Anda di halaman 1dari 62

72

6 KETERAMPILAN DASAR GURU

Tugas dan tanggung jawab guru menjadi sangat penting dalam pendidikan. Arti
penting itu bertolak dari peran, tugas dan tanggung jawab guru yang sangat berat yakni
mencerdaskan peserta didiknya. Berdasarkan kerangka berpikir yang demikian menuntut
seorang guru untuk melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan dasar yang
diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik sebaik-
baiknya. Keterampilan dasar yang diperlukan dalam pembelajaran mutlak dimiliki guru.
Dengan keterampilan dasar yang dimiliki guru ini diharapkan pembelajaran dapat
dioptimalkan, sehingga peserta didik juga belajar secara optimal.
Kemudian, sesuai dengan kemajuan dalam bidang sains dan teknologi, budaya,
serta bidang pendidikan maka menuntut strategi belajar mengajar mengarah ke
paradigma baru pendidikan. Pada paradigma baru pendidikan, orientasi strategi belajar
mengajar adalah student centered, artinya peserta didik menjadi pusat pembelajaran dan
active learning, artinya peserta didik belajar secara aktif menemukan pengetahuan
sendiri. Istilah pengajaran (instruction) sering disebut pembelajaran. Pada paradigma
lama, posisi guru adalah sebagai pemberi atau aktif menyampaikan atau memindahkan
ilmu kepada peserta didik yang dikenal dengan transfer of knowledge. Pada paradigma
baru, posisi guru lebih dominan sebagai pembimbing, pendidik, pelatih, pengarah, dan
fasilitator dalam pembelajaran untuk pengembangan kompetensi (development of
competence) peserta didik. Oleh karena itu, keterampilan dasar mengajar yang telah
disusun oleh Tim P3G (1985) diharpkan dapat disesuaikan atau dikembangkan menurut
kebutuhan kompetensi guru masa depan.
Keterampilan dasar guru dalam pembelajaran yang dimuat dalam bab ini diadopsi
dan diadaptasi dari Tim Pengembangan Program Pengalaman Lapangan Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) yang dituangkan dalam Perangkat Panduan
Pengajaran Mikro 1 – 8 (1985) dan Djamarah (2000). Perangkat Panduan Pengajaran
Mikro yang dikembangkan ini diadopsi oleh Tim P3G dari perangkat Sydney Micro Skill
73
berupa Handbook Series 1-5, yang ditulis oleh C. Turney et al. (1973), dan diterbitkan
oleh Sydney University Press. Keterampilan-keerampilan dasar tersebut adalah: (1)
keterampilan bertanya (dasar dan lanjut), (2) keterampilan memberi penguatan, (3)
keterampilan mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan
membuka dan menutup pelajaran, (6) keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil,
(7) keterampilan mengelola kelas dan (8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan. Kemudian, pada kesempatan ini, sesuai dengan perkembangan zaman dan
kebutuhan sekarang dan masa depan, penulis mengusulkan dua lagi keterampilan, yaitu
(9) keterampilan mengembangkan dan menggunakan media pembelajaran, (10)
keterampilan mengembangkan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) dan skill.
Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan Anda dapat:
1) menguasai dan menerapkan keterampilan bertanya (dasar dan lanjut),
2) menguasai dan menerapkan keterampilan memberi penguatan,
3) menguasai dan menerapkan keterampilan mengadakan variasi,
4) menguasai dan menerapkan keterampilan menjelaskan,
5) menguasaai dan menerapkan keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
6) menguasai dan menerapkan keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil,
7) menguasai dan menerapkan keterampilan mengelola kelas,
8) menguasai dan menerapkan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan,
9) menguasai dan menerapkan keterampilan mengembangkan dan menggunakan
media,
10) menguasai dan menerapkan keterampilan mengembangkan Emotional Spiritual
Quotient (ESQ) dan skill.

6.1 Keterampilan Bertanya


Keterampilan bertanya sangat penting dalam proses pembelajaran. Misalnya untuk
memusatkan perhatian awal peserta didik dalam pembukaan pembelajaran, sering guru
menggunakan keterampilan bertanya. Tanpa menggunakan keterampilan bertanya dalam
pembelajaran dapat menyebabkan kelas akan menjadi pasif. Dengan bertanya akan
74
merangsang peserta didik aktif berpikir dan merangsang mereka belajar dengan teman-
temanya, atau dapat mengembangkan keterampilan kognitif tingkat tinggi peserta didik.
Dengan demikian, tampaklah bagi kita bahwa bertanya itu penting dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, maka guru perlu menguasai teknik bertanya.
Guru mengetahui dan menyusun sejumlah pertanyaan yang secara logis dan relevan
diajukan kepada anak di dalam kelas. Keterampilan guru bertanya dan memilih materi
yang ditanyakan sangat diperlukan bagi guru di dalam pembalajaran. Misalnya
pertanyaan yang diajukan guru harus ringkas dan jelas, sehingga maksud pertanyaan
tersebut mudah ditangkap atau dipahami peserta didik..
Di samping itu, pemberian waktu (pausing) untuk perpikir setelah guru bertanya
merupakan faktor yang penting. Pemberian waktu ini akan memberikan manfaat di
antaranya peserta didik yang merespon bisa bertambah, banyak pikiran muncul, peserta
didik mulai berinteraksi antara satu dan yang lainnya. Bila guru bertanya dan peserta
didik tidak dapat menjawab, kemudian pertanyaan tersebut diarahkan kepada peserta
didik lain, atau dengan kata lain guru telah mempergilirkan pertanyaan. Mempergilirkan
pertanyaan bermanfaat untuk mengurangi campur tangan guru, mengurangi pembicaraan
guru yang tidak perlu, meningkatkan jumlah peserta didik yang aktif dalam
pembelajaran.
Keterampilan bertanya dibedakan atas keterampilan bertanya dasar dan
keterampilan bertanya lanjutan. Keterampilan bertanya dasar merupakan keterampilan
bertanya yang mengarahkan berpikir atau kognisi anak pada tingkat dasar, seperti
pertanyaan untuk mencek hafalan dan pemahaman, dengan pertanyaan yang sederhana
dan tidak terlalu sulit. Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen
dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan pertanyaan. Komponen-komponen
keterampilan bertanya dasar tersebut meliputi:
(1) pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat,
(2) pemberian acuan (untuk mengarahkan pikiran peserta didik terhadap topik yang
sedang dibahas),
(3) pemusatan (dapat berfokus luas dan berfokus sempit),
75
(4) menggilirkan pertanyaan (redirecting) (untuk jawaban yang belum benar atau
belum memadai),
(5) penyebaran (menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak),
(6) pemberian waktu berpikir, dan
(7) pemberian tuntunan (agar anak dapat menemukan jawaban yang benar).
Keterampilan bertanya lanjut dibentuk di atas landasan penguasaan komponen-
komponen dasar. Keterampilan bertanya lanjut merupakan keterampilan yang
mengarahkan atau merangsang anak berpikir mendalam (deep thinking) atau berpikir
tingkat tinggi (higher level thinking). Karenanya semua komponen bertanya dasar masih
dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen
keterampilan bertanya lanjut meliputi:
(1) pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan,
(2) pengaturan urutan pertanyaan,
(3) penggunaan pertanyaan pelacak, dan
(4) peningkatan terjadinya interaksi.
Berikut ini kan dibahas secara lebih rinci tentang keterampilan bertanya dasar dan
keterampilan bertanya lanjut ini:

6.1.1 Keterampilan Bertanya Dasar


a. Tujuan keterampilan pertanyaan dasar
Tujuan memberikan pertanyaan dasar adalah:
(1) untuk meningkatkan fokus perhatian dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap
suatu topik,
(2) mengembangkan belajar peserta didik aktif (active learning),
(3) mengoptimal aktivitas pembelajaran,
(4) mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik,
(5) memberi kesempatan peserta didik untuk mengasimilasi dan merefleksi
informasi,
(6) mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik,
76
(7) mengembangkan refleksi dan komentar peserta didik terhadap respon peserta
didik lain maupun guru, dan
(8) peserta didik dapat menilai diri sendiri tentang penguasaannya terhadap materi
yang dipelajari dan dapat pula menilai posisinya di antara teman-temanya.
Untuk memudahkan peserta didik merespon atau menjawab pertanyaan guru,
pertanyaan hendaklah disusun dengan kata-kata yang cocok dengan tingkat
perkembangan peserta didik. Sesuaikan penggunaan kata-kata dalam menyusun
pertanyaan dengan perbendaharaan kata yang dimiliki peserta didik. Pertanyaan harus
disusun sesejelas dan seefektif mungkin.
Bila diterapkan metode diskusi, selama diskusi berlangsung usahakan guru
memberikan informasi yang relevan dengan tugas peserta didik, baik sesudah ataupun
sebelum pertanyaan- pertanyaan. Cara yang demikian, memiliki pengaruh yang penting
terhadap peserta didik, yaitu memberi materi yang cukup untuk pemecahan masalah. Hal
demikian dapat mempertahankan diskusi tetap relevan dengan tujuan yang ditetapkan.

b. Komponen-komponen ketrampilan bertanya dasar


Sebagai mana sudah disinggung di atas bahwa ada sejumlah komponen
keterampilan bertanya dasar. Berikut ini akan dibahas satu persatu masing-masing
komponen tersebut.
(1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat, dengan menggunakan
kata-kata yang dapat dipahami peserta didik. Susunan kata-kata perlu disesuaikan
dengan usia dan tingkat perkembangan peserta didik. Harus diusahakan agar
jangan sampai peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan kerena tidak
mengerti kata-kata yang digunakan dalam pertanyaan guru.

(2) Pemberian acuan (structuring)


Sebelum mengajukan pertanyaan, kadang-kadang guru perlu memberi acuan berupa
pernyataan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan.
Contoh pemberian acuan: “Di dalam lambung kita ini terdapat enzim yang dapat
77
menghancurkan lambung sapi, kambing, kerbau dan sebagainya yang dimakan.
Tetapi lambung manusia tidak dapat hancur oleh enzimnya sendiri. Kenapa
enzim lambung manusia tidak dapat menghancurkan lambung itu sendiri?
(3) Pemusatan
Ada dua aspek yang dapat diambil dari komponen pemusatan ini. Pertama, terhadap
ruang lingkup pertanyaan yang luas (terbuka), atau yang sempit. Contoh pertanyaan
yang luas, “apakah akibat terjadinya kebakaran hutan Indonesia ?”. Adapun
pertanyaan yang sempit memungkinkan peserta didik untuk menjawab secara lebih
sempit atau memusat.
Aspek yang kedua adalah pemusatan terhadap jumlah tugas peserta didik sebagai
akibat dari pertanyaan guru. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang
dipusatkan untuk satu tugas, dengan demikian akan menjadi jelas spesifikasi tugas
yang diharapkan dari peserta didik. Contoh pertanyaan multi pemusatan, misalnya “
apa akibat kebakaran hutan terhadap manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan
lingkungan abiotik? “

(4) Menggilirkan pertanyaan (redirecting)


Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota kelas, kemudian guru dapat
meminta salah seorang peserta didik untuk menjawabnya, dengan cara memanggil
nama (pindah gilir verbal), atau dengan menunjuk, mengangguk, atau senyum
(pindah gilir non verbal ).

(5) Pendistribusian pertanyaan


Untuk melibatkan peserta didik langsung dalam pelajaran, disarankan mendistri-
busikan pertanyaan secara random (acak) selama proses belajar mengajar (interaksi
edukatif) berlangsung. Pertanyaan menyebar ke seluruh penjuru ruangan dengan
memberi pertanyaan tambahan secara langsung. Prosedur pertanyaan tetap, yaitu
mula-mula ke seluruh anggota kelas, kemudian baru menunjuk salah seorang
peserta didik.
78
(6) Pemberian waktu berpikir
Tiap peserta didik berbeda dalam kecepatan merespon pertanyaan, dan berbeda pula
tingkat kemampuan berbicara secara jelas. Salah satu cara membantu mereka adalah
dengan memberi waktu berpikir dalam beberapa detik setelah pertanyaan diajukan
kepada seluruh anggota kelas dan sebelum menunjuk peserta didik tertentu untuk
menjawabnya.
Pemberian waktu sekitar lima detik atau lebih kepada peserta didik setelah
guru bertanya adalah faktor yang penting dalam membantu peserta didik untuk
berpikir lebih tinggi. Harus dicegah kecenderungan guru bertanya lebih banyak dan
terlalu cepat, distribusi yang cepat dan pemberian waktu yang tidak ada akan kurang
membantu peserta didik untuk berpikir. Ada beberapa keuntungan yang dapat diambil
dari pemberian waktu berpikir pada peserta didik, antara lain:
a) Respon peserta didik cenderung lebih panjang, kalimatnya lebih lengkap,
menunjukan kepercayaan diri bertambah.
b) Proses belajar mengajar cenderung berubah dari berpusat pada guru ke
pembicaraan antar peserta didik.
c) Guru punya waktu untuk mendengarkan dan berpikir.
d) Peserta didik yang kurang berpartisipasi akan lebih berpartisipasi.

(7) Pemberian tuntunan


Pemberian tuntunan (prompting) adalah cara yang dilakukan guru untuk menuntun
peserta didik memberikan jawaban dengan baik dan benar atas pertanyaan yang
guru ajukan. Dengan kata lain, prompting adalah cara lain dalam merespon jawaban
peserta didik apabila gagal menjawab pertanyaan, atau jawaban kurang sempurna.
Cara ini bisa dilakukan dengan:
a) Menyusun kembali kata- kata pertanyaan (rephrasing) yang sama dalam versi
yang paralel.
b) Menggunakan pertanyaan yang sederhana yang relevan dengan pertanyaan yang
pertama, misalnya dengan menunjuk atau menggunakan pengalaman peserta
didik.
79
c) Mereview (mengulang) informasi yang diberikan sebelumnya kadang-kadang
dapat membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaan.

