Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

KONSELING KELUARGA

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2

1. RAHMAD FIRMANSYAH (1173151037)


2. RIRA TAHNIA (1173151038)
3. RIZKI YULINDA NUR (11731510 )
4. KRISTIANA BR. JINABUN (11733510 )

KELAS : BK REGULAR C’17

PENDIDIKAN PSIKOLOGI DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan
maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan makalah ini selanjutnya, akan kami terima dengan senang hati.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Karena tanpa bantuan dari mereka makalah ini tak akan dapat
kami selesaikan dengan baik. Semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Penulis
DAFTARISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................        
DAFTAR ISI ..................................................................................................................       
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................       
A.    Latar Belakang..........................................................................................................       
B.     Rumusan Masalah.....................................................................................................       
C.     Tujuan.......................................................................................................................       
D.    Manfaat......................................................................................................................       
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................       
BAB III PENUTUP .......................................................................................................     
A.    Kesimpulan................................................................................................................    
B.     Saran..........................................................................................................................     
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................    
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Konflik

Secara bahasa konflik identic dengan percekcokan, perselisihan dan pertengkaran (Kamus
Bhs. Indonesia, 2005).

Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya
keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak
secara berterusan.

Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,


hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing –
masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak
bekerja sama satu sama lain.

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

2. Karakteristik Konfik Keluarga

Keluarga merupakan salah satu unit sosial yang mana hubungan antar anggotanya
terdapat saling ketergantungan yang tinggi. Oleh karena itu, konflik dalam keluarga
merupakan suatu keniscayaan. Konflik di dalam keluarga dapat terjadi karena adanya
perilaku oposisi atau ketidaksetujuan antara anggota keluarga. Prevalensi konflik dalam
keluarga berturut-turut adalah konflik sibling,konflik orang tua-anak dan konflik pasangan
( Sillars dkk, 2004). Walaupun demikian, jenis konflik yang lainpun juga dapat muncul,
misalnya antara menantu dan mertua, dengan saudara ipar, dengan paman, dengan bibi atau
bahkan dengan sesama ipar/sesame menantu. Faktor yang membedakan konflik di
dalamkeluarga dengan kelompok sosial yang lain adalah karakteristik hubungan didalam
keluarga yang menyangkut tiga aspek, yaitu: intensitas, kompleksitas dan durasi (Vuchinich,
2003).
Pada umumnya hubungan antara anggota keluarga merupakan jenis hubungan yang
sangat dekat atau memiliki intensitas yang sangat tinggi. Keterikatan antara pasangan , orang
tua-anak, atau sesama saudara berada dalam tingkat tertinggi dalam hal kelekatan, afeksi
maupun komitmen. Ketika masalah yang serius muncul dalam hubungan yang demikian,
perasaan positif yang selama ini dibangun secara mendalam dapat berubah menjadi perasaan
negatif yang mendalam juga. Penghianatan terhadap hubungan kasih sayang, berupa
perselingkuhan atau perundungan seksual terhadap anak, dapat menimbulkan kebencian yang
mendalam sedalam cimtayang tumbuh sebelum terjadinya pengkhianatan.

Benci tapi rindu adalah sebuah ungkapan yang mewakili bagaimana pelik atau
kompleksnya hubungan dalam keluarga. Sebagai misal, seorang istri yang sudah mengalami
KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dan melaporkan suaminya ke polisi, bahkan masih
mau setia mengunjungi suaminya di penjara dengan membawakan makanan kesukaanya, atau
seorang anak yang tetap memilih tinggal dengan orang tua yang melakukan kekerasan
daripada tempat yang lain. Hal ini dikarenakan ikatan emosi yang positip yang telah dibangun
lebih besardaripada penderitaan yang muncul karena konflik.
Hubungan dalam keluarga merupakan hubungan yang bersifat kekal. Orang tua akan
selalu menjadi orang tua, demikian juga saudara. Tidak ada istilah mantan orang tua atau
mantan saudara. Oleh karena itu, dampak yang dirasakan dari konflik keluarga seringkali
bersifat jangka panjang. Bahkan seandainya konflik dihentikan dengan mengakhiri hubungan
persaudaraan, misalnya berupa perceraian atau lari dari rumah (minggat) sisa-sisa dampak
psikologis dari konflik tetap membekas dan sulit dihilangkan.
Konflik di dalam keluarga lebih sering dan mendalam bila dibandingkan dengan konflik
dalam konteks sosial yang lain (Sillars dkk, 2004). Misalnya penelitian Adam dan Laursen
(2001) menemukan bahwa konflik dengan orang tua lebih sering dialami remaja bila
dibanding dengan sebaya. Penelitian lainnya (Rafaelli, 1997) mengungkapkan bahwa konflik
dengansibling meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kontak. Selain itu jumlah
waktu yang dihabiskan bersama lebih signifikan memprediksi konflik siblingdibandingkan
dengan factor usia, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga dan variabel lainnya. Walaupun
demikian penelitian Stocker Lanthier dan Furman (1997) mengungkapkan bahwa
meningkatnya interaksi sibling berasosiasi positip dengan persepsi terhadap kehangatan
Oleh karena sifat konflik yang normative, artinya tidak bisa dielakkan, maka vitalitas
hubungan dalam keluarga sangat tergantung pada respon masing-masing terhadap konflik.
Frekuensi konflik mencerminkan kualitas hubungan, artinya pada hubungan yang berkualitas,
freuensi konflik lebih sedikit. Kualitas hubungan dapat mempengaruhi cara individu dalam
membingkai persoalan konflik

3. Macam-macam Konflik Keluarga

4. Resolusi Konflik

Resolusi konflik yang dalam bahasa Inggris adalah conflict resolution memiliki makna
yang berbeda-beda menurut para ahli yang fokus meneliti tentang konflik.
Resolusi dalam Webster Dictionary menurutLevine (1998: 3) adalah (1) tindakan
mengurai suatu permasalahan,(2) pemecahan, (3) penghapusan atau penghilangan
permasalahan. Sedangkan Weitzman& Weitzman (dalam Morton &Coleman 2000: 197)
mendefinisikan resolusi konfliksebagai sebuah tindakan pemecahan masalah bersama (solve
a problem together).
MenurutMindes (2006: 24) resolusi konflik merupakan kemampuan untuk menyelesaikan
perbedaan dengan yang lainnya dan merupakan aspek penting dalam pembangunuan sosial
dan moral yang memerlukan keterampilan dan penilaian untuk bernegoisasi, kompromi serta
mengembangkan rasa keadilan.
Dari pemaparan teori menurut para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan resolusi konflik adalah suatu cara individu untuk menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi dengan individu lain secara sukarela

Anda mungkin juga menyukai