Hukum Maritim Ibu Chandra Motik
Hukum Maritim Ibu Chandra Motik
Oleh
Hj. Chandra Motik Yusuf, SH., MSc. PhD.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
( FH UI )
SYLLABUS
Peninjauan akan dilakukan baik dari sudut hukum nasional Indonesia, maupun dari
ketentuan-ketentuan yang bersifat internasional dan praktek-praktek yang kini sedang
berlangsung.
Akan ditinjau secara umum pengertian pengangkutan laut, baik mengenai pengangkutan
barang, maupun orang, dokumen-dokumen yang diperlukan bagin suatu kapal sebelum
dapat beroperasi, syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat berusaha dalam bidang
pengangkutan laut; kedudukan nahkoda, awal kapal dan penumpang laut, liku-liku
mengenai charter party, voyage charter, dan time charter, ketentuan-ketentuan khusus
mengenai pengangkutan barang konosemen (Bill of Lading); juga akan ditinjau
ketentuan-ketentuan khusus mengenai pengangkutan orang; hal-hal yang harus dilakukan
apabila terjadi tabrakan kapal dan kapal karam; dan kerugian laut.
Selama satu semester gasal tahun akademis ini akan dipakai beberapa sarana :
1. Pemberian kuliah sebanyak kurang lebih 13 kali selama satu semester bulan
Februari s/d Juni 2011.
2. Melaksanakan pekerjaan rumah.
3. Memberikan responsi/test.
4. Mengadakan ujian akhir semester.
1. M. Husseyn Umar, SH, Chandra Motik Yusuf, SH. Peraturan Angkutan Laut
Dalam Deregulasi.
2. Mr. Wirjono Prodjodikoro, SH, Hukum Laut Bagi Indonesia, sumur Bandung –
1961
3. Prof. R. Soekardono, SH Hukum Perkapalan Indonesia, Penerbit Dian Rakyat,
1969
4. Lane C. Kendall – The Business of Shipping – Carnell Maun e Press, Inc,
Cambrige 1976, Maryland.
5. Himpunan Konvensi/Peraturan International tentang Hukum Laut, Jilid I oleh
Chandra Motik Yusuf, SH.
6. Himpunan Konvensi/Peraturan International tentang Hukum Laut, Jilid II oleh
Chandra Motik Yusuf, SH.
7. Himpunan Konvensi/Peraturan International tentang Hukum Laut, Jilid III oleh
Chandra Motik Yusuf, SH.
8. Wiwoho Soedjono, Hukum Perkapalan dan Pengangkutan Laut, PT. Bina Aksara,
1982.
9. Selamatkan Indonesia – LSKPI – Lembaga Studi Komunikasi Pembangunan
Indonesia – 2000.
10. Manajemen Otonomi Daerah – LSKPI – Lembaga Studi Komunikasi
Pembangunan Indonesia – 2001.
11. Serba-Serbi Konsultasi Hukum Maritim, Jilid I, oleh Chandra Motik Yusuf, SH,
MSc.
12. Serba-Serbi Konsultasi Hukum Maritim, Jilid II, oleh Chandra Motik Yusuf, SH,
MSc.
13. Serba-Serbi Konsultasi Hukum Maritim, Jilid III, oleh Chandra Motik Yusuf, SH,
MSc.
14. Peningkatan Peranan Hukum dan Perlindungan Hukum dalam Kegiatan
Perhubungan Laut (Lokakarya) oleh Lembaga Bina Hukum Laut. Chandra Motik
Yusuf, SH.
15. Menyongsong Ombak Laut. Oleh Chandra Motik Yusuf, SH. Genta
Sriwijaya-2003.
16. Makna Laut Bagi Indonesia – Chandra Motik Yusuf – 2008.
17. Bunga Rampai Hukum Maritim & Laut Indonesia, Jilid 1 oleh Chandra Motik
Yusuf, SH.
18. Bunga Rampai Hukum Maritim & Laut Indonesia, Jilid 2 oleh Chandra Motik
Yusuf, SH.
19. Bunga Rampai Hukum Maritim & Laut Indonesia, Jilid 3 oleh Chandra Motik
Yusuf, SH.
20. Peraturan-Peraturan Perundang-Undangan dan artikel terkait.
Buku Bacaan
Pembagian Kuliah :
1. Kuliah ke I :- Pendahuluan
6. Kuliah ke VI :- Nahkoda
:- Anak Buah Kapal
- Perjanjian Kerja Laut
7. Kuliah ke VII :- Pengangkutan Barang lewat Laut
- Pengangkutan Penumpang lewat
Laut
Catatan :
› Bahan-bahan kuliah dapat diambil pada pengajar oleh ketua kelas dimana
mahasiswa dapat memfotocopynya.
Mengacu pada Catatan Ketua Harian Dewan Maritim Indonesia (DMI) yang
menunjuk program prioritas DMI di bidang Hukum jo hasil sarasehan Nasional
Dewan Maritim Indonesia tertanggal 28 dan 29 Juli 2000, maka kami sampaikan
masukan sebagai berikut:
HUKUM LAUT
(DALAM ARTI KATA LUAS)
2. MANNING
a. Manning Levels and Certification of Competency.
b. Safety, Health and Welfare of the Crew.
c. The Master.
3. SAFETY
a. Safety of life at Sea.
b. Tonnage Measurement.
c. Unseaworthiness of ships.
d. Load Lines.
e. Safety of Containers.
f. Documents.
g. Carriage of Dangerous Goods.
4. POLLUTION
a. The Prevention of Vessel Source Damage.
b. Intervention by a Coastal State.
c. Liability for a Pollution Damage.
5. ECONOMIC REGULATION
a. Sea Transport.
b. The Depelopment of National Merchant Fleet.
c. Registration of Ships.
d. Maritime Hyphothec and Liens.
e. Port Legislation.
Patut pula dicatat bahwa ternyata negara Indonesia masih belum meratifikasi 54
buah konvensi internasional dibidang maritime baik yang dikeluarkan oleh IMO
maupun badan internasional lainnya (informasi kami dapat dari DR. Yansen
Sinaga MSc, MBA, ADU) (terlampir).
Cita – cita kami, lembaga peradilan maritim dalam bentuk idealnya adalah
seperti Maritime Court di Inggris dimana sebagai embrio dari lembaga
tersebut adalah “Mahkamah Pelayaran” yang sebelumnya harus
ditingkatkan kedudukan dan kewenangannya (saat ini secara struktural
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1998 yang merupakan
peraturan pelaksanaan daripada pasal 93 (2) Undang – Undang No. 21
tahun 1992 tentang Pelayaran kedudukan lembaga tersebut berada dibawah
Menteri Perhubungan //Eksekutif dan kewenangannya hanya memberikan
sanksi administratif saja).
Pada beberapa waktu yang lalu saat kami sebagai anggota Tim dari Badan
Pembinaan Hukum Nasional yang membahas mengenai lembaga Mahkamah
Pelayaran, para anggota menyetujui adanya peningkatan kedudukan dan
kewenangan dari lembaga diatas dengan melihat “celah” sebagai payung
yang ada yaitu menggunakan pasal 13 Undang – undang No. 14 tahun 1970
tentang Ketentuan – ketentuan pokok kekuasaan kehakiman (dengan
redaksional : Badan – badan peradilan khusus didamping badan peradilan
yang sudah ada, hanya dapat diadakan dengan Undang – undang).