6.1.2 Keterampilan Bertanya Lanjut


a. Prinsip Penggunaan
Keterampilan bertanya lanjut mempunyai beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
(1) Prinsip-prinsip yang berlaku pada keterampilan bertanya dasar juga berlaku pada
keterampilan bertanya lanjut, seperti: kehangatan dan keantusiasan, menghindari
menjawab pertanyaan sendiri, menghindari mengajukan pertanyaan ganda, dan
menghindari pertanyaan yang memancing jawaban serentak dan sebagainya.
(2) Pemberian waktu yang lebih lama daripada waktu yang digunakan pada
keterampilan bertanya dasar, agar peserta didik dapat menjawab lebih sempurna.
Di samping itu, pemberian waktu ini sangat penting juga bagi temannya yang lain
untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut.
(3) Guru hendaklah menyiapkan pertanyaan pokok yang akan diajukan selama
proses pembelajaran. Dengan disusunnya pertanyaan pokok secara teratur
diharapkan adanya perubahan tingkat berpikir dari sederhana ke tingkat yang
lebih kompleks dan dari tingkat konkrit ke tingkat abstrak.
(4) Menilai pertanyaan pokok sesudah proses pembelajaran selesai. Hal ini penting
untuk dapat mengetahui kesesuaian jumlah pertanyaan, representasi terhadap
materi, dan kualitas pertanyaan yang disusun.

b. Manfaat Penggunaan
Kemanfaatan penggunaan keterampilan bertanya dasar dalam proses
pembelajaran juga berlaku pada keterampilan bertanya lanjut. Tetapi masih ada
kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya yang belum dapat dijangkau oleh keterampilan
bertanya dasar yaitu upaya mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,
berpikir kreatif dan kritis. Misalnya dengan teknik bertanya melacak, guru akan
mendapatkan kemanfaatan khusus dalam hubungannya dengan kemampuan kognitif
80
tingkat tinggi. Bertanya melacak akan meningkatkan respon peserta didik dengan
menyediakan pertanyaan yang tingkat kesukarannya lebih tinggi, cermat, membantu,
dan relevan. Pada saat bertanya melacak guru berkonsentrasi memperbaiki respon
peserta didik secara individual dengan menyediakan pertanyaan yang baru, guru
masih tetap dengan peserta didik yang sama dengan waktu seperti pertanyaan
sebelumnya. Bila guru memandang perlu, pertanyaan dapat dialihkan ke peserta didik
lain.
Secara umum manfaat penggunaan keterampilan bertanya lanjut di antaranya
adalah:
1) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menemukan, mengorganisasi,
dan menilai informasi yang didapat.
2) Meningkatkan kemampuan peserta didik mengembangkan pertanyaan yang
didasarkan pada informasi yang langkap dan relevan.
3) Menodorng peserta didik mengembangkan ide-ide dalam pembelajaran.
4) Melatih peserta didik berpikir kreatif dan kritis.
5) Melatih peserta didik untuk memecahkan masalah.

c. Komponen-komponen keterampilan bertanya lanjut


Ada sejumlah komponen keterampilan bertanya lanjut yang perlu diperhatikan,
seperti berikut:
1) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan
Kebanyakan pertanyaan yang dilakukan guru adalah hanya menanyakan fakta.
Karenanya masih diperlukan pertanyaan yang menuntut peserta didik untuk dapat
membedakan, menganalisis, dan mengambil keputusan atau menilai informasi yang
diterima, berhubungan dengan taksonomi informasi yang diterima. Dalam hal ini
taksonomi tujuan pengajaran pengajaran dari Bloom, ranah kognitif (cognitive
domain) perlu dipertimbangkan sebagai alat yang bermanfaat dalam menyusun
berbagai tipe pertanyaan. Penyusunan pertanyaan dapat yang memiliki tingkat
ranah kognitif yang rendah (pengetahuan, pemahaman, penerapan) dan tingkat
ranah kognitif yang tinggi (analisis, sintesis, evaluasi).
81

2) Pengaturan urutan pertanyaan


Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang lebih rendah ke yang lebih
tinggi dan kompleks, guru hendaklah mengatur urutan pertanyaan yang diajukan
kepada peserta didik. Untuk mengklasifikasikan urutan cara berpikir peserta didik
dalam hubungannya dengan pertanyaan lanjut, dapat digunakan konsep dan
terminologi dari Bloom, seperti berikut :
a) Recall ( mengingat kembali )
pertanyaan yang merecall adalah pertanyaan yang meminta peserta didik untuk
mengingat kembali informasi yang telah diterima sebelumnya. Me-recall tidak
hanya terdapat pengetahuan (knowledge) tentang fakta, tetapi juga mengingat
akan konsep yang luas, generalisasi yang telah didiskusikan, definisi, metode
dalam mendekati masalah, kriteria dalam evaluasi, dan lain- lain.
Pertanyaan me-recall akan dipakai sebagai dasar untuk memberi pertanyaan
yang lebih kompleks. Umumnya proses tersebut dapat berjalan dengan cepat
karena guru dapat menggunakan pertanyaan yang sifatnya menuntun
(prompting question ).
b) Pemahaman (comprehestion)
Pertanyaan kemampuan yang menyadap informasi, menginterpretasi arti, dan
melakukan ekstrapolasi atau memberikan saran-saran. Menyadap
informasi/pesan/komunikasi akan meliputi kemampuan mengekspresikan
dengan kata-kata lain, dapat juga meliputi kemampuan mengembangkan
ringkasan yang lebih teliti, menuliskan kembali dalam bentuk verbal suatu
pernyataan yang berbentuk simbol-simbol atau memberi contoh khusus untuk
mengilustrasikan ide yang abstrak. Ekstrapolasi meliputi kemampuan
memperkirakan atau memprediksi lebih lanjut apa yang telah pasti untuk
menentukan implikasi terhadap pandangan/pendapat yang diekspresikan.
c) Aplikasi
Pertanyaan aplikasi meminta peserta didik menggunakan abstraksi dan
generalisasi pada situasi tertentu. Menurut teori Bloom, pertanyaan aplikasi
82
sangat erat/dekat sekali dengan pertanyaan komprehensif, tetapi dapat
dibedakan. Pertanyaan aplikasi menggunakan generalisasi bebas dari suatu
keadaan dimana generalisasi telah digambarkan sebelumnya. Dengan
pertanyaan aplikasi guru mempunyai kesempatan untuk mengulang kembali
pelajaran yang penting-penting melalui sudut pandang yang bervariasi.
d) Analisis
Pertanyaan ini meminta peserta didik untuk memecahkan (break down) masalah
sampai ke bagian-bagian kecil untuk mempelajari bagaimana hubungan antara
bagian-bagian itu. Pertanyaan ini juga meminta peserta didik meneliti cara
bagaimana masalah memperoleh pengaruhnya, baik dalam arti masalah sebagai
alat untuk menghasilkan pengaruh, maupun cara bagaimana masalah itu
diorganisasi.
Pertanyaan analisis memberi kesempatan yang luas bagi peserta didik agar
terlibat dalm semangat berpikir. Dengan domain kognitif yang tinggi, peserta
didik perlu waktu untuk mengembangkan jawabannya dan menyampaikannya
secara hati-hati terhadap pertanyaan guru
e) Sintesis
Pertanyaan sintesis meminta peserta didik untuk memmbuat/ membentuk
pikiran baru tentang konsep, perencanaan, atau percobaan. Ciri khusus dari
pertanyaan ini adalah “ keunikan “ produk dari hasil pertanyaan. Karena itu,
untuk menentukan apakah pertanyaan itu sintesis atau tidak , diukur dari produk
kata-kata pertanyaan itu sendiri.
Untuk menjawab pertanyaan sintesis dengan lengkap dibutuhkan waktu yang
lama. Oleh karena itu disarankan pnggunaannya tidak terlalu banyak.
Penggunaan pertanyaan sintesis sebaiknya diikuti dengan pertanyaan melacak
daripada diikuti pertanyaan lain.
f) Evaluasi
Pertanyaan evaluasi meminta peserta didik untuk membuat keputusan atau
menyatakan pendapat khususnya tentang kualitas. Pertanyaan evaluasi sebaiknya
83
diajukan setelah beberapa kali pertemuan. Pertanyaan ini berhubungan dengan
pertanyaan sintesis atau analisis.
Seorang guru harus menggunakan keterampilan bertanya, yaitu memberikan
pertanyaan yang sifatnya umum dari tingkat berpikir yang rendah kemudian
menuju ketingkat berpikir yang lebih kompleks atau yang tinggi. Maksud penting
penggunaan keterampilan bertanya ialah membentuk cara berpikir maju yang
bertahap-tahap, juga melibatkan semua peserta didik pada kegiatan, namun
kecepatan dan kemampuan peserta didik tidak harus menjadi homogen.
3) Penggunaan pertanyaan melacak
Pertanyaan melacak digunakan untuk membantu peserta didik dalam menjawab
pertanyaan guru secara memadai, dari jawaban yang singkat sederhana menuju
kejawaban yang lebih tinggi/jauh. Ada beberapa jenis pertanyaan melacak, yaitu:
a) Klasifikasi
Pertanyaan ini digunakan jika guru menghendaki jawaban yang jelas dan singkat.
b) Mendukung
Disini peserta didik diminta untuk memberikan bukti terhadap kehidupan
ekonomi.
c) Konsensus
Pertanyaan ini memberi kesempatan kepada seorang seorang anggota kelompok
untuk menyebutkan pandangan/pendapat yang disetujui atau tidak. Juga
menggunakan pertanyaan ini untuk meningkatkan diskusi lebih tajam.
d) Kecermatan
Pertanyaan ini untuk menarik perhatian peserta didik dalam memperbaiki atau
menstruktur kesalahan mereka. Pertanyaan ini tidak boleh memalukan peserta
didik.
e) Relevansi
Pertanyaan yang menuntut relevansi memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menilai kembali ketepatan jawabannya agar lebih relevan dan jelas
f) Contoh
84
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan melacak yang meminta peserta didik untuk
memberi contoh sederhana khusus atau konkret terhadap respon mereka yang
kelihatan meragukan.
g) Kompleks
Pertanyaan melacak yang kompleks dapat digunakan guru dalam meminta
kelompok memberi respon penting dari suatu konsep atau prinsip yang lebih luas/
jauh.
Ada beberapa prinsip penting dalam menggunakan pertanyaan melacak, yaitu:
a) Pertanyaan tersebut akan efektif bila digunakan sebagai pertanyaan tindak lanjut
terhadap respon peserta didik dengan menggunakan pertanyaan analisis, sintesis,
dan evaluasi.
b) Sikap guru dalam menggunakan pertanyaan melacak harus tetap, tidak boleh
kasar dan mengancam. Guru sebaiknya mengetahui latar belakang pengetahuan
peserta didik, sehingga pertanyaan itu mempunyai manfaat ataukah tidak.
c) Perlu memberi waktu kepada peserta didik mempelajari yang diharapkan dari
jawabannya. Respon peserta didik mungkin bagus dan sangat membantu, tetapi
setelah diklasifikasi dengan menggunakan suatu kriteria, mereka memerlukan
waktu untuk mempelajari bagaimana mengembangkan jawaban yang lebih baik
dan teliti.

4) Peningkatan terjadinya interaksi.


Hal ini dapat dilakukan dengan meminta peserta didik memberikan komentar atau
memberi respon pertama. Permintaan itu dapat lebih kuat lagi dengan memberikan
garis besar alasan. Kemudian guru benar-benar mau menerima dan membantu hasil
hasil sumbangan pikiran peserta didik. Tetapi dapat juga guru secara aktif lebih jauh
meminta peserta didik lain untuk memberi komentar secara langsung terhadap
respon pertama, atau guru dengan sengaja mengurangi komentar dan kontribusinya
sendiri.
85
6.1.3 Hal- hal yang Perlu Dihindari dalam Penggunaan Keterampilan Bertanya
Dasar dan Lanjut
Di dalam mengajukan pertanyaan ada beberapa kebiasaan yang perlu dihindari atau
dikurangi, di antaranya adalah seperti berikut:
1) Mengulangi pertanyaan sendiri
Bila guru mengulangi beberapa kali pertanyaan yang sama karena peserta didik tidak
menjawab, maka perhatian proses pembelajaran akan menjadi berkurang, serta
membuang waktu. Di samping itu, kebiasaan ini akan menyebabkan peserta didik
tidak memperhatikan pertanyaan guru, kerena mengharapkan pertanyaaan itu akan
diulang guru. Satu pertanyaan yang diikuti dengan satu respon peserta didik, masih
lebih baik dari pertanyaan yang diulang-ulang. Karena perhatian akan menjadi penuh
terhadap setiap pertanyaan yang diajukan guru.

2) Mengulangi jawaban peserta didik


Memang ada terdapat perbedaan terhadap pengulangan jawaban peserta didik. Di satu
pihak mengatakan bahwa pengulangan jawaban peserta didik akan menambah atau
mempererat hubungan guru-peserta didik. Di lain pihak mengatakan bahwa hal itu
akan memperlambat proses pembelajaran, membuang waktu, menimbulkan sesuatu
yang tidak perlu, kebiasaan mendengarkan pendapat orang lain berkurang, dan
mengurangi kebebasan memberi komentar terhadap peserta didik lain, atau
mengurangi kesempatan belajar dari jawaban temannya.

3) Menjawab pertanyaan sendiri


Bila guru sering menjawab pertanyaan sendiri sebelum peserta didik mempunyai
kesempatan untuk menjawab, akan mengakibatkan peserta didik menjadi frustasi, dan
mungkin perhatian peserta didik menjadi berkurang atau keluar dari proses belajar
mengajar. Peserta didik akan beranggapan bahawa mereka tidak perlu menjawab,
sebab garu akan menjawab sendiri.

4) Pertanyaan yang memancing jawaban serentak


86
Guru dianjurkan untuk tidak memberi pertanyaan yang memerlukan jawaban peserta
didik secara serentak, misalnya “ kamu semua telah mengerti ?”pertanyaan tersebut
tidak memecahkan masalah, karena biasanya pertanyaan yang mudah. Kebiasaan ini
perlu dihindari karena dengan jawaban serentak, guru tidak dapat mengetahui pasti
siapa yang benar dan siapa yang salah.

