Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

N DENGAN GANGGUAN SISTEM

HEMATOLOGI : ANEMIA DEFISIENSI BESI DI RUANG HIDAYAH

RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Laporan Ini Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan

Diploma III Keperawatan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh :

WAHYU AJI NUGROHO

NIP : 0300727

STIKES KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

i
2003

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Alloh SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

Ujian Komprehensif ini dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan

Gangguan Sistem Hematologi : Anemia Defisiensi Besi di ruang Hidayah ( B7)

RSU PKU Muhammadiyah Gombong “.

Terwujud laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang

sebesar-besarnya dan ucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Marsito, SKp selaku Direktur Akademi Keperawatan Muhammadiyah

Gombong.

2. Bapak dr. Haryo selaku Direktur RSU PKU Muhammadiyah Gombong.

3. Kepala ruang Hidayah beserta staf Keperawatan dan karyawan RSU PKU

Muhammadiyah Gombong yang telah membantu penulis dalam mengambil

kasus ini.

4. Pembimbing dari Akademi Keperawatan Muhammdiyah Gombong beserta

seluruh staf dan karyawan yang telah banyak membantu dalam penyelesaian

laporan ini.

5. Orang tua dan kakakku tercinta yang telah memberikan dorongan dan

bantuan baik moral dan materiil dalam penulisan laporan ini.

ii
6. Rekan - rekan seperjuangan dan semua pihak yang telah membantu dalam

penulisan ini.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ujian

Komprehensif ini banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharap

kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan

laporan ini, penulis harapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Gombong, 30 Maret 2006

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…..………………………………. ii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………. iii

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. iv

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. vi

BAB I KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN …………………………………………………….. 1

B. ETIOLOGI ………………………………………………………... 2

C. ANATOMI PATOLOGI…………………………………………… 2

D. PATHOFISIOLOGI ………………………………………. ……… 3

E. GAMBARAN KLINIK …………………………………………… 5

F. PATH WAY………………………………………………………… 8

G. FOKUS INTERVENSI …………………………………………….. 9

BAB II RESUME KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN ……………………………………………………. 13

B. ANALISA DATA ………………………………………………… 15

iv
C. INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

KEPERAWATAN …………………………………………………. 17

BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………… 25

BAB IV IMPLIKASI KEPERAWATAN …………………………………….. 38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
BAB I

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan konsentrasi

haemoglobin, jumlah sel darah merah sirkulasi, atau volume sel darah dibanding

dengan nilai – nilai normal ( Tambayong, 2000 : 77 ) .

Anemia Defisiensi Besi adalah Anemia yang terjadi akibat defisiensi besi

dalam gizi atau hilangnya darah secara lambat dan kronik ( Elizabet J. Crowin,

2001 : 131 ).

Anemia Defisiensi Besi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan

intake zat besi atau tidak sesuai pemakaian di dalam sumsum tulang,

terhalangnya pelepasan dalam sel retikulo endotelial ( Dep Kes RI, 1996 : 225 ).

Jadi anemia defisiensi besi adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan

konsentrasi haemoglobin, jumlah ataupun voluime sel darah sebagai akibat

defisiensi besi dalan gizi atau ketidak sesuaian pemakaian dalam sumsum tulang

terhalangnya pelepasan dalam sel retikuloendotelial serta karena hilangannya

darah.

vi
B. PENYEBAB

Penyebab dari Anemia Defisiensi Besi adalah :

a. Diet yang tidak mencukupi.

b. Absorbsi yang menurun.

c. Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi.

d. Perdarahan saluran cerna, menstruasi, donor darah.

e. Haemoglobinuria.

f. Penyimpanan besi yang kurang.

( Arif Manjoer, 1999 ).

C. PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata mengandung 3 – 5 gr

besi , bergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya. Hampir 2/3 besi terdapat

dalam haemoglobin yang terlepada kepada proses penuaan serta kematian sel dan

diangkut melalui transferin plasma kesumsum tulang untuk eritropoiesis. Dengan

pengecualian dalam jumlah yang kecil sekali dalam mioglobin ( otot ) dan dalam

enzim – enzim Hem, 1/3 sisanya disimpan dalam hati, limpa dan dalam sumsum

tulang sebagai feritin dan hemosiderin untuk kebutuhan lebih lanjut.

