HALITOSIS
HALITOSIS
PENDAHULUAN
kalangan baik kalangan profesi kesehatan khususnya kesehatan gigi, para ilmuwan dan
peneliti maupun kalangan masyarakat awam dalam dekade terakhir ini. Masalah ini tidak
hanya dilihat dari sudut kesehatan tetapi juga dari sudut pergaulan sosial. Keberadaan
halitosis pada dasarnya berkaitan dengan berbagai faktor penyebab baik yang berasal dari
rongga mulut maupun organ-organ yang lain, baik yang bersifat lokal maupun sistemik.
Halitosis dapat terjadi pada semua golongan umur, jenis kelamin, ras maupun
tingkat sosial ekonomi. Halitosis yang berkaitan langsung dalam rongga mulut
dipengaruhi oleh aspek mikrobiologis berbagai deposit didalam rongga mulut. Akibat
yang dapat ditimbulkan oleh halitosis ditinjau dari penderita dalam kehidupan sosialnya,
yaitu: malu atau rendah diri, menghindari pergaulan sosial, bicara tidak bebas, tidak ada
Halitosis merupakan suatu problema yang bagi sebagian orang sangat memalukan
sehingga penderitanya malas untuk mendatangi dokter gigi ataupun dokter umum, dan
Selain itu, banyak pula penderita halitosis yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita
halitosis sampai ada seseorang yang memberitahu mereka. Halitosis merupakan suatu
masalah yang dapat dicegah dengan merawat kebersihan dalam rongga mulut dan dengan
melalui perawatan sumber-sumber penyebab di dalam rongga mulut yang dapat secara
efektif memecahkan masalah-masalah nafas tak sedap. Untuk dapat mengatasi halitosis
secara efektif, diperlukan pemeriksaan secara menyeluruh dan diagnosa yang tepat. Pada
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Halitosis berasal dari bahasa latin ‘halitus’ (nafas) dan Yunani ‘osis’ (keadaan).
Jadi, halitosis merupakan keadaan dari bau nafas. Umumnya istilah ini mengacu pada
suatu keadaan bau mulut yang berasal dari keadaan metabolik secara sistemik, termasuk
Halitosis fisiologis adalah halitosis yang bersifat sementara dan terjadi bila substansi
yang menimbulkan bau tersebut secara hematologi menuju paru-paru dan biasanya
berasal dari makanan, seperti bawang dan lobak dan bisa juga berasal dari minuman,
seperti teh, kopi, serta minuman beralkohol. Halitosis Patologis adalah halitosis yang
pada dasarnya terjadi dalam suatu mekanisme yang sama dengan halitosis fisiologis,
dalam hal ini bahan-bahan yang secara hematologis menuju paru-paru. Penyebab utama
keadaan ini karena adanya kelainan yang bersifat local maupun sistemik seperti diabetes
mellitus, uremia, gastritis, tukak lambung dan hepatitis (Jurnal Kedokteran Gigi
Halitosis adalah kondisi kesehatan mulut yang ditandai dengan napas yang berbau
konsisten. Meskipun rongga mulut tidak bermasalah, gigi dan gusi terawat, kebersihan
mulut terjaga, sudah menghindari makanan yang berbau, tidak ada penyakit sistemik, tapi
Aroma nafas tak sedap atau bau mulut umumnya disebabkan dua masalah utama,
yaitu kesehatan mulut dan makanan yang dicerna oleh usus. Dengan kata lain, bau napas
berasal tidak hanya dari dalam mulut, melainkan juga dari sistem pencernaan
(Setiawan,2009).
Oral Malodor
Bad breath
Fetor Ex Ore
Fetor Oris
Dragon Breath
Jungle Mouth.
masalah bau mulut, padahal sebenarnya tidak, dan kondisi ini disebut
ETIOLOGI
Bau nafas dari mulut pasien berbeda-beda tergantung kepada beberapa faktor.