5) Pertanyaan ganda
Pertanyaan ganda maksudnya pertanyaan yang meminta dua atau lebih jawaban sekali
gus. Misalnya: “Apakah yang dimaksud dengan gen kloning, bagaimana mekanisme
kerjanya, dan apa manfaatnya bagi manusia?” Dalam pertanyaan ini dituntut tiga
jawaban sekaligus. Pertanyaan ganda ini dapat melemahkan semangat peserta didik
yang hanya dapat menjawab satu pertanyaan. Sebaiknya dari pertanyaan di atas, kita
dapat membuat tiga pertanyaan yang terpisah.

6) Menentukan peserta didik tertentu untuk menjawab


Kebiasaan ini dapat menyebabkan peserta didik yang tidak mendapat kesempatan
sering tidak memikirkan jawaban pertanyaan. Sebaiknya, pertanyaan diajukan ke
seluruh kelas lebih dahulu, dan setelah menunggu sejenak tidak ada yang menjawab
barulah ditentukan peserta didik yang menjawab. Hindari memberikan kesempatan
menjawab pertanyaan kepada peserta didik tertentu saja.

6.2 Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcemen)


Dalam kehidupan seahari- hari kita mengenal adanya “ hadiah.” Orang yang bekerja
untuk oarang lain hadiahnya adalah upah/gaji, orang yang menyelesaikan suatu program
sekolah, hadiahnya adalah ijazah; membuat suatu prestasi dalam satu bidang olah raga,
hadiahnya adalah medali atau uang, tepuk tangan, memberi salam pada dasarnya adalah
memberi hadiah juga. Pemberian hadiah tersebut secara psikologis akan berpengaruh
terhadap perilaku seseorang yang menerimanya.
Sebaliknya, kita juga mengenal hukuman yang diberikan kepada seseorang karena
tindakannya yang tidak sesuai atau melanggar norma atau aturan yang berlaku. Pada
87
dasarnya hukuman juga akan berpengaruh terhadap perilaku orang yang menerima
hukuman tersebut. Pemberian hukuman dalam pembelajaran juga biasa dilakukan bila
kondisinya sudah menghendaki, dengan tujuan untuk memperbaiki perilaku yang suka
melanggar aturan atau disiplin yang sudah ditetapkan.
Baik pemberian hadiah maupun hukuman merupakan suatu respon terhadap
tindakan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pemberian hadiah merupakan suatu
respon positif, sedangkan pemberian hukuman suatu respon negatif. Keduanya memiliki
tujuan yang sama, yaitu agar peserta didik mengubah perilakunya. Respon positif
bertujuan agar perilaku yang sudah baik itu frekuensinya akan berulang atau bertambah,.
Sedangkan respon negatif bertujuan agar frekuensi perilaku yang kurang baik itu dapat
berkurang atau hilang. Pemberian respon yang demikian dalam proses pembelajaran
disebut pemberian penguatan (reinforcemen). Pemberian penguatan akan membantu
sekali dalam meningkatkan motivasi, aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Dengan
kata lain, perubahan perilaku (behavior) peserta didik dapat terjadi dengan pemberian
penguatan.

6.2.1 Tujuan Penggunaan Penguatan


Tujuan memberi penguatan dalam proses pembelajaran adalah untuk:
(1) Meningkatkan perhatian dan membantu peserta didik belajar bila pemberian
penguatan digunakan secara efektif.
(2) Memberi motivasi kepada peserta didik untuk belajar lebih giat.
(3) Dapat digunakan sebagai mengontrol atau mengubah perilaku peserta didik yang
mengganggu, dan meningkatkan cara belajar yang produktif.
(4) Mengembangkan kepercayaan diri peserta didik atas potensinya dalam belajar.
(5) Mengarahkan terhadap pengembangan daya berpikir dan inisiatif peserta didik.

6.2.2 Penerapan penguatan dalam pembelajaran


Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian penguatan ialah guru harus yakin
bahwa peserta didik akan menilai bahwa penghargaan itu memang pantas diperolehnya
sehingga bermakna secara psikologis baginya. Pemberian penguatan dapat dilakukan
88
ketika peserta didik melakukan atau merespon stimulus yang diberikan guru atau ketika
anak mencapai prestasi tertentu, misalnya:
(1) Peserta didik memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainnya dan objek yang
menjadi tujuan diskusi atau menunjukkan kesungguhan.
(2) Peserta didik sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja
di papan tulis.
(3) Peserta didik yang dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
(4) Peserta didik bekerja dengan kualitas yang baik (kerapian, ketelitian, keindahan,
dan mutu materi)
(5) Peserta didik dapat memperbaiki pekerjaan (dalam kualitas, hasil atau
penampilan ).
(6) Peserta didik menampilkan kategori perilaku ( tepat, tidak tepat, verbal, fisik, dan
tertulis).
(7) Peserta didik dapat melakukan tugas mandiri (dapat mengarahkan diri sendiri,
mengelola perilaku sendiri, dan mengambil inisiatif sendiri ).

6.2.3 Komponen Pemberian Penguatan


Keterampilan memberikan penguatan terdiri atas beberapa komponen yang perlu
dipahami dan dikuasai oleh guru agar dapat memberikan penguatan secara tepat.
Komponen-komponen tersebut meliputi:
a. Penguatan verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang diberikan menggunakan kata-kata. Pujian
dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau perilaku peserta didik
adalah penguatan verbal. Ucapan tersebut dapat berupa kata- kata; “bagus”, “baik”,
“betul”, “benar”, “tepat”, dan lain-lain. Dapat juga berupa kalimat; misalnya “hasil
pekerjaanmu baik sekali” atau “sesuai benar tugas yang kau kerjakan.”
b. Penguatan non verbal
89
Penguatan non verbal adalah penguatan yang diberikan selain menggunakan kata-
kata, yang mencakup:
(1) Penguatan Gestural (mimik dan gerakan badan)
Pemberian penguatan gestural sangat erat sekali dengan pemberian penguatan
verbal. Ucapan atau komentar yang diberikan guru terhadap respon, perilaku,
pikiran peserta didik dapat dilakukan dengan mimik yang cerah, dengan
senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam,
anggukan atau gelengan kepala, dan sebagainya. Semua gerakan tubuh
merupakan pemberian penguatan gestural.
(2) Penguatan Kegiatan
Penguatan dalam bentuk kegiatan ini banyak terjadi bila guru menggunakan
suatu kegiatan atau tugas, sehingga peserta didik dapat memilihnya atau
menikmatinya sebagai suatu hadiah atas suatu pekerjaan atau penampilan
sebelumnya, contoh penguatan kegiatan; pulang lebih dulu, diberi istirahat
lebih, bermain, berolah raga, menjadi ketua, membantu peserta didik lain,
mendengarkan musik atau radio, melihat TV, dan sebagainya yang
menyenangkan.
(3) Penguatan Mendekati
Perhatian guru kepada peserta didik, menunjukkan bahwa guru tertarik atau
menyenangi, secara fisik guru mendekati peserta didik, dapat dikatakan sebagai
penguatan mendekati. Misalnya guru berdiri di samping peserta didik, duduk
dekat dekat peserta didik sambil memberi penguatan verbal.
(4) Penguatan Sentuhan
Penguatan sentuhan adalah merupakan penguatan yang terjadi bila guru secara
fisik menyentuh peserta didik. Misalnya guru menepuk-nepuk bahu atau
pundak peserta didik degan tangan, menyalami, dan mengangkat tangan peserta
didik yang menang dalam pertandingan dengan perasaan senang atau puas.
(5) Penguatan Tanda
Bila guru menggunakan berbagai macam simbol, apakah itu benda atau tulisan
yang ditujukan kepada peserta didik untuk penghargaan terhadap suatu
90
penampilan. Yang berbentuk simbol misalnya berupa tanda (V), komentar
tertulis pada buku peserta didik. Kemudian, yang berbentuk benda misalnya
dapat berupa kartu bergambar, bintang plastik, dan benda-benda lain yang tidak
terlalu mahal.

6.2.4 Model Penggunaan


(1) Penguatan kelompok
Penguatan kelompok diberikan atas dasar prestasi kerja kelompok. Penguatan
verbal, gestural, pemberian tanda, dan kegiatan adalah merupakan komponen
penguatan yang dapat diperuntukkan pada seluruh anggota kelompok
(2) Penguatan yang ditunda
Penguatan yang ditunda diberikan karena suatu tugas belum selesai, dan akan
diberikan bila tugas sudah selesai. Penundaan penguatan pada umumnya kurang
efektif bila dibandingkan dengan pemberian secara langsung. Tetapi penundaan
tersebut dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan atau isyarat verbal,
bahwa penghargaan itu ditunda dan akan diberikan kemudian.
(3) Penguatan tidak penuh (partial)
Penguatan tidak penuh atau partial artinya penguatan diberikan sebagian-
sebagian yang dimaksud untuk menghindari penggunaan penguatan negatif dan
pemberian kritik. Biasanya penguatan ini diberikan ketika jawaban peserta didik
belum sempurna. Misalnya,”Ya, jawabanmu sudah baik tapi masih perlu
disempurnakan sedikit lagi.”
(4) Penguatan Perorangan
Merupakan pemberian penguatan secara khusus kepada suatu individu yang
mendapat prestasi. Misalnya peserta didik dapat mengerjakan tugas tepat waktu
dan bagus, peserta didik dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar, peserta
didik yang dapat membantu temannya dalam belajar, dan sebagainya.

6.2.5 Prinsip Penggunaan


91
Empat prinsip yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam memberikan
penguatan kepada peserta didik, yaitu;
(1) Hangat dan antusias
Kehangatan dan keantusiasan guru dalam pemberian penguatan kepada peserta
didik memiliki aspek penting terhadap perilaku dan hasil belajar peserta didik.
(2) Hindari penggunaan penguatan negatif
Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah
motivasi, penampilan dan perilaku peserta didik, namun pemberian itu memiliki
akibat yang sangat kompleks, misalnya dapat mengakibatkan peserta didik
menjadi frustasi, menjadi sakit hati, dendam, nekad, dan sebagainya.
(3) Penggunaan Bervariasi
Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya
maupun caranya, dan diberikan secara hangat dan antusias, juga pemberian
penguatan akan bermanfaat jika arah pemberiannya bervariasi, mula- mula dari
keseluruhan anggota kelas, kemudian kelompok kecil, akhirnya ke individu,
atau sebaliknya dan tidak harus berurutan.
(4) Bermakna
Agar setiap pemberian penguatan menjadi efekltif, maka harus dilaksanakan
pada situasi dan kondisi yang tepat, sehingga peserta didik mengetahui adanya
hubungan antara pemberian penguatan terhadap perilakunya atau prestasinya
dan melihat bahwa itu sangat pantas diterimanya.

6.3 Keterampilan Mengadakan Variasi


Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki kebosanan dalam hidupnya, karena
hal ini tidak menyenangkan. Biasanya, kebosanan itu dapat terjadi jika guru tidak
menggunakan variasi dalam proses belajar mengajar. Kebosanan ini merupakan masalah
besar di sekolah yang perlu diatasi. Dalam pembelajaran, salah satu cara mengatasi
kebosanan peserta didik adalah dengan mengadakan variasi. Apa saja yang perlu
divariasikan? Berikut ini akan diuraikan hal-hal yang perlu divariasikan dalam proses
pembelajaran.
92
Variasi dimaksudkan sebagai proses perubahan yang terjadi dalam pembelajaran,
yang dapat dikelompokan atas tiga kelompok komponen, yaitu:
1) variasi dalam gaya mengajar,
2) variasi dalam penggunaan alat dan media pembelajaran,
3) variasi dalam pola interaksi dalam kelas.
Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan penggunaannya atau secara
integrated, maka akan dapat meningkatkan perhatian peserta didik, menghilangkan
kebosanan, membangkitkan keinginan, dan kemauan atau kegairahan belajar.
Keterampilan mengadakan variasi ini lebih luas penggunannya daripada keterampilan
lainnya, karena merupakan keterampilan campuran atau integrasi dengan keterampilan
yang lain. Misalnya variasi guru dalam menggunakan pendekatan, menggunakan metode,
memberi penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat
kognitif, dan sebagainya.

6.3.1 Penggunaan dalam kelas


Dalam proses belajar mengajar, variasi ditunjukkan dengan adanya perubahan
dalam gaya mengajar, media yang digunakan dan perubahan dalam pola interaksi. Variasi
lebih bersifat proses daripada produk.
a. Tujuan
Tujuan penggunaan variasi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Menghilangkan kebosanan belajar bagi anakdidik.
2) Meningkatkan dan memelihara perhatian peserta didik dalam pembelajaran.
3) Meningkatkan motivasi dan rasa ingin tahu anakdidik terhadap situasi yang baru .
4) Mengembangkan sikap positif terhadap guru sehingga meningkatkan iklim belajar
yang baik bagi peserta didik.
5) Menyediakan pilihan strategi belajar bagi peserta didik sebagai respon terhadap
variasi gaya mengajar, media dan interaksi dalam pembelajaran.

b. Prinsip Penggunaan
93
1) Dalam menggunakan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, di samping
juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi.
2) Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen proses
belajar yang utuh tidak rusak dan perhatian peserta didik dan proses belajar tidak
terganggu.
3) Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh
guru. Karena itu, memerlukan penggunaan yang luwes dan spontan sesuai dengan
umpan balik yang diterima. Biasanya bentuk umpan balik ada dua, yaitu:
(1) Umpan balik perilaku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan peserta
didik; dan (2) umpan balik informasi tentang pengetahuan dan penguasaan
pelajaran.

6.3.2 Komponen Variasi


a. Variasi Gaya Mengajar
Variasi dalam gaya mengajar ini terdiri dari:
1) Variasi suara
Variasi suara adalah perubahan nada suara dari keras menjadi lunak , dari tinggi
menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat dan sebaliknya. Ataua dengan kata
lain, suara guru dapat bervariasi dalam, intonasi, nada, volume, dan kecepatan
Guru dapat mendramatisasi suatu peristiwa dengan menunjukkan hal-hal yang
dianggap penting, berbicara pelan dengan seorang peserta didik, atau berbicara
secara tajam dengan peserta didik yang kurang perhatian, dan seterusnya.

2) Pemusatan perhatian ( focusing)


Untuk memfokuskan peserta didik pada suatu aspek yang penting atau aspek
kunci, guru dapat menggunakan penekanan secara verbal, misalnya “perhatikan
baik baik!,” “nah, ini adalah bagian yang sukar,” “dengarkan yang baik, ini agak
94
sukar dipahami.” Penekanan seperti itu biasanya disertai dengan anggota badan
atau isyarat, seperti menunjuk ke tulisan di papan tulis.

3) Pemberian waktu atau kesenyapan (pausing)


Ada kesenyapan yang tiba-tiba yang disengaja selagi guru menerangkan sesuatu
merupakan kondisi yang baik untuk menarik perhatian. Di samping itu dapat juga
dilakukan dengan cara mengubah suasana menjadi sepi, dari suatu kegiatan
menjadi tanpa kegiatan/diam, dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya.
Dalam keterampilan bertanya, pemberian waktu dapat diberikan setelah guru
mengajukan beberapa pertanyaan, untuk mengubahnya menjadi pertanyaan yang
lebih tinggi tingkatannya setelah keadaan memungkinkan. Bagi peserta didik
pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi
lengkap.

4) Kontak pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan peserta didik, sebaiknya
mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata peserta didik untuk
dapat membentuk hubungan yang positif dan membentuk hubungan yang akrab.
Hindari memandang peserta didik tertentu secara terus menerus atau memandang
ke arah tertentu saja.

5) Gerakan anggota badan (Gesturing)


Variasi dalam ekspresi wajah, mimik, gerakan kepala atau badan merupakan
bagian yang penting dalam berkomunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian
saja, tetapi juga menolong arti pembicaraan. Ekspresi wajah misalnya: tersenyum,
mengerutkan dahi, cemberut, menaikan alis mata. Menggerakkan kepala seperti
mengangguk, menggeleng. Menggoyang-goyangkan tanggan dapat diartikan
“tidak”, mengangkat tangan dapat diartikan “apa lagi.”

6) Variasi posisi guru


95
Variasi posisi guru artinya perubahan posisi guru dari suatu daerah ke daerah lain
di dalam kelas. Perpindahan posisi guru dalam ruangan kelas dapat menarik
perhatian peserta didik dan dapat meningkatkan kepribadian guru. Perpindahan
posisi dapat dilakukan dari muka ke belakang, dari sisi kiri ke kanan, atau di
antara peserta didik dari belakang ke samping peserta didik

b. Variasi Media dan Bahan Ajar


Ada beberapa variasi penggunaan media, yaitu media pandang (visual), media
dengar (audio), dan media pandang denga (audio visual). Kemudian variasi dalam
alat/bahan dapat pula dilakukan, misalnya yang dapat diraba, dicium dan dimanipulasi
sangat membantu menarik perhatian peserta didik. Pembelajaran yang banyak melibatkan
alat sensoris (indra) atau multisensoris adalah sangat baik, karena dapat menampung
semua kebiasaan belajar anak yang bervariasi. Misalnya ada peserta didik yang lebih
suka mendengar daripada melihat, atau suka melihat saja, atau suka mendengar dan
melihat, suka meraba, suka mencium. Bila guru menggunakan media bervariasi atau
bervariasi dalam menggunakan bahan ajaran, akan banyak sekali memerlukan
penyesuaian indra peserta didik, membuat perhatian anak menjadi lebih tinggi, memberi
motivasi untuk belajar, mendorong berpikir, dan meningkatkan kemampuan belajar.

c. Variasi Interaksi
Variasi interaksi artinya perubahan pola dalam proses pembelajaran, misalnya
interaksi satu arah (guru-peserta didik), dua arah (guru-peserta didik, peserta didik -guru),
multi arah (guru-peserta didik, peserta didik-guru, dan peserta didik-peserta didik). Pada
pola interaksi akan dipengaruhi oleh pola pembelajaran, yaitu:
1) Peserta didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru (pola
student centered.
2) Peserta didik mendengarkan dengan pasif, situasi didominasi oleh guru, di mana
guru berbicara kepada peserta didik (pola teacher centered).
3) Pola ketiga dapat diusulkan yaitu semi student centered atau semi techer centered.
Di lapangan sulit terjadi secara murni teacher centered ataupun studen centered,
96
karena kedua sama-sama perlu sesuaid engan kondisinya. Tetapi yang mungkin
terjadi adalah kadangkala pembelajaran didominasi oleh teacher centered dan
kadangkala didominasi oleh student centered.
Di antara pola pembelajaran ini banyak kemungkinan dapat terjadi pola interaksi.
Misalnya, guru berceramah dengan sekelompok besar atau kecil kecil, peserta didik
mengajukan beberapa pertanyaan, atau guru berbincang dengan peserta didik secara
individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar peserta
didik dapat saling tukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau
diskusi.

6.4 Keterampilan Menjelaskan


Dalam kehidupan sehari-hari keterampilan menjelaskan dapat diartikan dengan
keterampilan menceritakan. Sesungguhnya, keterampilan menjelaskan tidak hanya
menceritakan atau mendeskripsikan suatu hal, suatu peristiwa atau suatu fenomena
seperti menjawab pertanyaan apa, melainkan bisa lebih dari itu. Artinya menjelaskan
fenomena yang menunjukkan perbedaan dan hubungan sebab akibat, atau seperti
menjelaskan jawaban pertanyaan kenapa dan bagaimana. Misalnya penjelasan pertanyaan
apa yang dimaksud dengan kembar identik. Penjelasan ini akan bisa berkemabang bila
diminta untuk menjelaskan pertanyaan kenapa kembar identik dapat terjadi? Bagaimana
mekanisme terjadinya kembar identik? Penjelasan diorganisasi secara sistematis untuk
menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, antara suatu konsep dengan konsep yang
lain, antara generalisasi dengan konsep, antara konsep dengan data, atau sebaliknya.
Keberhasilan guru menjelaskan ditentukan oleh kejelasan materi dan tingkat pemahaman
peserta didik.

6.4.1 Tujuan Memberikan Penjelasan


Tujuan memberikan penjelasan dalam pembelajaran adalah:
1) Membimbing peserta didik untuk memahami konsep, definisi, prinsip, hukum,
teori, dalil, fakta secara benar.
2) Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
97
3) Materi yang sulit dapat dimudahkan dengan keterampilan guru menjelaskan
dengan contoh dan ilustrasi yang tepat.
4) Dapat mengatasi kesalahan konsep (miskonsepsi) dari materi yang dipelajari
sendiri.
6.4.2 Alasan perlunya guru menguasai keterampilan menjelaskan
Alasan perlunya guru menguasai keterampilan menjelaskan adalah:
1) Ada materi yang sulit dipahami sendiri oleh peserta didik, sehingga diperlukan
keterampilan guru untuk menjelaskannya.
2) Keterampilan guru menjelaskan dapat menghemat waktu, karena tidak semua
materi yang perlu dijelaskan guru atau yang mudah bisa ditugaskan peserta didik
membaca sendiri.
3) Penjelasan yang diberikan oleh guru kadang-kadang tidak jelas bagi peserta
didiknya, atau penjelasan itu hanya jelas oleh guru saja, karena guru tidak
terampil menjelaskan materi.
4) Tidak semua peserta didik mampu menggali sendiri pengetahuan dari buku atau
dari sumber lainnya. Oleh karena itu, guru perlu membantu menjelaskan hal-hal
tertentu.
5) Kurangnya sumber yang tersedia, guru perlu membantu peserta didik dengan cara
memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang
diperlukan.

6.4.3 Penggunaan dalam kelas


Keterampilan menjelaskan diperlukan dalam proses pembelajaran pada hampir
semua topik yang terdapat dalam kurikulum. Keterampilan menjelaskan yang dilakukan
oleh guru harus dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana dan
jawabannya sedemikian rupa sehingga menimbulkan pemahaman yang benar bagi peserta
didik. Begitu juga, bila peserta didik bertanya, maka diperlukan jawaban yang jelas, bila
tidak berdampak buruk terhadap kegairahan belajar peserta didik. Pandangan ini
dikemukakan karena guru sering ditanya oleh peserta didik dan memerlukan jawaban
secara verbal, langsung, dan bila perlu tuntas.
98
Perlu diperhatikan bahwa dalam memberikan penjelasan, guru harus mempertim-
bangkan kemampuan dan latar belakang peserta didik. Kemudian, materi yang dijelaskan
haruslah bermakna bagi peserta didik, relevan dengan tujuan pembelajaran.

6.4.4 Komponen Keterampilan Menjelaskan


Komponen keterampilan menjelaskan terbagi atas:
a. Perencanaan menjelaskan
Ada dua hal yang perlu dianalisis dan direncanakan pada keterampilan menjelaskan,
yaitu:
1) Isi pesan (materi)
Menganalisis dan merencanakan isi pesan, meliputi tiga tahap keterampilan,
yaitu:
a) Keterampilan menetapkan apa yang memerlukan penjelasan : masalah,
peristiwa, prosedur, pernyataan dalam pikiran, dan lain-lain. Berikutnya
adalah menganalisisnya, serta meneliti apa yang harus dihubungkan dalam
menjelaskan.
b) Keterampilan mengekspresikan bentuk hubungan yang ada di antara unsur/
konsep atau komponen yang harus dihubungkan.
c) Keterampilan membuat generalisasi, hukum, prinsip, atau aturan yang tepat
terhadap hubungan yang telah dibentuknya. Perbedaan bentuk hubungan akan
menghasilkan perbedaan generalisasi.
2) Penerima pesan (peserta didik)
Dalam menjelaskan perlu diperhatikan ciri-ciri atau karakteristik si penerima
pesan, yaitu peserta didik sebagai suatu kelompok. Karekteristik tersebut adalah:
a) Tingkat pendidikan
Menjelaskan masalah yang sama terhadap peserta didik SLTP dan SLTA
haruslah berbeda.
b) Jenis kelamin
99
Kelas yang terdiri dari jenis kelamin yang sama, akan berbeda dalam
menjelaskan dibanding bila kelas tersebut terdiri dari jenis kelamin yang tidak
sama dalam hal-hal tertentu.
c ) Kemampuan kelompok
Kelompok yang terdiri dari peserta didik berkemampuan tinggi, akan berbeda
kesiapan menerima penjelasan dengan anak berkemampuan rendah.
d) Pengalaman
Perbedaan pengalaman hidup peserta didik menyebabkan perbedaan pula
penjelasan oleh guru. Dalam memberikan penjelasan terhadap anak dari kota akan
berbeda dibanding terhadap anak dari desa.
e) Lingkungan sekolah
Sekolah yang sudah lengkap fasilitasnya, seperti perpustakaan, tempat belajar
individual, tempat olah raga, dan lain- lain, akan berpengaruh pada guru daripada
sekolah yang kurang fasilitasnya.

b. Penyajian suatu penjelasan


Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
1) Kejelasan
Pemilihan bahasa dan istilah yang tepat dan sesuai dengan kemampuan berpikir
peserta didik adalah penting. Bila menggunakan istilah baru perlu dijelaskan
pengertiannya sehingga peserta didik dapat memahaminya. Di samping
memperhatikan bahasa, juga ucapan guru harus jelas.
2) Penggunaan contoh
Pada setiap tingkat usia sangat sedikit peserta didik dapat menguasai bahan
pelajaran baru tanpa ada contohnya. Contoh seharusnya dihubungkan dengan
kehidupan nyata. Bila contoh yang digunakan berasal dari kehidupan nyata, maka
materi akan mudah dipahami. Pemberian contoh yang bervariasi juga penting
untuk membuat penjelasan lebih menarik, dan lebih efektif.
3) Penekanan
100
Penekanan adalah keterampilan penyajian yang meminta perhatian peserta didik
terhadap informasi yang esensial atau penting. Apabila dalam suatu diskusi
pembahasan menjadi berkembang, itu menunjukkan adanya keberhasilan dalam
penekanan. Cara memberikan penekanan dapat dilakukan dengan:
a) Memberi variasi dalam mengajar guru. Misalnya, dengan suara yang bervariasi,
dengan gerakan anggota badan atau dengan menggunakan media dan bahan
pelajaran.
b) Menstruktur bahan pelajaran, misalnya dengan memberi ikhtisar dan ulangan,
dengan menyusun kembali kata-kata respon peserta didik, dan dengan memberi
tanda-tanda atau isyarat. Penekanan dalam menjelaskan dapat dilakukan dengan
ucapan langsung dalam bentuk:
1) Kata-kata: pertama, kedua, dasar, esensial, kritis, fundamental, utama,
penting, mayor, bermakna, vital, dan menonjol.
2) Ungkapan: yang nomor satu, kita mulai dengan, lain kali kita kembali, ini
adalah yang perlu diketahui, jangan lupa ini, pikiran yang penting,
dengarkan baik-konsep ini, ada dua kesimpulan.
4) Umpan balik
Peserta didik sebaiknya diberi kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan atau
pengertiannya tentang sesuatu yang dijelaskan, atau minta peserta didik untuk
mengungkapkan hal-hal yang mereka belum tahu. Cara tersebut dapat dilakukan
dengan memberi pertanyaan kepada peserta didik. Umpan balik dapat juga
diketahui melalui perhatian, minat, aktivitas belajar, dan latihan yang diberikan
kepada mereka. Menjelaskan yang dikaitkan dengan kebutuhan dan kehidupan
nyata akan dapat menarik perhatian peserta didik. Umpan balik dapat juga diperoleh
dari pengamatan perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran melalui
pertanyaan yang sifatnya kopmprehensif.

