Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN BIOLOGI

PENGARUH CAHAYA TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN KACANG


HIJAU DAN BIJI JAGUNG

DISUSUN OLEH :

NADIRA BELINDA

XII MIPA 3

T.A 2020/2021

SMA NEGERI 1 CIBINONG

Jl. Mayor Oking Jayaatmaja No. 73 Cibinong, Kabupaten Bogor (16918)

Telp/Fax. (021)8752614

Website : www.sman1-cbi.sch.id

E-mail: smansa@sman1-cbi.sch.id
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala kebesaran dan limpah dan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan percobaan berjudul “ Laporan
Perkecambahan Kacang Hijau dan Jagung ”.

Adapun penulisan laporan percobaan ini bertujuan untuk menemukan


kondisi-kondisi yang diperlukan untuk perkecambahan biji kacang hijau dan
mengetahui faktor yang mempengaruhi biji kacang hijau untuk berkecambah.

Dalam penulisan percobaan ini, berbagai hambatan telah penulis alami.


Oleh karena itu, terselesaikannya laporan percobaan ini tentu saja bukan karena
kemampuan penulis semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan
dari pihak-pihak yang terkait.

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan


hati mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pengajar Mata Pelajaran Biologi kelas
XII IPA 3 yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan
percobaan ini. Penulis juga berterimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu menyelesaikan laporan
percobaan ini.

Dalam penyusunan laporan percobaan ini, penulis menyadari pengetahuan


dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan percobaan
ini lebih baik dan bermanfaaat.

Serta akhir kata penulis ucapkan semoga Tuhan Yanga Maha Esa selalu
membalas budi baik anda semua

Bogor, Oktober 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
KAJIAN TEORI ..................................................................................................... 6
2.1 Pertumbuhan dan Perkembang pada Tumbuhan ........................................... 6
2.1.1 Perkecambahan ...................................................................................... 6
2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Organ Tumbuhan............................ 10
2.1.3 Kurva Sigmoid Pertumbuhan ............................................................... 11
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tumbuhan .................... 12
2.3 Pengaruh Cahaya Terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman .......................... 18
2.4 Objek Penelitian .......................................................................................... 18
BAB III ................................................................................................................. 19
ALAT DAN BAHAN DAN LANGKAH KERJA PENGAMATAN .................. 19
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 19
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 19
3.3 Langkah Kerja ............................................................................................. 19
BAB IV ................................................................................................................. 20
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ................................................ 20
4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................................ 20
4.1.1 Data Hasil Pengamatan ........................................................................ 20
4.1.2 Grafik Hasil Pengamatan ..................................................................... 21
4.2 Analisis Data ............................................................................................... 21

2
4.3 Pembahasan ................................................................................................. 22
BAB V................................................................................................................... 24
PENUTUP ............................................................................................................. 24
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 24
5.2 Saran ............................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25
Lampiran I............................................................................................................. 26
Lampiran II ........................................................................................................... 27
Lampiran III .......................................................................................................... 28
Lampiran IV .......................................................................................................... 29

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan padatanaman terjadi karena adanya pertambahan ukuran
(volume) yang irreversible (tidak dapat balik) yang disebabkan adanya
pertambahan jumlah sel melalui proses pembelahan sel secaramitosis pada
titik tumbuh dan pembesaran dari tiap-tiap sel. Sedangkan
perkembanganmerupakan spesialisasi sel-sel menjadi struktur dan fungsi
tertentu. Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dapat
dinyatakan dengan perubahan bentuk dantingkat kedewasaan. Perkecambahan
merupakan proses munculnya plantula dari dalam biji.

Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman dipengaruhi oleh faktor


internal daneksternal. Tumbuhan membutuhkan cahaya, tetapi banyaknya
cahaya yang dibutuhkan tidakselalu sama pada setiap tanaman. Kekurangan
cahaya matahari akan mengganggu prosesfotosintesis dan pertumbuhan.
Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsungakan
menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih
cepat namunlemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat.
Sebaliknya, tumbuhan yangtumbuh ditempat terang menyebabkan tumbuhan
tumbuh lebih lambat dengan kondisirelative pendek, daun berkembang,
tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh.

