Anda di halaman 1dari 8

Hasil Keputusan Bahtsul Masa-il XXI

FORUM MUSYAWARAH PONDOK PESANTREN


S E J AWA - M A D U R A
Di Pon. Pes. Lirboyo PO BOX 162 Kota Kediri

Komisi A
Jalsah Ula
MUSHOHIH PERUMUS MODERATOR
1. KH. A. Yasin Asmuni 1. Agus Syamsul Mu'in Bpk. M. Ayman al-Akiti
2. KH. Atho’illah S. Anwar 2. Bpk. Abdul Mannan
3. KH. Muhibbul Aman 3. Bpk. Saiful Anwar
4. KH. Firjaun Barlaman 4. Bpk. Sunandi Zubaidi NOTULEN
5. K. Anang Darunnaja 5. Bpk. Abdulloh Mahrus 1. Bpk. Ahid Yasin
6. H. Agus Sobich Al Muayyad 6. Bpk. Abdul Wahab 2. Bpk. Mudzakir
7. KH. Fahim Rauyani 7. Bpk. M. Anas 3. Bpk. Zaimul Abror
8. Agus HM. Sonhaji 8. Bpk. Bisyri Musthofa
9. Bpk. Ali Saudi

1. PRO KONTRA RUU PERKAWINAN


Deskripsi Masalah
Diantara daftar Program Legislasi Nasional (PROLEGNAS) tahun 2010 ini, Kementerian Agama berencana
mengesahkan Rancangan Undang Undang (RUU) Hukum Materiil Peradilan Agama Bidang Perkawinan
yang meliputi ketentuan nikah sirri (perkawinan di bawah tangan), nikah mut’ah (kawin kontrak), poligami
dan thalaq (cerai). Beberapa pasal dalam draft RUU tersebut juga memuat ketentuan pidana kurungan mulai
6 bulan hingga 3 tahun, serta denda mulai Rp 6 juta hingga Rp 12 juta misalnya pada:
 Pasal 143 Setiap orang yang dengan sengaja melangsungkan perkawinan tidak di hadapan pejabat
pencatat nikah sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 1 dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp 6 juta (enam juta rupiah) atau hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan;
 Pasal 144 Setiap orang yang melakukan perkawinan mutah sebagaimana dimaksud pasal 39 dihukum
dengan penjara selama-lamanya 3 (tiga) tahun dan perkawinannya batal karena hukum;
 Pasal 145 Setiap orang yang melangsungkan perkawinan dengan istri kedua, ketiga atau keempat
tanpa mendapat izin terlebih dahulu dari pengadilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 ayat (1)
dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 6 juta (enam juta rupiah) atau hukuman kurungan
paling lama 6 (enam) bulan;
 Pasal 146 Setiap orang yang menceraikan istrinya tidak di depan sidang pengadilan sebagaimana
dalam pasal 119 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 6 juta (enam juta rupiah) atau
hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan;
 Pasal 147 Setiap orang yang melakukan perzinaan dengan seorang perempuan yang belum kawin
sehingga menyebabkan perempuan tersebut hamil sedang ia menolak mengawininya dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan.
Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI KOMISI A 1
Menurut RUU tersebut, perkawinan yang tidak dilangsungkan di hadapan pejabat pencatat nikah tidak
memiliki kekuatan hukum sebagaimana tertuang dalam pasal-pasal berikut :
 Pasal 4 Setiap perkawinan wajib dicatat oleh pejabat pencatat nikah menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 Pasal 5 (1) Untuk memenuhi ketentuan pasal 4 setiap perkawinan wajib dilangsungkan di hadapan
pejabat pencatat nikah.
 Pasal 5 (2) Perkawinan yang tidak dilakukan sesuai dengan ketentuan ayat (1) tidak mempunyai
kekuatan hukum.
Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam KHI (kompilasi Hukum Islam) Pasal 5-6 sebagai berikut :
 Pasal 5 (1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus
dicatat.
 Pasal 5 (2) Pencatatan perkawinan tersebut apada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah
sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang No.22 Tahun 1946 jo Undang-undang No. 32 Tahun
1954.
 Pasal 6 (1) Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan
dihadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah.
 Pasal 6 (2) Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak
mempunyai kekuatan Hukum.
Draft RUU tersebut dimaksudkan sebagai wujud perlindungan akibat buruk pada pihak-pihak yang menjadi
korban. Misalnya nikah sirri, kawin kontrak dan poligami dipandang banyak merugikan perempuan dan
sering disalahgunakan menjadi perzinaaan terselubung yang dimanfaatkan sebagai media singgahan
pemuasan dan pelampiasan seks tanpa tanggung jawab yang berakibat istri dan anak-anak terlantar, tidak ada
pengakuan dari istri pertama dll. RUU ini juga diharapkan akan mempermudah istri atau anak memperoleh
haknya secara hukum positif seperti hak warisan, hak perwalian,tunjangan kesehatan, pembuatan KTP atau
paspor dll.
Kendati demikian, khusus RUU nikah sirri dan poligami tersebut mendapat respon penolakan keras dari
belbagai kalangan karena di samping dinilai menyudutkan dan mempersulit amaliah umat Islam, RUU
tersebut juga dikhawatirkan justru akan mengobsesi seseorang memilih melakukan zina ketimbang harus
menikah. Lebih dari itu, pemidanaan dengan denda dan atau hukuman penjara terhadap perkawinan tanpa
dokumentasi itu dinilai berlebihan, karena praktek nikah sirri sebenarnya hanya merupakan pelanggaran
administratif keperdataan, yaitu melanggar pasal 2 UU 1/1974 tentang perkawinan, bukan bentuk
pelanggaran pidana sehingga tidak proporsional jika harus dikriminalisasi.
Pertanyaan
a. Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, dapatkah dibenarkan pemberlakuan pasal nikah sirri dan
poligami di atas?
b. Bagaimana hukum pemidanaan pelanggaran UU nikah sirri dan poligami di atas?
c. Jika pemerintah benar-benar memberlakukan, bagaimana konsekuensi hukum perkawinan atau
perceraian yang melanggar pasal nikah sirri dan poligami di atas?
Sail : PP. Langitan & Panitia
Jawaban
a. UU Perkawinan sesuai yang tertuang dalam KHI yang membatasi pernikahan siri dengan tidak
mengesahkannya tidak dapat dibenarkan karena menganggap batal pernikahan yang sudah sah sesuai
syara'.
b. Gugur
c. Gugur