6.5 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


Keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran sangat penting. Yang
dimaksud dengan membuka adalah aktivitas guru untuk menciptakan kesiapan mental
101
dan menimbulkan perhatian peserta didik agar terpusat pada proses pembelajaran.
Kegiatan membuka pelajaran tidak saja harus dilakukan guru pada awal proses
pembelajaran tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran atau dari satu
sub materi ke sub materi berikutnya. Untuk menciptakan suasana siap mental bagi peserta
didik, guru dapat melakukan usaha-usaha mengaitkan antara materi pelajaran yang lalu
dengan materi yang akan dipelajari dan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata.
Sementara yang dimaksud dengan menutup pelajaran adalah mengakhiri kegiatan
inti pelajaran. Kegiatan menutup pelajaran dimaksudkan untuk memberikan gambaran
menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta didik, mengetahui tingkat
pencapaian peserta didik dan tingkat keberhasilan guru dalam pembelajaran. Contoh
kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran ini adalah merangkum
kembali atau menugaskan peserta didik membuat rangkuman, mencek pemahaman
peserta didik dengan mengajukan pertanyaan, meminta peserta didik untuk bertanya, dan
sebagainya. Seperti halnya membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran tidak saja
harus dilakukan guru pada akhir proses pembelajaran tetapi juga pada akhir setiap
penggal kegiatan inti pelajaran.
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran tidak mencakup urutan kegiatan rutin
seperti menertibkan peserta didik, mengambil absen, menyampaikan pengumuman,
menyuruh menyiapkan alat dan buku pelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan ini memang harus dikerjakan oleh guru tetapi bukanlah
merupakan bagian kegiatan membuka dan menutup pelajaran. Sesungguhnya yang
menjadi pusat perhatian dalam membuka dan menutup pelajaran adalah kegiatan-
kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyampaian materi pelajaran.

6.5.1 Penggunaan keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam kelas


a. Tujuan
Tujuan penggunaan keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah supaya:
1) Peserta didik mencurahkan perhatian dan membangkitkan motivasi untuk siap
menghadapi proses pembelajaran.
2) Peserta didik mengetahui batas-batas materi dan tugas yang akan dikerjakan.
102
3) Peserta didik dapat mempersiapkan strategi belajar yang sesuai.
4) Peserta didik mengetahui hubungan antara pengetahuan dang pengalaman yang
telah dikuasai dengan pengetahuan baru.
5) Peserta didik dapat mengkombinasikan fakta-fakta yang penting, pengalaman,
keterampilan, dan konsep dalam pembelajaran, sehingga menguasaan materi
menjadi lebih mantap.
6) Peserta didik mengetahui tingkat keberhasilannya dalam pelajaran yang sedang
berlangsung.
b. Prinsip- prinsip penggunaan
1) Bermakna
Guru hendaknya memilih cara yang tepat atau relevan dengan isi dan tujuan
pembelajaran dalam menarik perhatian atau memotivasi peserta didik. Di
samping itu, guru hendaklah dapat memilih cara, tugas atau media yang tepat
dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik, sehingga pembelajaran dirasakan
anak bermakna.
2) Berurutan dan berkesinambungan
Aktivitas yang dilakukan guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali
bahan-bahan pelajaran pada waktu membuka dan menutup pelajaran sebaiknya
merupakan suatu kesatuan yang utuh, berurutan dan berkesinambungan.
Kemudian, aktivitas membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan hendaklah
disusun sedemikian rupa, dikaitkan dengan minat, pengetahuan dan pengalaman
yang sudah dimilki peserta didik, dan dilakukan secara berkesinambungan.

6.5.2 Komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran


a. Keterampilan membuka pelajaran
Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian,
menimbulkan motivasi, memberi acuan dan membuat kaitan.
1) Menarik perhatian peserta didik
Cara yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhatian peserta didik di
antaranya adalah memvariasikan gaya mengajar, alat atau media, dan pola
103
interaksi dalam pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengubah gaya mengajar,
biasa berdiri di depan kemudian berdiri di belakang. Suara yang biasa keras
diubah menjadi suara yang pelan. Penggunaan alat bantu atau media pengajaran
yang divariasikan juga dapat menarik perhatian peserta didik.
2) Menimbulkan motivasi
Membuka pelajaran harus mampu menimbulkan motivasi peserta didik untuk
mengikuti proses pembelajaran. Berbagai cara yang dapat dilakukan guru dalam
membuka pelajaran yang dapat menimbulkan motivasi, di antaranay:
(1) dengan kehangatan dan keantusiasan,
(2) dengan menimbulkan rasa ingin tahu,
(3) dengan mengemukakan ide yang bertentangan, dan
(4) dengan memperhatikan minat peserta didik

3) Memberi acuan (structuring)


Memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan serangkaian alternatif
secara spesifik dan singkat yang memungkinkan peserta didik memperoleh
gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang akan
ditempuh dalam mempelajari materi pelajaran. Usaha dan cara yang dapat
ditempuh guru di antaranya adalah:
(1) mengemukakan tujuan dan batasan tugas,
(2) menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan,
(3) mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas,
(4) mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

4) Membuat kaitan
Membuat kaitan artinya jika guru menyajikan pelajaran yang baru perlu dikaitkan
dengan materi yang telah dipelajari atau pengalaman peserta didik sebelumnya,
juga dikaitkan dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Contoh upaya guru
untuk membuat kaitan adalah:
104
(1) membuat kaitan antar aspek-aspek yang relevan dari bidang studi yang telah
dikenal peserta didik,
(2) guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah dimilki,
(3) guru menjelaskan konsepnya atau pengertiannya lebih dahulu sebelum
menyajikan materi secara rinci.

b. Keterampilan menutup pelajaran


Menjelang pembelajaran berakhir atau menjelang akhir setiap penggalan kegiatan,
guru harus harus melakukan kegiatan menutup pelajaran, agar peserta didik
memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi yang sudah dipelajari.
Cara-cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran di antaranya adalah:
1) Meninjau kembali (Review)
Untuk menutup pelajaran, guru sebaiknya meninjau kembali atau melakukan
review hal-hal yang dianggap penting, atau kunci bahan pelajaran yang diberikan.
Hal ini dapat dilakukan setiap saat selesai memberikan satu konsep ataupun pada
akhir pelajaran. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti pelajaran, yaitu:
(1) merangkum inti pelajaran atau membuat kesimpulan secara lisan, dan
(2) membuat ringkasan di papan tulis oleh peserta didik atau guru atau kerjasama
guru dengan peserta didik

2) Evaluasi
Dalam menutup pelajaran disamping me-review, guru juga seharusnya melakukan
evaluasi terhadap proses pembelajaran yang baru saja dilakukan. Evaluasi dapat
dilakukan dengan:
(1) meminta peserta didik mendemonstrasikan keterampilan yang baru saja
dipelajari,
(2) meminta peserta didik mengaplikasikan konsep atau ide yang baru pada
situasi yang berbeda,
(3) meminta peserta didik mengekspresikan pendapat sendiri,
105
(4) meminta peserta didik mengerjakan soal tertulis, baik objektif maupun
subjektif.

6.6 Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil


Dalam paradigma lama pendidikan yang menyatakan bahwa mengajar adalah
proses penyampaian atau penerusan pengetahuan (tansfer of knowledge) sudah mulai
ditinggalkan. Sekarang, pendidikan sudah mengarah ke paradigma baru yang menyatakan
bahawa mengajar adalah perbuatan yang kompleks, yaitu menggunakan sejumlah
keterampilan secara integratif untuk mengembangkan potensi atau kompetensi
(development of competence) peserta didik.
Dalam pembelajaran dapat dikembangkan model diskusi kelompok kecil dan
pengajaran individual. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil ini
berhubunbgan dengan keterampilan lainnya, yaitu keterampilan bertanya dasar dan
lanjut, keterampilan penguatan, serta keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
Tidak semua pembicaraan dalam kelompok kecil disebut diskusi, tetapi yang dimaksud
dengan diskusi kelompok kecil di sini adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif untuk tujuan
berbagi pengetahuan, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Dari pengertian
tersebut, diskusi kelompok kecil memiliki empat karakteristik, yaitu:
1) melibatkan sekelompok individu (3 – 9 orang),
2) berlangsung dalam interaksi tatap muka informal, yang berati semua anggota
kelompok harus mendapat kesempatan mengeluarkan pendapat secara bebas dan
langsung,
3) memiliki tujuan dan kerja sama antar anggota kelompok,
4) berlangsung mengikuti proses yang teratur dan sistematis menuju suatu
kesimpulan.

6.6.1 Kelebihan dan Kekurangan


a. Kelebihan
106
Diskusi kelompok kecil mempunyai kelebihan yang dapat dimanfaatkan secara baik
dalam pembelajaran, di antaranya adalah:
1) kelompok memiliki sumber informasi yang lebih banyak dari pada individu, karena
itu dapat menghasilkankan keputusan lebih baik daripada keputusan individu.
2) anggota kelompok sering mendapat motivasi dari anggota yang lain,
3) anggota yang pemalu lebih berani berinteraksi pada kelompok kecil daripada
kelompok besar,
4) anggota kelompok mempunyai ikatan yang kuat terhadap keputusan yang diambil
karena keterlibatannya dalam pengambilan keputusan,
5) partisipasi dalam diskusi akan meningkatkan saling pengertian antar individu dalam
satu kelompok dan dalam kelompok yang lain.
b. Kekurangan
Di samping memiliki kelebihan, diskusi kelompok juga memilki kelemahan atau
keterbatasan, di antaranya adalah:
1) diskusi kelompok memakan waktu yang lebih banyak daripada cara belajar biasa,
2) sering terjadi pemborosan waktu, misalnya diskusi yang tidak berjalan dengan baik
dapat melantur dan tidak relevan dengan masalah yang dibahas,
3) anggota yang kurang aktif (pendiam dan pemalu) sering tidak berminat dengan
diskusi,
4) diskusi sering didominasi oleh anggota tertentu saja,
5) sering juga terjadi penekanan pendirian, misalnya dalam diskusi kelompok kecil
ditemukan perbedaan pendapat dengan dukungan yang berbeda. Kelompok yang
satu mendukung pendapat seorang, sementara kelompok yang lain mendukung
pendapat yang lainnya. Peserta didik yang pendapatnya selalu kurang mendapat
dukungan karena dianggap kurang rasional dan tidak argumentatif, terpaksa
menekan pendiriannya dan di lain kesempatan ia akan pesimis atau kurang percaya
diri dalam mengemukan pendapatnya, walaupun pendapatnya itu rasional dan
argumentatif.

6.6.2 Penggunaan dalam kelas


107
Pelaksanaan diskusi di dalam kelas masih memerlukan bimbingan dari guru. Oleh
karena itu, guru harus mempunyai keterampilan dalam membimbing diskusi. Di samping
itu, fungsi pimpinan diskusi sangat penting dan menentukan. Oleh karena itu, guru harus
melatih pimpinan diskusi sebelum kegiatan, dan kemudian mengarahkan jalannya diskusi
dari awal sampai akhir.
Diskusi kelompok kecil sangat bermanfaat untuk memberikan pengalaman
pendidikan bagi peserta didik yang terlibat di dalamnya. Potensi yang berpengaruh
terhadap partisipasi adalah seperti saling memberi informasi, mengeksplorasi ide atau
gagasan, meningkatkan pemahaman baru terhadap hal-hal yang baru. Kemudian, diskusi
juga dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan
keterampilan perpikir dan keterampilan berkomunikasi secara efektif. Selanjutnya dengan
keterlibatan peserta didik dalam perencanaan, pengambilan keputusan, bekerjasama
kelompok, saling menghargai dan toleransi, semuanya ini mempersiapkan peserta didik
untuk berpartisipasi dan berinteraksi dalam masyarakat.
Yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi kelompok kecil agar dapat
efektif dan efisien adalah, guru harus menjalankan fungsinya sebagai pembimbing.
Sebagai pembimbing, yang harus diperhatikan guru adalah:
a. Diskusi harus dilakukan dalam suasana terbuka
Diskusi yang baik harus dilaksanakan dalam suasana bebas terpimpin, suasana intim
yang ditandai dengan kehangatan antarpribadi, kesedian menerima pendapat orang
lain, menghargai pendapat orang lain, antusias terhadap topik diskusi, memiliki
kesempatan untuk berpartisipasi, dan menikmati diskusi.
b. Perencanaan harus disusun dengan matang, yang meliputi:
1) pemilihan topik atau masalah yang akan didiskusikan. Untuk ini tiga hal yang perlu
dipertimbangkan, adalah: (1) minat peserta didik, (2) kemampuan peserta didik,
dan (3) bermakna bagi peningkatan kemampuan berpikir anakdidik.
2) memastikan bahwa peserta didik memiliki latar belakang pengetahuan dan informasi
yang cukup untuk mendiskusikan topik secara baik,
3) mempersiapkan diskusi kelompok kecil secara baik, guru harus benar-benar siap
sebagai sumber informasi, motivator, mengajukan pertanyaan kunci, mengatur
108
jalannya diskusi, membimbing dan memberi stimulasi terhadap tanggapan peserta
didik.
4) menetapkan besarnya kelompok berdasarkan:pengalaman, kematangan dan
keterampilan peserta didik,
5) mengatur tempat duduk yang memberi kesempatan bagi semua anggota kelompok
bertatap muka.
Untuk meningkatkan dan partisipasi, peserta didik harus duduk saling berhadapan
sehingga saling melihat atau memandang.