Dibawah ini adalah penyebab bau nafas yang diklasifikasikan sebagai faktor
FAKTOR LOKAL
FAKTOR SISTEMIK
1. Diabetes
2. Hemmoragi internal
3. Nekrosis
4. Disfungsi ginjal
5. Penyakit gastrointestinal
6. Gagal hati
7. Patologi paru
Hasil pencernaan sebagian dari beberapa makanan seperti bawang putih, bawang
merah atau papermint akan menyebabkan nafas berbau walaupun telah melewati oral
cavity beberapa jam sebelumnya. Pasien yang makan makanan berlemak belebihan akan
menyebabkan halitosis, hasil pada pencernaan lemak yang tidak sempurna. Hal ini
dikatakan benar apabila susu dan produk tenusu dikonsumsi dalam jumlah yang besar.
Halitosis dapat timbul oleh karena beberapa faktor, antara lain (Jurnal Kedokteran
putih, bawang merah dan lobak sedangkan minuman yang dapat menyebabkan halitosis
antara lain minuman beralkohol, produk susu dan lain-lain. Pada keadaaan ini,
permasalahannya bukan diawali pada saat makanan atau minuman berada di dalam
rongga mulut tetapi terjadi setelah bahan makanan atau minuman ini diserap pada
pembuluh darah. Bau makanan atau minuman yang tersebut selanjutnya akan
b. Oral Hygiene
Bila oral hygiene tidak dilakukan dengan baik, sisa-sisa makanan akan
mengumpul di antara gigi. Cepat atau lambat makanan yang telah mengalami
pembusukan akan terbentuk, dan hampir keseluruhan dari produk-produk yang
c. Penyakit Periodontal
terlihat dan dapat menimbulkan halitosis. Penyebab utama dari keberadaan penyakit ini
adalah plak. Pada penyakit periodontal, infeksi bakteri terdapat pada jaringan sekitar gigi.
pembentukan periodontal pocket yang sulit dibersihkan sehingga merupakan tempat ideal
untuk bakteri.2
prevotella intermedia dll) dan bakteri tersebut bisa menghasilkan VCS. [Carranza 10 th
ed].
d. Xerostomia
Merupakan istilah untuk keadaan mulut yang kering. Xerostomia atau kekeringan
di dalam rongga mulut dapat pula menyebabkan terjadinya bau mulut atau halitosis.
Mulut yang kering akan meningkatkan lagi jumlah mikroba dan produksi gas VCS
e. Kebiasaan
berkaitan dengan resiko yang besar untuk terjadinya penyakit periodontal dan kanker di
Bau mulut disebabkan oleh kebiasaan merokok. Bau ini disebabkan oleh tar,
nikotin dan lainnya yang berasal dari rokok yang berakumulasi di gigi dan jaringan lunak
mulut (lidah, gusi, dsb). Juga merokok akan mengeringkan jaringan mulut sehingga
mengurangi efek pencucian dan buffer oleh saliva terhadap bakteri dan kotoran yang
dihasilkannya.
f. Penyakit Sistemik
saluran nafas, diabetes, permasalahan pada saluran pencernaan, infeksi pada sinus dan
g. Obat-obatan
merubah rasa dan bau, obat-obat tertentu tersebut dapat menimbulkan berkurangnya
(genuine) pseudohalitosis dan halitophobia. Halitosis sejati dibedakan lagi atas fisiologis
dan patologis. Halitosis fisiologis merupakan bersifat sementara dan tidak membutuhkan
tidak dapat diatasi hanya dengan pemeliharaan oral hygiene saja, tetapi membutuhkan
(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/131087479.pdf)
a. Halitosis Fisiologis
membutuhkan perawatan. Pada halitosis tipe ini tidak ditemukan adanya kondisi
patologis yang menyebabkan halitosis. Contohnya adalah morning breath, yaitu bau nafas
pada waktu bangun pagi. Keadaan ini disebabkan tidak aktifnya otot pipi dan lidah serta
berkurangnya aliran saliva selama tidur. Bau nafas ini dapat diatasi dengan merangsang
aliran saliva dan menyingkirkan sisa makanan di dalam mulut dengan mengunyah,
b. Halitosis Patologis
Halitosis patologis merupakan halitosis yang bersifat permanen dan tidak dapat
diatasi hanya dengan pemeliharaan oral higiene saja, tetapi membutuhkan suatu
penyebab halitosis patologis intraoral yang paling sering dijumpai. Tongue coating,
karies dan penyakit periodontal merupakan penyebab utama halitosis berkaitan dengan
kondisi tersebut. Infeksi kronis pada rongga nasal dan sinus paranasal, infeksi tonsil
(tonsilhlith), gangguan pencernaan, tukak lambung juga dapat menghasilkan gas berbau.
