Anda di halaman 1dari 14

PROMO KESEHATAN

“Pendidikan Kesehatan Pada Individu dan Berbagai Kelompok


Masyarakat “

DISUSUN OLEH :

NAMA : LAURA MARSELINA. K

NIM : P07124317014

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI DIV KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2019


1. Menyusun Rencana Pendidikan kelompok

A. Pengertian

Perencanaan adalah sesuatu proses yang penting sebelum melakukan yang lain.
Perencanaan di anggap penting karena akan menjadi penentu sekaligus memberi arah
terhadap tujuan yang ingin dicapai.

Ada beberapa perencanaan menurut para ahli :

1. Menurut Cunningham, kata perencanaan diartikan sebagai proses menyeleksi


dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan
asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang, untuk tujuan memvisualisasi
dan menformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang di perlukan,
dan perilaku dalam batas-batas yang di terima, yang akan digunakan dalam
penyelesaian.
2. Menurut Kaufman (1972) Perencanaan diartikan sebagai suatu proses untuk
menetapkan ‘’kemana harus pergi’’ dan mengidentifikasikan prasyarat untuk
sampai ke ‘’tempat’’ itu dengan cara yang paling efektif dan efisien.
Semntara itu kata pendidikan memiliki banyak definisi yang masing-masing
definisi sangat dipengaruhi oleh persepsi dan sudut pandang tokoh atau yang
mendefinisikannya, antara lain :
a) John Dewey : pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan
sesama manusia.
b) Langeveld : pendidikan adalah usaha yang sadar untuk mempengaruhi
anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa.
c) Hoogveld : pendidikan adalah proses membantu anak supaya ia cukup
cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.
d) Rousseau : pendidikan adalah usaha memberi pembekalan yang tidak ada
pada masa anak, akan tetapi dibutuhkan pada waktu dewasa.
e) Ki Hajar Dewantara : pendidikan adalah usaha menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak agar ia sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya.
B. Langkah-Langkah perencanaan pendidikan

Secara garis besar perencanaan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua golongan,
Yaitu :

1. Perencanaan strategi adalah hal yang menyangkut penetapan kebijaksanaan


yang diambil dalam soal pendidikan, pendekatan yang dipakai, serta tujuan
dan sasaran yang ingin dicapai.
2. Perencanaan oprasional adalah hal yang berkaitan dengan penetapan
alternatif upaya yang dipakai untuk merealisasi perencanaan strategi dan
tujuan perencanaan tersebut dalam bentuk metode, prosedur dan koordinasi.
C. Langkah-Langkah yang ditempuh dalam proses penyusunan perencanaan
pendidikan.
a) Pengumpulan dan pengolahan data, perkem bangan pendidikan
pada masa sekarang sangat perlu diketahui dan dipahami secara jelas
oleh perencana pendidikan karena gambaran keadaan itu akan dijadikan
dasar untuk penyusunan perencanaan pendidikan. Langkah pertama
mengidentifikasi jenis data yang diperlukan.
b) jenis data yang dikumpulkan berkenaan dengan sistem
pendidikan, baik data kuantitattas, data sarana dan prasarana ,
keadaan penduduk, geografi dan lapangan kerja.
c) Diagnosis, data yang sudah terkumpul harus dianalisis dan
didiagnosis. menganalisis datamerupakan proses untuk menghasilkan
suatu informasi. mendiagnosis keadaan  pendidikan dapat dilakukan
melalui penelitian dengan jalan meninjau segala usaha dan hasil
pendidikan, termasuk mengkaji rencana yang sudah disusun tetapi belum
dilaksanakan. Dalam mendiagnosis keadaan pendidikan dipergunakan
kriteria-kriteria seperti releansi, efektifitas dan evesiensi.
d) Perumusan kebijakan, merupakan suatu pembatasan gerak
tentang apa-apa yang akan dijadikan keputusan oleh orang lain. Suatu
kebijakan di bidang pendidikan dirumuskan secara melembaga oleh
pemerintah dengan melibatkan instansi-instansi terkait. Biasanya
kebijakan pendidikan sudah dituangkan dalam repelita. Para perencana
pendidikan tetap memegang peranan penting terutama dalam memberikan
nasehat teknis dalam perumusan kebijakan
e) Perkiraan kebutuhan masa depan, perencanaan pendidikan harus
mampu memperkirakan kebutuhan masa depan, sehingga rencana
yang lengkap dapat disusun
f) Perhitungan biaya, menghitung untuk semua kebutuhan yang
sudah diidentifikasikan di masa datang. Perhitungan biaya dilakukan
dengan menggunakan satuan biaya atau standardisasi harga yang berlaku
untuk setiap kelompok kebutuhan dengan memperhatikan harga.
g) Penetapan sasaran, para perencana pendidikan meneliti sasaran-
sasaran pendidikan untuk masa yang akan datang. Dari sasaran itu
ditetapkanlah dana untuk masing-masing tingkatan sekolah.
h) Perumusan rencana, perencanaan yang disusun pada dasarnya
ditujukan untuk, mnyajikan serangkaian rancangan keputusan untuk
disetujui dan menyediakan pola secara matang.
i) Perincian rencana, rencana yang telah dirumuskan dilakukan
dengan cara, yaitu  penyusunan program dan identi)ikasi serta
perumusan proyek. Penusunan program adalah membagi bagikan rencana
kedalam kelompok kegiatan. Setiap kegiatan dalam kelompok ini harus
saling menunjang, dan meuju tujuan yang sama.
j) implementasi rencana, ini sudah sampai pada pelaksanaan rencana yang
disusun. implementasi ini mulai dilakukan apabila masing-masing proyek
yang diusulkan sudah disahkan. oleh karena itu kerangka organisasi untuk
berbagai proyek dikembangkan  berdasarkan biaya tahunan. Disamping
itu dikembangkan rencana operasionalnya seperti pendelegasian tetang,
penugasan tanggungjawab, pengadaan mekanisme umpan  balik.
k) evaluasi rencana, dapat dikatakan sebagai kegiatan akhir dari proses
perencanaan sebelum revisi dilakukan. Penilaian berkaitan dengan
kemajuan perkembangan dan  penemuan penyimpangan penyimpangan
dalam pelaksanaan suatu rencana. Penilaian yang dilakukan juga
bermanfaat untuk melihat rangkaian kegiatan dalam proses  perencanaan.
l) revisi rencana, dilakukan berdasarkan hasil e+aluasi rencana. revisi
bertujuan untuk memperbaiki, melengkapi atau menyempurnakan rencana
yang akan datang berdasarkan  pengalaman masa lalu rencana yang sudah
dilaksanakan.