Rata – rata dalam diit yang diabsorbsi kurang lebih 5 % - 10 % ( 1-2 mg ).

Pada saat persediaan besi berkurang maka besi dalam diet tersebut diserap lebih

banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi fero dalam lambung dan

duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal.

vii
Kemudian besi diangkut oleh transferin plasma kesumsum tulang untuk sintesis

haemoglobin atau ketempat penimpanan dijaringan.

Setiap mililiter darah mengandung 0,5 mg besi. Kehilangan besi umumnya

antara 0,5 – 1 mg per hari, namun wanita yang menstruasi kehilangan tambahan

15-28 mg/bulan. Selam hamil kebutuhan besi harian meningkat karerna volume

darah ibu selama hamil juga meningkat, pembentukan plasma, tali pusat dan fetus

serta untuk mengimbangi darah yang hilang saat melahirkan.

Selain tanda dan gejala yang ditunjukan oleh anemi, penderita anemia

defisiensi besi yang berat ( besi plasma lebih kecil dari 40 mg per 100 ml,

haemoglobin 6-7 gr per 100 ml ) mempunyai rambut yang rapuh dan halus serta

kuku tipis, rata, mudah patah, dan sebenarnya berbentuk seperti sendok. Selain itu

atropi papila lidah menyebabkan lidah pucat, licin, mengkilap, merah daging dan

meradang serta sakit. Dapat juga timbul stomatitis angularis pecah-pecah dengan

kemerahan dan rasa sakit disudut-sudut mulut.

Pemeriksaan darah menunjukan jumlah sel darah merah normal atau hampir

normal, dan kadar Hb berkurang. Pada sediaan hapus darah perifer, eritrosit

mikrositik dam hipokrom disertai poikilositosis dan anisositosis. Jumlah retikulosi

mungkin normal atau berkurang. Kadar besi berkurang walaupun kapasitas

mengikat besi serum total meningkat.

Pengibatab defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan

penyebab dasar anemia. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghambat

perdarahan aktif yang diakibatkan oleh polip, tukak, keganasan dan haemoroid.

viii
Perubahan diet mungkin diperlukan untuk bayi yang hanya diberi makan susu atau

idiosinkresi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam dosis besar.

Walaupun modifikasi diet dapat menambah besi yang tersedia ( contoh hati ).

Masih dibutuhkan suplemen besi untuk meningkatkan haemoglobin dan

mengembalikan persediaan besi. Besi tersedia dalam parenteral dan oral. Sebagian

besar penderita memberi respon yang baik terhadap senyawa-senyawa oral seperti

furosulfat. Preparat besi parenteral digunakan secara sangat selektif, sebab

harganya mahal dan mempunyai insiden besar terjadi reaksi yang merugikan

( Sylvia Anderson Price, 1999 : 236 )

ix
PATHWAY Gangguan pembentukan sel darah merah
Kerusakan maturitas
Pemecahan sel
Kurang zat besi (Fe )
Anemia Parasit
Kehilangan darah / perdarahan Kurang informasi
Perdarahan organ dalam

Kurang
pengetahuan
Volume darah menurun

Perpindahan cairan Menurunnya Hb Menurunya takanan


extravaskuler darah sirkulasi

Koreksi Hb tranfusi
Menurunya oksigenasi darah
Menurunya kepekatan Vasokonstriksi
darah
Kurang O2dalam jaringan
Terpasang tranfusi set
Naiknya kerja
jantung
Komponen darah tak Suplai O2 pencernaan
seimbang menurun
Resiko infeksi
Volume darah tidak
Pengiriman nutrisi kesel Absorbsi nutrisi menurun seimbang
menurun

Gangguan nutrisi Syok

Gangguann perfusi
jaringan
Kurangnya energi

Intoleransi aktivitas

Hoffbard and J.E. pettit,1996


Sylvia Anderson, 1995

x
E. FOKUS PENGKAJIAN

xi
Sirkulasi

Gejala dan tanda :

a. Riwayat kehilangan darah kronis, contoh perdarahan gastro intestinal kronis,

menstruasi berat, angina, CHF .

b. Riwayat endokarditis infektif kronis.

c. Palpitasi ( takikardia kompensasi ).