6.6.3 Komponen Keterampilan


a. Memusatkan perhatian
Pemusatan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi dapat dilakukan
Dengan cara-cara berikut:
1) merumuskan tujuan pada awal diskusi,
2) merumuskan masalah khusus dan merumuskannya kembali bila terjadi
penyimpangan;
3) mengenal dengan cermat materi yang tidak relevan atau menyimpang dari tujuan,
4) membuat rangkuman sementara pada setiap akhir tahap diskusi terhadap hal-hal
yang disepakati, sebelum melanjutkan pada tahap berikutnya.

b. Memperjelas Masalah
Selama diskusi berlangsung, sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas,
sehingga sukar ditangkap oleh perserta diskusi. Keadaan seperti ini sering
menimbulkan kesalah pahaman sehingga kondisi diskusi dapat menjadi tegang.
Untuk itu, perlu peran guru menjelaskan ide atau permasalahan yang kurang jelas
tersebut. Memperjelas masalah ini dapat dilakukan dengan cara:
1) menguraikan kembali atau merangkum ide atau gagasan yang berkembang dalam
diskusi yang masih membingungkan,
2) menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka memperjelas ide
tersebut,
109
3) menguraikan gagasan peserta didik dengan jalan memberi penjelasan atau
informasi atau contoh yang sesuai sehingga memperjelas pemahaman.

c. Menganalisis pandangan peserta didik


Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat di antara anggota kelompok. Guru
harus mampu menganalisis perbedaan pendapat yang terjadi dalam diskusi itu, supaya
tidak membingungkan. Komponen ini penting dalam diskusi, karena akan menggali
nilai-nilai yang dapat memberi harapan untuk membuat keputuusan atau sampai
konsensus (kesepakatan).

d. Meningkatkan kontribusi peserta didik


Komponen yang juga penting dalam membimbing diskusi kelompok kecil adalah
peningkatan sumbangan (kontribusi) pikiran peserta didik, sehingga diskusi dapat hidup
dan semua peserta berminat untuk berpartisipasi. Cara yang dapat dilakukan adalah:
1) mengajukan pertanyaan kunci yang dapat meningkatkan diskusi,
2) menggunakan stimulasi berupa contoh-contoh verbal maupun nonverbal,
3) memancing pikiran peserta didik dengan membuat komentar bertentangan (kontro-
versial),
4) menunggu partisipasi peserta didik dengan tenang, tetapi juga mengharapkan
sumbangan pikiran peserta didik, daripada hanya mengsi dengan pembicaraan yang
asal bicara,
5) memberi dukungan terhadap sumbangan pikiran peserta didik dengan
mendengarkan
penuh perhatian, pemberian komentar positif.

e. Mendistribusikan kesempatan berpartisipasi


110
Semua anggota kelompok seharusnya memiliki kesempatan untuk berpartisipasi
menyumbangkan pikiran. Dalam usaha mendistribusikan partisipasi kepada peserta
didik, guru dapat melakukan:
1) secara berhati-hati meminta pandangan peserta didik yang kurang berpartisipasi
dengan menghargaia pendapatnya,
2) mencegah keributan sehingga pembicaraan seseorang dapat didengar oleh semua
anggota,
3) mencegah peserta didik yang cenderung memonopoli dalam diskusi,
4) meminta persetujuan sementara untuk menghindari jalan buntu dan memperluas
wawasan,
5) meningkatkan penjelasan atau pemberian komentar terhadap pendapat peserta
didik lainnya sehingga interaksi antar peserta didik dapat terjadi dengan baik.

f. Menutup diskusi
Proses diskusi harus berjalan sampai penutup. Keterampilan terakhir yang harus
dimiliki guru adalah menutup diskusi. Menutup diskusi dapat dilakukan guru dengan
cara berikut:
1) merangkum hasil diskusi secara jelas dan singkat pada hal-hal yang penting, atau
dengan formulasi yang dimiliki peserta didik, atau dengan menarik kesimpulan,
2) memberikan topik diskusi berikutnya, atau menyebutkan kerja tindak lanjut
untuk kelompok.
3) guru melibatkan peserta didik dalam mengevaluasi hasil atau proses diskusi
kelompok kecil.

Hal-hal yang perlu dihindari dalam diskusi


Agar dapat menguasai keenam komponen keterampilan dalam melaksanakan
diskusi kelompok kecil tersebut, maka guru hendaklah menghindari hal-hal berikut:
111
1) Menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat dan latar
belakang pengetahuan serta pengalaman peserta didik.
2) Mendominasi diskusi melalui pertanyaan yang terlalu banyak, dan menyediakan
jawaban yang terlalu banyak juga, sehingga peserta didik tidak diberi kesempatan.
3) Membiarkan peserta didik tertentu memonopoli diskusi.
4) Membiarkan terjadinya penyimpangan dalam diskusi.
5) Membiarkan diskusi gagal karena rendahnya partisipasi anggota.
6) Melaksanakan diskusi dengan tergesa-gesa sehingga guru tidak punya waktu untuk
perpikir dan memformulasi tanggapan peserta didik.
7) Tidak memperjelas ide atau gagasan peserta didik yang masih kabur bagi anggota
lain,
8) Tidak mengakhiri diskusi dengan suatu formulasi atau kesimpulan.

6.7 Keterampilan Mengelola Kelas


6.7.1 Pengertian
Keterampilan mengelola kelas maksudnya adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar secara optimal. Apabila terdapat gangguan
dalam proses pembelajaran, guru dapat mengembalikan kondisi ini ke kondisi
pembelajaran yang optimal. Keterampilan mengelola kelas termasuk di antaranya
tindakan mendisiplin kelas.
Pengelolaan kelas merupakan masalah yang rumit. Dalam pengelolaan kelas ini,
guru berupaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang kondusif,
untuk terjadinya pembelajaran yang optimal, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Keterampilan guru dalam mengelola kelas yang diperlukan, terutama
pengelolaan kelas yang efektif. Karena, pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi
pembelajaran yang efektif. Tugas utama dan yang paling sulit dilakukan guru dalam
pembelajaran adalah mengelola kelas. Pendekatan dan metode pembelajaran tidak akan
dapat berjalan dengan baik bila pengelolaan kelas tidak terlaksana secara baik.
Setiap guru masuk ke dalam kelas, maka pada saat itu pula ia menghadapi dua
masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen.. Masalah pengajaran
112
adalah usaha membantu peserta didik untuk mencapai tujuan khusus pembelajaran
Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi sedemikian rupa, sehingga proses proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif dan efisien.

6.7.2 Tujuan
Semua komponen keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan, baik untuk
peserta didk maupun guru, yaitu:
a. Tujuan untuk peserta didik
1) mendorong peserta didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap
tingkah lakunya, serta sadar untuk mengendalikan dirinya,
2) membantu peserta didik ke arah perilaku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan
memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan bukan kemarahan,
3) menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas dan berperilaku
yang wajar dalamkegiatan pembelajaran.
b. Tujuan untuk guru
1) melatih keterampilan guru mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam
penyajian pelajaran dengan langkah-langkah (sintaks) yang tepat,
2) menyadari dan memenuhi kebutuhan peserta didik serta mengembangkan
kompetensinya,
3) memberi respon secara efektif terhadap perilaku peserta didik yang menyimpang.
4) merangsang pemikiran guru untuk mengembangkan strategi pengelolaan kelas
yang tepat sesuai kondisi kelas.

6.7.3 Prinsip Penggunaan


a. Menciptakan kehangatan dan keantusiasan
Guru yang bersifat hangat dan akrab dengan peserta didik akan menunjukkan
keantusiasan terhadap tugasnya atau aktivitasnya dan akan berhasil dalam
pengelolaan kelas.
b. Menggunakan cara dan bahan yang menantang
113
Penggunaan kata-kata yang bersifat action, cara kerja, atau bahan- bahan yang
menantang (baru bagi anak) akan meningkatkan gairah dan menarik perhatian
peserta didik untuk belajar, sehingga mengurangi kemungkinan munculnya perilaku
yang menyimpang karena bosan.
c. Menggunakan variasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar dan pola interaksi akan mengurangi
munculnya gangguan akibat kebosanan dan dapat meningkatkan perhatian peserta
didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi, sesuai dengan kebutuhan dan
kondisinya, merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif.
d. Memiliki keluwesan
Keluwesan perilaku guru untuk mengubah strategi mengajar sesuai kondsi kelas
dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan dari peserta didik serta
menciptakan iklim belajar yang efektif.
e. Menekankan pada hal- hal yang positif
Penekanan pada hal-hal yang positif, yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap
perilaku peserta didik yang positif dan menghindari yang negatf. Penekanan
tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan guru
berupaya menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses
pembelajaran.
f. Menekankan disiplin
Tujuan akhir pada pengelolaan kelas adalah peserta didik dapat mengembangkan
disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya mendorong peserta didik untuk
melaksanakan disiplin diri dan menjadi teladan dan pandai mengendalikan diri serta
melaksanakan tanggung jawab.

6.7.4 Komponen Keterampilan


a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal
114
Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif
dan mengendalikan pelajaran. Aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
keterampilan ini ialah sebagai berikut:
1) Menunjukkan sikap tanggap
Komponen ini ditunjukkan oleh perilaku guru, bahwa guru hadir bersama
peserta didik. Guru tahu kegiatan peserta didik, apakah memperhatikan atau
tidak, dan tahu apa yang mereka kerjakan. Seolah-olah mata guru ada di
belakang kepala, sehingga guru dapat menegurnya walaupun sedang menulis di
papan tulis. Sikap tanggap ini dapat dilakukan dengan cara:
(1) Memandang secara seksama
Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan peserta
didik dalam kontak pandang serta interaksi antarpribadi. Hal ini
ditampakkan dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama,
dan menunjukkan rasa persahabatan.
(2) Melakukan gerakan mendekati
Gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu
menandakan kesiagaan, kesenangan dan perhatian guru terhadap tugas serta
aktivitas peserta didik. Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar,
bukan untuk menakut-nakuti, mengancam atau memberi kritikan dan
hukuman.

(3) Memberi pernyataan


Pernyataan yang diberikan terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh peserta
didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar ataupun yang
lain. Akan tetapi, hindarilah hal-hal yang menunjukkan dominasi guru,
apalagi yang bersifat negatif misalnya dengan komentar atau pernyataan
yang mengandung ancaman seperti: “ saya tunggu sampai kalian diam!” “
saya atau kalian yang keluar?” atau “ siapa yang tidak senang dengan
pelajaran saya, silakan keluar!”
115
(4) Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan
Kelas tidak selamanya tenang. Pasti terdapat gangguan. Hal ini perlu
disadari guru jangan dibiarkan. Teguran perlu dilakukan guru untuk
mengembalikan keadaan kelas. Teguran ini menandakan bahwa guru ada
bersama peserta didik dan peserta didik sadar akan keberadaan guru.
Teguran haruslah diberikan pada satu dan sasaran yang tepat, sehingga dapat
mencegah meluasnya penyimpangan perilaku.
2) Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya
kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi
perhatian dapat dilakukan dengan cara.
(1) Visual
Guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan
pertama, sehingga dapat melirik ke kegiatan kedua, tanpa kehilangan
perhatian pada kegiatan pertama. Kontak pandangan ini dilakukan terhadap
kelompok peserta didik atau individu peserta didik.
(2) Verbal
Guru memberi komentar, penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya terhadap
aktivitas peserta didik pertama, sementara ia memimpin dan terlibat
supervisi pada aktivitas peserta didik yang lain.
3) Memusatkan perhatian kelompok
Pemusatan perhatian kelompok dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut:
(1) Menyiagakan peserta didik
Misalnya menciptakan atau membuat situasi tenang sebelum
memperkenalkan suatu objek, pertanyaan, atau topik, dengan memilih
peserta didik secara random untuk meresponnya.
(2) Menuntut tanggung jawab peserta didik
Setiap peserta didik sebagai anggota kelompok harus bertanggung jawab
terhadap kegiatan sendiri maupun kegiatan kelompoknya, misalnya, dengan
116
meminta kepada peserta didik memperagakan, melaporkan hasil, dan
memberi tanggapan.
4) Mengarahkan dan memberi petunjuk yang jelas
Guru harus seringkali memberi pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat
dalam memberikan pelajaran kepada peserta didik, sehingga peserta didik tidak
menjadi bingung. Pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada seluruh anggota
kelas, kepada kelompok kecil, ataupun kepada individu dengan bahasa dan tujuan
yang jelas.

5) Memberi teguran
Tidak semua gangguan perilaku dapatat dicegah, atau dihindari. Hal yang
diperlukan disini adalah guru dapat menegur peserta didik yang nyata-nyata
melanggar dan mengganggu kegiatan di kelas. Cara untuk menghentikan
gangguan ini adalah dengan mengomeli atau membuat persetujuan mengenai
prosedur dan aturan yang merupakan bagian dari pelaksanaan dan proses interaksi
edukatif. Cara membuat persetujuan lebih baik dari pada dengan mengomeli
karena kurang dibenarkan dalam pendidkan, sebab tidak mendidk.
Teguran yang dilakukan guru adalah salah satu cara untuk menghentikan
gangguan peserta didik. Teguran verbal dibenarkan dalam pendidkan. Teguran
verbal yang efektif memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
(1) Memberikan teguran yang tegas dan jelas kepada peserta didik yang
mengganggu serta perilakunya yang menyimpang;
(2) Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau yang mengandung
penghinaan; dan
(3) Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
6) Memberi penguatan
Penggunaan penguatan untuk mengubah perilaku merupakan strategi remedial
untuk mengatasi peserta didik yang terus mengganggu atau yang tidak melakukan
tugas, Pemberian penguatan yang sederhana antara lain adalah:
(1) Dengan memberikan penguatan positif bila peserta didik telah menghentikan
117
gangguan atau kembali pada tugas yang diminta; dan
(2) Dengan mengguanakan penguatan positif terhadap peserta didik yang lain
yang tidak mengganggu dan dipakai sebagai model perilaku yang baik bagi
peserta didik yang suka mengganggu.
7) Mengupayakan kelancaran
Kelancaran atau kemajuan peserta didik dalam belajar adalah indikator bahwa
peserta didik dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang diberikan di
kelas. Hal ini perlu didukung dan jangan diganggu dengan hal-hal lain yang bisa
membuyarkan konsentrasi peserta didik.

Kesalahan-kesalahan yang harus dihindari guru dalam pengelolaan kelas, yaitu:


1) Melakukan campur tangan yang berlebihan
Apabila guru menyela kegiatan yang sedang berlangsung dengan komentar,
pertanyaan, atau petunjuk yang mendadak, kegiatan itu akan terganggu atau
terputus. Hal ini akan memberikan kesan kepada anak didk, bahwa guru tidak
memperhatikan partisipasi dan kebutuhan peserta didik. Ia hanya ingin memuaskan
kehendak sendiri.
2) Membuang waktu
Hal ini terjadi jika guru gagal melengkapi suatu instruksi, penjelasan, petunjuk atau
komentar, dan kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alasan yang
jelas. Hal ini juga dapat terjadi dalam bentuk waktu diam yang terlalu lama,
kehilangan akal atau melupakan langkah-langkah dalam pelajaran. Akhirnya
membiarkan pikiran peserta didik mengawang-awang, melantur dan ini
mengganggu keefektifan serta kelancaran dalam pembelajaran.