2.Metode Pendidikan Kelompok

Memilih metode pendidikan kelompok yang harus diingat: Besarnya kelompok


sasaran, tingkat pendidikan formal sasaran, kelompok besar metodenya lain dengan
kelompok kecil, efektivitas metode juga tergantung pada besarnya sasaran pendidikan

Kelompok besar : bila peserta penyuluhan >15 orang

Metode yang baik untuk kelompok besar :

a. Ceramah

Baik untu sasaran pendidikan tinggi dan rendah. Yang perlu diperhatikan
dalam metode ceramah :
1) Persiapan

Ceramah akan berhasil bila penceramah menguasai materi ceramah,


maka penceramah harus mempersiapkan diri :

a) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik maka lebih


baik lagi disusun dalam diagram atau skema.

b) Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya : makalah


singkat, slide, transparan,set, sound system, dst.

c) Pelaksanaan

Kunci keberhasilan ceramah: bila penceramah tersebut dapat


menguasai sasaran ceramah, maka penceramah dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut :

- Sikap penampilan yang meyakinkan

- Tidak boleh bersifat ragu-ragu dan gelisah

- Suara supaya cukup keras, jelas

- Pandangan harus tertuju kesemua peserta ceramah

- Berdiri didepan (dipertengahan) tidak boleh duduk

- Menggunakan alat-alat bantu semaksimal mungkin

b. Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan


pendidikan menengah ke atas. Penyajian (presentasi) dari satu ahli/beberapa
ahli. Tentang suatu topic yang dianggap penting, biasanya diaggap hangat di
masyarakat.

Kelompok kecil, peserta kegiatan <15 orang

Metode –metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain : diskusi
kelompok, curah pendapat (brain storming), bola salju (snow balling),
kelompok-kelompok kecil (buzz group), memainkan peranan (role play),
permainan simulasi (simulation game).

a. Diskusi kelompok

Supaya semua anggota kelompok bebas berpartisipasi maka formasi duduk


peserta diatur sehingga dapat berhadapan/saling memandang, misalnya.
Bentuk lingkaran atau segi empat. Pemimpin diskusi juga duduk diantara
peserta sehingga tidak ada menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Mereka
harus merasa berada dalam taraf yang sama, sehingga tiap anggota kelompok
mempersiapkan kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Memulai diskusi: pimpinan harus memberikan pancinga-pancingan dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan/kasus-kasus hubungan dengan topic yang
dibahas supaya lebih bersuasana, pemimpin kelompok harus mengarahkan
dan mengatur jalannya diskusi dehingga semua orang dapat berkesempatan
bicara, tidak menimbulkan dominasi salah seorang peserta.