d. Tekanan darah : peningkatan sistolik dan diastolik stabil an tekanan nadi

melebar, hipotensi postural.

e. Disritmia : abnormalitas EKG contoh depresi segmen ST dan pendataran

gelombang T, takikardia.

f. Bunyi jantung : murmur sistolik.

g. Ektremitas ( warna ) : pucat pada kulit dan membran mukosa ( konjungtiva,

mulut, faring, bibir ) dan dasar kuku ( catatan : pada pasien kulit hitam pucat

dapat tampak keabu-abuan ) kulit seperti berlilin, pucat ( aplastik ) atau

kuning lemon terang, sklera : biru atau putih seperti mutiara.

h. Pengisian kapiler melambat ( penurunan aliran darah ke perifer dan

vasokontriksi kompensasi.

i. Kuku : mudah patah berbentuk seperti sendok.

j. Rambut : kering mudah putus, tumbuh uban secara prematur.

( Doenges, 2000 : 570 )

Aktifitas.

xii
Gejala dan tanda :

a. Keletihan, kelemahan, malaise umum.

b. Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk mengeja.

c. Toleransi terhadap latihan rendah.

d. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

e. Takikardi atau takipnue pada bekerja atau istirahat.

f. Letargi, menarik diri, apatis, dan kurang tertarik pada sekitarnya.

g. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

h. Ateksia atau tubuh tida tegak.

i. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lain yang

menunjukan keletihan.

( Doenges, 2000 : 569 – 570 )

Makanan

Gejala dan tanda :

a. Penurunan masukan diet, masukan diet priotein hawani rendah atu masukan

produk sereal tinggi.

b. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan ( ulkus pada faring ).

c. Mual atau muntah, dispepsi, anoreksia.

d. Adanya penurunan berat badan.

e. Tidak pernah puas mengunyah atau pika untuk es, kotoran, tepung jagung,

tanah liat dan sebagainya.

xiii
f. Lidah tanpak merah daging atau halus ( defisiensi asak folat dan vitamin B12 ).

g. Membran mukosa kering, pucat.

h. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut atau hilang elastisitas.

i. Stomatitis dan glotis.

j. Bibir : selitis ( contoh inflamasi bibir dengan susut pecah )

( Doenges, 2000 : 571 )

Pernafasan

Gejala dan tanda :

a. Riwayat tinggi badan, abses paru.

b. Nafas pendek instirahat dan aktifitas.

c. Takipnue, ortopnue dan dipsnue.

( Doenges, 2000 : 571 )

Penyuluhan atau pembelajaran.

Gejala dan tanda :

a. Kecenderungan keluarga untuk anemi.

b. Penggunaan anti konfulsan masa lalu atau saat ini, antibiotik agen kemoterapi

( gagal sumsum tulang, aspirin, obat antiinflamasi, antikoagulan ) .

c. Penggunaan alkohol kronis.

d. Adanya atau berulangnya episode perdarahan aktif.

xiv
e. Riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi, penyakit seliak atau

penyakit malabsorbsi lain, penyakit enteritis regional, manifestasi cacing pita,

poliendokrinopati, masalah auto imun.

f. Pembedahan sebelumnya, contoh ; splenektomy, eksisi tumor, pergantian

katup prostetik, eksisi bedah, duodenum atau reseksi ganter, gastrektromy

parsial atau total.

g. Riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka atau perdarahan, infeksi

kronis, reumatoid artitis, penyakit granulomatus kronis, kanker.

h. Rencana pemulangan : dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan (injeksi ),

aktiitas perawatan diri dan atau pemeliharaan, perubahan rencana diit.

( Doenges, 2000 : 571 )

F. FOKUS INTERVENSI

Intervensi keperawatan menurut diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan

Anemia adalah :

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penuruan komponen selular

yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrisi ke sel ( doenges, 2000 :

573 )

Tujuan :

xv
Menunjukkan perfusi yang adekuat dengan kriteria evaluasi pasien akan

menunjukan perfusi jaringan adekut, midalnya tanda-tanda vital stabil,

membran mukosa berwarna merah muda, pengisian kapiler baik.

