Makalah Falsafah Keperawatan Moore
Makalah Falsafah Keperawatan Moore
Oleh:
PUTU ADHELINA ISWARA DEVI
203221185
KELAS: B13-B
“Om Swastyastu”
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul ”Aplikasi Teori Keperawatan pada Situasi Klinis II
Moore’s Theory Peaceful End Of Life”.
Penulis mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun,
demikian penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya penulis
dengan rendah hati dan dengan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
“Om Shanti Shanti Shanti Om”
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
E. Sistematika Penulisan...................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Peaceful End Of Life.....................................................................................4
1. Riwayat Hidup Ahli Teori Peaceful End of life........................................4
2. Pengertian End Of Life..............................................................................7
3. Sumber Teori.............................................................................................8
4. Penggunaan Bukti Empiris........................................................................9
5. Konsep utama dan kegunaannya.............................................................10
6. Asumsi Mayor EOL (Keperawatan, Individu, Kesehatan,Dan
Lingkungan)....................................................................................................11
7. Prinsip-Prinsip End Of Life.....................................................................12
B. Aplikasi Teori Peaceful EOL......................................................................14
C. Role Play.....................................................................................................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................28
Simpulan.............................................................................................................28
D. Saran............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori keperawatan adalah seperangkat ide, definisi, hubungan, dan
harapan atau saran yang berasal dari model keperawatan atau dari disiplin
(bidang ilmu) lain dan rancangan purposive, pandangan metodis
fenomena dengan merancang inter-relationship khusus diantara ide-ide
yang bertujuan menggambarkan, menjelaskan, peramalan, dan/atau
merekomendasikan. Dengan menggunakan teori yang telah diuji melalui
riset, perawat dapat memilih atau mengadopsi teori keperawatan untuk
membantu memandu jalannya praktik keperawatan.
1
keperawatan yang sesuai dengan teori peaceful end of life di institusi
pendidikan maupun di rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori
peaceful end of life dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan
keperawatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, Adapun rumusan masalah yang
ditemukan:
1. Bagaimanakah konsep teori Peaceful End Of Life dari Moore?
2. Bagaimanakah pengaplikasian teori Peaceful End Of Life dari Moore
dalam proses keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai aplikasi teori keperawatan pada
situasi klinis II Levine’s theory of conservation energy.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui dan memahami konsep teori Peaceful End Of Life
dari Moore
b. Untuk mengetahui dan memahami pengaplikasian teori Peaceful
End Of Life dari Moore dalam proses keperawatan
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa keperawatan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai teori End of Life
(EOL)
2. Manfaat Praktis
2
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai suatu pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya
ilmu tersebut dapat dipahami dalam pembelajaran Falsafah keperawatan
E. Sistematika Penulisan
1. Sistematika Teoritis
Dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu Falsafah
Keperawatan, khususnya materi teori keperawatan pada situasi klinis II
Moore’s Theory Peaceful End Of Life.
2. Sistematika Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan mengenai falsafah dan teori keperawatan khusus materi
teori keperawatan pada situasi klinis II Moore’s Theory Peaceful End
Of Life.
b. Memberikan pemahaman bagi mahasiswa lainnya mengenai falsafah
dan teori keperawatan khusus materi teori keperawatan pada situasi
klinis II Moore’s Theory Peaceful End Of Life.
c. Memberikan pemahaman bagi penulis mengenai falsafah dan teori
keperawatan khusus materi teori keperawatan pada situasi klinis II
Moore’s Theory Peaceful End Of Life.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4) Obesity
4
Proyek pelatihan yang dilakukan Moore adalah menjadi sponsor mentor
dan menjadi anggota dari komite kepemimpinan. Publikasi yang telah
dilakukan mencakup tesis, jurnal dan paper. Saat ini Moore menjabat sebagai
wakil dekan untuk penelitian di School of nursing, Case Western Reserve
University. Fokus pemikirannya adalah penerapan teori keperawatan dan sains
keperawatan di semua level mahasiswa keperawatan dan pusat perhatiannya
pada program pengembangan riset dan teori pada kondisi pemulihan setelah
cardio.
5
bekerja menjadi perawat klinik spesialis anak di tahun 1983. Tahun 1994 ia
mengambil Master dan tahun 1998 mendapatkan gelar doktornya dari
Universitas Case Western Reserve, Cleveland, Ohio.
6
3) Memperoleh penghargaan professional: dari AMIA, Sigma Theta Tau,
Paper nursing Informatics. Aktif di riset dan kongres internasional.
4) Melakukan publikasi: tesis, paper dijurnal, konferensi dan menerbitkan
buku tentang nursing informatics.