b. Curah pendapat (brain storming)

Merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan


metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin keompok
memancing pada suatu masalah, lalu tiap peserta memberikan jawaban-
jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban
tersebut ditampung, ditulis dalam flichart/papan tulis. Sebelum semua peserta
mencurahkan pendapatnya tidak boleh diberi komentar apapun. Setelah semua
anggota mengeluarkan pendapatnya, setiap anggota dapat mengomentari,
akhirnya terjadi diskusi.

c. Bola salju (snow balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (satu pasang 2 orang) kemudian


dilontarkan pertanyaan/masalah. Setelah kurang lebih 5 menit, tiap dua
pasangan bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah,
mencari kesimpulannya. Kemudian tiap-tiap pasangan sudah beanggotakan 4
orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya
sehingga akhirnya terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.

d. Kelompok-kelompok kecil (buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil lalu diberi


suatu permasalahan yang sama/tidak sama dengan kelompok lain. Masing-
masing kelompok mendiskusikan masalah, lalu hasil tiap kelompok
didiskusikan kembali, dicari kesimpulannya.

e. Memainkan peranan (role play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk


memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, perawat, bidan,
anggota lain sebagai pasien/anggota masyarakat.

f. Permainan simulasi (simulation game)

- Merupakan gabungan beberapa role play dengan diskusi kelompok.

- Pesan-pesan keseharian disajikan dengan dalam beberapa bentuk


permainan seperti permainan monopoli.
- Cara memainkan persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan
dadu, gaco (petunjuk arah) selain berperan atau papan main.

- Bebrapa orang jadi pemain, sebagian lagi berperan sebagai narasumber.

3. Proses Evaluasi

Menentukan apa Merancang desain


menentuka
yang akan (metode)
dievaluasi

Membuat Melakukan Menyusun rencana


kesimpulan dan
Dari gambar daur evaluasipengamatan, dan instrumen
di atas tampak bahwa evaluasi secara umum
pelaporan pengukuran, dan
meliputi langkah-langkah berikut. analisis

1) Menentukan apa yang akan dievaluasi. Ini karena apa saja dapat dievaluasi.
Apakah itu rencananya sumber daya, proses pelaksanaan, keluaran, atau
bahkan dampak suatu kegiatan, serta pengaruh terhadap lingkungan yang
jelas.
2) Mengembangkan kerangka dan batasan. Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi
mengenai hasil evaluasi serta pembatasan ruang lingkup evaluasi serta
batasan-batasan yang dipakai agar objektif dan fokus.
3) Merancang desain (metode). Karena biasanya evaluasi terfokus pada satu atau
beberapa aspek, yang sebenarnya mengikuti rancangan desain riset walaupun
tidak harus kaku seperti riset umumnya dalam penerapannya. Rancangan riset
ini sangat bervariasi mulai dari yang amat sederhana sampai dengan yang
sangat rumit bergantung pada tujuan dan kepentingan evaluasi itu sendiri.
4) Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan. Selanjutnya ialah
mengembangkan instrumen pengamatan atau pengukuran serta rencana
analisis dan membuat rencana pelaksanaan evaluasi.
5) Melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis. Selanjutnya ialah
melakukan pengumpulan data hasil pengamatan, melakukan pengukuran serta
mengolah informasi dan mengkajinya sesuai tujuan evaluasi.
6) Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses
evaluasi ini disajikan dalam bentuk laporan dengan kebutuhan atau
permintaan. Lain pihak sesuai dengan bentuk penyajian atau pelaporan yang
berbeda.

Keenam langkah evaluasi di atas dapat dipadatkan menjadi 2 langkah


terpenting yaitu, (1) menetapkan apa (fokus) yang akan dievaluasi, dan (2)
merancang metode (cara) melaksanakannya.
1) Menetapkan apa yang dievaluasi
Disebut juga menentukan fokus evaluasi. Langkah ini merupakan langkah
terpenting dalam melakukan evaluasi
a) Ada beberapa cara menentukan fokus evaluasi, tetapi yang paling
penting dan paling sederhana adalah dengan membahas dan membuat
kesepakatan dengan pihak yang meminta evaluasi. Bila orang yang
terlibat berjumlah kecil sehingga dapat dengan mudah berbagi
pendapat. Bila jumlah yang terlibat besar sekali, dapat digunakan cara
Delphi. Cara ini adalah cara membuat keputusan berdasarkan konsesus
suara terbanyak. Pilihan-pilihan terakhir diajukan dan setiap orang
diminta menulis pilihannya dan memasukkan ke dalam amplop
tertutup. Kemudian secara objektif dan transparan amplop dibuka dan
dilakukan perhitungan. Pilihan terbanyak merupakan pilihan yang
disepakati.
b) Cara yang paling teliti adalah dengan mengkaji secara sistem, yaitu
dengan menguraikan proses suatu kegiatan atau intervensi menurut
unsur-unsur sistem, yaitu (a) masukan (input), (b) proses (process), (c)
keluaran (output), (d) efek (outcome), (e) dampak (impact), (f) umpan
balik (feedback), serta (g) lingkungan (environment).
c) Cara yang praktis ialah dengan membuat suatu proses yang runtut.
Cara ini dipakai oleh Carol Weiss (1972), yang membuat penentuan
berdasarkan logika, sebagaimana digambarkan sebagai berikut

apakah apakah

Suatu intervensi Perubahan Perubahan


(misalnya perilaku/ keadaan
Pelatihan) lingkungan

menyebabkan menyebabkan
2) Memilih atau merancang desain evaluasi
Banyak rancangan desain (riset) yang dapat dipakai dalam
melakukan evaluasi. Tergantung tujuan dan sumber daya yang
dimiliki, desain evaluasi dapat sederhana, dapat pula sangat canggih.
Michael Ibrahim membuat urutan desain menurut kekuatan
kesimpuland dari hasil evaluasinya. Beliau membagi cara evaluasi
menurut yang (a) non-riset, (b) riset non-eksperimental dan (c) riset
eksperimental.
Termasuk yang non-riset adalah leluson (anecdote), cerita-
cerita hikayat (story), dan pendapat-pendapat ahli maupun orang awan.
Sedangkan termasuk riset non-eksperimental adalah survey sedehana
sampai canggih, study kasus-kelola (case control study) dan study
kohor (cohort study). Riset yang bersifat eksperimental mulai dari
desain eksperimen lapangan masyarakat sampai dengan laboratorium.

Pada prinsipnya, evaluasi promosi kesehatan sama dengan evaluasi kesehatan


lainnya. Karakteristiknya ialah dalam indikator yang disamping memakai indicator
epidemologik sebagai indikator dampak seperti upaya kesehatan lainnya, dalam
mengukur efek, lebih menggunakan indikator perilaku.
Setelah apa yang akan dievaluasi telah ditetapkan, indikator telah
dikembangkan, dan desain serta rencana pelaksanaan sudah rapi, masih perlu diingat
beberapa hal berikut agar evaluator tidak begitu saja membuat kesimpulan akan
temuannya berdasar pengamatan dan pengukuran. Sebab yang diamati dan diukur
adalah manusia dan masyarakat yang sangat dinamis dan melakukan berbagai
perubahan atau penyesuaian. Di antara faktor penting yang perlu diperhatikan ialah
waktu.
Seorang ahli (Green,1986) mengamati sebagai berikut :
a) Evaluasi yang relatif dan terlalu cepat, sehingga ketika evaluasi
dilakukan upaya atau kegiatan belum menghasilkan apa-apa. Namun
setelah ditinggalkan baru tampak pengaruhnya.
b) Sebaliknya dapat juga terjadi ketika evaluasi dilakukan tanpa hasil yang
baik, namun setelah ditinggalkan keadaan kembali seperti semula.
c) Ini sering terjadi pada kampanye dengan insentif materi yang kemudian
perubahan menghilang ketika insentif tidak lagi diberikan.
d) Atau kadang-kadang dalam waktu singkat memberi hasil negatif,
misalnya penolakan, tetapi kemudian orang akan mengikutinya juga
dengan sukarela.
e) Ada juga perubahan cepat terjadi, tetapi sebenarnya perubahan itu akan
terjadi juga hanya intervensi yang dilakukan merupakan penguat.
f) Yang paling buruk ialah yang menyebabkan keadaan bertambah buruk.
Ini bila suatu kegiatan dihentikan mendadak atau tidak berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

http://dayatfarras.wordpress.com/2011/01/06/perencanaan-pendidikan/

Heri D.J Maulana. Promosi Kesehatan. EGC, Jakarta, 2009.2.

Soekidjo Notoatmodjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka cipta,


Jakarta,2005.3.
Soekidjo Notoatmodjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka cipta, Jakarta, 1998.4.
Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. BSNP. Jakarta
2006.Halaman 19

Anda mungkin juga menyukai