Intervensi :

a. Awasi tanda-tanda vital .

b. Kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membran mukosa dasar kuku.

c. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

d. Awasi upaya pernafasan, auskultasi bunyi nafas.

e. Selidi keuhan nyeri dada.

f. Kolaborasi : awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb/Ht dan jumlah

dan jumlah sel darah merah, GDA berikan darah lengkap, produk darah

sesuai indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi tranfusi berikan oksigen

tambahan sesuai indikasi.

2. intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidaknyamanan antara suplai

oksigen (pengiriman) dan kebutuhan, kelemahan dan kelelahan ( Doenges,

2000 : 574 )

Tujuan : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk Aktivitas

sehari), Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi misalnya nadi,

pernafasan dan tekanan darah masih dalam rentang normal pasien.

Intervensi :

a. kaji kegiatan pasien sehari-hari.

b. Catat laporan keletiah dan kelelahan serta kesulitan menyelesaikan tugas.

xvi
c. Kaji kehilanngan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot, awasi tekanan

darah, nadi pernafasan selama dan sesudah aktivitas.

d. Berikan lingkungan yang tenang.

e. Pertahankan tirah baring.

3. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau

absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembuatan sel darah merah normal

( Doenges, 2000 :575 )

Tujuan : menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan

nilai laboratorium normal.

Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang di sukai.

b. Observasi dab catat makanan pasien, timbang berat badab tiap hari.

c. Berikan dan batu higiene mulut yang baik sebelum dan sesudah

makan.

d. Berikan obat sesuai indikasi misal vitamin dan suplemen mineral.

e. Berikan suplemen nutrisi misal ensure dan isocal.

4. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

sirkulasi dan neurologis ( anemia ), gangguan mobilitas, defisit nutrisi

( Doenges, 1997 : 576 )

Tujuan :

Mempertahankan integritas kulit.

xvii
Intervensi :

a. Kaji integritas kulit.

b. Catat perubahan pada turgor, gangguan warna, eritema.

c. Ubah posisi secara periodik.

d. Batasi penggunaan sabun.

e. Bantu untuk latihan rentang gerak pasif dan aktif.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang terpajan atau mengingat salah satu interprestasi

informasi, tidak mengenal sumber informasi ( Doenges, 1999 : 579 )

Tujuan

Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik dan rencana

pengobatan, mengidentifikasi faktor penyebab, melakukan tindakan yang

perlu atau perubahan pola hidup.

Intervensi

a. Berikan informasi tentang anemia.

b. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya

anemia.

c. Libatkan keluarga dan pasien dalam pengobatan.

d. Kaji kemampuan pasien dalam menangkap informasi.

6. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penurunan jumlah sel darah

(Wahidi dan Aryati,1996 : 77).

xviii
Tujuan : Gangguan pola napas dapat diatasi dengan kriteria : pernafasan 16 –

24 kali / menit, nadi 60 -100 kali / menit, pasien tidak mengeluh sesak, pasien

dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi :

k. Catat denyut nadi, adanya kelemahan, takikardi dan palpitasi.

l. Observasi dan catat perubahan pernafasan pada saat aktivitas.

m. Berikan posisi kepala lebih tinggi

n. Catat bila ada keluhan nyeri dada.

o. Hindari makanan yang mangandung gas.

p. Kerjasama dengan tim kesehatan dalam pemberian oksigen.

xix
RESUME KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengakajian dilakukan pada hari Selasa tanggal 20 Agustus 2003 pukul

08.30 WIB oleh Puji Widhi Astuti diruang Hidayah kamar B.7 RSU PKU

Muhammadiyah Gombong, hasil pengkajian didapatkan data sebagai berikut :

1. Identitas Pasien

Pasien bernama Ny. S, umur : 65 tahun, jenis kelamin : perempuan,

agama : Islam, pendidikan : SD, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, status :

kawin, suku atau bangsa : Jawa / Indonesia, alamat : Wonokromo Rt 05 / II

Alian – kebumen, Diagnosa medis anemi, Nomor RM : 069946, tanggal

masuk 14 Agustus 2003

2. Riwayat Keperawatan

Pasien dan keluaraga mengatakan pada tanggal 10 Agustus 2003 pasien

haematuria, perdarahan mulut dan gusi serta panas. Dan pada tanggal 14

Agustus 2003 pasien dibawa ke klinik alian – Kebumen kemudian pasien

dirujuk ke RSU PKU Muhammadiyah Gombong Pukul 15.30 WIB, dengan

keluhan muntah darah, lemes dan pucat . Di IGD pasien mendapat terapi infus

RL 20 tetes/menit, injeksi Amphicilin 4 x 1000 mg, cimetidin 4 x 200 mg,

kalnek 3 x 250 mg dan pasien terpasang Dower kateter.