Selain itu, penyakit sistemik seperti diabetes ketoasidosir, gagal ginjal, dan gangguan hati
juga dapat menimbulkan bau nafas yang khas. Penderita diabetes ketoasidosis
mengeluartan nafas berbau aseton. Udara pernafasan pada penderita kerusakan ginjal
berbau amonia dan disertai dengan keluhan dysgeusi, sedangkan pada penderita
gangguan hati dan kantung empedu seperti sirosis hepatis akan tercium bau nafas yang
Pada kondisi ini, pasien merasakan dirinya memilki bau nafas yang buruk, namun
hal ini tidak dirasakan oleh orang lain disekitarnya ataupun tidak dapat terdeteksi dengan
tes ilmiah. Oleh karena tidak ada masalah pernapasan yang nyata, maka perawatan yang
perlu diberikan pada pasien berupa konseling untuk memperbaiki kesalahan konsep yang
3. Halitophobia
Pada kondisi ini, walaupun telah berhasil mengikuti perawatan genuine halitosis
maupun telah mendapat konseling pada kasus pseudo halitosis, pasien masih kuatir dan
terganggu oleh adanya halitosis. Padahal setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti baik
kesehatan gigi dan mulut maupun kesehatan umumnya ternyata baik dan tidak ditemukan
suatu kelainan yang berhubungan dengan halitosis, begitu pula dengan tes ilmiah yang
ada tidak menunjukkan hasil bahwa orang tersebut menderita halitosis. Pasien juga dapat
menutup diri dari pergaulan sosial, sangat sensitif terhadap komentar dan tingkah laku
orang lain. Maka dari itu, diperlukan pendekatan psikologis untuk mengatasi masalah
kejiwaan yang melatar belakangi keluhan ini yang biasanya dapat dilakukan oleh seorang
GEJALA
Kita sering tidak menyadari bahwa diri kita mengidap halitosis. Kalaupun tahu
bau mulut sering membuat kita rendah diri. Karena itu, kita perlu mengenali beberapa
gejala tersebut :
2. Orang lain berkomentar mengenai bau nafas anda kemudin menawarkan sejenis
3. Tanpa sadar anda sering menggunakan produk penghilang bau mulut, penyegar nafas.
5. Anda merasakan mulut kering atau kondisi air liur lebih kental daripada biasanya.
Kondisi ini tidak dapat diperbaiki walau dengan segala usaha yang anda lakukan.
DIAGNOSA
1. Riwayat medis
- Bau manis ataupun tikus mati terkait dengan gangguan liver, selain dari VCS, dan
- Bau “ikan” terkait dengan gangguan ginjal dengan adanya uremia dan akumulasi
MEKANISME
keadaan tersebut. Pada halitosis yang disebabkan oleh makanan tertentu, bau nafas
berasal dari makanan yang oleh darah ditransmisikan menuju paru-paru yang selanjutnya
dikeluarkan melalui pernafasan. Secara khusus, bakteri memiliki peranan yang penting
pada terjadinya bau mulut yang tak sedap atau halitosis. Bakteri dapat berasal dari rongga
mulut sendiri seperti plak, bakteri yang berasal dari poket yang dalam dan bakteri yang
berasal dari lidah memiliki potensi yang sangat besar menimbulkan halitosis (Jurnal
VPC merupakan hasil produksi dari akrivitas bakteri-bakteri anaerob di dalam mulut
yang berupa senyawa berbau yang tidak sedap dan mudah menguap sehingga
menimbulkan bau yang mudah tercium oleh orang lain disekitarnya. Di dalam
aktivitasnya di dalam mulut, bakteri anaerob bereaksi dengan protein-protein yang ada,
protein di dalam mulut dapat diperoleh dari sisa-sisa makanan yang mengandung protein,
sel-sel darah yang telah mati, bakteri-bakteri yang mati ataupun sel-sel epitel yang
Seperti yang telah diketahui, di dalam mulut banyak terdapat bakteri baik gram
positif maupun gram negatif. Kebanyakan bakteri gram positif adalah bakteri sakarolitik
kebanyakan bakteri gram negatif adalah bakteri proteolitik dimana untuk kelangsungan
hidupnya banyak memerlukan protein. Protein akan dipecah oleh bakteri menjadi asam-
asam amino (Agus Djaya, 2000). Sebenarnya terdapat beberapa macam VSC serta
