Anda di halaman 1dari 16

KEHAMILAN DENGAN TYPUS ABDOMINALIS

Oleh : Kelompok III

Ida Triani (152201050) Dita Murtika Sari (152201176)

Munasifah (152201051) Merlina Dewi Safitri (152201177)

Kartika sari (152201052) Indah Oktafina (152201178)

Silvia Devi Anggraeni (152201053) Aviva Nurviana


(152201182)

Yunita Eka Saputri (152201054) Rana Trinova (152201183)

Indah Murnitasari (152201055) Ranah Ria Salpana (152201186)

Rika Tiara Novita (152201056) Nurul Fadilah (152201192)

Dea Ayu Sartika (152201059) Viola Alfionita (152201193)

Ria Anggela (152201060) Roja,ah (152201185)

Agel Noer Khotijah (152201179) Fani Febrianti (152201057)

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEBIDANAN TRANSFER 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam tifoid sering terjadi di beberapa negara di dunia dan umumnya terjadi di
negara-negara dengan tingkat kebersihan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah
kesehatan publik yang signifikan (OMS, 2013). Berdasarkan data WHO (World Health
Organisation) memperkirakan angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun,
angka kematian akibat demam tifoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia.
BerdasarkanWHO angka penderita demam tifoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000
(DEPKES RI, 2013)

Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000


penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi
terutama pada musim panas.Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang
paling sering pada anak besar,umur 5-9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan
dengan perbandingan 2-3 : 1.

Tifoid merupakan salah satu penyakit multisistem yang dapat berpotensi fatal dimana
disebabkan oleh bakteri Salmonella typi. Bakteri ini menjadi patogen yang telah ada sejak
ribuan tahun lalu, hidup subur di daerah dengan sanitasi buruk, padat, dengan tingkat
sosioekonomi yang rendah (WHO, 2010).

Sejak 1900an prognosis penyakit ini membaik karena adanya antibiotik, namun
kembali meningkat karena pengaruh arus urbanisisasi dan kemajuan transportasi. Penyakit ini
dapat menyerang semua ras, tidak memandang jenis kelamin, dapat terjadi pada semua usia
dengan insiden tertinggi pada kelompok usia anak-anak usia sekolah hingga dewasa muda.
Morbiditas dan mortalitas akibat tifoid dapat ditekan dengan perubahangaya hidup dan
pengobatan yang adekuat. Pengobatan yang totalitas dapat mencegah keadaan karier ataupun
sekuele lanjutan. Gaya hidup bersih dan sehat akan mencegah infeksi dan memutus mata
rantai siklus kuman ini (Soemarsono, W. 2018)
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian thypus abdominalis?


2. Bagaimana etiologi thypus abdominalis?
3. Bagaimana Patofisiologi Tyhpus abdominalis?
4. Bagaimana Patogenesis thypus abdominalis?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis thypus abdominalis?
6. Bagaimanakah Infeksi Typus Abdominalis pada Kehamilan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tentang thypus abdominalis


2. Mengetahui etiologi dari thypus abdominalis
3. Mengetahui Patofisiologi Tyhpus abdominalis
4. Mengetahui Patogenesis thypus abdominalis
5. Mengetahui Manifestasi Klinis thypus abdominalis
6. Mengetahui Infeksi Typus Abdominalis pada Kehamilan

1.4 Manfaat

1. Bagi peneliti
Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan
asuhan kebidanan pada penderita typus abdominalis.
2. Bagi instansi
Petugas kesehatan khususnya bidan dapat mengkaji lebih lanjut asuhan yang sudah
dilakukan pada pasien dengan teori dan hasil penelitian mahasiswa. Sehingga dapat
dijadikan acuan untuk meningkatkan asuhan kebidanan yang lebih baik dan berkualitas
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Typhus Abdominalis

Demam tifoid atau thypoid fever atau thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut
pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhii, ditandai gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini
hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Typhus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan
dan gangguan kesadaran.