xx
3. Pengkajian Fokus

Pengakajian dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2003 pukul 08.30 WIB. Pada

saat dikaji pasien mengatakan : rasanya lemes, mual bila mau makan, cepat

lelah, pasien belum tahu tentang penyakit dan makanan yang boleh

dimakannya. Dan didapat data obyektif : Konjungtiva anemis, mukosa mulut

pucat, kapilerirefil 2 detik, pasien menghabiskan ¼ porsi yang tersdia,

turgor kulit kurang, lidah terdapat lesi, tinggi badang 142,5 cm, berat badan 49

kg, pasien terlihat kebutuhannya dibantu keluarga, pasien terlihat lemah,

terdapat oedem kaki, pasien terpasang infus RL dan Dower Cateter No 16

sejak tanggal 16 Agustus 2003 ,keadaan plester tidak lengket dan kasa kotor,

genetalia dan kateter kotor,pendidikan pasien SD, pasien sering bertanya

tentang penyakit dan makanan yang boleh dimakan. Pada tanda-tanda vital

didapat : TD:120/80 mmHg N: 96 x/mnt, RR: 24 x/mnt, suhu: 36 0C. Pasien

belum pernah dirawat atau opname di Rumah Sakit dan belum pernah

menderita penyakit serupa.

Pada tanggal 14 agustus 2003 didapat pemeriksaan penunjang : Hb: 1,9 gr%

(12-16 gr% ), leukosit: 3400/m3 ( 150.000-10.000/m3 ), golongan darah:

O,ukuran sel darah merah : Normositer, warnanya: Hipokrom.

Pasien mendapat diit nasi tinggi kalori tinggi protein.

Pada tanggal 17 agustus 2003 didapat: Hb: 6,4 gr%. Pada tanggal pada

tanggal 20 – 21 Agustus 2003, pasien mendapat terapi oral, Klidibrax 2 x 1,

Toral 1 x 1, Sangofer 2 x 1,mendapat terapi injeksi ampicillin 4 x 1 gr,

xxi
cimetidin 4 x 200 mg, kalnex 3 x 50 mg, dexametason 3 x 5 mg, adona 50 mg

per drip, lasik 1 x 1 mg.

B. Analisa data dan Diagnosa

Pada pengkajian didapatkan data fokus yang mengarah pada masalah-masalah

yang dihadapi pasien. Daftar masalah ydisusun berdasarkan waktu ditemukan.

Pada tanggal 20 Agustus 2003 pada pukul 08.30 WIB, penulis menemukan lima

masalah yaitu

No Tanggal / Data senjang Problem Etiologi Ttd

jam
1 20 / 8 / 03 DS : “ pasien mengatakan Perubahan Penurunan

08.30 rasanya lemes “. perfusi komponen

WIB DO : Konjungtiva anemis, jaringan seluler yang

mukosa mulut pucat, diperlukan

kapilerirefil 2 detik, untuk mengirim

Hb 6,4 gr %, pasien nutrisi ke sel

mendapat terapi

sangofer 2x1

2 20 / 8 / 03 DS : “ pasien mengatakan mual Perubahan Pemasukan

08.30 kalau mau makan “. pemenuhan yang kurang

WIB DO Pasien menghabiskan ¼ nutrisi kurang

xxii
dari yang tersedia, turgor dari kebutuhan

kulit kurang lidah tubuh

terdapat lesi, tinggi badan

142,5 cm, berat badan 49

Kg,

3 20-08-03 DS : “ pasien mengatakan cepat Intoleransi Kelemahan fisik

08.30 lelah “. aktivitas

WIB DO : Pasien terlihat

kebutuhannya dibantu

keluarga, terdapat oedem

kaki, pasien terlihat

lemah.

4 20-08-03 DS : “ pasiem mengatakan Kurang Kurang

08.30 belum tahu tentang pengetahuan informasi

WIB penyakit dan diitnya”. tentang

DO : Pasien bertanya tentang penyakit dan

penyakit dan diitnya, pengobatan

pendidikan SD.