Faktor diatas sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan


perkembangan bijikacang hijau. Kami mengadakan penelitian untuk lebih
mengetahui pengaruh cahaya dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
biji kacang hijau. Dalam percobaan ini, saya akan mengamati pertumbuhan
dan perkembangan pada biji kacang hijau dan biji jagung selama tujuh hari.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah ada perbedaan tipe perkecambahan antara biji kacang hijau dan biji
jagung?
b. Apakah perbedaan perkecambahan biji kacang hijau dan biji jagung yang
ditempatkan di tempat terang dan di tempat gelap?
c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan biji
kacang hijau dan biji jagung?

1.3 Tujuan Penelitian


Percobaan ini diadakan untuk:

a. Membedakan dua macam perkecambahan.

4
b. Mengetahui perbedaan laju pertumbuhan pada biji kacang hijau dan biji jagung
yang berada pada tempat gelap dan tempat terang.
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi biji kacang hijau dan biji jagung
untuk berkecambah.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini antara lain:

a. Dapat membedakan dua macam perkecambahan.


b. Dapat mengetahui perbedaan perkecambahan pada biji kacang hijau dan jagung
yang ditempatkan pada tempat gelap dan tempat terang.
c. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi biji kacang hijau dan biji
jagung untuk berkecambah.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pertumbuhan dan Perkembang pada Tumbuhan


Tumbuhan bertambah tinggi dan besar disebabkan oleh dua hal berikut:

1. Pertambahan jumlah sel akibat pembelahan mitosis pada meristem.


2. Pertambahan komponen-komponen seluler dan adanya diferensial sel.

Tumbuhan berdasarkan lama hidupnya dibedakan menjadi tumbuhan


semusim/tahunan (annual), dwi tahunan (biennial), dan menahun (perennial).

Tumbuhan semusim memiliki masa hidup kurang dari satu tahun, dengan
maksimal dua tahun, contohnya palawija. Tumbuhan dwi tahunan dari awal
tumbuh sampai menghasilkan biji membutuhkan waktu dua tahun. Tumbuhan
menahun yaitu umur hidupnya sampai ratusan tahun.

2.1.1 Perkecambahan
Perkecambahan ditandai dengan adanya plantula (tanaman kecil
dari dalam biji).

2.1.1.1 Proses Perkecambahan


Perkecambahan melibatka proses fisika maupun kimiawi.

1) Proses fisika

Proses fisika terjadi ketika biji menyerap air (imbibisi)


akibat dari potensial air rendah pada biji yang kering.

2) Proses kimia

Dengan masuknya air, biji mengembang dan kulit biji akan


pecah. Air yang masuk mengaktifkan embrio untuk melepaskan
hormon giberelin (GA). Hormon ini mendorong aleuron
(lapisan tipis bagian luar endospermae) untuk menyintesis dan
mengeluarkan enzim.

Enzim bekerja dengan menghidrolisis cadangan makanan


yang terdapat dalam kotiledon dan endospermae. Proses ini
menghasilkan molekul kecil yang larut dalam air, misalnya
enzim amilase menghidrolisis pati dalam endosperma menjadi
gula. Selanjutnya, gula dan zat-zat lainnya diserap dari

6
endosperma oleh kotiledon selama pertumbuhan embrio menjadi
bibit tumbuhan (Purves et al. 2004)

2.1.1.2 Macam Perkecambahan


Perkecambahan biji dapat dibedakan menjadi epigeal dan
hipogeal.

1) Epigeal

Perkembangan epigeal adalah apabila terjadi pembentangan


ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga
mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas
tanah, misalnya pada kacang hijau (Phaseolus radiatus).

2) Hipogeal

Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi


pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun
lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di
dalam tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum).

7
Perkecambahan hanya terjadi jika syarat-syarat yang
dibutujkan terpenuhi, yaitu air yang cukup, suhu yang sesuai,
udara yang cukup, dan cahaya matahari yang optimal. Jika
syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi, biji akan tetap di dalam
keadaan tidur (dorman). Kamanya biji dorman bertahan hidup
dan mampu berkecambah sangat bervariasi bergantung pada
spesies dan kondisi lingkungan.