REFERENSI
1. Al Fiqh al Islami, vol. 9 hal. 6674 3. At Tasyri' al Jana'i, vol. 1, hal. 254
2. Bughyah al Mustarsyidin hal. 271 4. Al Fiqh al Islami, vol. 9 hal. 339

6674 ‫الفقه اإلسالمي الجزء التاسع صـ‬ .1


‫الدعوة إلى جعل تعدد الزوجات بإذن القاضي ظهرت دعوات جديدة في عص رنا تمنع تعدد الزوجات إال بإذن القاضي ليتأكد من تحقق ما‬
‫ وه و الع دل بين الزوج ات والق درة على اإلنف اق ألن الن اس وخصوص اً الجهل ة أس اؤوا اس تعمال رخص ة التع دد‬،‫ش رطه الش رع إلباح ة التع دد‬
Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI KOMISI A 2
‫المأذون بها شرعاً لغايات إنسانية كريمة لكن تولى المخلصون دحض مثل هذه الدعوات ألسباب معقولة هي ما يأتي (‪ -1 )1‬إن اهلل سبحانه‬
‫وتعالى أناط بالراغب في الزواج وحده تحقيق شرطي التعدد‪ ،‬فهو الذي يقدر الخوف من عدم العدل‪ ،‬لقوله تعالى‪{ :‬فإن خفتم أال تعدلوا‪،‬‬
‫فواحدة} [النساء‪ ]3/4:‬فإن الخطاب فيه لنفس الراغب في الزواج‪ ،‬ال ألحد سواه‪ ،‬من قاض أوغيره‪ ،‬فيكون تقدير مثل هذا الخوف من قبل‬
‫غير الزوج مخالف اً لهذا النص‪ .‬وكذلك البحث في توافر القدرة على اإلنفاق‪ ،‬فإنه منوط بالراغب في الزواج‪ ،‬لقوله ﷺ‬
‫«يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج‪ »..‬فهو خطاب لألزواج‪ ،‬ال لغيرهم‪ - 2 .‬إن إشراف القاضي على األمور الشخصية أمر‬
‫عبث‪ ،‬إذ قد ال يطلع على السبب الحقيقي‪ ،‬ويخفي الناس عادة عنه ذلك السبب فإن اطلع على الحقائق كان اطالعه فضحاً ألسرار الحياة‬
‫الزوجية‪ ،‬وتدخالً في حريات الناس‪ ،‬وإهداراً إلرادة اإلنسان‪ ،‬وخوض اً في قضايا ينبغي توفير وقت القضاة لغيرها‪ ،‬ومنع اً وأمراً في غير محله‪،‬‬
‫فالزواج أمر شخصي بحت‪ ،‬يتفق فيه الزوجان مع أولياء المرأة‪ ،‬ال يستطيع أحد تغيير وجهته‪ ،‬وتبديل قيمه‪ .‬وإن أسرار البيت المغلقة ال يعلم‬
‫بها أحد غير الزوجين‪.‬‬
‫بغية المسترشدين صـ ‪ 271‬دار الفكر‬ ‫‪.2‬‬
‫فائدة حكم العرف والعادة حكم منكر ومعارضة ألحكام اهلل ورسوله وهو من بقايا الجاهلية في كفرهم بما جاء به نبينا محمد عليه الصالة‬
‫والسالم بإبطاله فمن استحله من المسلمين مع العلم بتحريمه حكم بكفره وارتداده واستحق الخلود في النار نعوذ باهلل من ذلك اهـ فتاوى‬
‫بامخرمة‪ .‬ومنها يجب أن تكون األحكام كلها بوجه الشرع الش ريف وأما أحكام السياسة فما هي إال ظنون وأوهام فكم فيها من مأخوذ بغير‬
‫مر كفر مستحله ولو كان في موضع من يعرف الشرع لم يجز له أن يحكم أو يفتي بغير‬ ‫جناية وذلك حرام وأما أحكام العادة والعرف فقد ّ‬
‫مقتضاه فلو طلب أن يحضر عند حاكم يحكم بغير الشرع لم يجز له الحضور هناك بل يأثم بحضوره اهـ‪.‬‬
‫التشريع الجنائي في اإلسالم الجزء األول صـ ‪254‬‬ ‫‪.3‬‬
‫إن أولي األم ر بحس ب نصوص الش ريعة اإلس المية ليس لهم ح ق التش ريع المطل ق لألس باب ال تي بيناه ا‪ :‬وإن حقهم في التشريع قاصر على‬
‫نوعين من التش ريع األول تش ريعات تنفيذية يقصد بها ضمان تنفيذ نصوص الش ريعة اإلسالمية‪ .‬والثاني‪ :‬تشريعات تنظيمية لتنظيم الجماعة‬
‫وحمايتها وسد حاجاتها على أساس مبادئ الشريعة العامة‪ .‬وهذه التش ريعات ال تكون إال فيما سكتت عنه الشريعة فلم تأت بنصوص خاصة‬
‫فيه وال يمكن أن تكون فيما نصت عليه الشريعة‪ ،‬ويشترط في هذه التشريعات قبل كل شئ أن تكون متفقة مع مبادئ الش ريعة العامة وروحها‬
‫التشريعية‪ ،‬فهي تشريعات توضع بقصد تنفيذ مبادئ الشريعة العامة‪ ،‬وإذن فهي في حقيقتها نوع آخر من التشريعات التنفيذية‪.‬‬
‫الفقه اإلسالمي وأدلته الجزء التاسع صـ ‪339‬‬ ‫‪.4‬‬
‫وليست الدعوة المعاصرة إلى جعل الطالق بيد القاضي ذات فائدة؛ لمصادمة المقرر شرعاً‪ ،‬وألن الرجل يعتقد ديانة أن الحق له‪ ،‬فإذا أوقع‬
‫الطالق‪ ،‬ح دثت الحرم ة دون انتظ ار حكم القاض ي‪ .‬وليس ذل ك في مص لحة الم رأة نفس ها؛ ألن الطالق ق د يك ون ألس باب س رية ليس من‬
‫الخ ير إعالنه ا‪ ،‬ف إذا أص بح الطالق بي د القاض ي انكشفت أس رار الحي اة الزوجية بنش ر الحكم‪ ،‬وتس جيل أس بابه في س جالت القض اء‪ ،‬وق د‬
‫يعسر إثبات األسباب لنفور طبيعي وتباين أخالقي‬
‫‪2. ARISAN SEDULURAN‬‬
‫‪Deskripsi Masalah‬‬
‫‪Sebuah perusahaan kecil CV. ARISAN SEDULURAN menawarkan program arisan dengan ketentuan:‬‬
‫‪ Arisan dengan hasil undian mendapatkan Honda REVO seharga Rp. 14.000.000‬‬
‫‪ Peserta satu group Arisan minimal 30 orang‬‬
‫‪ Undian dilakukan 1 bulan sekali selama 24 bulan‬‬
‫‪ Iuran pada bulan pertama sebesar Rp. 1.000.000 dan bulan berikutnya sebesar Rp. 500.000‬‬
‫‪ Peserta yang namanya keluar saat undian, berhak mendapat Honda REVO dan tidak berkewajiban‬‬
‫‪menyetorkan iuran di bulan-bulan berikutnya.‬‬
‫‪ Enam peserta yang tidak keluar namanya dalam 24 kali putaran undian, akan otomatis mendapatkan‬‬
‫‪Honda Revo di akhir periode.‬‬
‫‪Melihat minat dan antusiasme masyarakat yang cukup tinggi (khususnya di daerah Indramayu) mengikuti‬‬
‫‪model arisan ini, pihak CV. ARISAN SEDULURAN berusaha mengembangkan programnya dengan‬‬
‫‪menawarkan hasil undian yang cukup variatif, seperti HP, peralatan elektronik, rumah tangga dll.,namun‬‬
‫‪tetap dengan ketentuan yang sama dan juga membatasi jumlah minimal peserta.‬‬
‫‪Sekilas, arisan model seperti ini adalah bisnis nekat yang hanya akan merugikan pihak CV. Namun‬‬
‫‪kenyataannya, dari kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan, bahkan dari pihak CV. dapat meraup‬‬
‫‪keuntungan yang tidak sedikit. Keuntunan pihak CV ini bisa diperoleh dengan pembelian Honda Revo‬‬
‫‪langsung dari distributor Hoda dengan sistem paket kredit, yakni 30 paket motor bonus 3 motor, plus‬‬
‫‪potongan harga normal. Atau, pihak CV akan memutar uang yang diterima dari iuran peserta untuk modal‬‬
‫‪usaha, didepositokan di Bank dll., sehingga pihak CV tetap memperoleh untung dari program arisan ini.‬‬
‫‪Praktek lain yang hanpir mirip dengan model ARISAN SEDULURAN ini adalah arisan yang diadakan‬‬
‫‪dalam sebuah jami'yyah. Hanya saja yang membedakan, iuran ini dilabeli atau lebih pasnya diatasnamakan‬‬
‫‪sedekah, dan peserta yang namanya keluar saat undian berhak mendapatkan kesempatan umrah.‬‬
‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI A‬‬ ‫‪3‬‬
‫‪Pertanyaan‬‬
‫?‪a. Termasuk akad apa transaksi antara pihak CV dengan peserta arisan di atas? Dan bagaimana hukumnya‬‬
‫‪Sail : III 'Aliyah MHM‬‬
‫‪Jawaban :‬‬
‫‪a. Ada dua kemungkinan :‬‬
‫‪ Akad jual beli yang tidak sah karena ketidakjelasan harga, bentuk barang, dan pelaku akad (peserta‬‬
‫‪yang memperoleh honda Revo.‬‬
‫‪ Dan atau akad qardlu yang hukumnya juga tidak sah bila ketentuan mendapatkan honda Revo‬‬
‫‪disebutkan dalam akad.‬‬
‫‪Catatan :‬‬
‫‪ Praktek di atas dapat direalisasikan dengan solusi peserta ketika menyerahkan uang kepada‬‬
‫‪penyelenggara dimaksudkan menghutangi kemudian ketika undian keluar dan mendapatkan honda‬‬
‫‪revo dilakukan akad istibdal, yakni hutang yang diterima diganti dengan sepeda Revo maka‬‬
‫‪hukumnya sah.‬‬
‫‪ Bila ada ketentuan peserta yang tidak bisa melanjutkan atau berhenti arisan uang yang disetorkan‬‬
‫‪akan hangus maka di samping akad qardlunya tidak sah juga tidak ada solusi untuk mengesahkannya.‬‬