senyawa yang berbau lainnya di dalam rongga mulut, akan tetapi hanya terdapat 3 jenis
VSC penting yang merupakan penyebab utama halitosis, diantaranya metal mercaptan
(CH3SH), dimetil mercaptan (CH3)2S, dan hidrogen sulfide (H2S). Ketiga macam VSC
tersebut menonjol karena jumlahnya cukup banyak dan mudah sekali menguap sehingga
menimbulkan bau. Sedangkan VSC lain hanya berpengaruh sedikit, seperti skatole,
gigi dapat membedakan penyebab bau mulut sebagai kelainan di dalam atau di luar
mulut. Umumnya halitosis bisa dikurangi atau dihilangkan sama sekali dengan menjaga
kebersihan mulut seperti menyikat gigi, menggunakan benang gigi, membersihkan lidah,
menggunakan obat kumur dan diet sehat, namun kadang-kadang diperlukan penangganan
oleh tenaga profesional untuk melakukan rujukan. Untuk dapat mengatasi halitosis secara
a. Menyikat Gigi
Sebaiknya gigi disikat dua kali sehari. Gigi disikat dengan bulu sikat yang lembut
dan kepala sikat yang kecil. Hindarkan pemakaian bulu sikat yang kasar karena bulu sikat
pasta gigi yang mengandung fluor untuk mencegah karies gigi sekaligus. (Dentika Dental
Benang gigi (dental floss) digunakan untuk membersihkan celah gigi yang sempit
yang tidak dapat dicapai dengan sikat gigi. Hal ini dilakukan dengan cara memotong
benang kira-kira sepanjang 40 cm, kemudian diputarkan di kedua jari tengah kanan dan
kiri. Benang dimasukkan ke celah diantara gigi dan ditahan dengan ibu jari agar kuat dan
tidak lepas ketika dilakukan gerakan seperti menggergaji. Tindakan ini sebaiknya
dilakukan satu kali sehari, namun bila memungkinkan dilakukan dua kali sehari. Setelah
tahap ini diperbolehkan kumur sampai bersih atau dibilas dengan air. (Dentika Dental
c. Membersihkan Lidah
Permukaan lidah dibersihkan dengan cara menyikat lidah dua kali sehari
menggunakan sikat gigi atau alat khusus pembersih lidah (tongue scrapper). Permukaan
lidah disikat dengan lembut dan perlahan agar lidah tidak luka. Sambil lidah dijulurkan
ke depan, tempatkan tongue scrapper sejauh mungkin ke belakang lidah, selama masih
tahan, sambil ditarik ke depan dan ke bawah dengan tekanan ringan. Gunakan kain/kertas
tissue bersih atau air mengalir untuk membersihkan tongue scrapper. Ulangi prosedur ini
Obat kumur digunakan paling sedikit sekali sehari. Waktu yang paling tepat
menggunakan obat kumur adalah sebelum tidur karena obat kumur memberikan efek
antibakteri selama tidur saat aktivitas bakteri penyebab bau mulut meningkat. Obat
kumur yang mengandung alkohol dapat mengakibatkan mulut kering dan apabila
digunakan dalam waktu lama dapat menyebabkan mukosa mulut terkelupas. Oleh karena
itu, sebaiknya menggunakan obat kumur non-alkohol seperti yang mengandung sodium
sakarin. Penggunaan tidak perlu terlalu berlebihan, kurang lebih 10-15 ml sudah cukup
Jangan kumur langsung dari botol, karena apabila tersentuh ludah, bahan akan
terkontaminasi, sehingga bahan aktif selebihnya di dalam botol dapat menjadi rusak,
e. Diet Sehat
Diet sehat dilakukan dengan memakan makanan segar berserat seperti sayuran
dan mempunyai konsistensi kasar yang dapat membantu membersihkan dorsum lidah,
menghindari memakan makanan yang menimbulkan bau, serta banyak minum air putih
setiap hari. Baru-baru ini, penelitian di Jepang melaporkan bahwa yogurt tanpa gula dapat
mengurangi senyawa penyebab halitosis. Hal ini dibuktikan dengan dijumpai penurunan
level senyawa hidrogen sulfida sampai 80% setelah mengkonsumsi 90 gram yogurt setiap
hari selama 6 minggu. Selain itu, hasil penelitian di Amerika menunjukan bahwa
polifenol (seperti catechin dan theaflavin), senyawa yang terkandung dalam teh juga
teh hijau maupun teh hitam sedangkan theaflavin lebih dominan pada teh hitam.