3) Menyimpang dari pokok bahasan


Karena guru terlalu asyik dalam menyampaikan bahan pelajaran, sehingga pada
waktu tertentu penjelasannya atau pembicaraannya menyimpang dari pokok
118
persoalan. Penyimpangan ini dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajar peserta
didik.
4) Berhenti dan memulai kegiatan yang tidak tepat
Ketidaktepatan mengakhiri dan memulai kegiatan dapat terjadi bila guru memulai
aktivitas tanpa mengakhiri aktivitas sebelumnya, menghentikan kegiatan pertama,
memulai kegiatan yang kedua, kemudian kembali pada kegiatan yang pertama lagi.
Dengan demikian, guru tidak dapat mengendalikan situasi kelas dan akhirnya
mengganggu kelancaran kegiatan belajar peserta didik.
5) Pembelajaran dengan kecepatan yang tidak sesuai
Kecepatan di sini diartikan sebagai tingkat kemajuan yang dicapai peserta didik
dalam suatu pelajaran. Ada dua kesalahan yang harus dihindari, bila kecepatan yang
ideal mau dipertahankan:
(1) Hindari bertele-tele
Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal
tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran yang
sederhana menjadi cobaan atau kupasan yang panjang.
(2) Hindari pengulangan penjelasan yang tidak perlu
Kesalahan lain yang perlu dihindari adalah pengulangan penjelasan yang tidak
perlu. Kesalahan ini muncul bila guru memberi petunjuk pengajaran atau
penjelasan kepada kelompok kecil peserta didik atau secara individu, yang
sebenarnya sudah diberikan dalam kelas atau kelompok besar secara bersama.

b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang


optimal.
Keterampilan ini berkaitan dengan upaya guru mengatasi gangguan peserta didik
yang berkelanjutan, dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan perbaikan
untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat peserta didik yang
menimbulkan gangguan yang berulang-ualang, walaupun guru telah berupaya
mengatasinya tapi masih belum berhasil, guru dapat meminta bantuan kepala sekolah,
konselor sekolah, atau orang tua peserta didik untuk membantu mengatasinya.
119
Walaupun bukan kesalahan profesional guru, apabila ia tidak dapat menangani
setiap masalah peserta didik dalam kelas, tapi keterampilan ini penting dimiliki. Pada
kondisi tertentu guru perlu menggunakan seperangkat strategi untuk melakukan
perbaikan terhadap perilaku peserta didik yang terus-menerus menimbulkan gangguan
dan yang tidak mau terlibat dalam tugas di kelas. Di antara strategi yang dapat dilakukan
guru adalah:
1) Modifikasi perilaku
Guru hendaknya menganalisis perilaku peserta didik yang mengalami masalah
atau kesulitan dan berusaha memodfikasi perilaku tersebut ke arah positif dengan
mengaplikasikan pemberian penguatan dan pendekatan edukatif secara kontinu
dan sistematis.
2) Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam kelompok dengan cara:
- Membimbing mengerjakan tugas-tugas
Mengusahakan terjadinya kerja sama yang baik antara guru peserta didik
dan antara peserta didik sesamanya dalam pelaksanaan tugas.
- Membudayakan kegiatan-kegiatan kelompok
Membudayakan dan memulihkan semangat peserta didik dan menangani
konflik yang timbul dengan kegiatan-kegiatan kelompok.
3) Mengatasi perilaku yang menyimpang dan menimbulkan masalah dalam kelas.
Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan perilaku keliru
yang muncul, dengan mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan
ketidakpatutan perilaku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya.

6.7.5 Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pengelolaan kelas


a) Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses mengontrol perilaku peserta didik.
Peran guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam
kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut peserta didik untuk menaatinya.
Di dalamnya ada kekuasaan dalam bentuk norma mengikat untuk ditaati anggota
kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
120
b) Pendekatan ancaman
Dalam pendekatan ini, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses mengontrol
perilaku peserta didik. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara memberi ancaman,
misalnya melarang, menyindir, dan memaksa.
c) Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses membantu peserta didik untuk
merasa bebas mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja dalam lingkup
edukatif. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan
peserta didik terjadi dalam pembelajaran.
d) Pendekatan Resep
Pendekatan ini dilakukan dengan mendaftar apa yang harus ada dan apa yang tidak
boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di
kelas. Dalam daftar ini digambarkan tahap demi tahap yang harus dikerjakan oleh
guru. Peranan guru adalah mengikuti petunjuk sesuai yang tertulis dalam resep.
e) Pendekatan perilaku guru dalam pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa pemecahan dan pelaksanaan
akan mencegah munculnya masalah perilaku peserta didik, dan pemecahan
diperlukan bila masalah tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan perilaku
guru dalam mengajar dapat mencegah atau menghentikan perilaku peserta didik
yang kurang baik. Peranan guru adalah mengimplementasikan pelajaran dengan
perilaku yang baik.
f) Pendekatan pengubahan perilaku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas disini diartikan sebagai suatu proses
mengubah perilaku peserta didik. Peranan guru adalah mengembangkan perilaku
peserta didik yang baik dan mencegah perilaku yang kurang baik.
g) Pendekatan sosioemosional
Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan
iklim sosioemosional yang positif dalam kelas. Sosiemosional yang positif artinya
adanya gubungan yang positif antara guru dengan peserta didik, atau antara peserta
didik dengan peserta didik. Disini guru adalah kunci terhadap pembentukan
121
hubungan pribadi dan peranannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang
sehat.
h) Pendekatan proses kelompok
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses menciptakan kelas sebagai suatu
sistem sosial dan proses kelompok. Peran guru adalah mengusahakan agar
pengembangan dan pelaksanaan proses itu efektif. Proses kelompok adalah usaha
mengelompokkan peserta didik dalam beberapa kelompok dengan berbagai
pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar.
i) Pendekatan ganda (multiple approach)
Pada pendekatan ganda, pengelolaan kelas berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan
suatu kondisi yang memungkinkan proses interaksi edukatif berjalan efektif dan
efisien. Di sini bebas memilih dan memmadukan pendekatan yang sesuai dan dapat
dilaksanakan.

6.8 Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan


6.8.1 Rasional
Telah cukup lama dikembangkan upaya meningkatkan peranan peserta didik dan
mengurangi peranan guru dalam proses pembelajaran dengan berbagai istilah seperti
cara belajar siswa aktif” (CBSA), active learning, dan student centered. Salah satu cara
dari sekian banyak cara untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran
adalah dengan mengembangkan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Jumlah peserta didik dalam satu kelompok berkisar antara 3 – 6 orang. Guru menghadapi
banyak kelompok dan banyak individu dalam satu kelas. Keterampilan ini akan
meningkatkan aktivitas guru dan peserta didik yang terlibat, juga keterampilan guru
dalam mengorganisasi proses interaksi edukatif dalam pembelajaran. Hubungan
interpersonal dan sosial, dan mengorganisasi adalah hal yang penting untuk
menyukseskan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Karena itu, guru harus
memiliki keterampilan melakukan hubungan antarpribadi, bila ingin mengaplikasikan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
122

6.8.2 Pengertian
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan keterampilan
guru mengaktifkan peserta didik belajar (active learning) dalam bentuk kelompok dan
perorangan sehingga pembelajaran berjalan optimal. Di samping itu, pengelompokan
peserta didik dalam proses interaksi edukatif merupakan suatu bentuk organisasi sosial
dalam pembelajaran.
Dalam pengajaran secara klasikal, perbedaan individu jarang mendapat perhatian.
Biasanya semua peserta didik dalam kelas dianggap mempunyai kebutuhan,
kemampuan, dan kecepatan yang sama, karena itu diperlakukan dengan cara yang sama.
Dalam pembelajaran jarang terpikirkan oleh guru memberikan atau menyediakan
kesempatan yang berbeda sesuai kondisi dan kebutuhan peserta didik, padahal ini
penting. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh guru dalam rangka memperhatikan
perbedaan peserta didik ini adalah dengan pengajaran kelompok kecil dan perorangan.
Hakikat pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah:
1) Terjadinya hubungan interpersonal yang sehat dan akrab antara guru-peserta didik,
peserta didik-peserta didik (pola interaksi multiarah).
2) Peserta didik belajar sesuai dengan kecepatan, cara, kemampuan, dan minatnya
sendiri.
3) Peserta didik mudah mendapat bantuan dari guru sesuai kebutuhannya.
4) Peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran, mereka dilibatkan dalam penentuan
cara-cara belajar yang akan ditempuh, materi dan alat yang akan digunakan, bahkan
tujuan yang akan dicapai.
Peran guru dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai:
1) organisator kegiatan pembelajaran,
2) sumber informasi bagi peserta didik,
3) motivator bagi peserta didik untuk aktif belajar,
4) fasilitator bagi peserta didik dalam pembelajaran,
5) pendiagnosis kesulitan dan memberi bantuan bagi peserta didik sesuai kebutuhan
mereka,
123
6) pembimbing, pengarah, penyumbang ide dalam memecahkan masalah.

6.8.3 Penggunaan dalam kelas


Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, guru bertindak sebagai operator
dalam sistem tersebut. Dalam rangka memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk belajar dalam kelompok kecil maupun perorangan, diperlukan variasi
pengorganisasian dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya.
(a) Variasi Pengorganisasian kelompok kecil dan perorangan
Empat model variasi pengorganisasian kelompok kecil yang diusulkan oleh Tim P3G
(1985), yaitu:

MODEL A

Kelas
Kelas Besar
Besar

Kelas
Kelas Besar
Besar

= Kelompok kecil

= Perorangan

Gambar 6.1 Model A yang mengilustrasikan pengorganisasian kelompok kecil dan


perorangan yang pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal untuk
memberi informasi dasar, penjelasan tentang tugas yang akan dikerjakan,
serta hal-hal lain yang dianggap perlu. Dalam model A ini, setelah
pertemuan kelas, peserta didik diberi kesempatan untuk memilih kegiatan
124
dengan bekerja dalam kelompok kecil atau bekerja secara perorangan.
Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri dengan
pertemuan kelas kembali untuk melaporkan hasil kerja yang telah dilakukan.

MODEL B

Kelas
Kelas Besar
Besar

Kelompok kecil
Gambar 6.2 Model B yang mengilustrasikan pengorganisasian kelompok kecil yang
pelajaran diawali dengan pengarahan atau penjelasan secara klasikal
tentang informasi dasar, materi, tugas, serta cara kerja yang dilakukan.
Setelah itu peserta didik langsung bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil yang diakhiri dengan laporan kelompok yang diserahkan kepada
guru.

MODEL C

Kelas Besar

Perorangan

Kelompok kecil

Gambar 6.3 Model C yang mengilustrasikan pengorganisasian kelompok kecil dan


perorangan yang pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal. Setelah itu,
peserta didik langsung bekerja secara perorangan dan kemudian
bergabung dalam kelompok kecil untuk mengolah hasil yang dicapai dan
diakhiri dengan laporan kelompok.
125

MODEL D

Kelas Besar

Gambar 6.4 Model D yang mengilustrasikan pengorganisasian pembelajaran secara


perorangan. Pertemuan diawali dengan penjelasan klasikal tentang
kegiatan atau tugas yang akan dilaksanakan. Setelah itu peserta didik
langsung bekerja secara perorangan sesuai kontrak dengan guru sampai
batas waktu yang ditetapkan.

(b) Hal-hal yang perlu diperhatikan


(1) Bagi guru yang sudah terbiasa dengan pengajaran klasikal, sebaiknya dimulai
dengan pengajaran kelompok, kemudian secara bertahap mengarah kepada
pengajaran perorangan. Sedangkan bagi calon guru sebaiknya dimulai dengan
pengajaran perorangan, kemudian secara bertahap kepada pengajaran kelompok
kecil.
(2) Tidak semua topik atau pokok bahasan dapat dipelajari secara efektif dalam
kelompok kecil maupun perorangan. Hal-hal yang bersifat umum seperti
penjelasan tentang konsep-konsep yang sudah umum sebaiknya diberikan dalam
kelas besar.
(3) Dalam pengajaran kelompok kecil, langkah pertama adalah mengorganisasikan
peserta didik, sumber, materi, ruangan, serta waktu yang diperlukan.
(4) Kegiatan pengajaran kelompok kecil yang efektif diakhiri dengan suatu kulminasi
yang dapat berupa: rangkuman, pemantapan materi, laporan dan sebagainya.
(4) Dalam pengajaran perorangan, guru harus mengenal peserta didik secara pribadi
sehingga kondisi belajar dapat diatur dengan tepat.
126
(5) Kegiatan dalam pengajaran perorangan dapat berupa bekerja bebas dengan bahan
yang telah siap pakai atau melalui paket belajar telah disiapkan oleh guru.

6.8.4 Komponen-komponen keterampilan


1) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi
Salah satu prinsip pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah terjadinya
hubungan yang akrab dan sehat antara guru dan peserta didik dan peserta didik
dengan peserta didik. Hal ini dapat terwujud bila guru memiliki keterampilan
berkomunikasi secara edukatif dengan setiap peserta didik. Untuk mencapai hal ini
yang harus dilakukan guru adalah:
(1) Menangggapi secara positif dan menghargai pertanyaan, pikiran atau ide yang
dikemukakan peserta didik.
(2) Membantu peserta didik memecahkan masalah yang dihadapi dalambelahar.
(3) Tidak mendominasi pembicaraan bila berdiskusi dengan peserta didik.
(4) Menghargai dan menerima perbedaan pendapat peserta didik.
(5) Mendorong peserta didik untuk berani mengeluarkan pendapat atau ide.

2) Keterampilan mengorganisasi kelas


Selama kegiatan kelompok kecil atau perorangan berlangsung, guru
berperan sebagai organisator yang mengatur dan memonitor kegiatan dari awal
hingga akhir. Untuk itu diperlukan keterampilan guru sebagai berikut:
(1) Orientasi umum kegiatan, seperti menetapkan tujuan, masalah atau tugas,
menentukan pembagian kerja sebelum pembagian kelompok dan perorangan
dilakukan.
(2) Membagi kegiatan yang meliputi menyiapkan tempat kerja, peralatan, prosedur,
aturan yang digunakan, dan aspek-aspek khusus yang jelas untuk peserta didik.
(3) Membagi kelompok secara tepat, mengatur tugas dan menyediakan sumber-
sumber yang dapat digunakan.
127
(4) Mengkoordinir jalannya diskusi dalam membahas materi atau memecahkan
masalah.
(5) Membagi perhatian terhadap berbagai macam kegiatan, baik yang dikerjakan
secara kelompok maupun perorangan.
(6) Pada akhir kegiatan, guru membantu peserta didik mengambil kesimpulan atau
menegaskan pemahaman konsep

3) Keterampilan membimbing dan memudahkan peserta didik


(1) Dalam membantu peserta didik untuk memajukan kegiatan belajarnya dengan
meminimalkan frustasi, guru perlu menggunakan berbagai variasi pemberian
penguatan secara verbal dan nonverbal kepada kelompok dan perorangan.
(2) Guru juga memerlukan pengembangan supervisi, termasuk di dalamnya
memberi tanda kepada perorangan dan seluruh peserta untuk melihat apakah
semuanya telah berjalan dan telah mulai bekerja sesuai dengan tujuan.
(3) Mengembangkan supervisi proses lanjut, dengan cara guru berkeliling sehingga
sebagai narasumber dapat dimanfaatkan, memberi bantuan bila diperlukan, dan
sebagai interaksi langsung guru dengan peserta didik ialah memberi tutorial,
melibatkan diri dalam kegiatan peserta didik, sebagai pemimpin diskusi, atau
sebagai katalisator untuk meningkatkan peserta didik dalam belajar dan berpikir
melalui pertanyaan, komentar dan nasihat.
(4) Tahap akhir dari keterampilan ini adalah mengadakan supervisi pemaduan yang
memusatkan perhatian pada penilaian pencapaian tujuan dari berbagai kegiatan
yang dilakukan dalam rangka menyiapkan rangkuman dan pemantapan,
sehingga peserta didik saling belajar dan memperoleh wawasan yang
menyeluruh. Ini dilakukan dengan mendatangi kelompok, menilai kemajuannya,
dan menyiapkan mereka untuk mengikuti kegiatan akhir dengan cara yang
efektif. Untuk maksud ini adalah dengan mengingatkan peserta didik akan
waktu yang masih tersisa untuk menyelesaikan tugas.

4) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran


128
Tugas guru yang utama adalah membantu peserta didik melakukan kegiatan
belajar, baik secara perorangan maupun secara berkelompok. Untuk itu, guru harus
mampu membuat perencanaan kegiatan belajar yang tepat bagi setiap peserta didik
atau kelompok, dan sekaligus mampu melaksanakannya. Keterampilan merencanakan
dan melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut mencakup keterampilan-
keterampil-an seperti berikut:
1) Membantu peserta didik menetapkan tujuan pelajaran.
2) Merencanakan kegiatan belajar bersama peserta didik, yang mencakup kriteria
keberhasilan, langkah-langkah kerja, waktu, dan kondisi belajar.
3) Bertindak atau berperan sebagai penasihat bagi peserta didik bila diperlukan.
4) Membantu peserta didik menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri.

6.9 Keterampilan Mengembangkan dan Menggunakan Media Pembelajaran


Keterampilan mengembangkan media pembelajaran maksudnya keterempilan
guru dalam merancang atau menciptakan atau memodifikasi media sederhana dan
membuat soft ware media elektronik atau multimedia, serta mengimplementasikannya
dalam pembelajaran. Kehadiran media dalam pembelajaran sangat penting. Tanpa media,
penyajian materi pelajaran menjadi kurang menarik, bahkan materi menjadi sulit
dipahami dan membosankan. Dengan bantuan media peserta didik bisa belajar mandiri.
Oleh karenanya, guru jangan malas mempelajari, mengembangkan dan menggunakan
media dalam pembelajaran.
Sering terjadi di lapangan, guru suka berceramah saja dan lupa atau menggunakan
media. Seharusnya tidak jangan terjadi demikian. Apalagi, seperti pelajaran sains yang
seharusnya bersifat konkrit menjadi abstrak karena diceritakan saja tanpa media.
Seharusnya dapat diperlihatkan media asli, kalau tidak bisa didapatkan dapat media
model, seminimalnya media gambar atau sket. Sekarang berkat kemajuan sains dan
teknologi, multimedia dan Information and Communication Technology (ICT) sudah
digunakan dalam pembelajaran. Semua guru harus mengikuti perkembangan ini, kalau
tidak guru akan menjadi ketinggalan zaman.
129
6.10 Keterampilan Mengembangkan ESQ
6.10.1 Pengertian
Emotional Spiritual Quotient (ESQ) adalah dua kecerdasan yang dimiliki manusia
di samping kecerdasan intelektual atau inteligence quotient (IQ), yaitu kecerdasan
emosional atau emotional quotient (EQ) dan kecerdasan spiritual atau spiritual quotient
(SQ). Bila ketiga kecerdasan ini berkembang baik dan seimbang pada manusia dapat
diprediksi keamanan dan kedamaian dunia akan tercipta. Oleh karena itu, para pendidik
harus mampu mengembangkan ketiga kecerdasan ini. Selama ini, pendidikan di sekolah
berfokus pada pengembangan kecerdasan intelektual (IQ), yaitu menyerap ilmu
pengetahuan sebanyak banyaknya, tapi belum banyak menyentuh kecerdasan emosional
dan spiritual.
Kecerdasan emosional (EQ) merupakan kemampuan seseorang bersikap dan
bertindak secara bijak. Kecerdasan emosional mencakup kemampuan memahami diri
sendiri (intrapersonal) dan orang lain (interpersonal). Di antara ciri orang yang memiliki
kecerdasan emosional adalah: (1) bisa tampil dengan bijak dalam semua situasi, (2)
mudah bergaul dan mudah membuat orang simpatik, (3) mengambil keputusan dengan
tanang dan bijak, (4) tidak rela menganggu, menyakiti, merusak dan mengeksploitasi
orang lain atau kepentingan umum. Faktor-faktor yang berhubungan dengan EQ ini
adalah: (1) kesadaran diri, (2) pengaturan diri, (3) motivasi diri, (4) emphaty, dan (5)
sosial.
Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kemampuan seseorang untuk menjadikan
seluruh aktivitas hidupnya sebagai ibadah. Ciri yang terpenting dari SQ ini melandaskan
perbuatan atas kebenaran dan keikhlasan. Orang yang cerdas secara spiritual akan
bekerja optimal, tanpa terpengaruh oleh orang lain yang bekerja bermalas-malasan, atau
tanpa terpengaruh oleh cercaan atau pujian orang lain. Kecerdasan spiritual merupakan
ruh dari kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.

6.10.2 Kecerdasan dan Kesuksesan


Kecerdasan sering diidentikan dengan skor IQ (Intelligence Quotient) atau
kecerdasan intelektual yang dimilki anak. Kecerdasan intelektual (Intelligence
130
Quotient=IQ), yang hampir seratus tahun lalu diperkenalkan oleh William Stern telah
menyita perhatian yang sangat besar. Kecerdasan ditakar dalam bentuk skor-skor
tertentu. Dengan adanya penskoran IQ, skor IQ telah menjadi momok bagi siswa
tertentu ketika ia harus memilih mau menjadi apa di kemudian hari. Yang lebih tragis.
takaran IQ telah menghilangkan kesempatan berkembang bagi mereka yang memilki IQ
rendah, tetapi mempunyai kecerdasan lain yang lebih dominan.
Kecerdasan lain yang telah diidentifikasi selain kecerdasan intelektual (IQ) adalah
kecerdasan emosi (Emotional Quotient=EQ) dan kecerdasan spiritual (Spriritual
Quotient=EQ). Kunci dari kecerdasan emosi (EQ) adalah kejujuran pada “suara hati”.
Kunci dari kecerdasan spiritual (SQ) adalah kemampuan memberi makna ibadah dan
prinsip keikhlasan. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall dalam Agustian (2001), SQ
adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan
SQ merupakan kecerdasan yang tertinggi di antara kecerdasan-kecerdasan yang lain.
Di samping IQ, EQ, dan SQ, dikenal pula kecerdasan ganda (Multiple
Quotient=MQ). Setiap orang mempunyai tujuh jenis kecerdasan, yaitu: (1) kecerdasan
linguistik, (2) kecerdasan matematika, (3) kecerdasan spasial, (4) kecerdasan kinestetis,
(5) kecerdasan musik, (6) kecerdasan antar pribadi (people smart), (7) kecerdasan
interpribadi (self smart). Seorang anak mungkin mempunyai kecerdasan matematika yang
tinggi, tapi rendah dari segi kecerdasan antar pribadi dan sebaliknya. Seorang musisi pasti
mempunyai kecerdasan yang tinggi dalam musik tapi rendah dalam kecerdasan
matematika. Seorang politikus pasti mempunyai kecerdasan antar pribadi (people smart)
yang tinggi, tetapi bisa mempunyai kecerdasan inter-pribadi (self samart) yang rendah.
Menurut psikolog Daniel Goleman dalam Pasiak (2003), Intelligence Quotient (IQ),
hanya menyumbang sekitar 5- 10 persen bagi kesuksesan hidup. Sisanya adalah
kombinasi beragam faktor, yang salah satunya adalah kecerdasan emosi (Emotional
Quotient=EQ). Faktor lain, selain kecerdasan yang sudah diindentifkasi yang berperan
dalam kesuksesan adalah: kinerja, bakat dan kemauan, karakter, kesehatan, faktor
genetis, pendidikan, dan keyakinan.
Kekeliruan dalam pendidikan adalah kesuksesan anak dalam pendidikan hanya
dilihat dari segi kesuksesan intelektual (IQ), yaitu berdasarkan nilai rapor atau IPK atau
131
nila Ebtanas dan sejenisnya. Dalam sejarah kita baca bahwa Einstein pun pernah
dianggap bodoh dan dikeluarkan dari kelasnya. Nilai-nilai rapor Einstein sangat rendah
sehingga guru SD-nya menganggap ia terlalu bodoh. Di kemudian hari terbukti, bahwa
nilai-nilai rapor itu bukan kunci kesuksesan Einstein.
Di Indonesia walaupun kurikulum seringkali berubah atau perubahan itu hampir
terjadi setiap kali pergantian Menteri Pendidikan, namun orientasi pendidikan tetap
didominasi oleh kecerdasan intelektual (IQ) yang terlihat dari nilai rapor, NEM dan IPK.
Kesuksesan peserta didik tetap mengacu kepada kecerdasan intelektal, hampir-hampir
tidak menyentuh atau tidak memperhatikan atau tidak menghargai kecerdasan emosi dan
kecerdasan spiritual atau kecerdasan-kecerdasan yang lain. Padahal banyak contoh di
sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan intelektual saja belum
tentu sukses berkiprah di dunia kerja. Bahkan seringkali yang berpendidikan formal lebih
rendah ternyata banyak yang lebih sukses. Menurut pendapat Agustian (2001)
kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan intelektual (IQ).
Padahal yang diperlukan sebanarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan
hati, seperti: ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi.
Hasil penelitian yang ditunjukkan oleh Robert Copper dalam Pasiak (2003)
diketahui bahwa “kecerdasan raport” atau IQ itu hanya menyumbang sekitar 4 persen
bagi keberhasilan hidup. Paling penting, keberhasilan 90 persen ditentukan oleh
kecerdasan-kecerdasan lain. Di pihak lain, Agustian (2001) mengemukakan bahwa dari
hasil tes IQ, kebanyakan orang yang memiliki IQ tinggi menunjukkan kinerja buruk
dalam pekerjaan, sementara yang ber-IQ sedang, justru sangat berprestasi. Kemampuan
akademik, nilai rapor, predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak bisa menjadi tolok ukur
seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang akan
dicapai.
Oleh karena itu, marilah kita merenung, sambil menjawab beberapa pertanyaan
berikut. Apa benar yang kita lakukan terhadap peserta didik kita selama ini hanya
mencerdaskan IQ, atau belum menyentuh kecerdasan-kecerdasan yang lain? Sudahkah
kita mengidentifikasi, mengembangkan dan menghargai berbagai kecerdasan yang
dimiliki oleh peserta didik kita? Kemudian, mau dibawa kemana peserta didik kita?
132

Ringkasan
Keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki guru adalah: (1) keterampilan
bertanya (dasar dan lanjut), (2) keterampilan memberi penguatan, (3) keterampilan
mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan
menutup pelajaran, (6) keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan
mengelola kelas dan (8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Kemudian, sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan sekarang dan masa
depan, dirasa perlu ditambahkan dua lagi keterampilan, yaitu (9) keterampilan
mengembangkan dan menggunakan media pembelajaran, (10) keterampilan
mengembangkan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) dan skill.

Perlatihan
Setelah Anda memahami bab ini kerjakanalah latihan berikut.
1) Jelaskanlah dengan sebuah contoh mengenai keterampilan bertanya (dasar
dan lanjut),
2) Jelaskanlah dengan sebuah contoh mengenai keterampilan memberi penguatan,
3) Jelaskanlah dengan sebuah contoh mengenai menguasai keterampilan
mengadakan variasi,
4) Jelaskanlah dengan sebuah contoh mengenai keterampilan menjelaskan,
5) Jelaskanlah dengan sebuah contoh mengenai keterampilan membuka dan menutup
pelajaran,
6) Jelaskanlah dengan sebuah contoh mengenai keterampilan memimpin diskusi
kelompok kecil,
7) Jelaskanlah dengan sebuah contoh mengenai keterampilan mengelola kelas,
8) Jelaskanlah dengan sebuah contoh mengenai keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perorangan,
9) Jelaskanlah dengan sebuah contoh mengenai keterampilan mengembangkan dan
menggunakan media dalam pembelajaran biologi,
133
10) Jelaskanlah dengan sebuah contoh mengenai keterampilan mengembangkan
Emotional Spiritual Quotient (ESQ) dan skill dalam pembelajaran biologi.

Anda mungkin juga menyukai