‫قليوبي الجزء الثاني صحـ ‪321‬‬ ‫‪.1‬‬


‫فرع ‪ :‬الجمعة المشهورة بين النساء بأن تأخذ ام رأة من كل واحدة من جماعة منهن قدرا معينا في كل جمعة أو شهر وتدفعه لواحدة بعد‬
‫واحدة ‪ ,‬إلى آخرهن جائزة كما قاله الولي العراقي‬
‫إعانة الطالبين الجزء الثالث صحـ ‪65‬‬ ‫‪.5‬‬
‫أما القرض بشرط جر نفع لمقرض ففاسد‪ ،‬لخبر كل قرض جر منفعة فهو ربا وجبر ضعفه مجئ معناه عن جمع من الصحابة ومنه الق رض لمن‬
‫يس تأجر ملك ه‪ ،‬أي مثال ب أكثر من قيمته الج ل الق رض إن وقع ذلك ش رطا إذ ه و حينئذ حرام إجماع ا وإال ك ره عن دنا وح رام عن د كث ير من‬
‫العلماء قاله السبكي‬
‫(قول ه ج ر نف ع لمق رض) أي وح ده أو م ع مق ترض كم ا في النهاي ة (قوله ففاس د) ق ال ع ش ومعل وم أن مح ل الفس اد حيث وق ع الشرط في‬
‫صلب العقد أما لو توافقا على ذلك ولم يقع شرط في العقد فال فساد اهـ والحكمة في الفساد أن موضوع القرض االرفاق فإذا شرط فيه‬
‫لنفسه حقا خرج عن موضوعه فمنع صحته (قوله جر منفعة) أي شرط فيه جر منفعة (قوله فهو ربا) أي ربا القرض وهو حرام (قوله وجبر‬
‫ضعفه) أي أن هذا الخبر ضعيف ولكن جبر ضعفه أي قوى ضعفه مجئ معناه أي الخبر وهو أن شرط جر النفع للمقرض مفسد للقرض‬
‫وعبارة النهاية وروي أي هذا الخبر مرفوعا بسند ضعيف لكن صحح االمام والغزالي رفعه وروي البيهقي معناه عن جمع من الصحابة اهـ (قوله‬
‫ومنه الق رض إلخ) أي ومن ربا الق رض الق رض لمن يستأجر ملكه (وقوله أي مثال) راجع لالستئجار يعني أن االس تئجار ليس قي دا بل مثاال‬
‫ومثله القرض لمن يشتري ملكه بأكثر من قيمته (وقوله الجل القرض) علة لالستئجار بأكثر من قيمته (قوله إن وقع ذلك) أي االستئجار‬
‫المذكور شرطا أي في صلب العقد (قوله إذ هو) أي القرض لمن يستأجر ملكه (وقوله حينئذ) أي حين إذ وقع ذلك شرطا في صلب العقد‬
‫(قوله وإال كره) أي وإن لم يقع ذلك شرطا في صلب العقد كره أي وال يكون ربا (قوله عندنا) أي معاشر الشافعية‬
‫إعانة الطالبين الجزء الثالث صحـ ‪52‬‬ ‫‪.6‬‬
‫ويجب على المقترض رد المثل في المثلى وهو النقد والحبوب ولو نقدا أبطله السلطان ألنه أقرب إلى حقه ورد المثل صورة في المتقوم وهو‬
‫الحيوان والثياب والجواهر‬
‫( قوله ويجب على المقترض رد المثل ) أي حيث ال استبدال فإن استبدل عنه كأن عوضه عن بر في ذمته ثوبا أو دراهم فال يمتنع لجواز‬
‫االعتياض عن غير المثمن ( قوله وهو ) أي المثلي ( قوله ولو نقدا إلخ ) أي يجب رد المثل ولو كان نقدا أبطل السلطان المعاملة به ( قوله‬
‫ألنه أقرب إلى حقه ) تعليل لوجوب رد المثل أي يجب ذلك ألن المثل أقرب إلى حق المقرض ( قوله ورد المثل صورة ) معطوف‬
‫على رد أي ويجب رد المثل في الصورة وإن كان ليس مثله حقيقة وذل‪6‬ك لخ‪6‬بر مس‪6‬لم أن‪6‬ه ﷺ استس‪6‬لف‬
‫بكرا أي وهو الثني من اإلبل ورد رباعيا أي وهو ما دخل في السنة السابعة وقال إن خياركم أحسنكم قضاء‬
‫بغية المسترشدين صحـ ‪132‬‬ ‫‪.7‬‬
‫مسألة ‪ :‬ي ك) ‪ :‬الفرق بين الثمن والمثمن هو أنه حيث كان في أحد الطرفين نقد فهو الثمن واآلخر المثمن ‪ ،‬وإن كانا نقدين أو عرضين‬
‫فالثمن ما دخلته الباء ‪ ،‬وفائدة ذلك أن الثمن يجوز االستبدال وهو االعتياض عنه بخالف المثمن ‪ ،‬زاد ي ‪ :‬وشروط االستبدال عشرة ‪،‬‬
‫كونه عن الثمن وأن ال يكون مسلماً فيه وال ربوياً بيع بمثله ‪ ،‬وأن يكون بعد لزوم العقد ال في مدة اختيار المجلس أو الشرط ‪ ،‬وأن ال يكون‬
‫وعوض تك ‪ ،‬إو كناي ة كخ ذه ‪ ،‬وأن يعين الب دل في المجلس ‪ ،‬وأن يقبض ه إن اتف ق ه و‬
‫الب دل ح االً وبص يغة إيج اب وقب ول ص ريحة كأب دلتك ّ‬
‫وال دين في عل ة الرب ا ال إن اختلف ا ك ذهب ب أرز ‪ ،‬وأن تتحق ق المماثل ة في رب وي بجنسه ك ذهب بمثله ‪ ،‬قاله (م ر) وهو األح وط‪ .‬وق ال ابن‬
‫حجر ‪ :‬ال يشترط وأن ال يزيد البدل على قيمة الدين يوم المطالبة ببلده إن وجب إتالف أو قرض ‪ ،‬فلو أخذ ربية فضة بمائة وستين دويداً‬
‫مؤجلة ‪ ،‬فإن كان بصيغة البيع صح وجاز االستبدال عنه بهذه الشروط أو بصيغة القرض فال‪.‬‬
‫الفتاوي الفقهية الكبرى الجزء الثاني صحـ ‪280‬‬ ‫‪.8‬‬

‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI A‬‬ ‫‪4‬‬


‫( وسئل ) عمن اقترض عشرة دراهم مغشوشة وأراد أن يبدله عنها خمسة غير مغشوشة أو عكسه مع الرضا فهل يجوز أو أقرضه عشرة آصع‬
‫من ب ر وأراد أن يبدل ه نوع ا آخ ر من ه فه ل يج وز أيض ا عمال بق ول األن وار وال ف رق بين الرب وي وغ يره في األج ود وقياس ه أن األردأ ك ذلك ؟‬
‫( فأجاب ) بقوله الذي عليه العمل واختاره جمع متأخرون وأفتوا به صحة إقراض المغشوشة وحينئذ فللمقترض أن يرد أجود أو أكثر من غير‬
‫شرط بل يندب وله رد أنقص وأردأ إن رضي المقرض كما قاله ابن الملقن في عمدته هذا إذا كان المردود من جنس المقرض ونوعه وإال فهو‬
‫بيع حقيقة فتجري فيه جميع أحكامه التي ذكروها في االستبدال ‪.‬‬

‫‪Jalsah‬‬ ‫‪Ts a n i y a h‬‬


‫‪MUSHOHHIH‬‬ ‫‪PERUMUS‬‬ ‫‪MODERATOR‬‬
‫‪1. KH. Arsyad Busyairi‬‬ ‫‪1.‬‬ ‫‪K. Zahro Wardi‬‬ ‫‪Bpk. Agus Sugianto‬‬
‫‪2. KH. A. Yasin Asmuni‬‬ ‫‪2.‬‬ ‫‪Agus Syamsul Mu'in‬‬
‫‪3. KH. Atho’illah S. Anwar‬‬ ‫‪3.‬‬ ‫‪Bpk. Saiful Anwar‬‬ ‫‪NOTULEN‬‬
‫‪4. KH. Romadlon Khotib‬‬ ‫‪4.‬‬ ‫‪Bpk. Sunandi‬‬ ‫‪1. Bpk. Ahid Yasin‬‬
‫‪5. KH. Muhibbul Aman‬‬ ‫‪Zubaidi‬‬ ‫‪2. Bpk. Zaimul‬‬
‫'‪6. KH. Imam Syuhada‬‬ ‫‪5.‬‬ ‫‪Bpk. M. Anas‬‬ ‫‪Abror‬‬
‫‪7. KH. Fahim Rauyani‬‬ ‫‪6.‬‬ ‫‪Bpk. Bisyri‬‬
‫‪8. K. Anang Darunnaja‬‬ ‫‪Musthofa‬‬
‫‪9. KH. Abdul Mu'id Sohib‬‬ ‫‪7.‬‬ ‫‪Bpk. Alwi Hasan‬‬
‫‪10. Agus H. Sobich Al‬‬
‫‪Muayyad‬‬

