © 100% © 75 %
Ketepatan waktu pemeliharaan 100% © 100% © 100% 100 %
XX. PELAYANAN LAUNDRY
Tidak adanya kejadian linen yang hilang 100% © 100% © 99 %
Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat 100% © 100% © 90% 100 %
inap
XXI. PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI
Tersedianya anggota Tim PPI yang terlatih 75% 60% 80 %
Tersedianya APD (Alat Pelindung Diri) Dimensi 75% 75% 90 %
mutu Mutu pelayanan, keamanan pasien, petugas
dan pengunjung Tujuan Tersedianya APD di setiap
instalasi RSStandar 75% Penanggung jawab Tim
PPI
Kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi >75 % 85 % 90 %
nosokomial di rumah sakit
B. Determinan terdiri dari:

1. Substansi Kebijakan
Didalam UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
pasal 171
(1) besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% dari
anggaran pendapatan dan belanja negara diluar gaji.
(2) besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota
dialokasikan minimal 10% dari anggaran pendapatan dan belanja negara diluar gaji.
(3) besaran anggaran kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang besarnya sekurang-
kurangnya 2/3 pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja
daerah.
Pasal 172 (1) alokasi pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 171
ayat (3) ditujukan untuk pelayanan kesehatan dibidang pelayanan publik, terutama
bagi penduduk miskin, kelompok lanjut usia , dan anak terlantar.

UU 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah ???

RPJMN 2020 -2024????


Renstra Kemenkes????
RPJMD????
Renstra Dinkes????

2. Perilaku tugas pelaksana

3. Interaksi jejaring kerja

4. Partisipasi kelompok sasaran

5. Sumberdaya
1. Konteks Kebijakan
Pada konteks kebijakan diperoleh beberapa kondisi empirik yang sesuai dengan
tinjauan teori antara laian :
1) Peraturan daerah yang mengatur tentang Jaminan Kesehatan Nasional yang
belum/ sudah mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di
RSUD Pringsewu.
2) Peran aktor pembuat kebijakan masih belum maksimal terutama dalam
koordinasi pembuatan regulasi dan rancang bangun (maket) RSUD
Pringsewu dengan para aktor teknis dilapangan, aktor operasional dan aktor
penyedia layanan (manajemen) RSUD Pringsewu.
3) Petugas pemberi pelayanan kesehatan sudah baik, namun kondisi rancang
bangun gedung dan fasilitas di RSUD Pringsewu masih ada beberapa bagian
yang belum sesuai dengan standar.
2. Konten Kebijakan
Pada konten kebijakan diperoleh fakta bahwa
1) Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu dan RSUD
Pringsewu dengan analisis SWOT menunjukan bahwa............ sehingga pada
tahap operasional............(sesuai/ tidak )....untuk diimplementasikan.
2) Karakteristik lembaga yang ideal, sudah tercermin pada petugas pelayanan
kesehatan RSUD Pringsewu, yang mengahruskan :
 Penampilan petugas yang rapi, kantor dan ruang pelayanan bersih dan
indah, penataan kearsipan dan ruangan yang nyaman, serta peralatan
kesehatan yang lengkap untuk mendukung dalam pemberian pelayanan
kesehatan bagi pasien.
 Alur pelayanan perlu di lengkapi dan dipajang agar pasien jelas,
program dan standar prosedur operasional (SPO) di pajang agar
tergambar dengan jelas.
 Dukungan pemerintah Kabupaten dan Provinsi sangat berperan penting
dalam mendukung kebijakan dan penyiapan infrastruktur yang
memadai. Aspek assurance disini terasa lebih lemah.
 Kepatuhan, daya tanggap dan kearifan sebagian petugas pemberi
pelayanan masih perlu ditingkatkan.

Faktor penghambat implementasi SPM di RSUD Pringsewu antara lain:


a. Anggaran BLUD RSUD Pringsewu masih terbatas,
b. Sebagian sarana prasarana RSUD Pringsewu belum sesuai standar
c. Kondisi geografi RSUD Pringsewu yang jauh dari akses kendaraan umum, jauh
dari Keramaian dan fasilitas umum lainnya ( seperti : Pasar, minimarket, bank,
kantor pos, dll).

Anda mungkin juga menyukai