Kedatuan Suppa
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
2014 – hingga
We Dala Uleng Bau Massepe (F)
kini
Acara ini dirangkai dengan tradisi Sayyang Pattuddu atau pagelaran Kuda Menari.
Puluhan ribu orang menyaksikan acara yang digelar satu kali dalam dua tahun itu.
Usai ceramah maulid, warga kemudian mendekati pohon pisang yang telah dihias.
Umumnya hiasan berisi telur yang sudah direbus. Sejumlah makanan dan minuman
juga dibagikan kepada pengunjung yang menghadiri peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW.
Selesai acara maulid, siang hari usai Salat Duhur, panitia kemudian menggelar tradisi Sayyang
Pattudu. Panitia menampilkan sekira 30 kuda yang telah dilatih khusus. Kuda tersebut berjalan
sambil menari diiringi musik tradisional dan musik religi.
Kuda tersebut ditunggangi satu hingga dua orang yang telah khatam Alquran.
Pesertanya bukan saja warga Ujung Lero, tetapi juga warga Suku Mandar yang ada di
Luar Provinsi seperti Polman, Sulawesi Barat, Kalimantan Timur dan Kendari, Sulawesi
Tenggara.
Mereka kemudian diarak keliling kampung dan disaksikan puluhan ribuan pengunjung.
Camat Cuppa, Amran mengatakan, tradisi Sayyang Pattudu ini sebenarnya berasal dari
Tanah Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Namun karena mayoritas warga Ujung Lero,
Suppa, Kabupaten Pinrang merupakan Suku Mandar, maka tradisi ini juga dilestarikan
sekali dalam dua tahun. Hal serupa juga diungkapkan Kepala Desa Ujung Lero, HM
Amin.
Ketua Panitia Maulid dan Sayyang Pattudu, Nurhamma mengatakan, zaman dulu,
Sayyang Pattudu ini digelar hanya untuk kalangan bangsawan Suku Mandar saja.
Namun karena seiring perkembangan zaman, atas saran seorang ulama saat itu,
sehingga Sayyang Pattudu digunakan sebagai salah satu syiar Islam.
“Kini, kuda menari ini bisa ditunggangi warga yang sudah khatam Al-Quran. Mereka
kemudian dipandu lalu diarak keliling ke pemukiman warga,” kata Nurhamma.
Salah seorang pemandu kuda menari, Muhammad Idris mengaku melatih khusus kuda
Sayyang Pattudunya sepekan sebelum tampil. Kuda itu umumnya didatangkan dari
Polman, Sulawesi Barat. “Sewanya berkisar antara Rp750 ribu hingga satu juta rupiah,”
kata Idris.