‫‪Memutuskan :‬‬
‫‪Pertanyaan‬‬
‫‪b. Kalau tidak diperbolehkan, apa kewajiban pihak CV yang telah memanfaatkan uang iuran peserta dan‬‬
‫?‪kewajiban peserta yang telah mendapatkan Honda Revo‬‬
‫‪Jawaban :‬‬
‫‪b. Bagi kedua belah pihak (CV dan peserta arisan) harus mengembalikan barang yang telah diterima.‬‬

‫‪REFERENSI‬‬
‫‪1. Al Bujairami al Khatib vol. 3, hal. 13-14‬‬ ‫‪2. Hasyiyah Jamal vol. 3, hal. 377‬‬

‫البجيرمي على الخطيب الجزء الثالث صحـ ‪14-13‬‬ ‫‪.1‬‬


‫ويرد كل ما أخذه بها أو بدله إن تلف قوله ( ويرد كل ما أخذه ) أي وجوبا ولو بال طلب من اآلخر فإن لم يرده فال عقاب في اآلخرة إن كان‬
‫عن رضا كما قاله النووي لطيب النفس بها واختالف العلماء فيها نقله في المجموع ا هـ روض وشرحه والمعاطاة من الصغائر على ال راجح‬
‫لجريان الخالف فيها وكذا كل بيع فاسد ؛ قاله ع ش ‪.‬وقوله ‪ " :‬فال عق اب " أي من حيث المال وإن كان يعاقب من حيث تعاطي العقد‬
‫الفاسد إذا لم يوجد مكفر كما في شرح م ر ؛ ولو اختلف اعتقادهما كمالكي وشافعي عومل كل باعتقاده فيجب على الشافعي الرد دون‬
‫المالكي ‪ ،‬فإذا رد الشافعي أتى فيه الظفر بغير جنس حقه أو يرفع المالكي للحاكم ‪.‬وفي ع ش على م ر ‪ :‬فرع ‪ :‬وقع السؤال في الدرس‬
‫عم ا ل و وق ع بي ع بمعاط اة بين م الكي وش افعي ‪ ،‬ه ل يح رم على الم الكي ذل ك إلعانت ه الش افعي على معص ية في اعتق اده أم ال ؟ في ه نظ ر‬
‫‪.‬والجواب عنه أن األقرب الحرمة كما لو لعب الشافعي مع الحنفي الشطرنج حيث قيل يحرم على الشافعي إلعانته الحنفي على معصية في‬
‫اعتقاده ‪.‬قوله ‪ ( :‬أو بدله إن تلف ) أي المثل في المثلي ‪ ،‬وأقصى القيمة في المتقوم ‪ ،‬وكذا كل مقبوض بالشراء الفاسد سم ع ش على م ر‬
‫؛ أي ألن المقبوض بالشراء الفاسد حكمه حكم المغصوب ‪.‬‬
‫حاشية الجمل الجزء الثالث صحـ‪377 :‬‬ ‫‪.2‬‬
‫ثم المقبوض بعقد المعاطاة كالمقبوض بعقد فاسد ونقل في المجموع عن ابن أبي عصرون وأقره أنه ال مطالبة بذلك في اآلخرة لطيب النفس‬
‫واختالف العلماء قال وخالفها يجري في غير البيع من اإلجارة والرهن والهبة ونحوها والقول بانعقاد البيع بها مخرج من كون الفعل يملك ب ه‬
‫في مثل إن أعطيتني فأنت طالق وأجاب ال رافعي بأن الم رأة ملكت البضع حين وقع الطالق فاضطررنا إلى اعتبار دخول العوض في ملكه‬
‫ومثل هذا المعنى ال يتحقق في المعاطاة ا هـ ‪.‬عميرة وقوله لطيب النفس إلخ لعل التعليل بالمجموع فال يكون البيع الفاسد كذلك تأمل ثم‬
‫رأيت شيخنا حج في شرح اإلرشاد قال ويجري ذلك في كل عقد فاسد ا هـ ‪.‬‬
‫‪Pertanyaan‬‬
‫?‪c. Bagaimana hukum mengikuti arisan seperti dalam sebuah jam'iyyah dengan hadiah umroh‬‬
‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI A‬‬ ‫‪5‬‬
‫‪Jawaban :‬‬
‫‪Diperinci:‬‬
‫‪a. Apabila saat menyerahkan uang tersebut "penyumbang" semata-mata bermaksud untuk‬‬
‫‪mendapatkan undian hadiah umroh, maka tergolong qimar (judi) meskipun dibungkus sedekah‬‬
‫‪Sebagaimana SDSB (Sumbangan dana sosialberhadiah).‬‬
‫‪b. Apabila saat menyerahkan bermaksud sedekah meskipun disertai harapan mendapatkan hadiah‬‬
‫‪umroh, maka tidak diperbolehkan jika biaya umroh diambil dari uang sumbangan yang terkumpul‬‬
‫‪karena menggunakan uang sedekah tidak semestinya.‬‬

‫‪REFERENSI‬‬
‫‪1. Tuhfah al Muhtaj vol. 6, hal. 309‬‬ ‫‪3. Fatawi wa Masyurat (Dr. Romdlon Buthi) vol.‬‬
‫‪2. Hasyiyah Qalyubi vol. 6, hal. 206‬‬ ‫‪2, hal. 49.‬‬
‫‪4. Al Majmu' syarhul Muhadzab, vol. 15, hal.‬‬
‫‪370.‬‬