2.2 Etiologi Typhus Abdominalis

Penyakit Typhus Abdominalis disebabkan oleh infeksi kuman Samonella


Thypiia/Eberthela Thypii yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan
spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit
serta mati pada suhu 700C dan antiseptik.

Salmonella mempunyai tiga macam antigen, yaitu antigen O (Ohne Hauch)


merupakan somatik antigen (tidak menyebar) ada dalam dinding sel kuman, antigen H
(Hauch, menyebar) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil dan antigen V1 (kapsul)
merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap
fagositosis. Ketiga jenis antigen ini di manusia akan menimbulkan tiga macam antibodi yang
lazim disebut agglutinin (Herdman, 2010)
2.3. Patofisiologi Typus Abdominalis
2.4 Patogenesis

Penularan thypus salmonella terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar.
Sebagian kuman akan di musnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus,
mencapai jaringan limpoid dan berkembang biak.

Proses penyakit di bagi dalam 3 fase ; Salmonela typhi melalui air dan makanan yang
terkontaminasi masuk keadalam tubuh dengan mekanisme penyakitnya sebagai berikut:

1. Infasi terhadap jaringan limpoid intestinal dan proliferasi bacteri. Fase ini berlangsung 2
minggu; asimpthomatis.

2. Infasi aliran darah bacteraemia menyebabkan meningkatnya suhu tubuh. Terjadi reaksi
imunologi sampai fase berikutnya dalam 10 hari. Kultur darah dan urine positif selama
periode febris. Antibodi S.Typhy tampak dalam darah. Test widal positif pada akhir fase
ini.

3. Lokalisasi bacteri dalam jaringan limfoid intestinal nodus masenterik gall bladder, hati,
limpa. Terjadi nekrosis lokal reaksi hipersentifitas antigen antibodi.

2.5 Manifestasi Klinis Typhus Abdominalis

Masa inkubasi 7-20 hari, inkubasi terpendek 3 hari dan terlama 60 hari (T.H.

Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Rata-rata masa inkubasi 14 hari dengan gejala

klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik (Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF

Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994).

Walaupun gejala bervariasi secara garis besar gejala yang timbul dapat dikelompokan
dalam : demam satu minggu atau lebih, gangguan saluran pencernaan dan gnagguan
kesadaran. Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare,
konstipasi dan suhu badan meningkat (39-410C). Setelah minggu kedua gejala makin jelas
berupa demam remiten, lidah tifoid dengan tanda antara lain nampak kering, dilapisi selaput
tebal, dibagian belakang tampak lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan.
Pembesaran hati dan limpa, perut kembung dan nyeri tekan pada perut kanan bawah dan
mungkin disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat seperti delirium.
Roseola (rose spot), pada kulit dada atau perut terjadi pada akhir minggu pertama atau awal
minggu kedua. Merupakan emboli kuman dimana didalamnya mengandung kuman
salmonella.

2.6 Infeksi Typus Abdominalis pada Kehamilan

Typus abdominalis dalam kehamilan, dan nifas menunjukan angka kematian yang
lebih tinggi dari pada di luar kehamilan. Penyakit ini mempunyai pengaruh buruk terhadap
kehamilan. Dalam 60-80 % hasil konsepsi keluar secara spontan : lebih dini terjadinya infeksi
dalam kehamilan, lebih besar kemungkinan berakhirnya kehamilan.

Pengobatan dengan kloramfenikol atau tiamfenikol (Urfamycin) biasanya cukup


manjur. Waktu ada wabah, semua wanita hamil perlu diberi vaksinasi. Walaupun kuman-
kuman tufus abdominalis tidak di keluarkan melalui air susu, namun sebaiknya penderita
tidak menyusui bayinya karena keadaan umum ibu biasanya tidak mengizinkan, dan karena
kemungkinan penuluaran oleh ibu melalui jalan lain tetap ada. Tifus abdominalis
tidak merupakan indikasi bagi abortus buatan.

A. Komplikasi Typus Abdominalis pada Kehamilan

Dapat terjadi pada :

1. Usus halus

a. Perdarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan
nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

b. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada
bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila
terdapat udara di ronggan peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara
diantara hati dan diafrkma pada foto roentgen abdomen yangdibuat dalam keadaan tegak. 

c. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang
(defence muskulair) dan nyeri pada tekanan.
Komplikasi di luar usus Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis
(bakteremia) yaitu meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Terjadi karean infeksi
sekunder, yaitu bronkopneumonia.

B. Upaya Pencegahan Typus Abdominalis pada Kehamilan

Untuk mencegah agar terhindar dari penyakit ini, kini sudah ada Vaksin Tipes atau
Tifoid yang disuntikkan atau secara minum obat dan dapat melindungi dalam waktu 3 tahun.
Atau dapat dengan cara :

1. Usaha terhadap lingkunagan hidup :

a. Penyadiaan air minum yang memenuhi

b. Pembuangan BAB dan BAK yang memenuhi

c. Pemberantasan lalat

d. Pengawasan terhadap rumah rumah dan penjualan makanan

2. Usaha terhadap manusia:

a.  Imunisasi

b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat seperti hygiene sanitasi, personal hygiene.

C. Teraphy / Pengobatan Typus Abdominalis pada Kehamilan

Penyakit ini tidak terlalu parah, namun sangat mengganggu aktifitas. Yang sangat
dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa minggu bahkan bulan.Bagi orang yang
sangat aktif, hal ini sangat menderita.

Yang perlu diperhatikan pasca terkena tipes adalah pola makan yang benar. Misalnya
harus lunak, terapkan makan lunak sampai batas yang telah ditentukan dokter, kemudian
makanan yang berminyak, pedas, asam, spicy hindari. Kurangi kegiatan yang terlalu
menguras tenaga. Kemudian untuk menjaga stamina bisa diberikan Kapsul Tapak (sesuai
ketentuan dokter) Liman 3 x 2 Kaps/hr, Kaps Daun sendok 3 x 2 Kaps.hr, dan Patikan
Kebo 3 x 1 Kaps/hr,(untuk membantu mempercepat penyembuhan luka diusus akibat
Typus).
 Pengobatan pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat – tinggi kalori
dan protein, obat-obatan berupa antibiotika, serta pengobatan terhadap komplikasi yang
mungkin timbul. Obat untuk penyakit Types adalah antibiotika golongan
Chloramphenikol, Thiamphenikol, Ciprofloxacin dll,yang diberikan selama 7 – 10 hari.

Lamanya pemberian antibiotika ini harus cukup sesuai resep yg dokter berikan.
Jangan dihentikan bila gejala demam atau lainnya sudah reda selama 3-4 hari minum obat.
Obat harus diminum sampai habis ( 7 – 10 hari ). Bila tidak, maka bakteri Tipes yg ada di
dalam tubuh pasien belum mati semua dan kelak akan kambuh kembali    

D. Penatalaksanaan Typus Abdominalis pada Kehamilan

Bed rest total (tirah baring absolut) sampai minimal 7 hari bebas panas atau selama 14
hari, lalu mobilisasi secara bertahap, mulai dari duduk, berdiri, sampaiJalan pada 7 hari
bebas panas

1. Diet tetap makan nasi, tinggi kalori dan protein (rendah serat medikamentosa)
2. Anti piretik(parasetamol setiap 4-6 jam)
3. Roborantia (Becom-C, dll)
4. Antibiotika
5. Kloramfenikol, Thiamfenikol : 4 x 500 mg, jika sampai 7 hari panas tidak turun (obat
diganti
6. Amoksilin/ ampisilin : 1 gr/6 jam selama gase demam. Bila demam turun >750 mg 6
jam sampai 7 hari bebas panas
7. Kotrimoksasol : 2 x 960  mg selama 14 hari atau 7 hari bebas panas. Jika terjadi
leukopeni (obat diganti)
8. Golongan sefalospurin generasi III (mahal)

Catatan :

Kortikosterroid : khusus untuk penderita yang sangat toksik (panas tinggi tidak turun – turun
kesadaran menurun dan gelisah / sepsis) :

Hari ke 1 : Kortison 3 x 100 mg im atau prednisone 3 x 10 mg oral

Hari ke 2 : kortison 2 x 100 mg im atau prednisone 2 x 10 mg oral

Hari ke 3 : Kortison 3 x 50 mg im atau prednisone 3 x 5 mg oral


Hari ke 4 : Kortison 2 x 50 mg im atau prednisone 2 x5 mg oral

Hari ke 5 : Kortison 1 x 50 mg im atau prednisone 1 x 5 mg oral

Pada Anak :

1. Klorampenikol : 50 – 100 mg/Kg BB/ dibagidalam 4 dosis sampai 3 hari


bebas/minimal 14 hari pada bayi
2. Kontrimoksasol : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 panas/minimal 10
hari.
3. Bila terjadi ikterus dan hepatomeli : salain kloramfenikol diterapi dengan ampisilin
100 mg/kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis

·         Bila dengan upaya – upaya tesebut  pasa tidak turun juga, rujuk ke RSUD 

Perhatian :

Jangan mudah memberi golongan quinolon, bila dengan obat lain masi biasa diatasi ,Jangan
mudah memberi Kloramfenikol bagi kasus demam yang belum pasti. Demam Tifoid,
mengingat komplikasi Agranulositotis tidak semua demam dengan leukopeni adalah  demam
tifoid

E. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium Darah untuk kultur (biakan empedu) dan widal biakan
empedu untuk menemukan Salmonela typosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada
minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan pada urine dan feces dan mungkin
akan tetap positif untuk waktu yang lama         .
            Pemeriksaan widal Merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosa typus
abdominalis secara pasti. Dikerjakan pada waktu pertama masuk dan setiap minggu
berikutnya.

                                                                                             
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI

Pada Ny. A Umur 24 Tahun  G1P0A0 Umur Kehamilan 11 minggu

Dengan Typus Abdominalis

Hari/tanggal                :07-04-2014

Jam                              :08.00

Tempat                        :BPS

Nama pengkaji            :Mutiara Intan Pratiwi

                                    Risi Putriyani

S          :

·           Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya

·           Ibu mengatakan namanya Ny.A umur 24 tahun

·           Ibu mengatakan ini kehamilan anak pertamanya dan tidak pernah keguguran

·           Ibu mengtakan mens terakhirnya yaitu tanggal 20-01-2014

·           Ibu mengatakan belum bisa merasakan gerakan janin kuat dan teratur.

·           Ibu mengeluh mual, pusing dan badannya terasa demam sejak 6 hari yang lalu

·           Ibu mengatakan tidak pernah/ sedang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis,
HIV/AIDS), menurun (asma, DM, hipertensi), dan menahun (jantung, ginjal)

·           Ibu mengatakandari keluarga ibu  tidak ada yang menderita penyakit menular (TBC,


hepatitis, HIV/AIDS), menurun (asma, DM, hipertensi), dan menahun (jantung,
ginjal) dan tidak ada keturunan kembar.

·           Ibu mengatakan sudah imunisasi TT 1x


O         :

1.      Pemeriksaan umum

Keadaan umum           : lemah

Kesadaran                   : composmentis

Status emosional         : stabil

Tanda vital                 

Tekanan darah  : 100/60 mmHg                       Nadi    : 86x/mnt

Pernafasan                   : 20x/mnt                                 Suhu    : 380C

BB                               : 55 kg                                     TB       : 152 cm

2.      Pemeriksaan Fisik

Kepala        :Simetris, tidak ada benjolan, tidak nyeri, rambut bersih,tidak berketombe

Wajah         :Simetris, pucat dan berkeringat dingin

Mata           :Simetris, kongjungtiva merah muda , sekrela putih

Hidung       :Tidak ada polip, tidak ada secret, ada skat

Mulut         :Simetris, lidah kotor, ada stomatitis, tidak ada caries gigi

Telinga       :Simetris, ada lubang telinga, pendengaran baik

Leher          :Tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tiroid, limfe dan vena jugularis

Dada          :Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada whesing

Payudara    :Simetris, putting menonjol, areola hiperpigmentasi, colostrum sudah keluar

         Abdomen   : kembung, tidak ada bekas luka, terdapat linea dan striae gravidarum

Leopold I   : belum dilakukan

Leopold II : belum dilakukan

Leopold II : belum dilakukan


 Leopold IV     :belum dilakukan

Osborn test                          :    Tidak dilakukan

TFU menurut Mc. Donald   :-   TBJ: -

Auskulatasi DJJ                   :-

Ekstremitas Atas          :  Jari lengkap, tidak oedem, lila: 24 cm

Ekstremitas Bawah       :  Jari lengkap, tidak oedem, reflek patella +

Genetalia Luar              :  bersih ,tidak ada pembengkakan kelenjar bartolini

Anus                             :  Tidak ada hemoroid

Pemeriksaan Panggul    :  Tidak dilakukan

3.      Pemeriksaan penunjang

Tidak di lakukan        

4.      Data penunjang

Hasil lab tanggal 18 april 2013 : salmonella thypi +

A         : Ny.A umur 24 tahun G1P0A0 UH 11 minggu dengan thypus abdominalis

Masalah           : Ibu merasakan mual, pusing dan badannya terasa demam             sejak 6 hari


yang lalu

Kebutuhan      :KIE dan penanganan Tyups Abdominalis

Masalah potensial        :Abortus spontan

Tindakan segera          :rujuk ke rumah sakit

P          :

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu:

Tekanan darah  :100/60 mmHg                  Nadi    : 86x/mnt

Pernafasan                   : 20x/mnt                                 Suhu    : 380C


(ibu tau keadaannya saat ini)

2. Menjelaskan pada ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan saat ini merupakan gejala dari
penyakit thypus abdominalis yang saat ini sedang di derita oleh ibu sehingga memerlukan
perawatan yang lebih intensif di rumah sakit.

(ibu mengerti dengan penjelasan bidan)

3. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu harus beristirahat total selama minimal 7 hari atau sampai
ibu sembuh total.(Ibu mau menuruti ajuran dari Bidan)

4. Menjelaskan pada ibu tentang pola nutrisi yaitu Diet makanan harus cukup mengandung
kalori, cairan dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
meragsang dan tidak banyak menimbulkan gas.(ibu mengerti dengan penjelasan bidan)

5. Memberikan dukungan pada ibu agar ibu tidak cemas karena ibu akan dirujuk untuk
mendapatkan penanganan yang lebih intensif.(ibu tidak cemas)

6. Menyiapkan rujukan yaitu Bidan, Alat, Kendaraan, Surat, Obat, Keluarga, Uang, Darah,
doA (Rujukan sudah siap)

7. Mendampingi ibu ketempat rujukan.(ibu sudah di rujuk dan di damping keluarga


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tifus abdominalis ( demam tifoid, enteric fever ) adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.
Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram negatif,
bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurngnya 3
macam antigen yaitu antigen O (somatic terdiri dari zat komplek
lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi. Tanda dan gejala :
1. Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris
remitens dan suhu tidak terlalu tinggi.
2. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat bau nafas tidak sedap
(halitosis), bibir kering dan pecah-pecah (rhagaden). Lidah tertutup selaput
putih kotor (coated tongue), ujung dan tepi lidah kemerahan, jarang disertai
tremor. Pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati
dan limpa membesar diserta nyeri pada perabaan. Defekasi biasanya
konstipasi, mungkin normal dan kadang-kadang diare.
3. Gangguan kesadaran.
4. Disamping gejala diatas, pada punggung atau anggota gerak dapat ditemukan
roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. Nelson. 2010. Esensi Pediatri Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Depkes RI. 2013. Sistematika Pedoman Pengendalian Penyakit Demam Tifoid. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan

Soemarsono, W. 2018. Patogenesis, Patofisiologi dan Gambaran Klinik Demam Tifoid.


Jakarta: Simposium Demam Tifoid FK UI

OMS. 2013. Données épidémiologiques sur la typhoïde, rapport décembre, 89: 545-560.

WHO. 2010. Thypoid Fever. www. WHO. Int

Anda mungkin juga menyukai