Mengurangi konsumsi makanan dengan protein tinggi. Kunyahlah permen bebas gula
(non-kariogenik) khususnya apabila mulut terasa kering. Banyak minum air dalam sehari.
Menghindari konsumsi alkohol, rokok, obat-obatan yang dapat menurunkan aliran saliva.
profesional, misalnya melakukan penambalan, skeling atau tindakan penyerutan akar gigi
(root planning). Selain itu, dokter gigi akan mencabut sisa akar bila radiks atau akar gigi
g. Rujukan
Jika kecurigaan penyebab di dalam mulut sudah diatasi, tetapi halitosis masih ada,
maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya penyakit yang tidak berkaitan dengan
masalah gigi dan mulut seperti penyakit sistemik. Dalam hal ini, dokter gigi akan
PENUTUP
Jadi halitosis merupakan keadaan dari bau nafas. Umumnya istilah ini mengacu
pada suatu keadaan bau mulut yang berasal dari keadaan metabolic secara sistemik
termasuk saluran pencernaan. Halitosis dapat berupa halitosis fisiologi maupun patologis.
Halitosis dapat disebabkan oleh faktor-faktor fisiologis dan patologis yang berasal dari
rongga mulut atau intra oral dan faktor- faktor sistemik atau ekstra oral. Berdasarkan
faktor etiologinya, halitosis dibedakan atasa halitosis sejati, (genuine) pseudohalitosis dan
halitophobia. Halitosis sejati dibedakan lagi atas fisiologis dan patologis. Halitosis
halitosis patologis merupakan halitosis bersifat permanen dan tidak dapat diatasi hanya
dengan pemeliharaan oral hygiene saja, tetapi membutuhkan suatu penanganan dan
VPC merupakan hasil produksi dari akrivitas bekteri-bakteri anaerob di dalam mulut
yang berupa senyawa berbau yang tidak sedap dan mudah menguap sehingga
menimbulkan bau yang mudah tercium oleh orang lain disekitarnya. Diagnosis halitosis
sangat penting dilakukan untuk mengetahui penyebab dan mencegah terjadinya halitosis
yang telah dilakukan. Metode diagnosis dibedakan atas metode langsung dan tidak
langsung.
Tindakan pencegahan dan perawatan pada halitosis antara lain,
a. Menyikat Gigi
c. Membersihkan Lidah
e. Diet Sehat
g. Rujukan
3.2 Saran
karena dengan menjaga oral hygiene maka kita sudah melakukan tindakan preventif
dalam memperkecil probability terjadinya masalah dalam tubuh khususnya pada rongga
mulut.
DAFTAR PUSTAKA
2. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi, Vol.4 - No.1 - Mei 2007
3. http://www.scribd.com/doc/46845280/Skripsi-Halitosis
4. http://www.scribd.com/doc/47970593/Bau-Mulut
HALITOSIS
Disusun Oleh :
Try putra, skg
Aam Purnama, skg
Alfin Firmansyah, skg
Atita Soenaring, skg
Vivi Nilsi, skg
GELOMBANG 2
PERIODE 17 APRIL 2017 – 17 MEI 2017
KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIV. PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA