Anda di halaman 1dari 11

2

Sistem partikel

[20181024] Sistem partikel atau suatu benda yang terdiri dari banyak partikel,
umumnya tidak hanya biasanya akan tetapi sebaiknya dideskripsikan dalam
sistem koordinat pusat massa. Untuk itu perlu dipahami hukum kekekalan
momentum linier, momentum angular, dan energi, saat diterapkan pada sistem.

2.1 Pusat massa


Terdapat N buat partikel dengan massa m1 , m2 , .., mN yang berada pada posisi
~r1 , ~r2 , .., ~rN , dan berkecepatan masing-masing ~v1 , ~v2 , .., ~vN . Dari total gaya-
gaya yang bekerja pada masing-masing partikel dapat diperoleh percepatannya
masing-masing adalah ~a1 , ~a2 , .., ~aN . Tentukanlah posisi, kecepatan, dan per-
cepatan pusat massa sistem.
Posisi pusat massa sistem diberikan oleh

N
~ = 1
X
~rpm = R mi~ri , (2.1)
M i=1

kecepatan pusat massa oleh

N
~ = 1
X
~vpm = V mi~vi , (2.2)
M i=1

dan percepatan pusat massa oleh

N
~= 1
X
~apm = A mi~ai , (2.3)
M i=1

dengan massa total sistem adalah

7
2. SISTEM PARTIKEL 8

N
X
M= mi . (2.4)
i=1

Untuk posisi pusat massa kadang dituliskan pula bahwa

~ = X î + Y ĵ + Z k̂,
R (2.5)

dengan

N
1 X
X= mi xi , (2.6)
M i=1
N
1 X
Y = m i yi , (2.7)
M i=1
N
1 X
Z= mi zi . (2.8)
M i=1

2.2 Simetri dan hukum-hukum kekekalan


Jelaskan kaitan antara hukum-hukum kekekalan (momentum linier, momentum
sudut, energi) dan simetri serta pendekatan-pendekatan yang digunakan dan
batasan-batasannya.
Untuk sistem partikel terdapat dua pendekatan dalam membahas ketiga hukum
kekekalan, yaitu hukum-hukum Newton dan prinsip-prinsip simetri. Hukum-
hukum kekekalan merupakan konsekuensi langsung dari definisi yang dibuat
oleh mekanika Newton, tepatnya hukum II Newton.
Validitas ketiga hukum kekekalan ini berlaku sampai pada batas bahwa mekani-
ka Newton memberikan deskripsi yang cukup mengenai alam. Lebih jauh,
dikarenakan tidak terdapatnya sistem yang benar-benar terisolasi, ketiga hukum
ini hanya berlaku mendekati keadaan sebenarnya.
Secara umum sistem dikatakan memiliki simetri apabila terdapat beberapa
karakteristik sistem yang tidak berubah saat sistem diubah. Bila sistem tetap
invarian terhadap translasi, dikatakan sistem memiliki simetri translasi. Dan
mirip, sistem dikatakan memiliki simetri rotasi, bila tetap invarian terhadap
rotasi. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara hukum-hukum
kekekalan dan prinsip-prinsip simetri.

1. Hukum kekekalan momentum linier merupakan suatu konsekuensi lang-


sung dari simetri translasi, homogeneity of space,
2. hukum kekekalan momentum sudut merupakan konsekuensi dari simetri
rotasi, isotropy of space,
3. sementara hukum kekekalan energi mengarah ke homogeneity of time.
2. SISTEM PARTIKEL 9

Lebih jauh dapat dikatakan bahwa

any conservation law is a statement of invariance of some physical


property during all physical processes,

yang dapat diartikan secara bebas bahwa setiap hukum kekekalan merupakan
suatu pernyataan akan sifat invarian beberapa sifat fisis sistem saat mengalami
berbagai proses fisis.

2.3 Kekekalan momentum partikel tunggal


Dengan menggunakan hukum II Newton tunjukkan bahwa bila jumlah gaya
eksternal yang bekerja adalah nol maka berlakulah hukum kekekalan momentum
linier dengan massa sistem tidak bergantung waktu.
Hukum II Newton menyatakan bahwa

d~
p
F~ = , (2.9)
dt
dengan

p~ = m~v , (2.10)

sehingga

d~
p d dm d~v
F~ = = (m~v ) = ~v + m = m~a. (2.11)
dt dt dt dt

Lebih jauh, bila F ~= 0, maka p~ akan tetap, yang merupakan hukum kekekalan
momentum linier sebuah partikel tunggal.

2.4 Kekekalan momentum sistem partikel


Perluas ide dari kekekalan momentum untuk partikel tunggal sehingga dapat
berlaku untuk sistem partikel. Gunakan hukum II Newton dan definisikan gaya
total yang bekerja pada partikel bermass mk dan berada pada posisi ~rk , berke-
cepatan ~vk , dan berpercepatan ~ak , terdiri dari gaya internal dan gaya eksternal.
Gaya total yang bekerja pada partikel bermassa mk adalah

F~k = F~ke + F~ki = mk ~¨rk , k = 1, 2, .., N, (2.12)

dengan gaya internalnya merupakan interaksi dengan N − 1 partikel lainnya


dalam sistem partikel
2. SISTEM PARTIKEL 10

N
X
F~ki = F~kl
i
. (2.13)
l=1,l6=k

Momentum partikel ke k diberikan oleh

p~k = mk~vk = mk ~r˙ k , (2.14)

yang dengan hukum II Newton akan memberikan

d~
pk
= F~k = F~ke + F~ki . (2.15)
dt
Dengan menjumlahkan untuk N partikel, Persamaan (2.15) akan menjadi

N N N N N
X d~
pk d X X X X
= p~k = F~k = F~ke + F~ki . (2.16)
dt dt
k=1 k=1 k=1 k=1 k=1

Momentum linier total sistem dapat dituliskan sebagai

N
X N
X
P~ = p~k = mk ~r˙ k (2.17)
k=1 k=1

dan gaya eksternal yang bekerja pada sistem

N
X
F~ = F~ke , (2.18)
k=1

dengan jumlah total gaya internal sistem partikel adalah nol

N
X N
X N
X
F~ki = F~kl
i
= 0, (2.19)
k=1 k=1 l=1,l6=k

akibat hukum III Newton.


Substitusi Persamaan (2.17)-(2.18) ke Persamaan (2.16) akan memberian

dP~
= F~ , (2.20)
dt
yang merupakan teorema momentum untuk suatu sistem partikel. Dengan
demikian untuk sistem partike

Hukum kekekalan momentum linier. Laju perubahan momen-


tum linier total sistem sama dengan gaya luar eksternal total yang
bekerja pada sistem, bila jumlah gaya eksternal yang bekerja adalah
nol, momentum linier total sistem P~ akan bernilai tetap.
2. SISTEM PARTIKEL 11

2.5 Hukum II Newton sistem partikel


Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum untuk sistem partikel tun-
jukkan persamaan yang bersifat seperti hukum II Newton pada partikel tunggal,
yang bekerja pada sistem partikel.
Melalui Persamaan (2.17) dan (2.2) dapat diperoleh bahwa

N N N
X X 1 X
P~ = p~k = mk~vk = M ~.
mk~vk = M V (2.21)
M
k=1 k=1 k=1

Dan bila Persamaan (2.22) disubstitusikan ke dalam persamaan (2.20) maka


akan diperoleh

~ = F~ ,
MA (2.22)

bila massa sistem partikel M tidak berubah. Persamaan (2.22) menggambarkan


bahwa

pusat massa sistem partikel bergerak seperti sebuah partikel tunggal


dengan massa M (massa total sistem partikel) yang padanya bekerja
suatu gaya tunggal F yang merupakan jumlah semua gaya eksternal
yang bekerja pada sistem.

Ingatlah bahwa semua pernyataan ini benar bila jumlah semua gaya internal
adalah nol.

2.6 Jumlah semua gaya internal nol


Tunjukkan dengan menggunakan hukum III Newton dan juga menggunakan
prinsip kerja virtual atau perpindahan virtual bahwa jumlah gaya semua internal
adalah nol.
Menurut hukum III Newton gaya yang bekerja pada partikel k akibat partikel l
berlawanan dengan gaya yang bekerja pada partikel l akibat partikel k dengan
besar yang sama, sehingga gaya internal antar partikel akan memberikan

F~kl
i
= −F~lk
i
. (2.23)

Persamaan (2.23) merupakan bentuk lemah dari hukum III Newton karena
hanya menyaratkan bahwa kedua gaya sama besar dan belawanan arah, tetapi
tidak perlu bekerja sepanjang garis yang menghubungkan kedua partikel. Ben-
tuk kuatnya menyaratkan bahwa gaya aksi keduanya harus sama.
Penggunaan Persamaan (2.23) akan membuat Persamaan (2.19) menjadi
2. SISTEM PARTIKEL 12

N
X N
X N
X
F~ki = F~kl
i

k=1 k=1 l=1,l6=k

= F~12
i
+ F~13
i
+ .. + F~1N
i
+

F~21
i
+ F~23
i
+ .. + F~2N
i
+

F~31
i
+ F~32
i
+ .. + F~3N
i
+

F~Ni 1 + F~Ni 2 + F~3N


i
+ ..

= F~12
i
+ F~21
i
+ F~13
i
+ F~31
i
+ ..+

F~1N
i
+ F~Ni 1 + (2.24)

F~23
i
+ F~32
i
+ .. + F~2N
i
+ F~Ni 2 +

.. + F~3N
i
+ F~Ni 3 + ..

= F~12
i
− F~12
i
+ F~13
i
− F~13
i
+ ..+

F~1N
i
− F~1N
i
+

F~23
i
− F~23
i
+ .. + F~2N
i
− F~2N
i
+

.. + F~3N
i
− F~3N
i
+ ..

= 0.

Dalam Persamaan (2.24) terdapat asumsi bahwa gaya-gaya internal selalu


berpasangan. Dengan menggunakan cara lain, asumsi ini tidak perlu dibu-
at, yaitu dengan memanfaatkan prinsip kerja virtual atau perpindahan virtual.
Asumsikan bahwa tiap partikel dalam sistem mengalami perpindahan kecil δ~r.
Dikarenakan setiap partikel dalam sistem mengalami perpindahan yang sama,
tidak terdapat perpindahan relatif sistem, sebagai akibatnya tidak terdapat ker-
ja yang dilakukan oleh gaya-gaya internal. Tidak terdapatnya kerja dikarenakan
keadaan internal sistem tidak berubah akibat perpindahan virtual atau imajiner
ini. Kerja yang dilakukan oleh gaya internal F~ki dalam perpindahan virtual δ~r
untuk partikel k adalah

δWk = F~ki · δ~r. (2.25)

Kerja total oleh seluruh gaya internal adalah

N N
" N
#
X X X
W = δWk = (F~ki · δ~r) = δ~r · ~ i
Fk , (2.26)
k=1 k=1 k=1
2. SISTEM PARTIKEL 13

dengan δ~r dapat difaktorkan keluar karena bernilai sama untuk semua partikel.
Bila kerja total oleh gaya-gaya internal adalah nol untuk setiap perpindahan
" N
#
X
δ~r · F~ki = 0, (2.27)
k=1

maka seperti dalam Persamaan (2.19)

N
X N
X N
X
F~ki = F~kl
i
= 0,
k=1 k=1 l=1,l6=k

dikarenakan δ~r tidak nol. Dengan demikian syarat Persamaan (2.19) telah
diperoleh.

2.7 Perubahan momentum sudut


Dengan memperluas konsep momentum sudut untuk sebuah partikel menjadi
untuk sebuah sistem partikel, tunjukkan bahwa perubahan terhadap waktu dari
momentum sudut sistem partikel sama dengan torsi total yang bekerja pada
sistem partikel (penjumlahan dari semua torsi yang bekerja pada masing-masing
partikel).
Bila sebuah partikel k memiliki momentum sudut Lk dan torsi total yang bekerja
padanya adalah τk maka, untuk sistem partikel dapat dituliskan bahwa

N
X N
X N
X
~ =
L ~k =
L ~rk × p~k = ~rk × m~vk (2.28)
k=1 k=1 k=1

dan

N
X
~τ = ~τk . (2.29)
k=1

Persamaan (2.29) belum dituliska eksplisit karena perlu terlebih dahulu ditun-
jukkan suku-suku apa yang tersisa dan berkontribusi dari gaya-gaya yang bek-
erja pada masing-masing partikel.
Bila untuk untuk sebuah partikel tunggal berlaku bahwa

~
dL
= ~τ , (2.30)
dt
makan untuk sistem partikel, dengan menggunakan Persamaan (2.28) dalam
ruas kiri Peramaan (2.30) akan diperoleh

~ N N
dL d X X
= ~rk × m~vk = ~vk × m~vk + ~rk × m~ak , (2.31)
dt dt
k=1 k=1
2. SISTEM PARTIKEL 14

dengan asumsi bahwa ṁk = 0. Suku persama pada ruas paling kanan dalam
Persamaan (2.31) akan bernilai nol karena terdapat ~vk × ~vk , sedangkan pada
suku keduanya tak lain adalah gaya total yang bekerja pada setiap partikel
F~k , sehingga dengan bantuan Persamaan (2.12), persamaan sebelumnya akan
menjadi

~ N N N
dL X X X
= ~rk × F~k = ~rk × (F~ki + F~ke ) = ~rk × F~ki + ~rk × F~ke . (2.32)
dt
k=1 k=1 k=1

Untuk gaya internal dalam persamaan sebelumnya, dengan bantuan Persamaan


(2.13), dapat dituliskan menjadi
 
N
X N
X N
X N
X N
X
~rk × F~ki = ~rk × F~kl
i 
= ~rk × F~kl
i
. (2.33)
k=1 k=1 l=1,l6=k k=1 l=1,l6=k

Apabila dijabarkan lebih lanjut maka akan selalu terdapat pasangan

~rk × F~kl
i
+ ~rl × F~lk
i
= ~rk × F~kli
− ~rl × F~kl
i

= (~rk − ~rl ) × F~kl


i
(2.34)
= ~rkl × F~kli

= 0.

bila gaya internalnya merupakan gaya sentral. Dengan demikian Persamaan


(2.32) akan menjadi

~ N N
dL X X
= ~rk × F~ke = ~τk . (2.35)
dt
k=1 k=1

Dengan menggunakan Persamaan (2.29) maka persamaan terakhir akan kembali


memberikan Persamaan (2.30)

~
dL
= ~τ
dt
yang semula berlalu untuk partikel tunggal, saat ini berlaku pula untuk sistem
partikel, dengan syarat

~τk = ~rk × F~ke . (2.36)

Dengan ini dapat dirumuskan bahwa perubahan momentum sistem sama dengan
jumlah semua torsi akibat jumlah gaya eksternal yang bekerja pada sistem.

2.8 Hukum kekekalan momentum sudut


Dengan menggunakan Persamaan (2.30) ungkapkan hukum kekekalan momen-
tum sudut.
2. SISTEM PARTIKEL 15

Hukum kekekalan momentum sudut. Untuk suatu sistem yang


terisolasi – suatu sistem yang tidak ada gaya luar yang bekerja
padanya (atau jumlah gaya luarnya nol) – torsi total ~τ akan berni-
lai nol, yang mengakibatkan momentum angular bernilai tetap, besar
dan arahnya.

2.9 Hukum kekekalan energi


Dengan mengasumsikan bahwa gaya yang bekerja pada partikel k bergantung
pada posisi semua partikel dengan gaya eksternalnya bergantung pada posisi
partikel dalam sistem dan gaya internalnya bergantung pada posisi relatif antar
partikel, tunjukkan bahwa berlaku hukum kekekalan energi bila terpenuhi syarat
~ × F~k = 0.

Dengan menggunakan asumsi yang diperbolehkan dapat dituliskan bahwa untuk
sistem N partikel

F~k = F~ke + F~ki = F~k (~r1 , ~r2 , .., ~rN ), k = 1, 2, .., N. (2.37)

Kemudian dengan syarat

~ × F~k = 0,
∇ (2.38)

maka ada suatu fungsi potensial

V = V (~r1 , ~r2 , .., ~rN ), (2.39)

sehingga dapat dituliskan

∂V ∂V ∂V
Fkx = − , Fky = − , Fkz = − , k = 1, 2, .., N. (2.40)
∂xk ∂yk ∂zk

Dengan menggunakan hukum II Newton persamaan sebelumnya dapat dit-


uliskan menjadi

dvkx ∂V dvky ∂V dvkz ∂V


mk =− , mk =− , mk =− . (2.41)
dt ∂xk dt ∂yk dt ∂zk

Suku pertama persamaan sebelumnya dapat diubah menjadi

dvkx ∂V dxk
mk vkx =−
dt ∂xk dt

yang dapat dituliskan lebih jauh menjadi

1 d 2 ∂V dxk
mk vkx =−
2 dt ∂xk dt
2. SISTEM PARTIKEL 16

dan
 
d 1 2 ∂V dxk
mk vkx =− .
dt 2 ∂xk dt

Penjumlaha persamaan terakhir untuk masing-masing arah x, y, dan z akan


memberikan
 
d 1 ∂V dxk ∂V dyk ∂V dzk
mk vk2 + + + = 0.
dt 2 ∂xk dt ∂yk dt ∂zk dt

Dan untuk semua partikel

N   X N  
X d 1 ∂V dxk ∂V dyk ∂V dzk
mk vk2 + + + = 0
dt 2 ∂xk dt ∂yk dt ∂zk dt
k=1 k=1
N N  
d X1 X ∂V dxk ∂V dyk ∂V dzk
mk vk2 + + + = 0 (2.42)
dt 2 ∂xk dt ∂yk dt ∂zk dt
k=1 k=1
dK dV
+ = 0
dt dt
d
(K + V ) = 0
dt

yang tak lain berarti bahwa

K + V = E ≡ konstan. (2.43)

Energi total sistem selalu tetap atau Ė = 0.

2.10 Gaya luar tak fungsi posisi


Tuliskan hukum kekekalan energi bila gaya eksternal bukan merupakan fungsi
posisi dan gaya internal masih merupakan fungsi dari posisi relatif antar partikel.
Dan tuliskan pula bentuk gaya internalnya.
Bila gaya luar tidak bergantung posisi maka hukum kekekalan dari Persamaan
(2.42) perlu dimodifikasi menjadi

N
d X
(K + V i ) = F~ki · ~vk , (2.44)
dt
k=1

dengan masih asumsi bahwa

Vkli = Vkli (~rkl ) = Vkli (~rk − ~rl ), (2.45)

sementara
2. SISTEM PARTIKEL 17

N k−1
X X
Vi = Vkli (~rkl ). (2.46)
k=1 l=1

Gaya internalnya akan memiliki bentuk

∂V i ∂V i ∂V i
F~ki = −î − ĵ − k̂ . (2.47)
∂xk ∂yk ∂zk

Ingat bahwa bila gaya internal tidak bergantung posisi, hukum kekekalan en-
ergi tidak lagi berlaku, seperti misalnya dalam sistem yang antar partikelnya
berinteraksi melalui gaya gesek. Gaya gesek bergantung pada kecepatan relatif
antar partikel dan bukan merupakan gaya sentral.

Anda mungkin juga menyukai