Kecepatan tumbuh pada bagian kecambah berbeda-beda.


Pada umumnya daerah di belakang ujung kecambah memanjang
lebih cepat.

2.1.1.3 Pertumbuhan Akar


Irisan membujur ujung akar muda menunjukkan adanya
empat daerah pertumbuhan, yaitu tudung akar, daerah
pembelahan sel (meristem), daerah pemanjangan sel, dan daerah
pemasukan sel (diferensiasi).

8
1) Tudung akar

Tudung akar merupakan daerah akar yang paling ujung.


Fungsinya tudung akar adalah menyekresikan cairan
polisakarida untuk melumasi tanah di sekiar titik pertumbuhan
akar. Cairan ini menyebabkan tanah menjadi lunak dan mudah
ditembus akar. Selain itu, tudung akar berfungsi melindungi
daerah meristem akar.

2) Daerah meristem

Daerah meristem terletak di belakang tudung akar, yang


meliputi meristem apikal dan derivatnya. Meristem apikal
merupakan daerah pusat pembelahan sel yang menghasilkan sel-
sel meristem primer untuk menggantikan sel-sel di tudung akar
yang tanggal.

3) Daerah pemanjangan

Daerah pemanjangan sel terletak di belakang daerah


meristem. Sel-sel di daerah pemanjangan membelah lebih
lambat dari sel-sel meristem. Sel-selnya relatif lebih tahan
terhadap kerusakan yang disebabkan oleh radiasi dan bahan
kimia beracun dibandingkan dengan daerah lain. Sel di daerah
pemanjangan ini juga berfungsi sebagai penyimpan makanan.
Sel-sel memanjang lebih dari 9 kali panjang sel mula-mula.
Pemanjangan sel berperan penting untuk menekan ujung akar,
termasuk meristem, agar akar memanjang.

4) Daerah diferensiasi

Daerah diferensiasi terletak di bagian akhir akar, bercampur


dengan daerah pemanjangan. Di daerah diferensiasi, sel-sel dari
daerah pemanjangan mulai terspesialisasi struktur dan
fungsinya.

Di daerah diferensiasi terdapat tigas sistem jaringan yang


dihasilkan dari sel-sel meristem, yaitu sebagai berikut:

a) Protoderma, merupakan lapisan terluar meristem primer


yang akan menjadi epidermis.

b) Meristem dasar, merupakan lapisan kedua yang akan


berkembang menjadi sistem jaringan dasar. Jaringan ini
mengisi daerah lapisan korteks pada akar di antar stele dan
epidermis.

9
c) Prokambium, merupakan lapisan pusat (dalam) yang akan
berkembang menjadi silinder vaskuler pusat (stele), yaitu
xilem dan floem.

2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Organ Tumbuhan


Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan terjadi di bagian
tertentu, yaitu di ujung akar dan ujung batang.

Pertumbuhan dan Perkembangan Batang

Pertumbuhan dan perkembangan batang meliputi pemanjangan dan


diferensiasi. Pada tumbuhan dikotil terjadi pertumbuhan sekunder, yaitu
pada kambium.

Jaringan kambium dapat membelah secara mitosis. Sel-sel


kambium membelah ke arah dalam membentuk xilem dan ke arah luar
membentuk floem. Jaringan kambium tetap dipertahankan
keberadaannya.

Xilem dan floem yang terbentuk dari aktivitas kambium disebut


xilem sekunder dan floem sekunder yang menyebabkan diameter batang
atau akar bertambah besar. Pertumbuhan ke arah dalam jauh lebih
besar, sehingga xilem (kayu) yang dihasilkan juga tebal.

Pembentukan xilem dan floem sekunder dipengaruhi oleh musim


dan menimbulkan adanya lingkaran tahun. Di daerah empat musim,
pertumbuhan terjadi di musim semi. Peristiwa dorman terjadi pada
musim dingin dan musim gugur. Pada musim panas, pembuluh xilem
berukuran kecil.

Meristem apikal (titik tumbuh) batang merupakan massa berbentuk


kubah yang dibentuk oleh sel-sel yang membelah pada ujung tunas atau
sering disebut kuncup. Seperti pada akar, meristem apikal batang,
prokambium, dan meristem dasar akan berdiferensiasi menjadi tiga
sistem jaringan. Daun muncul sebagai tonjolan kecil di sisi-sisi
meristem apikal dan disebut primordium. Tunas samping (aksilar)
tumbuh dari sel-sel meristem di kanan kiri meristem apikal di dasar
primordium daun. Tunas samping ini berpotensi membentuk cabang
batang.

Di dalam kuncup, ruas batang dan primordium daun berdesakan


karena jarak internodus atau antarruasnya sangat pendek. Sebagian
besar pemanjangan batang dikotil terjadi melalui pertumbuhan
antarruas yang lebih tua di bawah ujung batang. Pertumbuhan,
pembelahan, dan pemanjangan sel terjadi di dalam internodus. Pada

10
rumput, internodus terus-menerus memanjang di sepanjang batang
selama periode pemanjangan. Hal itu dimungkinkan karena rumput
mempuntai daerah yang meristem interkalar di dasar tiap-tiap
internodusnya.

2.1.3 Kurva Sigmoid Pertumbuhan


Salah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang.
Tumbuhan tumbuh dari kecil menjadi besar dan berkembang dari satu
sel zigot menjadi embrio kemudian menjadi individu dewasa.
Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesis dan akumulasi
protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan
sel. Secara umum, pertumbuhan tumbuhan awalnya berjalan lambat,
kemudian menjadi lebih cepat hingga tercapai kondisi maksimum, dan
akhirnya kembali menurun.

Pada proses pertumbuhan tumbuhan, terdapat tiga fase utama yang


mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan.
Pada fase logaritmik, laju pertumbuhan berlangsung lambar pada
awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan
ukuran berlangsung secara konstan. Fase terakhir, yaitu fase penuaan
dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, terjadi pada saat
tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua. Proses
pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada selang waktu tertentu dan
dapat dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan.

Para ahli biologi dan matematika telah merumuskan suatu


persamaan matematika dari kurva pertumbuhan. Apabila digambarkan
dalam grafik, proses pertumbuhan dalam selang waktu tertentu akan
berbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Kurva menunjukkan ukuran
kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Kurva sigmoid pertumbuhan ini
berlaku bagi semua bagian tumbuhan. Kurva sigmoid berguna bagi
parah ahli dalam melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut tentang
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, karena kurva ini
menunjukkan tahap-tahap perkembangan tumbuhan.

11
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tumbuhan

2.2.1 Faktor Genetik


Setiap jenis tumbuhan membawa gen untuk sifat-sifat tertentu,
seperti berbatang tinggi atau berbatang rendah. Tumbuhan yang
mengandung gen yang baik dan didukung lingkungan yang sesuai akan
memperlihatkan pertumbuhan yang baik pula.

2.2.2 Faktor Internal


Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan, yaitu hormon.
Hormon tumbuhan ditemukan oleh F. W. Went pada tahun 1 9 2 8
Hormon berasal dari bahasa Yunani hormalin yang berarti penggiat.
Hormon tumbuhan disebut fitohormon.

Fitohormon tersebut, yaitu:

1) Ausksin atau AIA (Asam Indol Asetat)

Auksin merupakan senyawa asam asetat dengan gugusan indol dan


derivat-derivatnya.

Pertama kali auksin ditemukan pada ujung koleoptil kecambah


gandum (Avena sativa).

Pusat pembentukan auksin adalah ujung koleoptil (ujung


tumbuhan).

Jika terkena sinar matahari, auksin akan berubah menjadi senyawa


yang menghambat pertumbuhan. Hal inilah yang menyebabkan
batang akan membelok ke arah datangnya cahaya, karena bagian
yang tidak terkena cahaya pertumbuhannya lebih cepat daripada
bagian yang terkena cahaya.

Fungsi auksin, yaitu:

Merangsang perpanjangan sel

12
Merangsang pembentukan bunga dan buah
Merangsang pemanjangan titik tumbuh
Mempengaruhi pembengkokan batang
Meransang pembentukan akar lateral
Merangsang terjadinya proses diferensiasi

2) Gibberellin

Gibberellin merupakan hormon yang pertama kali ditemukan


pada jamur Gibberella fujikuroii yang parasit pada tumbuhan padi.
Ditemukan oleh Kuroshawa pada tahun 1 9 2 6

Fungsi gibberellin, yaitu:

Merangsang pembelahan sel kambium

Merangsang pembungaan lebih awal sebelum waktunya

Merangsang pembentukan buah tanpa biji (partenokarpi)

Merangsang tanaman tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai


ukuran raksasa

3) Sitokinin

Sitokinin merupakan kumpulan senyawa yang fungsinya mirip satu


sama lain.

Fungsi sitokinin yaitu:

Merangsang proses pembelahan sel

Menunda pengguguran daun, bunga, dan buah.

Mempengaruhi pertumbuhan tunas dan akar

Meningkatkan daya resistensi terhadap pengaruh yang


merugikan, seperti suhu rendah, infeksi virus, pembunuh gulma,
dan radiasi

13
Menghambat (menahan) menguningnya daun dengan jalan
membuat kandungan protein dan klorofil yang seimbang dalam
daun (senescens)

3) Gas Etilen

Gas etilen merupakan hormon tumbuh yang dalam keadaan


normal berbentuk gas.

Fungsi gas etilen, yaitu:

Membantu memecahkan dormansi pada tanaman, misalnya pada


ubi dan kentang.

Mendukung pematangan buah.

Mendukung terjadinya abscission (pelapukan) pada daun.

Mendukung proses pembungaan.

Menghambat pemanjangan akar pada beberapa spesies tanaman


dan dapat menstimulasi pemanjangan batang.

Menstimulasi perkecambahan.

Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar.

4) Asam Absisat

Asam absisat merupakan hormon tumbuh yang hampir selalu


menghambat pertumbuhan, baik dalam bentuk menurunkan
kecepatan maupun menghentikan pembelahan dan pemanjangan sel
bersama-sama.

Fungsi asam absisat, yaitu:

Menghambat perkecambahan biji.

Mempengaruhi pembungaan tanaman.

Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian.

Mempengaruhi pucuk tumbuhan untuk melakukan dormansi.

5) Kalin

Kalin merupakan hormon yang mempengaruhi pembentukan organ.

14
Berdasarkan organ yang dipengaruhinya, kalin dibedakan atas:

Rhizokalin, mempengaruhi pembentukan akar.

Kaulokalin, mempengaruhi pembentukan batang.

Filokalin, mempengaruhi pembentukan daun.

Antokalin, mempengaruhi pembentukan bunga.

6) Asam Traumalin

Asam traumalin disebut sebagai hormon luka/kambium karena


hormon ini berperan apabila tumbuhan mengalami kerusakan
jaringan.

Jika terluka, tumbuhan akan merangsang sel-sel di daerah luka


menjadi bersifat meristem lagi sehingga mampu mengadakan
pembelahan sel untuk menutup luka tersebut. Kemampuan itu
disebut restitusi atau regenerasi.

Peristiwa ini dapat terjadi karena adanya asam traumalin (asam


traumalat).

2.2.3 Faktor Eksternal


1) Nutrisi

Nutrisi terdiri atas unsur-unsur atau senyawa-senyawa kimia


sebagai sumber energi dan sumber materi untuk sintesis berbagai
komponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan.

Nutrisi umumnya diambil dari dalam tanah dalam bentuk ion dan
kation, sebagian lagi diambil dari udara.

15
Unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak disebut
unsur makro (C, H, O, N, P, K, S, Ca, Fe, Mg).

Adapun unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut


unsur mikro (B, Mn, Mo, Zn, Cu, Cl). Jika salah satu kebutuhan
unsur-unsur tersebut tidak terpenuhi, akan mengakibatkan
kekurangan unsur yang disebut defisiensi. Dimana defisiansi
mengakibatkan pertumbuhan menjadi terhambat.

2) Air

Kekurangan air pada tanah menyebabkan terhambatnya proses


osmosis. Proses osmosis akan terhenti atau berbalik arah yang
berakibat keluarnya materi-materi dari protoplasma sel-sel
tumbuhan, sehingga tanaman kering dan mati.