5) Menjadi pembicara di tingkat nasional dan internasional
7) Mengajar
7
adalah salah satu kegiatan membantu memberikan dukungan psikososial dan
spiritual (Putranto, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa End of life care
merupaka salah satu tindakan keperawatanyang difokuskan pada orang yang
telah berada di akhir hidupnya, tindakan ini bertujuan untuk membuat orang
hidup dengan sebaik-baiknya selama sisa hidupnya dan meninggal dengan
bermartabat.
3. Sumber Teori
Peaceful End of life dikembangkan dari beberapa kerangka teori, secara
primer berdasarkan model klasik Donabedian baik struktur, proses dan
outcomes (Ruland dan Moore, 1998) yang sebagiannya berkembang dari teori
system umum grand teori. Pengaruh teori sistem umum dapat menembus
semua teori keperawatan, dari model konsep hingga teori middle dan
microrange, sebagai indikator kegunaanya dalam menjelaskan kompleksitas
interaksi antara kesehatan dan organisasi (Higgins dalam buku Tomey dan
Alligood, 2002). Dalam teori EOL, setting struktur adalah sistem keluarga
(pasien penyakit terminal dan orang-orang terdekat) yang menerima asuhan
dari tenaga professional di unit akut rumah sakit, dan prosesnya dijelaskan
sebagai tindakan-tindakan (intervensi keperawatan) yang didesain untuk
meningkatkan hasil positif terkait dengan:
8
diinginkan, pendekatan ini terlihat sangat tepat pada asuhan EOL. Hal ini
dapat diaplikasikan untuk orang sadar maupun orang yang tak berdaya yang
sudah ada dokumentasinya untuk pengabilan keputusan EOL. Kualitas
kehidupan dapat dievaluasi sebagai manifestasi kepuasan melalui penilaian
empiris seperti berkurangnya gejala dan kepuasan dalam hubungan
interpersonal. Pilihan pasien menggabungkan keputusan asuhan dianggap baik
dan sesuai dengan teori ini (Ruland & Bakken, 2001; Ruland, Kresevic &
Lorensen, 1997) dan penting untuk kesuksesan proses dan hasil (Ruland &
Moore, 2001).
Teori EOL diturunkan dalam berbagai cara pragmatis. Hal ini terjadi saat
Ruland mengambil doktoral dan Moore sebagai orang fakultas. Teori-teori
middle range saat ini baru muncul dan ada beberapa definisi dan contoh yang
baik. Kelas ditantang untuk memikirkan kegunaan dan pengembangan teori
mid range dalam ilmu keperawatan dan praktiknya di masa depan. Selanjutnya
mahasiswa berdiskusi tentang sumber-sumber ilmu teori mid range tersebut
diperoleh seperti ilmu empiris, ilmu praktik klinik dan ilmu sintesa. Setiap
mahasiswa bertanya darimana teori-teori middle range itu berasal. Ruland saat
itu baru saja menyelesaikan proyek utamanya yaitu mengembangkan standar
praktik klinik untuk peaceful EOL dengan sekelompok perawat kanker di
Norwegia. Standar tersebut disintesa ke dalam teori peaceful EOL oleh Ruland
dan selanjutnya diperhalus dengan bantuan Moore. Teori ini menjadi contoh
awal penggunaan standar praktik sebagai sumber pengembangan teori middle
range.
9
empiris yang dibutuhkan dan dari pernyataan ini hipotesis dapat diturunkan
dengan mudah untuk dites kegunaannya.
10
atau emosi yang diekspresikan melalui kehangatan dan hubungan yang
dekat/intim. Munn etal, 2008 dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada
peran yang signifikan dalam hubungan kedekatan perawat-pasien saat
memberikan asuhan EOL.
11
kematian yang penuh kedamaian.
12
b. Hak untuk mengetahui dan memilih
Semua orang yang menerima perawatan kesehatan memiliki hak
untuk diberitahu tentang kondisi mereka dan pilihan pengobatan
mereka.Mereka memiliki hak untuk menerima atau menolak pengobatan
dalam memperpanjang hidup.Pemberi perawatan memiliki kewajiban
etika dan hukum untuk mengakui dan menghormati pilihan-pilihan sesuai
dengan pedoman.
c. Menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan hidup
Perawatan end of life yang tepat harus bertujuan untuk memberikan
pengobatan yang terbaik untuk individu. Ini berarti bahwa tujuan utama
perawatan untuk mengakomodasi kenyamanan dan martabat, maka
menahan atau menarik intervensi untuk mempertahankan hidup mungkin
diperbolehkan dalam kepentingan terbaik dari pasien yang sekarat.