(I) NAVIGATION
a) Navigation Aids
b) Pilotage
c) Prevention of Collision at Sea
d) Maritime Communication Satellites & Safety
of Navigation.
e) Maritime Search & Rescue
f) Public Law aspects of Salvage & Removal of
Wrecks.
MARITIME LAW
II MANNING.
a) Manning Levels & Certification of Competency.
b) Safety, Health & Welfare of the Crew.
c) The Master
(II) SAFETY
a) Safety of Life at Sea
b) Tonnage Meansurement
c) Unseaworthiness of ships
d) Load Lines
e) Safety of Containers
f) Documents
g) Carriage of Dangerous Goods
MARITIME LAW
II POLLUTION
a) The Prevention of Vessel Source Damage.
b) Intervention by a Coastal State.
c) Liability for a pollution damage.
V. ECONOMIC REGULATION
1. Sea Transport
2. The Development of
National Merchant Fleet
3. Registration of Ships
4. The Maritime Hypothec &
Liens
5. Port Legislation
c) The Master :
Disini diatur ketentuan – ketentuan mengenai Nahkoda/ Master kemampuan
Nahkoda dan perwira – perwira kapal.
Peraturan ini merupakan satu paket dengan judul RUU tentang keselamatan
kapal (Safety), Pengawakan dan keselamatan serta kesejahteraan awak kapal
(manning).
f) Document / sertifikat
IV. POLUTION/pencemaran.
a) The Prevention of Vesel Source Damage atau Perlindungan Lingkungan
dan Pencemaran oleh kapal.
V. ECONOMIC REGULATION
a) Sea transport diatur disini mengenai beroperasinya Perusahaan Angkutan
Laut baik untuk Pelayaran Dalam Negeri maupun Luar Negeri.
- Kriteria – criteria dari pembagian perusahaan pelayaran angkutan laut :
- Ukuran dan type kapal yang diperlukan oleh usaha pelayaran yang
bersangkutan.
- Pengaturan pembagian pengoperasian yang meliputi R.L.S dan non
R.L.S.
- Jenis dna sifat muatan yang diangkut.
- Hubungan timbal balik antara bagian – bagian tersebut di atas dalam
menunjang perusahaan sebagai suatu kegiatan industri jasa angkutan
laut.
- Perijinan
- Pengadaan kapal
- Uang tambang/freight
- Pengawasan dan pembinaan
- Hubungan dengan pemilik kapal
- Hubungan dengan perusahaan pelayaran
- Perusahaan – perusahaan penunjang angkutan laut
e) Port Legislation
- Disini diatur mengenai organisasi pelabuhan, management dan operasi.
- Macam - macam pelabuhan
- Tarif Pelabuhan
- Fasilitas Pelabuhan
- Dan lain – lain .
MARITIME LAW :
That system of law which particulary relates :
- To Commerce and Navigation
- To Business Transacted at Sea.
- Or relating to Navigation
- To Ships and Shipping
- To Seamen
- To the transportation of persons and property by sea.
- And to marine affairs generally.
- The law relative to harbors
- Ship’s
- And seamen
7 a). Territoriale Zee en Maritime Kringen Ordonantie (Poktie Ter Zee) atau
Undang – Undang Laut Teritorial dan Lingkungan Maritime 1939 No.
442.
b). Undang – Undang No. 4 tahun 1960.
Tentang Perairan Indonesia.
c). Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1962.
Tentang Lalu Lintas Laut Damai
d). Keputusan Presiden No. 15 / 1971.
Tentang Wewenang Pemberian Izin berlayar bagi segala kegiatan
kendaraan air asing dalam wilayah perairan Indonesia.
atau
Undang-Undang Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim
1939 No. 442.
b) Undang-Undang No. 4 tahun 1960.
Tentang Perairan Indonesia.
c) Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1962.
Tentang Lalu Lintas Laut Damai
d) Keputusan Presiden No. 15 / 1971.
Tentang Wewenang Pemberian Izin berlayar bagi segala
kegiatan kendaraan air asing dalam wilayah perairan
Indonesia.
Peraturan-Peraturan yang berhubungan dengan :
- Bidang Kehakiman
- Bidang Imigrasi
- Bidang Bea Cukai
- Bidang Kesehatan
Konvensi-konvensi Internasional, antara lain :
a. The Hague Rules 1924. - Bill of Lading.
b. The Visby Rules 1968. - Bill of Lading.
c. York Antwerp Rules 1974. - Awar Umum.
d. Conision Regulation-1910. - Tubrukan Kapal.
UU Pelayaran No. 21 Tahun 1992.
PP. No. 70/1996 tentang Pelabuhan.
PP. No. 1/1998 tentang Mahkamah Pelayaran.
Dan Lain-lain.
IDENSI
- Yurisdiksi dalam Hukum Publik Internasional
menyangkut alokasi dan pembatasan kekuasaan sesuatu
negara.
- Yurisdiksi dalam hukum perdata Internasional
menyangkut masalah pengadilan. Dimana disesuatu
negara dapat mengadili satu perkara.
isdiksi menyangkut kewenangan
buat peraturan perundang-undangan (Legislative
Junsdiention) menyangkut pelaksanaan (Penegakkan Hukum).
N.G.O.
Tugas BKI :
1. Memberikan penggolongan / klasifikasi terhadap kapal
– kapal setelah terlebih dahulu diselidiki dan
dinilai.
2. Memberikan petunjuk dan penilaian atas konstruksi
kapal yang sedang dibangun atau sedang dalam
pemakaian termasuk semua alat perlengkapannya.
Untuk peningkatan dari BKI , baik berupa tehnik, operasi dan
management, BKI berkerjasama dengan Biro Klasifikasi Asing,
antara lain :
Tujuan KPI :
1). Mengamalkan & mengamankan pancasila
UUD’45 dalam kehidupan pelaut,
baik sebagai tenaga kerja maupun
sebagai negara yang bertanggung
jawab.
2). Menghimpun & membina semua pelaut
untuk mewujudkan persatuan guna
mensukseskan pembangunan nasional.
3). Mengusahakan kesejahteraan pelaut &
keluarganya baik material maupun
spiritual secara adil dan bertanggung
jawab.
4). Meningkatkan kecerdasan &
keterampilan pelaut.
5). Melaksanakan hubungan perburuan
Pancasila.
Fungsi Gaveksi :
1). Pembinaan profesi para anggotanya.
2). Pembinaan kedisiplinan anggotanya
untuk mematuhi ketentuan –
ketentuan organisasi dan terhadap
ketentuan perundang – undangan
Negara.
Tujuan Iperindo :
Tujuan ASTRINDO :
Tujuan BAALI :
Sifat BAALI :
- Bersifat khusus, artinya hanya mengenai
bidang tertentu saja yaitu pengangkutan
barang – barang Bulog.
Arsitrase ad hoc X.
Perstitutionalized Arbitration (BANI)
Arbriter BAALI terdiri atas :
1) Ditjen Perhubungan Laut.
2) Bulog
3) Kontraktor Bulog
4) Pengangkut
5) INSA
Tujuan BANI :
1) Penyelesaian sengketa yang timbul dari perjanjian –
perjanjian mengenai soal :
- Perdagangan
- Industri
- Keuangan (Business Contract)
Secara cepat dan adil.
Ditetapkan melalui :
Ordonansi No. 119/1873 dengan sebutan “Road Van
Tuch” (Peradilan Tata Tertib). Jo
Ordonansi No. 288/ Tahun 1927 dengan sebutan “Road
Voor De Stheepvaart” jo stzblg No. 215/ 1934 jo
stzbl No. 2/ 1938 kemudian setelah kemerdekaan
disebut “Mahkamah Pelayaran”
Maksud LBHLI :
Ialah : untuk mendorong dan mengembangkan
pembangunan hukum di indonesia yang
berkaitan dengan masalah laut, baik dalam
bidang hukum laut publik (Law Of The Sea)
maupun hukum maritime (Maritim Law),
khususnya, melalui bidang keilmuan dan
pendidikan.
Tujuan LBHLI :
Kegiatan LBHLI :
1. Mengadakan berbagai kegiatan ilmiah dalam
bentuk penelitian, diskusi, seminar dan
sebagainya.
2. Mengadakan berbagai bentuk pendidikan bagi
masyarakat hukum di Indonesia.
3. Penyuluhan hukum dan bantuan hukum khususnya
kepada masyarakat bahari Indonesia seperti kaum
nelayan, anak buah kapal, para pengusaha, dan
staf perusahaan yangt berkaitan dengan laut
petani laut dan lain – lainnya.
4. Membentuk dan mengorganisasikan pusat
dokumentasi dan informasi mengenai Hukum Laut
Publik (Law of The Sea) dan Hukum Maritim
(Maritime Law).
5. Menjalin hubungan antar berbagai lembaga baik
pemerintah maupun non pemerintah baik dalam
tingkat daerah, Nasional maupun Internasional
yang berhubungan dengan masalah kebaharian.
PERUSAHAAN PENUNJANG PELAYARAN DAN PENGERTIANNYA
A. Perusahaan EMKL
C. Perusahaan Perveeman
- Cargo inspection
- Measuring cargo
- Perhitungan – perhitungan Tally
- Pembuatan dokumen yang diperlukan, seperti Tally Sheet, Stovage
Plan dan pengawasan barang-barang dan container di terminal.
6. Usaha bongkar muat barang adalah kegiatan jasa yang bergerak dalam
kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal, yang terdiri dari
kegiatan stevedoring, cargodoring dan receiving / delivery.
Pengusaha Perkapalan
Pemilik bersama kapal yaitu sebuah kapal dimiliki oleh beberapa orang
yang dipergunakan untuk pelayaran di laut dengan pembiayaan bersama dan
dalam bentuk usaha yang lain daripada persekutuan seperti yang terdapat
dalam butir ke 3 buku ke 1.
Pengusaha adalah dia yang memakai sebuah kapal guna pelayaran di laut
dan mengemudikannya sendiri atau suruh mengemudikannya oleh seorang
nahkoda yang bekerja padanya.
KAPAL
Ships means any vessel used for the carriage of goods by sea.
2. Dimiliki untuk 2/3 bagian oleh seorang atau lebih warga negara
Indonesia dan untuk 1/3 bagian oleh seorang atau lebih penduduk
Indonesia, dengan syarat bahwa pemegang buku dari kapal itu ( jika
memang ada ) harus seorang warga negara Indonesia.
Bagi kapal laut Indonesia yang akan diakui secara sah sebagai kapal laut,
apabila telah dipunyai satu ( 1 ) diantara empat ( 4 ) surat-surat kapal,
yaitu :
Bilamana belum dapat diberikan, sedangkan kapal tersebut harus berlayar lagi,
dapat dimintakan kepada Dirjen PERLA – Surat Izin Berlayar Sementara.
5. Sertifikat Kesempurnaan
( Certificate of Seavos Witnes )
a. International
( International Load Line Certificate )
I. ZEE WARDIG
1. Pelayaran Nusantara :
2. Pelayaran Lokal :
3. Pelayaran Rakyat :
2. Pelayaran Samudera :
c. Kapal Tanker :
Adalah kapal yang dibangun khusus untuk mengangkut muatan
cair.
Container adalah ;
Peti besar terbuat dari kerangka baja dengan dinding alumunium
atau baja.
1. Apabila kapalnya dirusak, musnah atau diambil oleh bajak laut atau
musnah dalam peperangan.
Pendaftaran Kapal :
Pasal 314 KUHD
1. Kapal – kapal Indonesia yang berukuran paling sedikit dua puluh meter
kubik isi kotor dapat dibukukan di dalam suatu register kapal menurut
ketentuan – ketentuan yang akan ditetapkan dalam suatu Undang –
Undang tersendiri.
Peraturan Pendaftaran Kapal & Balik Nama Kapal Regeling Van de
Teboekstelling Van Schepen ). Ordonansi 4 Februari 1933, Statblaz 33 – 48
jo 30 – 2 berlaku sejak 1 April 1938.
2. Dalam Undang – Undang ini harus pula diatur tentang caranya peralihan
hak milik dan penyerahan akan kapal-kapal dalam pembuatan yang
dibukukan dalam register kapal tersebut dan andil-andil dalam kapal-
kapal atau kapal-kapal dalam pembuatan seperti itu
3. Atas kapal-kapal yang dibukukan dalam register kapal, kapal-kapal
dalam pembukuan dan andil-andil dalam kapal-kapal dan kapal-kapal
dalam pembuatan seperti itu dapat diletakkan Hipotik
4. Atas kapal-kapal yang disebutkan dalam ayat kesatu, tidak dapat
diletakkan hak gadai. Atas kapla-kapal yang dibekukan tidak berlakulah
Pasal 1977 KUHper.
a. Tidak hanya kapal laut yang dapat didaftar tetapi juga kapal
sungai.
b. Tidak ada keharusan utnuk mendaftar tetapi semua kapal yang
berukuran 20 meter kubik isi bruto atau lebih yang dipergunakan dilaut
harus didaftarkan terkecuali :
Kapal tidak bermotor yang berukuran kurang daripada 100 m3 isi bruto.
c. Kapal yang ukurannya kurang dari 20 m3 masuk golongan
kapal-kapal yang tidak didaftarkan.
1. Kapal Laut
2. Kapal yang dipergunakan untuk pelayaran perairan pedalaman.
3. Kapal perairan / kapal nelayan
4. Apabila ternyata tidak cukup dalam perusahaan yang memakai kapal itu,
kepemilikannya dimiliki warga negara Indonesia.
Kegiatan Pemilik :
2. Surat Ukur
3. Bukti-bukti milik :
4. Tagihan – tagihan
- Biaya materai
- Dll
- Surat Ukur
- Bukti Milik
Asas hukum hipotik kapal laut mengikuti asas hipotik pada umumnya
seperti:
1. Bersifat accesoir.
2. Spesialitas.
3. Bersifat kebendaan mengikuti bendanya didalam tangan siapapun
benda itu berada (Pasal 1162 KUHPer jo 315 KUHD).
4. Tidak dapat dibagi (Pasal 1163 KUHPer).
5. Tidak dapat dibebankan oleh pemilik barang ( 1168 KUHPer jo pasal
315 c KUHD).
6. Jumlah hutang dapat diperhitungkan ( Pasal 1176 KUHPer jo Pasal
315 c KUHD).
------------------------------------------------------------------------------------------
Makalah ini disampaikan dalam acara Pembahasan mengenai UU Hipotik yang diselenggarakan
oleh Bappenas pada tanggal 28 Oktober 2004.
Asas ini diatur dalam pasal 1168 BW. Pasal 1168 BW tersebut
menurut pasal 315 C KUHD berlaku sebagai asas dalam ikatan
hipotik kapal.
Hanya pengertian milik di sini adalah luas. Bukan berarti
mesti bersifat “ hak milik”. Apalagi mengenai tanah. Banyak
bentuk hak yang bisa dilengketkan terhadap tanah. Bisa berupa
HGB, hak pakai dan sebagainya. Oleh karena makna asas ini
harus diperluas dengan pengertian bahwa hipotik atas suatu
benda hanya dapat dilakukan oleh orang yang berhak dan
berwenang memindah tangankan barang yang bersangkutan.
Asas ini sepanjang mengenai kapal tidak begitu
menimbulkan persoalan. Karena pada dasarnya kapal hanya
dapat didaftarkan oleh pemilik dalam bentuk pemilikan yang
sebenarnya. Dan kalau saya tidak salah, tidak dikenal bentuk –
bentuk hak pemilikan lain selain dari bentuk hak milik kapal.
Sedang hak sewa kapal misalnya, sudah jelas bukan merupakan
hak yang bersifat memberi hak kepada penyewa kapal untuk
memindahtangankan kapal.
Karena salah satu ciri atau sifat hukum di bidang maritim aspek
Internasionalnya sangat dominan, maka Undang – Undang ini
memperhatikan dan mengakomodasikan norma – norma hukum
Internasional di bidang maritim, antara lain International Convention
on Maritime Liens and Ship Mortgages l993 dan International
Convention on Arrest of Ships 1999.
Pokok-pokok materi yang diatur dalam undang-undang ini antara
lain meliputi : klaim-klaim maritim yang didahulukan ; obyek hipotek
atas kapal; pemberi dan penerima hipotek atas kapal ; tata cara
pemberian, pendaftaran, peralihan dan hapusnya hipotik atas kapal;
eksekusi hipotek atas kapal; pencoretan hipotek atas kapal ; sanksi
administratif.
( Catatan :
Selain itu, RUU tersebut mengatur juga hal – hal sebagai berikut:
Kapal yang dapat menjadi objek hipotik adalah kapal yang terdaftar di
Indonesia (kapal Indonesia) atau kapal yang terdaftar di Indonesia yang
berasal dari kapal asing yang pendaftaran di negara asalnya telah
dihapuskan atau ditangguhkan (ex kapal asing). Hak hipotik dapat
diberikan kepada warga negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia
dan atau warga negara asing atau badan hukum asing.
RUU ini mengatur bilamana debitur cidera janji maka kreditur dapat
melakukan :
a. menguasai kapal yang dibebani hipotik berdasarkan suatu
perjanjian.
b. menjual kapal tersebut melalui pelelangan umum.
c. menahan atau menyita kapal yang dibebani hipotik melalui
pengadilan dan mengajukan permohonan ke pengadilan untuk
memerintahkan agar kapal dijual secara paksa.
1. Pengangkut (carrier);
2. Pemilik atau pengirim barang (shipper, consignor);
3. Penerima barang (consignee).
Penerima barang dalam KUHD dan The Hague Rules tidak ada
pengertiannya, sedangkan dalam the Hamburg Rules dan
Konvensi Multimoda disebut dengan Consignee.
Bahayanya adalah:
Bila si Supplier tidak menyerahkan barang-barangnya kepada sipengangkut
maka pembeli dapat menuntut pengangkut.
Disini baik Supplier maupun agen dari pengangkutan yang menanda tangani
Konosemen tidak bermaksud untuk menyerahkan barang-barang yang
dimaksud dalam konosemen
1. On Board B/L”
Yaitu bila jadwal waktu pelayaran sangat teratur dan ruang pengapalan
cukup, maka dalam Konosemen disebut bahwa barang-barang yang telah
diterima, dikapal yang akan mengangangkutnya.
Jadi para pihak puas oleh karena diketahui dengan pasti bahwa barang telah
dimuat dikapal
B. Received for Shipment – untuk diangkut dengan kapal Roa-Roa dan / atau
kapal-kapal berikutnya. Jadi disini pengangkut menyatakan bahwa
barang-barang diharap akan diangkut dengan kapal Roa-Roa atau dengan
kapal sesudah kapal Roa-Roa.
Letter of Credit ( L / C )
Selain Clean B / L dan Foul B/ L ada yang disebut dengan Letter of Idemnity
yaitu:
L/C
Suratadalah
jaminanalatyang
atau surat,
dibuatyang dikeluarkan
Shipment dimana oleh suatu Bankbahwa
dinyatakan atas permintaan
Shipment
dan atas beban
bertanggung sipembeli.
jawab atas kerusakan / cacat yang dsebut.
Dengan L/C tersebut Bank menyetujui bahwa wesel si penjual dapat ditarik
atas Bank tersebut atau Bank lainnya yang ditunjuk dalam L/C dan bahwa
wesel-wesel tersebut jika memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam L/C
nya akan dibayar sebagaimana mestinya dengan akseptasi dan atau
pembayaran.
1. Bahwa Jika disini Wesel ditarik
si pembeli/nasabah atas suatu
mengakui bank; pembukaan
terhadap jadi bukan atas si
kredit
pembeli. Kenapa Bank mau mengikatkan diri sedemikian rupa?
diatas berlaku syarat-syarat umum Bank tersebut untuk pembukaan
Hal inikredit
disebabkan
luar negrioleh
dankerena dalamyang
segala biaya formulir
timbulpembukaan L/C ditulis
karena pembukaan L/C
dinyatakan:
tersebut adalah menjadi beban pembeli.
2. bahwa pembeli/nasabah memikul segala resiko dari semua perbuatan-
perbuatan para pemakai L/C yakni para penjual/Beneficiaries dan
tidak menuntut tanggung jawab pihak Bank yang membuka L/C
terhadap adanya sifat-sifat; kwalitas-kwalitas, kondisi, pengepakan,
nilai atau penyerahan barang-barang sebagaimana disebut didalam
dokumen.
3. pembeli/nasabah tidak menuntu tanggung jawab bank yang membuka
L/C terhadap keabsahan, ketidakpalsuan atau ketidakcukupan
dokumen-dokumen.
4. pembeli/nasabah mengakui bahwa hak kepemilikan dari dan hak
penguasaan atau semua barang-barang berdasarkan L/C itu ada pada
Bank sebagai jaminan
5. Pembeli/nasabah wajib membayar komisi/upah yang telah disetujui
kepada Bank untuk pembukaan L/C
6. Bilamana dianggap perlu oleh Bank yang membuka L/C
nasabah/pembeli wajib untuk atas permintaan Bank tersebut,
memberikan tambahan jamianan kepada Bank yang cukup menurut
penilaian Bank.
PROSEDUR EXPORT
PROSEDUR IMPORT
L/C
Bank Bank Y/ Bank L/C
Koresponden/Bank X
B/L Asli+Dokumen
Copy L/C
Bank L/C L/C Bayar B/L Buka
Bayar Asli Asli L/C Asli L/C
Korespondensi
Penubrukan ialah:
Tubrukan atau penyentuhan antara kapal-kapal satu sama lain.
KONOSEMEN
SEBAGAI SALAH SATU DOKUMEN PENGANGKUTAN
DALAM
TRANSAKSI PERDAGANGAN DENGAN MENGGUNAKAN L/C
Oleh: DR. Chandra Motik Yusuf Djemat, SH, MSc.
PENDAHULUAN
1. Dokumen pengangkutan :
- (Konosemen) Bill of Lading
- Air Waybill
- Railway Consignment Note
2. Invoice
3. Dokumen Asuransi
Oleh karena dalam makalah ini kami membicarakan mengenai
konosemen maka pembicaraan ini kami batasi hanya mengenai
hal - hal yang bersangkut paut dengan masalah konosemen
(Bill of Lading).
DEFINISI
KEPEMILIKAN KONOSEMEN
Kepemilikan atas suatu B/L ditentukan oleh petunjuk kepada
siapa B/L tersebut diterbitkan. Ada 3 cara penerbitan B/L
yang umum untuk membedakan pemilikan B/L tersebut, yakni :
1. Bearer B/L
Jenis B/L ini jarang dipergunakan, yang dimaksud dengan
bearer adalah pemegang B/L dan karena itu setiap orang
yang memegang/memiliki B/L tersebut dapat menagih barang-
barang yang tersebut pada B/L. Jenis B/L ini mencantumkan
kata “bearer” dibawah kata consignee (si penerima
barang).
2. Straight B/L
Bila sebuah B/L diterbitkan dengan mencantumkan nama si
penerima barang (consignee) maka B/L tersebut disebut N/L
atas nama. Straight B/L ini menggunakan kata - kata : “
consignee to ” diatas alamat dari consigned B/L
tersebut. B/L tersebut tidak boleh mencantumkan tulisan
to order karena itu hanya consignee yang disebut namanya
dalam B/L yang dapat menagih atau memiliki barang-barang
tersebut. Apabila diinginkan pemindahan hal milik barang-
barang tersebut, maka haruslah dengan cara membuat
pernyataan pemindahan hak milik yang disebut declaration
of assignment dan bilamana diadakan dengan endorsement
maka pemindahan pemilikan tersebut tidak dianggap
berlaku.
3. B/L made out to order
Biasnaya syarat B/L demikian ini dapat ditandai dengan
pencantuman kata “order” pada kota consignee pada B/L
yang bersangkutan. Kepemilikan B/L ini dapat dipindahkan
oleh consignee kepada orang lain dengan endorsement,
yakni dengan menandatangani bagian belakang B/L tersebut.
Cara endorsement semacam ini disebut general endorsement
(endorsement tanpa menyebutkan nama).
3. Through B/L
- Bilamana perusahaan pengangkut/perkapalan tidak
dapat menyediakan jasa - jasa langsung dari
pelabuhan pengapalan ke pelabuhan tujuan, maka dapat
diatur “transshipment” dengan pengeluaran satu B/L.
jadi B/L yang digunakan untuk seluruh perjalanan
tersebut dinamakan “through B/L”. Pengangkutan
pertama disebut “first carrier” dan pengangkutan
kedua disebut “second carrier”.
- Bank Devisa di Indonesia dapat menerima B/L ini di
pelauhan muat barang di mana PEB ditutup, B/L mana
diterbitkan oleh Pelayaran Nusantara yang telah
mengadakan perjanjian alih kapal dengan perusahaan
Pelayaran Samudera.
5. Liner B/L
B/L ini dikaitkan dengan pengangkutan barang dengan
kapal-kapal yang telah mempunyai jalur perjalanan sesuai
dengan yang sudah diatur dan mempunyai tempat
persinggahan sebelum tiba pada pelabuhan tujuan dan
dijadwalkan dengan baik. Barang-barang yang diangkut
dengan bentuk pengangkutan ini sangat menguntungkan
disbanding dengan apa yang dinamakan “tramp steamers”,
yang tidak terikat pada jadwal yang ketat dan dapat
singgah di pelbagai pelabuhan dalam perjalanannya menuju
pelabuhan tujuan.
7. Container B/L
Yang disebut container dalam hubungan pengangkutan barang
ini adalah kotak besar ukuran kira - kira 8’x 8’x 20’ di
dalam mana barang-barang di pak untuk dikapalkan. Oleh
karena ukurannya standar, penyimpanan dan penanganannya
akan lebih cepat dan biaya lebih sedikit. Suatu B/L yang
menyebutkan barang - barang dengan “one container
contents unknown” disebut “Container B/L”, dan dari pihak
bank akan sulit untuk mengetahui apakah barang-barang
yang dimaksud dalam dokumen - dokumen lainnya sama dengan
yang dinyatakan dalam container B/L tersebut. Dalam hal
ini ada resiko “jettison” (pembuatan barang ke laut) bila
keadaan darurat atau “washing aboard” (tersiram) bila
terletak di tempat teratas. Umumnya Bank Devisa Indonesia
tidak menerima B/L ini dalam syarat L/C, kecuali
diharuskan.
8. Groupage B/L
Agar ongkos - ongkos pengangkutan dapat seminimum
mungkin, beberapa eksportir dapat meminta kepada sebuah
perusahaan forwarding agent atau EMKL agar mengirimkan
barang-barang tersebut atas namanya dalam suatu bentuk
consignment besar. Gropage B/L tersebut akan
dikonsinyasikan kepada (consigned to) agent dari
forwarding agent tersebut di pelabuhan tujuan.
1. Clean B/L
Bilamana pada sebuah B/L tidak terdapat catatan-catatan
tentang kekurangan-kekurangan/catatan barang-barang, maka
B/L tersbeut dinyatakan “clean”.
Biasanya B/L tersebut menggunakan kata-kata : “Shipper in
apparent good order and conditions on board………”
2. Unclean B/L
Bilamana penyiapan - peniapan barang, pengepakan dan lain
sebagaimanya tidak sesuai dengan syarat-syarat l/C atau
ada yang kelihatan rusak dan sebagainya dengan catatan-
catatan misalnya “stained case”, “straw wrapped only”,
dan sebagainya, maka B/L dimaksudkan “dirty”, “unclean”.
Unclean Bill of Lading kurang disukai Bank maupun
penerima barang sebab dengan adanya catatan - catatan di
dalamnya sudah menunjukkan adanya indikasi yang kurang
baik. Kalau pengepakannya kurang baik, sudah pasti akan
lebih cepat membahayakan isinya, apalagi mengingat
barang-barang itu akan dikirim melalui laut serta adanya
kemungkinan dilakukannya muat bongkar lagi di pelabuhan -
pelabuhan lain sebelum sampai di pelabuhan tujuan.
3. State B/L
Yang dimaksud dengan “state B/L” adalah B/L yang belum
sampai kepada consignee atau agennya ketika kapal pembawa
barang - barang telah tiba di pelabuhan tujuan. Masalah -
masalah yang timbul bila barang - barang tidak
diambil di pelabuhan tujuan dapat terjadi seperti :
a. Kemungkinan pencurian dan pencurian kecil - kecilan
(pilferage)
b. Ongkos - ongkos demurrage (penalty yang dibebankan
oleh pengusaha pelabuhan setiap hari)
c. Kerusakan - kerusakan barang
d. Penjualan melalui lelang umum
2. On deck
Barang - barang yang dimuat di dek kapal untuk on deck
umumnya tidak diterima karena jettison (pelemparan barang
ke laut untuk mengurangi beban kapal) dan washing
overboard (tersiram), kecuali secara khusus diizinkan
dalam L/C yang bersangkutan. Selanjutnya bila barang-
barang tersebut B/L nya tidak secara khusus menyatakan
barang - barang dikapalkan on deck, maka barang -barang
tersebut akan dikapalkan dibawah deck. Bilamana B/L on
deck maka dokumen asuransi yang menyertainya harus
menutup on deck risk. Biasanya barang muatan yang
membahayakan dan ternak - ternak diangkut on deck.
3. On board
Sebuah B/L menyebutkan kata-kata on board apabila
perusahaan perkapalan yang bersangkutan mengakui bahwa
barang - barang yang akan dikirim benar - benar telah
berada atau dimuat dalam kapal. Pernyataan dalam B/L yang
demikian inilah yang umumnya diisyaratkan dalam L/C dan
diinginkan oleh pihak importir dan bank.
TANGGAL
Dalam sebuah B/L dapat dicantumkan beberapa tanggal. Tanggal
- tanggal yang paling penting adalah : tanggal penerbitan /
pengeluaran B/L serta tanggal barang - barang dimuat diatas
kapal. Tanggal dari pengeluaran suatu B/L sangat perlu
antara lain untuk :
1. Menunjukkan apakah barang - barang telah dikapalkan pada
waktunya bilamana dalam L/C ditetapkan satu tanggal
terakhir pengapalan barang - barang (last shipment
date).
2. Memenuhi syarat bahwa dokumen - dokumen harus diajukan
untuk memperoleh pembayaran, akseptasi atau negoisasi
sebagaimana syarat - syarat L/C yakni dalam batas
berlakunya atau dalam waktu 21 hari dari tanggal
penerbitan B/L, kecuali L/C menetapkan jangka waktu
lain.
3. Menentukan penerimaan dari dokumen asuransi yang,
kecuali dinyatakan dalam L/C atau kecuali dengan jelas
dinyatakan bahwa cover (penutup asuransi) tersebut
berlaku selambat - lambatnya sejak tanggal pengapalan
harus diberi tanggal tidak lewat dari tanggal penerbitan
B/L.
DAFTAR PUSTAKA
Undang – undang
Buku – buku
1. Hutabarat, Roselyne : Transaksi Ekspor Impor ( Jakarta : Erlangga, 1999 ).
2. M.S, Amir : Seluk beluk dan teknik perdagangan luar negeri ( Jakarta: P.T Pustaka
Binaman Pressindo, 1993 ).
3. M.S, Amir : Pengetahuan bisnis ekspor impor ( Jakarta : P.T Pustaka Binaman
Pressindo, 1992 ).
6. Soedjono, Wiwoho : Hukum perkapalan dan pengangkutan laut ( Jakarta, P.T Bina
Aksara, 1982 ).
A. Awak Kapal
B. Nahkoda
C. Perjanjian Kerja
Bab IV NAHKODA DAN AWAK KAPAL
Nahkoda dan awak kapal merupakan dua unsur penting dari kapal
sebagai alat angkutan di laut, yang diatur dalam KUHD title 3 Buku II
Pasal 341 s/d Pasal 394a. pentingnya Nakhoda tampak dari lingkup
tugas, kewajiban, kewenangan dan tanggungjawabnya di atas kapal
yang sedang berlayar.
101 Nakhoda tidak mematuhi Kurungan max. 2 bln atau denda Pelanggaran
Aturan-aturan lalu lintas Rp. 6.000.000
102 (1) Nakhoda tidak mematuhi Kurungan max. 2 bln atau denda Pelanggaran
perairan wajib pandu Rp. 4.000.000
tanpa pandu
105 (1) Membangun Pelabuhan Umum Penjara max. 2 th atau denda Kejahatan
tanpa izin Rp. 48.000.000
108 Tidak melaporkan perubahan yang Kurungan max. 1 th atau denda Pelanggaran
Dilakukan terhadap kapal Rp. 24.000.000
109 Nakhoda yang melayarkan kapal Kurungan max. 3 bln atau denda Pelanggaran
Melampaui daerah pelayaran Rp. 6.000.000
110 (1) Nakhoda yang tidak mematuhi Kurungan max. 3 bln atau denda Pelanggaran
aturan kelancaran lalu lintas Rp. 6.000.000
kapal di Indonesia
(2) Nakhoda yang berlayar tanpa Kurungan max. 1 th atau denda Pelanggaran
memiliki surat izin berlayar Rp. 24.000.000
111 Menggunakan peti kemas yang Kurungan max. 3 bln atau denda Pelanggaran
Tidak memenuhi persyaratan Rp. 6.000.000
112 Pemilik kapal tidak memasang Kurungan max. 3 bln atau denda Pelanggaran
Tanda pendaftaran pada kapal Rp. 6.000.000
113 Menerima pengalihan hak milik Denda max 10 kali biaya balik Pelanggaran
Atas kapal dan tidak melakukan Nama
Balik nama
114 Nakhoda tidak mengibarkan Penjara max. 1th 4 bln atau denda Kejahatan
Bendera kebangsaan kapal Rp. -----
115 (1) Nakhoda meninggalkan kapal Penjara max. 5 th 6 bln atau Kejahatan
tanpa alasan Denda Rp. -----
(2) Nakhoda melayarkan kapal Kurungan max. 3 bln atau denda Pelanggaran
tidak laik laut Rp. 6.000.000
117 (1) Pemilik atau operator kapal Kurungan max. 6 bln atau Pelanggaran
memperkerjakan awak kapal Denda Rp. 12.000.000
di kapal tanpa disijil
(2) Nakhoda memperkerjakan anak Kurungan max. 3 bln atau denda Pelanggaran
buah kapal tanpa disijil dan Rp. 6.000.000
tanpa memiliki kemampuan
serta dokumen pelaut
(2) Apabila ayat (1) mengakibatkan Penjara max. 10 th atau denda Kejahatan
rusaknya lingkungan hidup Rp. 240.000.000
120 Nakhoda/Pemilik kapal yang Penjara max. 2th/denda max Kejahatan
Tidak melaksanakan kewajiban Rp. 48.000.000
Untuk menanggulangi pencema –
ran dari kapalnya
- Kematian/kulanya
penumpang yang diangkut
- Musnah/hilang/rusaknya
Barang yang diangkut
- Keterlambatan penumpang/
Barang yang diangkut
124 (1) Setiap orang diatas kapal yang Kurungan max. 2 bln denda Pelanggaran
mengetahui terjadinya Max. Rp. 4.000.000
kecelakaan dikapalnya tidak
memberikan pertolongan dan
tidak melaporkan kecelakaan
tersebut.
125 (1) Nakhoda/pemimpin kapal yang (1) Kurungan max. 3 bln/denda Pelanggaran
sedang berlayar tak memberikan Max. Rp. 6.000.000
pertolongan kepada orang/kapal
yang dalam bahaya
(2) Idem yang kapalnya terlibat (2) Penjara max. 4th Kejahatan
tabrakan dan tak menolong
penumpang/awak kapal dan
kapal yang terlibat tabrakan
126 Idem yang tidak melaporkan Kurungan max. 2 bln/ denda max Pelanggaran
Setiap keadaan yang mungkin Rp. 4.000.000
Bahaya terhadap keselamatan
berlayar
127 Idem yang tidak melaporkan Kurungan max. 3 bln/denda max. Pelanggaran
Setiap kecelakaan yang Rp. 6.000.000
Melibatkan kapalnya atau kapal
Lain yang diketahuinya, yang
Telah/dapat mengakibatkan
Kerusakan luar/bangunan/yang
Dapat membahayakan
Keselamatan berlayar
MAHKAMAH AGUNG
PENGADILAN TINGGI
PENGADILAN NEGERI
PANITIA PENYELESAIAN
PERSELISIHAN
PERBURUHAN PUSAT
( P.4.P )
PANITIA PENYELESAIAN
PERSELISIHAN
PERBURUHAN DAERAH
( P.4.D )
KANWIL DEPNAKER /
KANDEPNAKER.
DITJEN
PERHUBUNGAN
LAUT
SYAHBANDAR
PENGUSAHA
PEKERJA / ABK.
Master. 2. rd engineer
3. rd engineer sr
3. rd engineer yr
4. th engineer sr
4. th engineer yr
app engineer
Formen engineer
Enginee store keeper
Motor driver
Olie man
Wiper
Filter
Steward
IV. Catering Departemen Pantryman
Chief Steward Laundryman
Cooker
NAKHODA
Pasal 341 KUHD :
Jadi Nakhoda adalah pemimpin yang sekaligus buruh utama oleh karena
memiliki keistimewaan – keistimewaan.
I. Bertindak Otonom.
Dalam hal untuk kepentingan keselamatan dan keamanan kapal,
penumpang, dan muatan maka nakhoda wajib :
a. Bidang Keperdataan
- Melakukan pencatatan atas anak orang Indonesia yang lahir atas
kapal laut Indonesia (Reglement – tb. No. 25 Tahun 1848 dan Stb.
No. 130 Tahun 1917).
- Melakukan pencatatan kematian atas kapal (Stb. No. 25 / 1848
dan No. 130/ 1917).
b. Bidang Kepidanaan
- Memegang kekuasaan disiplinier atas anak buah, Pasal 386 bsd
Pasal 388 KUHD.
-
III. Sebagai Wakil Pengusaha Perkapalan (Reder) :
Hal ini diatur Pasal 359 sampai 367 KUHD.
a. Pasal 359 dan 360 berlaku bagi nakhoda dimana saja berada diatas kapal
yang dipimpinnya.
b. Pasal 361 sampai 367 jika kapal diluar negeri.
359 : Nakhoda wajib menyelenggarakan susunan anak buah dan
sepanjang tak ditunjuk orang – orang tertentu, dalam hal
pemungutan upah.
360 : Ia, dengan kesewenangan terbatas wajib mengusahakan guna
penyelamatan kapal.
362 : Ia berhak (tetapi menurut saya adalah harus / wajib, karena itu
memang salah satu tugasnya) untuk menghipotikkan atau menjual
kapalnya dalam hal reparasi atas kapal atau dalam hal sangat
mendesak. Juga guna mencukupi uang dia bisa menjual (menurut
saya harus) menjual barang / menggadaikan muatan bila sangat
diperlukan, Pasal 365 KUHD.
A. NAKHODA
Tugas – tugasnya adalah sebagai berikut :
- Memimpin kapal
- Memelihara kewibawaan dan ketertiban
- Menerima / membawa dan membongkar muatan
- Menyiapkan semua dokumen kapal dan muatan
- Membuat catatan harian / jurnal tentang kejadian
- Penting selama dalam pelayaran
- Berlayar dengan cukup kepandaian, teliti, bijaksana dan bertanggung
jawab.
- Memberi pertolongan kepada orang – orang yang berada dalam bahaya.
- Dalam waktu 2 kali 24 jam setelah tiba di pelabuhan tujuan harus
menyerahkan buku harian untuk diperiksa oleh Syahbandar
- Setelah pelayaran selesai Nakhoda harus menyerahkan kepada
majikannya serta semua surat – surat kapal dengan menerima tanda
penerimaan.
- Nakhoda dikapal dapat bertindak sebagai pejabat pencatatan sipil dan
notaries.
B. MUALIM I.
Tugasnya :
- Memimpin dek departemen dan sekaligus mewakili Nakhoda jika
Nakhoda berhalangan.
- Bertanggung jawab tentang pelaksanaan administrasi mengenai muatan.
- Menyusun tata kerja kapal di geladak / dek.
- Bertanggung jawab atas pemeliharaan kapal di bagian luar dan di bagian
dalam.
- Bertugas jaga laut / navigasi selama dalam pelayaran sesuai dengan
giliran jaga.
- Mengawasi inventaris navigasi juga persediaan barang – barang dari
bagian dek.
- Bertanggung jawab atas penyusunan/ pemadatan muatan dalm palka /
geladak / dek dengan baik.
C. MUALIM II
Tugasnya adalah sebagai berikut :
- Membuat stowage / rencana pemadatan di palka / geladak sesuai
dengan booking list atau resi mualim.
- Mengadakan verifikasi lambung timbul / free board sesudah pemuatan
atau pembongkaran muatan dan pada waktu kapal siap berangkat.
- Memeriksa baik jalannya semua navigasi.
- Menyusun Hatch list untuk barang – barang yang sudah dimuat dan yang
akan dibongkar dipelabuhan tujuan, sesuai dengan urutan pelabuhannya.
- Melaksanakan administrasi dari barang – barang persediaan dibagian
dek.
- Bertugas jaga muatan apabila kapal melakukan kegiatan bongkar muat di
pelabuhan.
- Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh MUALIM IV Yunior.
D. MUALIM III
Tugasnya adalh sebagai berikut :
- Merawat alat – alat penolong / sekoci, bertalian dengan penentuan solas
Internasional
- Memelihara alat – alat pemadam kebakaran dengan segala
perlengkapannya.
- Bertugas jaga muatan apabila kapal melakukan kegiatan bongkar muat di
pelabuhan sesuai dengan giliran jaganya.
- Memimpin kegiatan dengan bertempat dihaluan kapal, pada waktu kapal
akan masuk / keluar pelabuhan, penurunan jangkar.
G. CARPENTEE
Tugasnya adalah sebagai berikut :
- Mengukur tangki – tangki air, tangki balas
- Perawatan dan pemeliharaan kran – kran kamar mandi, wc dll.
- Melaksanakan tugas dalam penerimaan air.
- Sebagai tukang kayu berkewajiban untuk memperbaiki pintu – pintu
jendela, lemari – lemari dan pekerjaan yang sehubungan dengan tugasnya
sebagai tukang kayu.
J. SAILER / KELAS I
Tugasnya adalah :
- Membantu mualim juga untuk jaga laut selama dalam pelayaran sesuai
dengan giliran jaganya.
- Menyiapkan alat – alat bongkar muat, cleaning hatch, mengecet dan yang
ada hubunganya dengan perawatan serta pemeliharaan kapal.
L. MASINIS I
Tugasnya :
- Sebagai pelaksanaan kerja di kamar mesin.
- Mengawasi tentang tata kerja mesin yang di kerjakan oleh bawahannya.
- Bertanggung jawab atas instalasi air conditioner dan melaksanakan
pekerjaan tersebut.
M. MASINIS II
Tugasnya :
- Bertanggung jawab mengenai motor tangki induk dengan segala
pemeliharaannya.
- Bertugas jaga laut selama dalam pelayaran, sesuai dengan giliran jaganya.
P. MASINIS IV SENIOR
Tugasnya :
- Bertanggung jawab mengenai pompa – pompa dikamar Mesin
- Bertugas jaga laut selama dalam pelayaran.
Q. MASINIS IV SENIOR
Tugasnya :
- Bertanggung jawab mengenai ketel / boiler dengan segala
pemeliharaannya.
- Dikenakan kerja harian dan tidak jaga laut selama dalam pelayaran
S. AHLI LISTRIK
Tugasnya :
- Bertanggung jawab mengenai semua alat – alat yang ada di atas kapal
yang digerakan oleh listrik.
- Memelihara dan merawat alat – alat tersebut di atas, membereskan
administrasinya.
- Didalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh ahli Listrik II.
T. FITTER
Tugasnya :
- Sebagai ahli, ia menerima order / perintah dari Masinis I.
- Memperbaiki mereparasi mesin – mesin yang bisa dikerjakan dengan alat
las dan bubut.
- Kalau keadaan memaksa dengan sangat, spart – sparts yang tidak tersedia
di kapal untuk mengerjakan tergantung kepada ukurannya
U. MANDOR MESIN
Tugasnya :
- Sebagai pelaksana kepala kerja / mandor sesuai dengan order atau
perintah yang diberikan oleh Masinis I.
- Tugasnya antara lain pemeliharaan dan perawatan mesin – mesin kapal.
Dibantu oleh
- Stor keeper engineer
- Menerima, menyimpan dan memelihara barang – barang / spare parts
dari mesin – mesin kapal.
- Membuat packing untuk mesin – mesin yang tidak ada persediannya.
Motor Driver :
Memperhatikan semua temperatur dan tekanan dari mesin yang sedang
berjalan, mengisi buku “Long Book Engine”
Olimah :
Sebagai juru minyak dari mesin yang sedang di jalankan selama dalam
pelayaran.
Wiper :
Sebagai pekerja mengecet mesin – mesin kapal.
- Laundryaan :
Mencuci dan menyetrika pakaian nakhoda dan semua anak buah kapal
Mencuci dan menyetrika segala sesuatu yang selalu dipergunakan untuk
kebersihan ruangan dan sprei, kamar tidur dan lain – lain
- Steward / pelayan :
Melayani para perwira nakhoda apabila pada waktu sarapan pagi, makan
siang dan makan malam.
Melayani segala keperluan nakhoda dan anak buah kapal (ABK) apabila
diadakan acara makan bersama atau pesta.
- Pantryman.
Mengambil makanan / masakan yang telah siap dari tempat juru masak
dan menaruh pada ruangan pantry yang selanjutnya akan diambil oleh
para pelayan untuk melayani segala keperluan nakhoda dan perwira
dan penumpang kapal pada waktu acara makan.
Bilamana telah tiba diwilayah Indonesia, surat laut sementara ini harus
secepatnya ditukar dengan surat laut, sesuai dengan keharusan tentang syarat-
syarat perdagangan kapal laut Indonesia.
Bilamana belum dapat diberikan, sedangkan kapal tersebut harus berlayar lagi,
dapat dimintakan kepada Dirjen PERLA – Surat Izin Berlayar Sementara.
a. International
( International Load Line Certificate )
I. ZEE WARDIG
Fungsi :
- Pedoman induk mengenai kewajiban dan hak karyawan maupun
pengusaha dan KPI, sehingga dapat dihindarkan tindakan sepihak
semena – mena.
Tujuan :
- Memperjelas dan mempertegas kewajiban dan hak karyawan, Pengusaha
dan KPI.
Kerusakan muatan disini bersifat fisik seperti pecah, lecet, patah, dll yang terjadi
oleh karena peti jatuh, atau tertindih peti – peti yang lain.
Kerusakan muatan disini oleh karena kehilangan bobot yang melebihi surat –
surat yang lazim disini barang muatan berkurang beratnya melebihi kekurangan
normal yang memberi petunjuk bahwa peti atau karung pembungkus barang itu
pecah atau rusak.
Kerusakan yang bersifat ekonomis dalam hal perbedaan harga atau perbedaan
mutu barang pada waktu barang dikapalkan dengan harga dan mutu barang yang
sama ketika tiba dipelabuhan tujuan.
Biasanya ini terjadi bila kapal tertunda karena mengalami deviasi atau kapal
rusak.
BAB VI CARTER KAPAL
Sewa-menyewa kapal dalam bentuk charter dapat dibagi atas beberapa jenis,
yaitu :
1. Carter tanpa awak (bareboat/demise charter) ;
2. Carter menurut waktu ( time charter);
3. Carter menurut perjalanan (voyage charter);
CHARTER KAPAL.
Ad 3: Bareboat charter
Adalah suatu bentuk perjanjian sewa menyewa kapal dimana
pihak pemilik kapal (si yang mencharterkan) menyerahkan
kapal kepada si penyewa tanpa awak kapal, jadi yang
melengkapkan kapal yaitu bahan bakar, air tawar dll adalah
si pencharter sendiri (kecuali bagian yang tetap kapal
seperti sekoci dll)
Ad 4: Hire Purchase
Adalah jenis charter kapal dimana si penchater, menyewa
kapal untuk suatu masa tertentu misalnya 3 tahun, dengan
ketentuan bahwa apabila kontrak kapal yang habis, maka kapal
yang bersangkutan menjadi milik si penyewa (si pencharter)
Istilah-istilah dalam charter kapal:
1. Recharter:
seorang pemilik kapal mempunyai hak untuk mencharterkan
kembali (to sublet) kapal yang telah dicharternya/disewanya
dari pemilik kapal kepada pihak lain yang ingin
mencharternya.
2. Charter Party:
Adalah akta tentang persetujuan charter didalam charter
biasanya dimuat ketentuan-ketentuan antara lain:
1. Nama-nama (alamat) dari pihak Ship owner dan charters.
2. Nama kapal dan hal-hal yang bersangkutan dengan kapal
(misal kecepatan kapal, pemakaian bahan bakar dll)
3. Tempat dan waktu pemuatan/pembongkaran barang
4. Jenis barang yang akan diangkut ( lawful merchandise
only)
5. Pemakaian kapal oleh pihak pencharter untuk tujuan-
tujuan yang sah (lawful nades)
6. Syarat-syarat pengangkutan dan tanggung jawab dari
masing-masing pihak.
7. pembatasan lalu lintas atau pelabuhan-pelabuhan yang
akan dimasuki
8. Prosedur pengajuan “notice of reachess” (pemberitahuan
tentang kesiapan kapal untuk berlayar) dari nahkoda.
9. Biaya charter dan syarat-syarat pembayarannya
10. lain-lain syarat yang diinginkan masing-masing pihak.
3. Laydays
Adalah wakti (hari) untuk pemuatan dan pembongkaran yang
ditentukan dalam perjanjian caster dimana charterers harus
memenuhi laydays yang ditentukan tersebut dalam pemuatan dan
pembongkaran barangnya misal: 10 hari. Layday ini disebutkan
didalam Voyage Charter
KECELAKAAN KAPAL
a. Kebetulan (toeval)
b. Overmacht (keadaan memaksa)
c. Adanya sifat keragu – raguan tentang adanya tubrukan
(atau yang menyebabkan adanya tubrukan)
KLAIM
Klaim Terdiri Atas
Kerusakan muatan disini bersifat fisik seperti pecah, lecet, patah, dll yang terjadi
oleh karena peti jatuh, atau tertindih peti – peti yang lain.
Kerusakan yang bersifat ekonomis dalam hal perbedaan harga atau perbedaan
mutu barang pada waktu barang dikapalkan dengan harga dan mutu barang yang
sama ketika tiba dipelabuhan tujuan.
Biasanya ini terjadi bila kapal tertunda karena mengalami deviasi atau kapal
rusak.
Penubrukan ialah:
Tubrukan atau penyentuhan antara kapal-kapal satu sama lain.
d. Kebetulan (toeval)
e. Overmacht (keadaan memaksa)
f. Adanya sifat keragu – raguan tentang adanya tubrukan
(atau yang menyebabkan adanya tubrukan)
Maka dalam ke-3 hal tersebut diatas tidak ada pihak yang
salah. Dan oleh karena tidak ada yang salah, maka
kerugian ini dipikul mereka yang menderitanya.
(Pasal 535 KUHD).
a. Kebetulan (toeval)
b. Overmacht (keadaan memaksa)
c. Adanya sifat keragu – raguan tentang adanya tubrukan
(atau yang menyebabkan adanya tubrukan)
KECELAKAAN KAPAL
General Average :