‫تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء السادس صحـ ‪309 :‬‬ ‫‪.1‬‬
‫( فرع ) أعطى آخر دراهم ليشتري بها عمامة مثال ولم تدل قرينة حاله على أن قصده مجرد التبسط المعتاد لزمه شراء ما ذكر وإن ملكه ؛‬
‫ألنه ملك مقيد يصرفه فيما عينه المعطي ولو مات قبل صرفه في ذلك انتقل لورثته ملكا مطلقا كما هو ظاهر لزوال التقييد بموته كما لو‬
‫ماتت الدابة الموصى بعلفها قبل الصرف فيه فإنه يتصرف فيه مالكها كيف شاء وال يعود لورثة الموصي ‪ ،‬أو بشرط أن يشتري بها ذلك بطل‬
‫اإلعطاء من أصله ؛ ألن الشرط صريح في المناقضة ال يقبل تأويال بخالف غيره ‪.‬‬
‫حاشية قليوبي الجزء السادس صحـ ‪206 :‬‬ ‫‪.3‬‬
‫تنبيه ‪ :‬متى حل له األخذ وأعطاه ألجل صفة معينة لم يجز له صرف ما أخذه في غيرها ‪ ,‬فلو أعطاه درهما ليأخذ به رغيفا لم يجز له صرفه‬
‫في إدام مثال أو أعطاه رغيفا ليأكله لم يجز بيعه ‪ ,‬وال التصدق به ‪ ,‬وهكذا إال إن ظهرت قرينة بأن ذكر الصفة لنحو تجمل لتشرب به قهوة‬
‫مثال فيجوز صرفه فيما شاء ‪.‬‬
‫فتاوى ومشورات للدكتور محمد سعيد رمضان البوطي الجزء الثاني صحـ‪49 :‬‬ ‫‪.4‬‬
‫القاعدة التي تحدد معنى الميسير تتخلص ألن كل مال يدفعه اإلنسان مقابل منفعة يحتمل أن يحصل عليها ويحتمل أال يحصل عليها فهو‬
‫داخل في معنى الميسير والميسير محرم بنص الق رأن وهذا الذي تسألني عنه من هذا القبيل يدفع الشحص ما يدفعه من الدراهم متأمال أن‬
‫يجيب االجابة الصحيحة فيدخل في القرعة فيكون له نصيب من أرباحها وقد ينال ما تأمله وقد ال ينال ولكن الكل يدفعون الدراهم التي ال‬
‫بد من دفعها ‪.‬‬
‫المجموع شرح المهذب الجزء الخامس عشر صحـ ‪370‬‬ ‫‪.5‬‬
‫والهبة والعطية والهدية والصدقة معانيها متقاربة وكلها تمليك في الحياة بغير عوض‪ ،‬واسم العطية شامل لجميعها‪ ،‬وكذلك الهبة والصدقة‬
‫والهدية متغايران‪ ،‬فان النبي صلى اهلل عليه وسلم كان يأكل الهدية وال يأكل الصدقة‪.‬وقال في اللحم الذى تصدق به على بريرة (هو عليها‬
‫صدقة ولنا هدية) فالظاهر ان من أعطى شيئا يتقرب به إلى اهلل تعالى للمحتاج فهو صدقة‪.‬ومن دفع إلى انسان شيئا بتقرب به إليه محبة له‬
‫فهو هدية‪ ،‬وجميع ذلك مندوب إليه ومحثوث عليه لقوله صلى اهلل عليه وسلم (تهادوا تحابوا) وأما الصدقة فما ورد في فضلها اكثر من ان‬
‫يمكننا حصره‪ ،‬وقد قال اهلل تعالى (ان تبدوا الصدقات فنعما هي‪ ،‬وان تخفوها وتؤتوها الفقراء فهو خير لكم ويكفر عنكم سيئاتكم) إذا ثبت‬
‫هذا فان المكيل والموزون ال تلزم فيه الصدقة والهبة اال بالقبض‪ ،‬وهو قول اكبر الفقه اء‪ ،‬منهم النخعي والث وري والحسن بن صالح وابو‬
‫حنيفة والشافعي واحمد‪.‬وقال مالك وابو ثور‪ :‬يلزم ذلك بمجرد العقد لعموم قوله عليه الصالة والسالم (العائد في هبته كالعائد في قيئه) والنه‬
‫ازالة ملك بغير عوض فلزم بمجرد العقد كالوقوف والعتق‪.‬‬

‫‪Jalsah‬‬ ‫‪Ts a l i t s a h‬‬


‫‪MUSHOHHIH‬‬ ‫‪PERUMUS‬‬ ‫‪MODERATOR‬‬
‫‪1.‬‬ ‫‪KH. Arsyad Busyairi‬‬ ‫‪1.‬‬ ‫‪K. Zahro Wardi‬‬ ‫‪Bpk. Arif Ridlwan Akbar‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪KH. A. Yasin Asmuni‬‬ ‫‪2.‬‬ ‫‪Bpk. Saiful Anwar‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪KH. Atho’illah S. Anwar‬‬ ‫‪3.‬‬ ‫‪Bpk. M. Anas‬‬ ‫‪NOTULEN‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪KH. Romadlon Khotib‬‬ ‫‪4.‬‬ ‫‪Bpk. Bisyri Musthofa‬‬ ‫‪1. Bpk. Ahid Yasin‬‬
‫‪5.‬‬ ‫‪KH. Muhibbul Aman‬‬ ‫‪5.‬‬ ‫‪Bpk. Alwi Hasan‬‬ ‫‪2. Bpk. Zaimul Abror‬‬
‫‪6.‬‬ ‫'‪KH. Imam Syuhada‬‬
‫‪7.‬‬ ‫‪KH. Fahim Rauyani‬‬
‫‪8.‬‬ ‫‪KH. Ma'sum Ali‬‬

‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI A‬‬ ‫‪6‬‬


‫‪Memutuskan :‬‬
‫‪3. VALIDITAS JADUAL SHALAT ABADI‬‬
‫‪Deskripsi Masalah‬‬
‫‪Sebagaimana kerap kita lihat di dinding-dinding masjid, musholla atau tempat-tempat ibadah lain terdapat‬‬
‫‪JADUAL SHALAT ABADI, label " JADUAL SHALAT ABADI" yang terteratak jarang mengobsesi‬‬
‫‪masyarakat awam untuk begitu saja meyakini bahwa shalat tidak pernah mengalami perubahan sepanjang‬‬
‫‪masa, dan cenderug enggan melakukan akurasi dan koreksi dengan waktu yang sebenrnya, sehingga‬‬
‫‪menjadiakan jadual tersebutsebagai acuan dan pakem dalam menentukan waktu shalat. Di sampng itu,‬‬
‫‪memang tidak semua orang memiliki pengetahuanmemadai dengan teori penentua dan perubahan waktu‬‬
‫‪shalat ini. Padahal jika ditilikmelalui ilmu astronomi, perubahan waktu senantiasa berlangsung dari hari ke‬‬
‫‪hari dan tahun ke tahun. Sehingga hampir bisa dikatakan bahwa waktu shalat tidak ada yang tidak berubah‬‬
‫‪lebih-lebih abadi.‬‬
‫‪Pertanyaan‬‬
‫?‪a. Sejauh mana validitas JADUAL SHALAT ABADI digunakan acuan menentukan waktu shalat‬‬
‫?‪b. Adakah kewajiban melakukan koreksi untuk akurasi waktu shalat, dan tiap kapan‬‬
‫‪Sail : Mutakhorijin MHM 2009‬‬
‫‪Jawaban‬‬
‫‪a. Sejauh jadwal waktu tersebut dibuat berdasarkan kaidah-kaidah ilmu falak yang ditetapkan dalam kitab-‬‬
‫‪kitab falak mu'tabar dan tidak bertentangan dengan waktu shalat yang ditentukan oleh syara'.‬‬
‫‪b. Tidak wajib‬‬

‫‪REFERENSI‬‬
‫‪1. Syarh Bughyatul Mustarsyidin vol. 2 hal.‬‬ ‫‪2. As-Syarwani vol. 1 hal. 500‬‬
‫‪23,33,40‬‬