d. Sebuah pendekatan kolaboratif dalam perawatan
Keluarga dan tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk bekerja
sama untuk membuat keputusan bagi pasien yang kurang bisa dalam
pengambilan keputusan, dengan mempertimbangkan keinginan pasien.
e. Transparansi dan akuntabilitas
Dalam rangka menjaga kepercayaan dari penerima perawatan, dan
untuk memastikan bahwa keputusan yang tepat dibuat, maka proses
pengambilan keputusan dan hasilnya harus dijelaskan kepada para pasien
dan akurat didokumentasikan.
f. Perawatan non diskriminatif
Keputusan pengobatan pada akhir hidup harus non-diskriminatif dan
harus bergantung hanya pada faktor-faktor yang relevan dengan kondisi
medis, nilai-nilai dan keinginan pasien.
g. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan tidak berkewajiban untuk memberikan perawatan
yang tidak rasional, khususnya, pengobatan yang tidak bermanfaat bagi
pasien.Pasien memiliki hak untuk menerima perawatan yang sesuai, dan
tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab untuk memberikan pengobatan
yang sesuai dengan norma-norma profesional dan standar hukum.
13
h. Perbaikan terus-menerus
Tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk berusaha dalam
memperbaiki intervensi yang diberikan pada standar perawatan end of life
baik kepada pasien maupun kepada keluarga.
G.
14
C. Role Play
NASKAH ROLE PLAY
“PERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN HIV/AIDS
MOORE’S THEORY: PEACEFUL END OF LIFE”
15
“brakkkk….” Ny. Soraya melemparkan sebuah kotak ke meja
tepat didepan Jihan.
Ny. Soraya : “Makanlah!”
Namun dengan cepat Jihan membuang kotak itu hingga isi dari kotak tersebut
berantakan di lantai.
Ny. Soraya : “(menghela nafas, lalu membungkuk membersihkan makanan
yang berserakan di lantai) Ternyata kamu sudah makan? Aku
membelinya jauh dipusat kota tadi. Besok bilanglah padaku
jika kamu tidak ingin makan. Tidurlah!”
Jihan masih konsisten dengan kediamannya. Setelah membersihkan makanan
yang berserakan, Ny. Soraya berjalan bermaksud masuk kedalam kamarnya.
Jihan : “Kenapa kau sekarang terlihat sangat kurus ?” tanyanya
masih dengan raut wajah datar
Ny. Soraya : “Diet.” Lalu melangkah menuju kamarnya.
Jihan menghela nafas mendengar jawaban dari ibunya lalu melangkah menuju
kamarnya. Keesokan harinya. Waktu menunjukkan pukul 06.30 WIB. Jihan
duduk ditengah pintu tua sembari memakai kaos kakinya.
Ny. Soraya : “Minggirlah!” memerintah dengan nada sedikit tinggi lalu
berjalan keluar memakai sepatu hak tingginya.
Selesai memakai kaos kaki dan sepatunya, Jihan bangun dari duduk dan berjalan
bersiap berangkat ke sekolah.
Jihan : “Besok. Aku mengikuti kompetisi matematika di sekolahku.”
Celetuknya tanpa melihat ibunya
Ny. Soraya tak menanggapi anaknya, dia masih sibuk membenarkan heelsnya.
Jihan : “Datanglah jika kamu punya waktu.” Tambahnya lagi masih
tanpa menatap ibunya.
Lagi, Ny. Soraya diam tak menanggapi.
Jihan : “Dan, berpakaianlah yang baik dan benar.” lalu berjalan cepat
meninggalkan ibunya
Mendengarnya, Ny. Soraya melihat dirinya sendiri yang memang memakai
pakaian terlalu terbuka.
16
Siang ini waktu menunjukkan pukul 2. Ny. Soraya seperti
biasanya berdiri ditepi jalan dekat pasar menunggu pelanggannya
datang. Tiba-tiba suhu badannya naik, mual muntah, dan kepalanya
terasa sangat sakit. Memang 3 hari belakangan ini Ny. Soraya merasa
tidak enak badan. Bahkan sejak 3 bulan terakhir, ia mengalami diare
yang tak berhenti dan berat badannya berangsur-angsur mengalami
penurunan. Dengan sekuat tenaga mencoba menahan tubuhnya yang
semakin melemah namun Ny. Soraya jatuh dan tak sadarkan diri.
Dengan sigap orang yang berada disekitarnya membawanya ke
Rumah Sakit. Sesampai di Rumah sakit Ny. Soraya mendapat
penanganan dan dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan untuk
mengetahui penyakit yang ia derita. Dari UGD, Ny. Soraya
dipindahakan keruang perawatan.
Satu jam berlalu, perawat Tania datang keruang perawatan Ny.
Soraya dengan membawa beberapa hasil tes.
Perawat : “Selamat siang ibu. Bagaimana keadaan ibu sekarang ? sudah
merasa baikan ?”
Ny. Soraya : “Sudah agak mendingan sus. Tapi bagaimana saya bisa
disini ?”
Perawat : “Tadi ada beberapa orang membawa ibu kesini karena ibu
pingsan. Dan mereka…..”
Ny. Soraya : “(memotong perkataan perawat) Mereka hanya orang biasa
sust. Mereka sudah pulang.”
Perawat : “Oh begitu. Tapi dimana keluarga ibu? Ada yang ingin saya
bicarakan dengan keluarga ibu.
Ny. Soraya : “Saya tidak punya keluarga sus, saya hanya tinggal dengan
putri saya.”
Perawat : “Lalu dimana putri ibu ?” sambil mencari-cari
Ny. Soraya : “Dia sedang belajar dirumah. Tapi, apa penyakit saya sust ?”
Perawat : “Apa ibu tidak memberitahu anak ibu jika ibu sedang dirumah
sakit ?”
17
Ny. Soraya : “Jangan sus. Dia anak yang pintar. Dia sedang belajar untuk
kompetisi besok disekolahnya. Sebenarnya saya sakit apa
sus?”
Perawat : “(menghela nafas panjang) Ibu, sebelumnya ibu harus tabah
dan sabar dengan keadaan ibu sekarang. Percayalah bu, semua
sudah direncanakan sebaik mungkin oleh Tuhan…
Ny. Soraya : “(memotong perkataan perawat) Maksud suster apa ? Saya
sakit apa ?”
Perawat : “Berdasarkan pemeriksaan yang telah ibu lakukan dan amanat
dari Dr. Cahyo ibu didiagnosa positif terkena HIV/AIDS.”
Ny. Soraya : “Apa? Suster pasti bercanda bukan? Tidak mungkin saya
mempunyai penyakit seperti itu. Saya masih bisa bergerak dan
saya masih sehat sus.”
Perawat : “Tapi berdasarkan pemeriksaan ibu positif HIV/AIDS. Ibu
harus menerimanya dengan tabah dan sabar. Dan ibu harus
menjalani perawatan di rumah sakit untuk beberapa hari
kedepan.”
Ny. Soraya : “Tidak mungkin! Tidak mungkin suster!! (berteriak dan
menangis menarik selimut)”
Perawat : “(memegang tangan pasien) Tenanglah bu, ibu harus
menerimanya. Semua sudah menjadi jalan dari Tuhan.”
Ny. Soraya : “(menangis tak dapat menerima keadaannya) Kenapa? Kenapa
Tuhan sangat tidak adil dengan hidupku? Bahkan aku tidak
berbuat apapun, kenapa semua terjadi padaku?!!”
Perawat : “Tenanglah bu. Sekarang bukan waktu untuk menyesali masa
lalu ibu, sekarang waktunya ibu untuk menjadi diri ibu yang
lebih baik lagi. Semua akan baik-baik saja jika ibu lebih
mendekatkan diri kepada tuhan YME.”
Ny. Soraya : “Jihan.. Jihan, dia tidak boleh tau keadaanku. Aku harus
pulang, dia pasti sudah menungguku” lalu berusaha beranjak
dari tempat tidurnya.
18
Perawat : “(menahan px) Ibu mau kemana ? ibu harus menjalani
perawatan disini. Tenanglah bu. Percayakan semua pada tuhan.
Semua akan baik-baik saja bu.”
Ny. Soraya : “Tapi siapa yang akan memperhatikan Jihan ? Jihan. Dia anak
yang manja. Dia tidak bisa hidup sendiri. Bagaimana bisa aku
bisa meninggalkannya sendiri?”
Perawat : “Tapi ibu harus menjalani perawatan disini. Kondisi ibu kini
sangat lemah.”
Ny. Soraya : “Pergilah sust. Saya ingin sendiri.”
Perawat : “Baik bu. Ibu tenangkan diri dulu, jika ada apa-apa ibu bisa
panggil saya atau perawat lain dengan menekan tombol yang
ada di dinding.”
Ny. Soraya diam dengan tatapan kosong, lalu perawat
meninggalkan ruangan Ny. Soraya.
Sudah 5 hari Ny. Soraya diam dengan tatapan kosong di ruang
perawatan. Perawat Tania setiap hari mengajaknya berbicara namun
selalu diabaikan. Keesokan harinya Ny. Soraya masih diam dengan
tatapan kosong. Perawat datang dan mendekati Ny. Soraya.
Perawat : “(membuka kelambu jendela) Selamat pagi ibu, bagaimana
keadaan ibu pagi ini? Apakah sudah merasa segar?”