Fungsi air antara lain:

Untuk fotosintesis.

Mengaktifkan reaksi-reaksi enzim atau sebagai medium reaksi


enzimatis

Membantu proses perkecambahan biji.

Menjaga (mempertahankan kelembapan).

Untuk transpirasi.

Meningkatkan tekanan turgor sehingga merangsang pembelahan


sel.

Menghilangkan asam absisi.

Sebagai pelarut, air juga memengaruhi kadar enzim dan substrat


sehingga secara tidak langsung memengaruhi laju metabolisme.

3) Cahaya

Cahaya mutlak diperlukan dalam proses fotosintesis. Cahaya


secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan setiap tanaman.
Pengaruh cahaya secara langsung dapat diamati dengan
membandingkan tanaman yang tumbuh dalam keadaan gelap dan
terang.

Pada keadaan gelap, pertumbuhan tanaman


mengalami etiolasi yang ditandai dengan pertumbuhan yang

16
abnormal (lebih panjang), pucat, daun tidak berkembang, dan batang
tidak kukuh.

Sebaliknya, dalam keadaan terang tumbuhan lebih pendek, batang


kukuh, daun berkembang sempurna dan berwarna hijau.

Dalam fotosintesis, cahaya berpengaruh langsung terhadap


ketersediaan makanan.

Tumbuhan yang tidak terkena cahaya tidak dapat membentuk


klorofil, sehingga daun menjadi pucat.

4) Suhu

Suhu berpengaruh terhadap fisiologi tumbuhan, antara lain


memengaruhi kerja enzim. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah akan menghambat proses pertumbuhan.

Fotosintesis pada tumbuhan biasanya terjadi di daun, batang, atau


bagian lain tanaman.

Suhu optimum (1 5°C hingga 3 0°C) merupakan suhu yang paling


baik untuk pertumbuhan.

Suhu minimum (± 1 0°C) merupakan suhu terendah di mana


tumbuhan masih dapat tumbuh.

Suhu maksimum (3 0°C hingga 3 8°C) merupakan suhu tertinggi


dimana tumbuhan masih dapat tumbuh

Adapun pengaruh suhu terhadap beberapa tumbuhan seperti yang


disajikan dalam grafik di bawah ini.

17
5) Kelembapan

Kelembapan ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun


karena transpirasi akan terkait dengan laju pengangkutan air dan
unsur hara terlarut.

Bila kondisi lembap dapat dipertahankan maka banyak air yang


diserap tumbuhan dan lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi ini
mendukung aktivitas pemanjangan sel sehingga sel-sel lebih cepat
mencapai ukuran maksimum dan tumbuh bertambah besar. Pada
kondisi ini, faktor kehilangan air sangat kecil karena transpirasi yang
kurang.

Adapun untuk mengatasi kelebihan air, tumbuhan beradaptasi


dengan memiliki permukaan helaian daun yang lebar.

6) Oksigen

Untuk pemecahan senyawa bermolekul besar (saat respirasi) agar


menghasilkan energi yang diperlukan pada proses pertumbuhan dan
perkembangannya

2.3 Pengaruh Cahaya Terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman


Cahaya matahari bermanfaat bagi tumbuhan terutama sebagai energi yang
nantinya digunakan untuk proses fotosintesis. Cahaya juga berperan dalam
proses pembentukan klorofil. Akan tetapi cahaya dapat bersifat sebagai
penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena
cahaya dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya.
Sehingga, proses perkecambahan yang diletakan di tempat yang gelap akan
menyebabkan terjadinya etiolasi. Intensitas pencahayaan atau penyinaran
yang berbeda akan menghasilkan macam pertumbuhan tumbuhan yang
berbeda. Respons tumbuhan terhadap panjang penyinaran yang berariasi
disebut fotoperiodisme. Respons itu meliputi dormansi (masa tidur yang
bertujuanmengatasi masa/musim yang tidak menguntungkan untuk tumbuh),
pembungaan, perkecambahan, dan perkembangan batang serta akar.

2.4 Objek Penelitian


Objek penelitian adalah biji kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan biji
jagung (Zea Mays).

18
BAB III

ALAT DAN BAHAN DAN LANGKAH KERJA PENGAMATAN

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian


Pengamatan dilakukan selama tujuh hari di kediaman pribadi.

3.2 Alat dan Bahan


Alat:

 11 buah gelas
 Penggaris

Bahan:

 Biji kacang hijau (Phaseolus radiatus)


 Biji jagung (Zea mays)
 Kapas
 Air

3.3 Langkah Kerja


1. Meletakkan kapas pada setiap gelas.
2. Meletakkan 2 biji tanaman pada masing-masing gelas yang telah terisi
kapas
3. Menyirami setiap jam 3 sore
4. Melakukan pengamatan selama 7 hari

19
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Data Hasil Pengamatan

4.1.1.1 Tabel Pertumbuhan Kacang Hijau Dalam Tempat Gelap

4.1.1.2 Tabel Pertumbuhan Kacang Hijau Dalam Tempat Terang

4.1.1.3 Tabel Pertumbuhan Biji Jagung Dalam Tempat Gelap

4.1.1.4 Tabel Pertumbuhan Biji Jagung Dalam Tempat Terang

20
4.1.2 Grafik Hasil Pengamatan

4.1.2.1 Grafik Pertumbuhan Kacang Hijau


16

14

12

10

8 Gelap
6 Terang
4

0
Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7

4.1.2.2 Grafik Pertumbuhan Biji Jagung


10
9
8
7
6
5 Gelap
4
3 Terang
2
1
0
Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke- Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7

4.2 Analisis Data


Pertumbuhan kacang hijau di tempat gelap mengalami pertumbuhan secara
signifikan dari hari pertama sampai hari ke empat dengan rata-rata 2,7 cm per
hari, lalu di hari berikutnya pertumbuhan mengalami penyusutan laju
pertumbuhan dengan rata-rata hanya 1,15 cm per hari.

Kacang hijau di tempat terang tidak mengalami pertumbuhan sampai hari


kedua hingga akhirnya mencapai tinggi 3, 75 di hari ketiga yang selanjutnya
mengalami pertumbuhan dengan rata-rata 2 cm per hari.

21
Biji jagung di tempat gelap tidak mengalami pertumbuhan di hari
pertamanya, selanjutnya ia tumbuh dengan laju 1,7 cm per hari.

Biji jagung di tempat terang tidak mengalami pertumbuhan sampai hari


keempatnya hingga akhirnya mencapai tinggi 1,5 cm di hari kelima dan
selanjutnya mengalami pertumbuhan dengan rata-rata 0,8 cm per hari.

4.3 Pembahasan
Biji kacang hijau mengalami tipe perkecambahan epigeal (tipe
perkecambahan di atas tanah). Hal ini dapat dilihat dari posisi kotiledon yang
berada di atas permukaan tanah. Pada perkecambahan ini juga, hipokotil
tumbuh memanjang dan plumula terdorong ke atas. Sedangkan pada
perkecambahan jagung, terjadi perkecambahan dengan tipe hipogeal (tipe
perkecambahan di bawah tanah) karena saat epikotil memanjang sehingga
plumula keluar menembus kulit biji dan muncul ke permukaan tanah,
kotiledon tertinggal di dalam tanah.

Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor


internal, dan juga faktor eksternal. Pada faktor internal, tumbuhan
dipengaruhi oleh hormon yang disebut dengan fitohormon. Salah satunya
adalah auksin atau AIA (Asam Indol Asetat) yang mana membuat tumbuhan
jika terkena sinar matahari, auksin akan berubah menjadi senyawa yang
menghambat pertumbuhan. Hal inilah yang menyebabkan batang akan
membelok ke arah datangnya cahaya, karena bagian yang tidak terkena
cahaya pertumbuhannya lebih cepat daripada bagian yang terkena cahaya.
Hal ini juga dapat dilihat dari hasil pengamatan yang menunjukkan jika
kacang hijau di tempat terang baru terlihat pertumbuhannya setelah tiga hari,
sedangkan kacang hijau di tempat gelap telah mengalami pertumbuhan di hari
pertamanya dengan rata-rata pertumbuhan 2,75 cm per hari sampai akhirnya
ia mengalami perlambatan laju pertumbuhan, sedangkan di tempat terang
hanya mengalami pertumbuhan 2,00 cm per hari. Begitu juga dengan biji
jagung di tempat terang yang baru menunjukkan pertumbuhan pada hari
kelimanya dengan laju pertumbuhan hanya sekitar 0,8 cm per hari sedangkan
biji jagung di tempat gelap sudah mengalami pertumbuhan sejak hari kedua
dengan laju pertumbuhan 1,7 cm per hari.