‫شرح بغية المسترشدين الجزء الثاني صحـ ‪23:‬‬ ‫‪.1‬‬


‫سئل هل الفضاء الذي قدام الثريا مثال هو المعدود من منزلتها أو الفضاء الذي خلفها فأجاب أن الفضاء المعدود هو الذي من خلفها وهو‬
‫الذي من جهة المشرق ولكن حساب الشبامي دخل فيه خلل لطول الزمان حتى صار في زماننا هذا فضاء المنزلة على حسابه هو الذي‬
‫قدامها حتى اذا ابتدأ الفضاء الذي قدام الثريا مثال بالغروب قال غ ربت الثريا ولم يقع هذا منه عن قصد بل سببه ما ذكرناه وذلك أن أهل‬
‫الهيئة يقولون أن للفلكي حركة مخالفة إلى جهة المشرق ولكنها بطيئة بحيث أنه يحصل منها في نحو اثنتين وسبعين سنة عربية درجة وهي‬
‫نحو يوم ففي سبعمائة سنة وشيئ يكون التفاوت عشرة ايام وعلى هذا القياس فالشبامي أحمل هذا لدقته وطول مدته فحصل في حسابه‬
‫الخلل في المدد المتطاولة واهلل أعلم أهـ‬
‫شرح بغية المسترشدين الجزء الثاني صحـ ‪33:‬‬ ‫‪.9‬‬
‫ويج وز للحاس ب وه و من يعتم د من ازل القم ر والش مس وتق دير س يرهما ‪ ،‬والمنجم وه و من ي رى أول ال وقت طل وع النجم الفالني العم ل‬
‫بحس ابهما ‪ ،‬ولمن غلب على ظن ه ص دقهما تقلي دهما قياس اً على الص وم كم ا قال ه ع ش وبج ‪ ،‬ويتحق ق طل وع الفج ر كم ا في اإلحي اء قب ل‬
‫الشمس بمنزلتين ‪ ،‬وقدرهما أربع وعشرون درجة ‪ ،‬وكل درجة ستون دقيقة ‪ ،‬وكل دقيقة قدر قراءة اإلخالص مرة ‪ ،‬وكل إحدى عشر من‬
‫اإلخالص قدر قراءة مقرىء تقريب اً ‪ ،‬فمجموع ذلك مائة وثالثون مقرئ اً ‪ ،‬وذلك نحو ثمانية أجزاء من القرآن ‪ ،‬ومن راقب غروب القمر ليلة‬
‫اثنتي عشرة ‪ ،‬وطلوعه من أفقه ليلة ست وعشرين ‪ ،‬فقرأ بين ذلك إلى طلوع الشمس قارب هذا القدر ‪ ،‬وقد نص في اإلحياء على أن الفجر‬
‫يطلع مع غروب القمر ‪ ،‬وطلوعه في تينك الليلتين ليقيس عليهما العامي بقية أيام الشهر بأخذ عالمة من نحو كوكب ‪ ،‬ومن العلوم بديهة أن‬
‫من مسكنه بين جبال كحضرموت ال يبدو له َّأول الضوء المنتشر إال وقد انتشر في أفقه انتشاراً عظيم اً حتى يبدو مبادي الصفرة ‪ ،‬وإنما‬
‫ممر السنين الداخلة تحت اليقينيات ‪ ،‬وهذا وصف‬ ‫المجربون لها بالعالمات التي ال تختلف عادة على ِّ‬‫ِّ‬ ‫يعرف َّأوله حينئذ العارفون باألوقات‬
‫العارفين من المؤذنين الثقات الذين أوجب اهلل األخذ بقولهم ال كل الناس ‪ ،‬فعند عدم من هذا وصفه ينبغي االحتياط ‪ ،‬إذ ال يصح الصالة‬
‫م ع الش ك بخالف الظن – إلى أن ق ال‪-‬نعم ق د تغ ير ه ذا الحس اب لط ول الزم ان وت أخر الفل ك‪ ،‬من َّأول حس اب الش بامي إلى اآلن بأربع ة‬
‫عشر يوم اً‪ ،‬فحينئذ إذا كان َّأول يوم من نجم الثريا فيطلع الفجر آخر درجة من نجم النطح وهكذا‪ ،‬ويستدل عليه أيض اً بالقمر وهو غروبه‬
‫ليلة ثالث عشرة من الشهر‪ ،‬وطلوعه ليلة سبع وعشرين غالباً‪ ،‬كما ذكره ابن قطنة وغيره‪ ،‬وأما ما ذكره الغزالي واليافعي فهو بالنسبة لبلدهما‪،‬‬
‫وما قاربها في الع رض والطول‪ ،‬بل هذه االستدالالت كلها تقريبية ال تحقيقية‪ ،‬وأضبط من هذه وأتقن تحقيق اً ضبطه بالساعات‪ ،‬وهو قدر‬
‫ساعة ونصف في االستواء على المعتمد‪ ،‬من أن حصة الفجر تكون دائم اً ثمن الليل في أي مكان وزمان‪ ،‬كما قاله في اإليعاب وغيره من‬
‫األول يزيد في غاية طول الليل ثمن ساعة‪ ،‬وفي غاية قصره ينقص كذلك‪ ،‬هذا في‬ ‫كتب األئمة المحققين‪ ،‬وقيل سبعة‪ ،‬وقيل تسعة‪ ،‬فعلى َّ‬
‫جه ة حض رموت وم ا وااله ا مم ا يك ون غاية ط ول الليل فيه ا ثالث عش رة س اعة إال نصف درج ة يع ني دقيق تين‪ ،‬وغاية قصره إح دى عش رة‬
‫ونص ف درج ة‪ ،‬وذل ك لك ون عرض ها أي بع دها عن خ ط االس تواء خمس عش رة درج ة ونص فاً‪ ،‬فحينئ ذ يك ون م ع االس تواء بع د مض ي عش ر‬