Ny. Soraya hanya diam tak menjawab, masih dengan tatapan kosongnya, lalu
perawat duduk mendekat dengan Ny. Soraya.
Perawat : “Bu, apa yang bisa ibu ceritakan pada saya? Saya akan
mendengarkannya.”
Ny. Soraya : “Hari ini, Jihan menjadi peserta kompetisi matematika
disekolahnya. Dia sangat pintar. Seharusnya saya berada
disana untuk memberi semangat. Tapi dengan keadaan saya
seperti ini. Bahkan untuk memberi kesan baik untuknya saya
tidak bisa.”
Perawat : “(menghela nafas) Apa tidak sebaiknya ibu memberitahu putri
ibu dengan keadaan ibu sekarang? Saya yakin putri ibu akan
mengerti keadaan ibu.
19
Ny. Soraya : “Tidak bisa. Dia bukan gadis yang dapat menerima semua
tanpa ada alasan. Terlebih dia sangat membenci saya. Bahkan
mungkin dia tidak menganggapku ibu.”
Perawat : “Percayalah bu. Tidak ada anak yang tidak menganggap ibu
sebagai seorang ibu. Di dalam lubuk hati mereka ibu adalah
wanita yang paling ia cintai. Jadi, ibu jangan berfikir seperti itu
pada putri ibu.”
Ny. Soraya : “Seandainya ini tidak terjadi pada saya, saya akan
membahagiakan Jihan dengan sangat baik. Saya akan menjadi
ibu yang baik untuknya” kata Ny. Soraya mulai meneteskan air
mata.
Perawat : “Bu, semua sudah diatur sebaik mungkin oleh Tuhan. Dibalik
ini semua, Tuhan pasti sudah memberi hadiah yang baik untuk
ibu. Lagipula, hanya orang-orang yang disayangi-Nya yang
diberi cobaan. Tuhan tidak pernah memberi ujian melebihi
batas kemampuan hamba-Nya bu.”
Dua minggu berlalu, Ny. Soraya masih diam dengan tatapan
kosong. Seperti orang depresi, Ny. Soraya hanya diam dengan tatapan
kosong tanpa mau mengeluarkan satu katapun. Kondisinya pun
semakin menurun, suhu badannya naik-turun dan pusing di kepalanya
tak kunjung sembuh.
Perawat : “(mendekati px dengan membawa makanan) Selamat pagi bu,
makan dulu ya bu?”
Ny. Soraya masih diam tak menjawab dan tak mau memakan makanannya.
Perawat : “Bu, makanlah sedikit agar kondisi ibu tidak lemah lagi. Saya
suapi ya bu?”
Ny. Soraya masih diam
Perawat : “Ibu tidak menyukai menu nya? Ibu ingin makan apa?”
Ny. Soraya : “Sus, apakah saya bisa bertahan untuk 3 bulan kedepan? Jihan
akan mewakili sekolahnya ke Jepang untuk olimpiade
matematika. Saya ingin melihatnya memegang medali emas.”
20
Perawat : “Bu, hidup dan mati sudah diatur oleh Tuhan. Percayakan
hidup ibu dengan kehendak tuhan. Yang seharusnya ibu
lakukan sekarang adalah lebih mendekatkan diri kepada sang
maha pencipta. Jika ibu mau menjalani perawatan, insyaAllah
kondisi ibu akan kuat dan gejala-gejala yang ibu rasakan dapat
berkurang.”
Ny. Soraya : “Baik sus. Saya akan menjalani perawatan sesuai dengan saran
dokter. Saya mohon pertahankan hidup saya hingga 3 bulan
kedepan.”
Perawat : “Kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk keadaan ibu.
Lebih baik sekarang ibu makan dan berpikirlah positif untuk
hidup ibu yang lebih baik lagi.”
Ny. Soraya : “Baik sus. Saya akan menjalani perawatan sesuai perintah
suster.”
21
Jihan : “Saya tidak ingin tahu! (berlari pergi)”
Perawat Tania kembali berjalan menuju ruang perawatan Ny. Soraya. Keadaan
Ny. Soraya pun semakin lemah dan Nampak sangat kurus.
Perawat : “(memeriksa TTV) selamat siang ibu. Bagaimana keadaan ibu
sekarang?”
Ny. Soraya : “Baik sust. Tapi kenapa saya selalu gelisah ya sus? Entah
kenapa banyak pikiran bersalah di otak saya.”
Perawat : “(duduk disamping pasien) maaf bu, ibu islam?”
Ny. Soraya mengangguk.
Perawat : “Cobalah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah bu.
Sholat dan jika sedang jenuh berdzikir agar hati dan pikiran ibu
tenang. Serahkan semua kepada Allah.”
Ny. Soraya : “Bagaimana saya akan sholat sus? sedangkan untuk
mengambil air saja saya sudah merasa lemah.
Perawat : “Sholat tidak harus mengambil air wudhu bu. Ibu bisa
bertayamum menggunakan dinding yang ada disamping ibu.”
Ny. Soraya : “Tidak sust. Saya belum ingin sholat. Saya rindu dengan anak
saya.”
Perawat : “(menghela nafas) Apa ibu ingin bertemu dengan putri ibu ?”
Ny. Soraya : “Ingin sekali saya memeluknya sust. Tapi dia pasti tidak akan
bisa menerima keadaan saya.”
Perawat : “Tidak bu. Putri ibu pasti sangat mengkhawatirkan ibu. Lebih
baik sekarang ibu lebih mendekatkan kepada Allah agar hati
ibu senantiasa tenang dan dapat mendoakan anak ibu.”
Ny. Soraya : “Iya sust.”
Siang hari pada hari berikutnya, seperti biasa jihan berdiri didepan pintu menatap
ibunya dari balik pintu. Perawat Tania yang melihat Jihan dari kejauhan berjalan
mendekatinya.
Perawat : “Apa kamu tidak akan masuk Jihan ?”
Jihan : “(terkejut dan mengeleng lalu bermaksud pergi, namun lagi-
lagi perawat Tania menahan tangan Jihan.
Perawat : “Ikutlah dengan saya sebentar saja.”
22
Dengan terpaksa jihan mengikuti perawat Tania menuju taman Rumah Sakit.
Mereka duduk disebuah kursi ditengah taman.
Perawat : “Kamu baru pulang sekolah ?”
Jihan mengangguk.
Perawat : “Apa kamu sudah mengetahui keadaan ibumu?”
Jihan kembali mengangguk.
Perawat : “Lalu apa kamu tidak akan menemui dan menemani ibumu?”
Jihan : “Dia tidak membutuhkan saya. Lebih baik suster yang
menjaganya”
Perawat : “Jihan. Bagaimanapun peran keluarga sangat penting bagi Ibu
Soraya dalam keadaan seperti ini. Apalagi kamu satu-satunya
keluarga yang dekat dengan Ibu Soraya. Kamu tidak boleh
bersikap seperti itu kepada ibumu sendiri.”
Jihan : “Suster tau apa tentang kami ? Bagaimana bisa dia disebut
seorang ibu jika tingkah lakunya bukan seperti seorang ibu.
Suster tidak tau kan bagaimana dia mendapat penyakit itu?
Yaa, karna dia suka gonta-ganti lelaki. Dan suster tau, tiap hari
saya duduk didepan pintu hingga tengah malam untuk
menunggunya, namun apa? Dia datang dengan pakaian seperti
itu.”
Perawat : “(menghela nafas) Tapi jihan, tidak ada gunanya menyesali
perbuatan dimasa lalu. Yang utama sekarang adalah Ibu
Soraya sangat membutuhkan dukungan dari kamu.
Bagaimanapun juga Ibu Soraya adalah ibumu. Wanita yang
telah melahirkanmu.”
Jihan masih diam dengan tatapan penuh emosi.
Perawat : “Jihan, keadaan ibumu sekarang semakin lemah. Apa kamu
tidak merasa sakit jika melihat ibumu seperti ini? Dia telah
menderita karena penyakitnya, apa kamu juga akan menambah
penderitaannya? Lupakan semua yang telah terjadi Jihan,
fokuslah untuk membahagiakan ibumu. Peluk dia dan berilah
kasih sayangmu.”
23
Jihan : “(terharu mendengar perkataan perawat) Baiklah. Besok aku
akan bertemu dengannya.”
Waktu cepat berganti. Hingga waktu yang ditunggu-tunggu pun datang. Yaitu
pertemuan ibu dan anak setelah satu bulan lebih tidak bertemu. Perawat
mengantar Jihan hingga depan pintu ruang perawatan Ny. Soraya. Terlihat Ny.
Soraya berbaring sambil membaca sebuah buku. Jihan berjalan mendekati ibunya.
Ny. Soraya : “(terkejut) Jihan?”
Jihan : “Bagaimana keadaanmu?”
Ny. Soraya : “Oh aku baik-baik saja. Kenapa kamu kesini? Dan bagaimana
kamu tau kalau aku disini?”
Jihan : “Apa kamu akan terus menyembunyikan ini semua? Apa
belum cukup kamu tidak menganggapku ada?”
Ny. Soraya : “Apa maksudmu?”
Jihan : “Penyakitmu. Itu karena ulahmu sendiri. Berapa kali aku
bilang sama kamu untuk berhenti bekerja seperti itu. Tapi apa?
Sampai aku malu diejekin teman-temanku karena ulahmu. Dan
ayah, dia pergi karena tingkah lakumu!”
Ny. Soraya : “(berteriak) Jaga bicaramu Jihan!”
Jihan : “(marah-marah dan berteriak) Kenapa? Kamu kaget? Anak
yang kamu pikir masih kecil yang tak pernah kamu anggap ada
sekarang berani berbicara padamu? Kamu pikir selama ini aku
diam karena apa? Karena aku masih menghargai kamu sebagai
orang yang telah melahirkan aku. Tapi aku tidak bisa
melupakan semua. Ayah pergi karna kamu!”
Ny. Soraya : “(menampar Jihan)”
Jihan : “jhh. Akhirnya. Hampir selama 4 tahun aku menunggu
sentuhanmu akhirnya kamu nyentuh aku juga. Apa kamu pikir
aku sengaja membuat ulah untuk menyusahkanmu? Asal kamu
tau, aku ingin kamu memperhatikanku. Aku ingin kamu
memarahiku karena ulahku. Bukan yang hanya selalu diam dan
memperbaiki semuanya.”
24
Ny. Soraya : “Kamu tau, apa pekerjaanku selama ini? aku bukan pelacur
seperti yang kamu dengar dari orang-orang itu. Tiap pagi aku
menjadi kuli panggul dipasar dan malamnya aku menjadi supir
pengganti untuk para pemabuk itu. Dan soal ayahmu, bukan
ibu yang berselingkuh. Tapi ayahmu yang jahat. Dia selalu
mengoleksi banyak wanita muda hingga dia menularkan
penyakit ini padaku.”
Jihan : “(terkejut) Ke.. kenapa kamu baru menceritakan sekarang?”
Ny. Soraya : “Aku tidak ingin kamu membenci ayahmu. Cukup ibu yang
merasakan penderitaan ini, kamu jangan. Karena bagi ibu
kamu harta ibu satu-satunya!”
Jihan : “(diam menunduk dan memikirkan perkataan ibunya. air
matanya mulai menetes)
Ny. Soraya : “Percayalah jihan. Tidak ada ibu yang tidak menyayangi
anaknya. (lalu memeluk Jihan)”
Mulai dari saat itu, Jihan mulai luluh dan mau berbaikan
dengan ibunya. Jihan dibantu oleh perawat Tania selalu mengajak Ny.
Soraya untuk beribadah kepada Allah. Tiga bulan berselang, keadaan
Ny. Soraya semakin memburuk. Dia sudah tidak bisa berdiri dan
berjalan. Jihan pun jarang datang ke RS karena sibuk menyiapkan
untuk kompetisinya di Jepang. Di sore hari, perawat Tania duduk
disamping Ny. Soraya.
Ny. Soraya : “Sus. Kenapa saya merasa sangat lemah akhir-akhir ini? Apa
saya akan mati?”
Perawat : “Hidup dan mati hanya Allah yang bisa menentukan bu. Lebih
baik sekarang ibu tidur dan berdzikir agar hati ibu tenang.”
Ny. Soraya : “Saya ingin sekali melihat Jihan membawa medali emas sus.
Saya ingin memeluknya saat pulang dari kompetisinya nanti.
Dan saya ingin disaat terakhir saya, saya ditemani oleh Jihan
dan pamannya. Saya ingin Jihan dirawat oleh pamannya. Agar
saya bisa pergi dengan tenang.”
25
Jihan : “Lebih baik sekarang ibu tidur ya ? Istirahat agar kondisi ibu
tidak semakin lemah.”
Satu minggu berlalu. Keadaan Ny. Soraya semakin memburuk,
dia pun mengalami penurunan kesadaran. Dengan cepat semua
perawat dan dokter segera memberi tindakan agar dapat
mempertahankan hidupnya. Dengan berlari dan membawa medali
jihan datang dan memeluk Ny. Soraya.
Jihan : “Apa yang terjadi sust ?”
Perawat : “Keadaan Ny. Soraya memburuk Jihan.”
Jihan : “(memegang tangan Ny. Soraya) Ibu ? Ibu harus bertahan bu.
Jihan membawa medali ini untuk ibu. Dan paman, dia akan
segera datang. Bu, bukankah ini kali pertama aku
memanggilmu ibu? Apa ibu tak ingin mendengarnya? Bu, aku
mohon buka matamu bu. Bertahanlah sedikit lagi, paman akan
datang.”
Terlihat nafas Ny. Soraya semakin dalam dan panjang.
Perawat : “(merangkul bahu Jihan) iringi kepergian ibumu dengan
menyebut nama Allah Jihan.”
