Akuntansi Transaksi Salam Dan Salam para
Akuntansi Transaksi Salam Dan Salam para
PARALEL
1. Bai’ as salam atau biasa disebut dengan salam, merupakan pembelian barang yang
pembayarannya dilunasi di muka sedangkan penyerahan barang dilakukan di
kemudian hari.
2. Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya
barang hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya.
3. Salam paralel merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam, dalam
hal ini transaksi salam pertama dilakukan dilakukan antara nasabah dengan bank,
sedang transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok.
B. Ketentuan Syar’i, Rukun Transaksi dan Pengawasan Syariah Transaksi Salam dan
Salam parallel
1. Ketentuan Syar’i Transaksi Salam dan Salam Paralel
“Barang siapa yang melakukan salaf (salam) hendaknya ia melakukan dengan takaran yang
jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”
b. objek akad salam berupa barang dan harga yang diperjualbelikan dalam
transaksi salam.
DSN dalam fatwanya menyatakan bahwa ada beberapa ketentuan yang harus
dipenuhi oleh barang yang diperjualbelikan dalam transaksi salam. Ketentuan
tersebut antara lain:
c. ijab dan kabul yang menunjukkan pernyataan kehendak jual beli secara salam,
baik berupa ucapan atau perbuatan.
Berdasarkan fatwa DSN no 5 tahun 2000, disebutkan bahwa akad salam kedua (antara
bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual) harus dilakukan terpisah dari akad
pertama. Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad pertama sah. Rukun-rukun yang
terdapat pada akad salam pertama juga berlaku pada akad salam kedua.
Dalam transaksi salam bank syariah dapat bertindak sebagai pemesan dan juga bertindak
sebagai produsen tetapi umumnya yang dilaksanakan bank syariah adalah salam pararel yaitu
transaksi salam yang diterima oleh bank syariah ( bank syariah sebagai produsen) secara
simultan diserahkan kepada pihak lain untuk memproduksinya (bank syariah sebagai
pemesan)
Dalam Transaksi salam bank syariah dapat bertindak sebagai pemesan dan juga sebagai
produsen
Dalam transaksi salam bank syariah dapat bertindak sebagai penjual dan dapat bertindak
sebagai pembeli. Untuk mengetahui bank syariah sebagai penjual atau pembeli dapat dilihat
dalam gambar berikut :
Atas penerimaan modal salam dalam PSAK 103 tantang akuntansi salam mengatur sebagai
berikut:
Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar modal
usaha salam yang diterima.
Modal salam yang diterima dapat berupa kas dan asset non kas. Modal usaha salam
dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima, sedangkan modal salam bentuk
non kas diukur sebagai nilai wajar (nilai yang disepakati antara bank dan nasabah.
Kasus 1
PT. Thariq Agro Mandiri , membutuhkan 100 ton biji jagung hibryda untuk keperluan ekspor
6 bulan yang akan datang. Pada tanggal 1 Juni 20XA, PT. Thariq Agro Mandiri melakukan
pembelian jagung dengan skema salam kepada Bank Syariah Sejahtera. Adapun informasi
tentang pembelian tersebut adalah sebagai berikut:
Untuk pengadaan produk salam sebagaimana diinginkan oleh PT. Thariq Agro Mandiri, bank
syariah selanjutnya pada tanggal 2 Juni 20XA mengadakan transaksi salam dengan petani
yang bergabung dalam KUD. Tunas Mulia dengan kesepakatan sebagai berikut:
Denda kegagalan penyerahan karena kelalaian atau kesengajaan: 2% dari nilai produk yang
belum diserahkan.
Pada saat akad disepakati, pembeli disyaratkan untuk sudah membayar produk salam
secara lunas. Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 17 disebutkan bahwa kewajiban salam
diakui pada saat penjual menerima modal usaha sebesar modal usaha salam yang diterima.
Berdasarkan kasus 10.1, pada saat bank syariah melakukan akad salam dengan PT.
Thariq Agro Mandiri (PT. TAM) dan menerima dana salam, maka jurnal transaksi tersebut
adalah sebagai berikut:
b. Penyerahan modal salam dari bank syariah kepada pemasok atau petani
Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 11 disebutkan bahwa piutang salam diakui pada
saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam dalam
bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan (PSAK no 103 paragraf 12).
Pada saat penerimaan produk salam, sangat mungkin terjadi perbedaan antara kualitas
dan nilai wajar barang dengan kualitas dan nilai kontrak. Perbedaan tersebut antara lain
berupa;
a. Kualitas barang dan nilai wajar barang, sama dengan nilai kontrak;
b. Kualitas barang lebih rendah dan nilai wajar barang lebih rendah dari nilai kontrak;
c. Kualitas barang dan nilai wajar barang, lebih tinggi dari nilai kontrak;
Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 13a, disebutkan bahwa jika barang pesanan
sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati.
10.6. Penyajian
Berdasarkan PSAK no 103 paragraf 20 s/d 22, penyajian rekening yang terkait
transaksi salam dan salam paralel antara lain:
1. Piutang salam, yang timbul karena pemberian modal usaha salam oleh bank syariah.
2. Piutang, yang timbul karena penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam
transaksi salam. Rekening ini disajikan terpisah dari piutang salam.
3. Hutang salam, timbul karena bank menjadi penjual produk salam yang dipesan oleh
nasabah pembeli.
10.7 Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan tentang transaksi
salam dan salam paralel antara lain:
1. Rincian piutang salam (kepada pemasok) dan hutang salam (kepada pembeli)
berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta, kualitas piutang dan penyisihan
kerugian piutang salam.
2. Piutang salam dan hutang salam yang memiliki hubungan istimewa