‫ساعات ونصف من الغروب‪ ،‬وإحدى عشرة وربع وثمن مع الطول‪ ،‬وتسع ونصف وثمن مع القصر‪ ،‬ويضاف لكل من الثالثة ما قاربه‪ ،‬وهذه‬
‫المستمرة في جهتنا ال يتقدم وال يتأخر‪ ،‬وكذا في جميع الجهات‪ ،‬مع مراعاة الزيادة والنقص بطول ليلها وقصره‪ ،‬فمن أخبر بما‬ ‫َّ‬ ‫عادة اهلل‬
‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI A‬‬ ‫‪7‬‬
‫يخ الف ه ذه الع ادة عن علم أو اجته اد فغ ير مقب ول للقاع دة ال تي ذكره ا ابن عب د الس الم والس يوطي وغيرهم ا أن م ا كذب ه العق ل أو الع ادة‬
‫مردود‪ ،‬وإذا رد الشرع الشهادة بما أحالته العادة فأولى رد الحساب واالجتهاد‬
‫(قوله وهذه عادة اهلل الخ) وتثبت العادة باالستقراء واخبار عدد التواتر به قال في التحفة وتواتر الكتب معتد به كما صرحوا به اهـ‪ .‬ومثله في‬
‫الفتاوي الحديثية له ويكفي في ذلك خمسة كتب فصاعدا كما ذكره السيد علوي بن عبد اهلل باحسن جمل اليل ‪.‬‬
‫شرح بغية المسترشدين الجزء الثاني صحـ‪40:‬‬ ‫‪.10‬‬
‫ت ‪ :‬إمك ان معرف ة يقين الوقت ‪ ،‬ووج ود من يخ بر عن علم ‪ ،‬والمناكيب المحررة أو المؤذن‬ ‫(مس ألة ‪ :‬ي) ‪ :‬م راتب االجته اد في الوقت س ّ‬
‫الثقة في الغيم ‪ ،‬وإمكان االجتهاد من البصير ‪ ،‬وإمكان ه من األعمى ‪ ،‬وعدم إمكانه منهما ‪ ،‬فصاحب األولى مخير بينها وبين الثانية حيث‬
‫وجدت وإال فالثالثة ثم الرابعة ‪ ،‬وصاحب الثانية ليس له العدول إلى ما دونها ‪ ،‬وصاحب الثالثة يخير بينها وبين االجتهاد ‪ ،‬وصاحب الرابعة‬
‫ليس له التقليد ‪ ،‬وصاحب الخامسة يخير بينها وبين السادسة ‪ ،‬وصاحب السادسة يقلد ثقة عارفاً ‪ ،‬ذكره الكردي‪.‬‬
‫(قوله ست ) وفي الجمل على المنهج ما نصه واعلم أن مراتب الوقت ثالثة العلم بالنفس واخبار الثقة عن علم والمؤذن العارف في الصحو‬
‫ه ذه الثالث ة في مرتب ة واح دة فيتخ ير بينه ا وك ذا المزول ة الص حيحة والس اعة الص حيحة والمن اكب الص حيحة فه ذه كله ا في المرتب ة األولى‬
‫والمرتبة الثانية هي االجتهاد والمؤذن العارف في الغيم والمرتبة الثالثة تقليد المجتهد وكونها ثالثة في الجملة بدليل قول الرملي اجتهد‬
‫جوازا الخ اهـ شيخنا وعبارة الباجوري وهذا أي العلم بفسه بدخول الوقت المرتبة األولى إلى أن قال ومثل العلم بالنفس أيضا رؤية الم زاول‬
‫الصحيحة والمناكب الصحيحة والساعات المجربة وبيت اإلبرة لعارف به فهذا كله أي العلم بنفسه واخبار الثقة عن علم وأذانه في الصحو‬
‫والمزاول والمناكب والساعات وبيت اإلبرة الصحيحة في مرتبة واحدة‪.‬‬
‫حواشي الشرواني الجزء األول ص ‪500‬‬ ‫‪.11‬‬
‫ويجوز االعتماد على بيت اإلبرة في دخول الوقت والقبلة إلفادتها الظن بذلك كما يفيده االجتهاد أفتى به الوالد رحمه اهلل تعالى وهو ظاهر‬
‫اه قال ع ش قوله م ر إلفادتها الظن الخ قضيته أن بيت اإلبرة في مرتبة المجتهد وليس مرادا إذ لو كان في مرتبته لحرم عليه العمل به إن‬
‫قدر على االجتهاد كما يحرم األخذ بقول المجتهد لكن تعبيره بجواز االعتماد يشعر بأنه مخير بين العمل به وبين االجتهاد فيكون مرتبة بين‬
‫المخبر عن العلم وبين االجتهاد وينبغي أن مرتبته بعد مرتبة المح راب المعتمد فإن ذاك بمنزلة المخبر عن علم حتى ال يجوز االجتهاد معه‬
‫جهة وال غيرها على ما مر اهـ واعتمد شيخنا والقليوبي أن بيت اإلبرة في مرتبة المحراب المعتمد ويجوز االجتهاد فيه أيضا يمنة أو يسرة ال‬
‫جهة اهـ وإلى هذا ميل القلب واهلل أعلم‬

‫‪Hasil keputusan Bahtsul Masa-il FMPP XXI‬‬ ‫‪KOMISI A‬‬ ‫‪8‬‬

Anda mungkin juga menyukai