Jihan : “Bertahanlah sebentar bu, bukankah ibu ingin bertemu
denganku dan paman? Sebentar lagi paman datang.”
Tiba-tiba seorang lelaki tinggi dengan menggunakan setelan jas berlari datang dan
berdiri disamping Jihan.
Jihan : “Bu, paman sudah disini bu.”
Tn. Amin : “Soraya, aku disini. Aku akan menjaga Jihan. Kami ikhlas
melepasmu Soraya. Sebut nama Allah.”
Nafas Ny. Soraya semakin tak beraturan. Tanpa pikir panjang
perawat Tania membimbing Ny. Soraya didekat telinga Ny. Soraya
menggunakan masker dan handscoon.
Perawat : “Allah.. Allah.. Allah..”
Ny. Soraya semakin memburuk dan hanya mampu menggerakkan bibirnya sedikit
mencoba mengikuti bimbingan dari perawat Tania. Hingga Ny. Soraya
menghembuskan nafas terakhirnya.
26
Perawat : “Innalillahiwainna ilaihi rojiun.”
Jihan : “(menangis dan berteriak mendekati Ny. Soraya dan
memegang tangannya) ibu. Jihan janji Jihan akan jadi anak
yang membanggakan. Jihan akan menjadi dokter nantinya. Ibu
harus bahagia disana, Jihan akan selalu doain ibu. Maafin
Jihan bu. Jihan selalu menyalahkan ibu. Jihan sangat sayang
sama ibu. Ibu harus baik-baik disana. Ibu harus bahagia
dipelukan Allah. Jihan akan baik-baik saja bu. Ibu jangan
terlalu mengkhawatirkan Jihan.”
Dan akhirnya perawat menyiapkan perawatan jenazah Ny. Soraya sesuai SOP.
Kesimpulan:
Dari roleplay diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang perawat dalam merawat
pasien terminal harus mampu menerapkan teori peaceful end of life dari Moore
agar pasien dapat merasakan kedamaian di akhir hidupnya. Pada dialog terdapat
sikap perawat yang meyakinkan pasien untuk tetap bertahan menjalani sisa
hidupnya dengan baik. Kemudian perawat meyakinkan anak pasien yang dimana
sebagai keluarga terdekat untuk menerima ibunya, memfasilitasi partisipasi orang-
orang terdekat dalam pelayanan keperawatan pasien, menerima rasa berduka
keluarga, kekhawatiran, pertanyaan-pertanyaan dan memberi kesempatan pada
keluarga untuk mengalami kedekatan pada orang yang dirawat.
27
BAB III
PENUTUP
Simpulan
End of life merupakan bagian penting dari keperawatan paliatif
yang diperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir kehidupan.
Konsep mayor dari teori ini terdiri dari lima hal yang kemudian dapat
menjadi panduan dalam melakukan perawatan pada pasien terminal
yaitu terbebas dari nyeri, pengalaman menyenangkan, pengalaman
martabat (harga diri) dan kehormatan, merasakan damai, dan
kedekatan untuk kepentingan lainnya. Teori ini kita pahami sebagai
metode perawatan paliatif yakni bertujuan kepada pasien, keluarga,
dan lingkungannya bagaimana mengerti, memahami, dan menerima
kenyataan adanya sakit yang secara ilmu medis tidak ada harapan
kembali sembuh secara optimal.
H. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara optimal
terkait dengan pengembangan mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan. Dan
penulis menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini dikembangkan
lebih lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-tulisan sejarah yang
bermutu. Demikianlah makalah ini penulis persembahkan, semoga dapat
bermanfaat.
28
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. 2014. Nursing theorists and their work eighth edition.
USA: Mosby Elseiver.701-709.
Brandt, R. B. 1979. A theory of the good and the right. Oxford: Clarendon
Press
Curie. M. 2014. What are palliative care and end of life care ?. Marie
Curie Support
Ichikyo, K. 2016. End Of Life : Helping With Comfort And Care. National
institute of aging
Lenz, E.R.., Suppe, F.,Gift, A.G.,Pugh,L., C., & Milligan, R.A. 1995.
Collaborative development of middle range nursing theories:
toward a theory of unpleasant symptoms. Advances in nursing
science, 17(3), 1-13.
Munn, JC, Dobbs, D, et.al. 2008. The end of life experience in long term
care:five themes identified from focus groups with residents, family
members, and staff. The Gerontologist 48.4
Pain terms: A list with defenitions and notes on usage. Recommended by the
IASP subcommitte on taxonomy. 1979. Pain 6(3), 249
29
Sandoe, P. 1999. Quality of life-three competing views. Ethical theory and
moral Practice, 2(1), 11-23
30