Pada faktor lingkungan (eksternal) tumbuhan dipengaruhi oleh nutrisi, air,


cahaya, suhu, kelembapan, dan oksigen. Untuk faktor cahaya, cahaya mutlak
diperlukan dalam proses fotosintesis yang pengaruhnya dapat diamati
langsung dengan membandingkan tumbuhan yang tumbuh dalam keadaan
gelap. Pada keadaan gelap, pertumbuhan mengalami etiolasi yang ditandai
dengan pertumbuhan yang abnormal (lebih panjang), pucat, daun tidak

22
berkembang, dan batang tidak kukuh. Sebaliknya, dalam keadaan terang
tumbuhan lebih pendek, batang kukuh, daun berkembang sempurna dan
berwarna hijau karena mengalami proses fotosintesis.

23
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan di atas disimpulkan bahwa:

1. Pertumbuhan di tempat terang mengalami laju pertumbuhan yang lebih


lambat. Dari hasil pengamatan, pertumbuhan kacang hijau di tempat gelap
lebih cepat karena mengalami laju pertumbuhan 2,75/hari sedangkan di
tempat terang hanya 2,00 cm/hari. Begitu juga dengan biji jagung di
tempat gelap yang mengalami pertumbuhan 1,7 cm/hari, sedangkan di
tempat terang hanya 0,7 cm.
2. Matahari merupakan faktor yang menghambat pertumbuhan.
3. Tumbuhan mengalami etiolasi di lingkungan gelap.
4. Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan: auksin atau
AIA (Asam Indol Asetat), gibberelin, sitokinin, gas etilen, asam absisat,
kalin, asam traumalin. Sedangkan dari faktor eksternal terdapat: nutrisi,
air, cahaya, suhu, kelembapan udara, dan oksigen.

5.2 Saran
Untuk mengatasi terhambatnya benih berkecambah maka sebelum benih
dikecambahkan perlu diberi perlakuan terlebih dahulu. Tujuan perlakuan
benih antara lain:

1. Untuk mempercepat proses perkecambahan.


2. Untuk mematahkan dormansi benih.
3. Untuk mencegah adanya patogen yang terbawa benih.

Jenis perlakuan yang dapat digunakan dalam memaksimalkan


perkecambahan kacang hijau dan biji jagung adalah dengan merendamnya
terlebih dahulu.

Fungsi perendaman ini terutama untuk melunakkan kulit benih sehingga


memudahkan penyerapan air oleh benih, juga untuk mengaktifkan sel-sel
dorman dan tunas bisa menembus kulitnya.

Air yang digunakan antara lain air biasa, air bawang merah, air kelapa, air
yang telah diberi ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), air fungsida, dsb.

Setelah merendam benih dan kulit benih dianggap sudah lunak, barulah
dilakukan proses germinasi atau perkecambahan.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. http://m.andrafarm.com/_andra.php?_i=1-agar-benih-bertunas
2. https://bertanimoderen.blogspot.com/2017/01/perlakuan-khusus-pada-
benih.html
3. Pratiwi, D.A dkk. 2012. Biologi Untuk SMA/MA Kelas XII.
Jakarta:Penerbit Erlangga.

25
Lampiran I
Perkecambahan Kacang Hijau di Tempat Gelap

26
Lampiran II
Perkecambahan Kacang Hijau di Tempat Terang

27
Lampiran III
Perkecambahan Biji Jagung di Tempat Gelap

28
Lampiran IV
Perkecambahan Biji Jagung di Tempat Terang

29

Anda mungkin juga menyukai