5 20-08-03 DS : - Resiko tinggi Adanya jalur

08.30 DO : terpasang infus daan infeksi invasif

xxiii
WIB dower kateter sejak

tanggal 14 Agustus 2003,

plester tidak lengket, kasa

kotor, genetalia dan

kateter kotor, leukosit

3400 / m3, mendapat

antibiotik ( amphicilin

4 x 1000 mg )

Diagnosa Keperawatan

1. Perabahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler

yang diperlukan untuk mengirim nutrisi ke sel.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

3. perubahan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan pemasukan yang kurang.

4. resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya jalur infasif.

5. kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan

kurang informasi.

C. Intervensi, implementasi dan evaluasi.

xxiv
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler

yang diperlukan untuk mengirim nutrisi ke sel.

Tujuan : setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

diharapkan dapat menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat dengan kriteria

evaluasi tanda-tanda vital stabil, membran mukosa meerah muda, kapilerirefil

baik.

Rencana tindakan keperawatan : Observasi tanda – tanda vital, kaji pengisisan

kapiler, warna kulit atau mukosa, tinggikan kepala tempat tidur sesuai

toleransi, observasi upaya nafas, kolaborasi dengan laboratorium untuk

pemeriksaan Hb, Ht dan pemberian tranfusi.

Tindakan keperawatan : penulis melakukan tindakan keperawatan yang sudah

direncanakanpada tanggal 20 Agustus 2003 pukul 08.30 WIB yaitu

mengobservasi tanda-tanda vital dengan respon TD: 120 / 80 mmHg, N : 96

kali / menit, S : 360 C , pernafasan : 24 kali / menit , mengkaji pengisian

kapiler, warna kulit, atau mukosa dengan respon kapileri refil kembali setelah

2 detik warna kulit dan mukosa mulut pucat. Pukul 08.35 WIB, meninggikan

kepala tempat tidurnsesuai toleransi dengan respon pasien mengatakan

nyaman dengan posisi 1/ 2 duduk, mengobservaasi upaya nafas dengan respon

pernafasan normal tidak sesak, tidak mengguankan otot bantu pernafasan,

pernafasan 24 kali / menit, pukul 09.10 WIB mengkolaborasikan dengan tim

laboratorium untuk pemeriksaan Hb dengan hasil 8,8 gr %.

xxv
Evaluasi pada tanggal 21 Agustus 2003 untuk masalah perubahan perfusi

jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan

untuk mengirim nutrisi ke sel adalah teratasi dengan tanda : TD: 120 / 80

mmHg, N: 84 kali / menit, S: 36 0 C, Hb : 8,8 gr%, pasien tidak tampak pucat.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

diharapkan aktivitas pasien dapat meningkat dengan kriteria hasil ada

peningkatan aktivitas pasien, setelah melakukan aktivitas tidak kelelaha.

Rencana tindakan : kaji kemampuan aktivitas pasien, ubah posisi pasien

dengan perlahan dan pantau terhadap pusing dan kelelahan, dekatkan barang-

barang yang diperlukan, lakukan mobilisasi bertahap, anjurkan pasien untuk

menghindari pergerakan yang tiba-tiba.

Tindakan keperawatan : penulis telah melakukan tindakan keperawatan pada

tanggal 20 Agustus 2003 pada pukul 08.30 WIB yaitu : megkaji kemampuan

aktivitas pasien dengan respon, pasien melakukan aktivitas dibantu oleh

keluarga, mengubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadappusing

dan kelelahan dengan respon pasien bisa miring kana kiri tanpa pusing dan

kelelahan, mendekatkan barang-barang yang diperlukan dengan repon pasien

merasa senang karena kebutuhannya cepat terpenuhi, melakukan mobilisasi

bertahap dengan respon pasien dapat duduk dengan bantuan keluarga,

menganjurkan pasien untuk menghindari pergerakan secara tiba-tiba dengan

respon pasien kooperatif .

xxvi
Evaluasi : pada tanggal 21 Agustus 2003 untuk masalah intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan fisik adalah teratasi dengan tanda pasien bisa

duduk sendiri, pasien bisa berjalan-jalan sendiri diruangan.

3. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan pemasukan yang kurang.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

diharapkan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria hasil : pasien

dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan, pasien tampak segar,

pasien tidak mual.

Rencana tindakan : kaji riwayat nutrisi termasuk makanan kesukaan,

observasi dan catat makanan pasien, timbang berat badan tiap hari , berikan

dan bantu higiene mulut sebelum dan sesudah makan, berikan suplemen

nutrisi, berikan obat sesuai indikasi.

Tindakan keperawatan Tindakan keperawatan : penulis telah melakukan

tindakan keperawatan pada tanggal 20 Agustus 2003 pada pukul 08.30 WIB,

mengkaji riwayat nutrisi dan makanan kesukaan dengan respon pasien makan

3 x/hari, makanan kesukaan adalah sop, mengobserfasi dan mangkaji

makanan pasien dengan respon pasien menghabiskan ¼ porsi dan satu gelas

susu, pukul 09.15 WIB mneimbang berat badan dengan hasil: berat badan

49 Kg, tinggi badan 142,5 cm, pukul 12.00 WIB memberikan obat sesuai

indikasi dengan respon obat masuk.

xxvii
Evaluasi : pada tanggal 21 Agustus 2003, untuk masalah pemenuhan

nutrisikurang dari kebutuhan adalah teratasi dengan tanda : pasien

menghabiskan ¾ porsi yang tersedia, pasien tampak segar.

4. Resiko tinggi imfeksi berhubungan dengan adanya jalur infasif.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil tidak terdapat tanda-

tanda infeksi , kateter dan infus bersih.

Rencana tindakan : observasi tanda-tanada infeksi, pertahankan teknik septik

aseptik, ganti balutan infus setiap kali kasa tampak kotor, lakukan perawatan

kateter, dan vulva higiene secara teratur, jaga kebersihan lingkungan dan

pasien, berikan antibiotik.

Tindakan keperawatan : penulis melakukan tindakan yang sudah direncanakan

pada tanggal 20 Agustus 2003 pukul 08.30 WIB, mengobservasi tanda-tanda

infeksi dengan respon tidak muncul tanda-tanda infeksi, pukul 09.20 WIB,

mempertahankan tehnik septik aseptik dengan respon perawat melakukan cuci

tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, melakukan perawatan

kateter dan vulva serta infus dengan respon, kateter dan vulva bersih, infus

lancar, menjaga kebersihan lingkungan dan pasien dengan respon, lingkungan

dan pasien bersih dan rapih, pukul 12.30 WIB memberikan Ampicilin 4

x1000 mg perintravena respon, obat masuk dan tidak ada reaksi alergi.

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan

kurang informasi.

xxviii
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 20 menit

diharapkan pengetahuan pasien tentang penyakit dan pengobatan meningkat

dengan kritweria hasil pasien tidak banyak bertanya, pasien dan keluarga

mengetahui penyakit dan nutrisi atau diitnya.

Rencana keperawatan: kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya, libatkan

pasien dan keluarga setiap melakukan tindakan, diskusikan dengan pasien

dankeluarga tentag penyakit dan tingkat kesembuhannya, beritahu prosedur

tindakan setiap melakukan tindakan, beri kesempatan pada pasien dan

keluarga untuk mengungkapkan perasaanya, berikan informasi secukupnya.

Tindakan keperawatan : penulis melakukan rencana tindakan yang sudah

direncanakan tanggal 20 Agustus 2003 pukul 08.30 WIB : pengetahuan

pasien tentang penyakitnya dengan respon pasien belum tahu tentang

penyakitnya, melibatkan pasien dan keluarga setiap melakukan tindakan

dengan respon pasien dan keluarga senang, memdiskusikan dengan pasien dan

keluarga tentang penyakit serta tingkat kesembuhannya dengan respon pasien

mengerti dan tampak puas, memberitahu prosedur setiap akan melakukan

tindakan dengan respon pasien mengetahui prosedur yang dilakukan perawat,

memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaanya dengan respon

perasaan pasien sedih dan bingung, memberikan pendidikan kesehatan tentang

penyakit dan pengobatannya dengan respon pasien dan keluarga tahu tentang

cara pengobatannya.

xxix
Evaluasi : pada tanggal 21 Agustus 2003 untuk masalah kurang pengetahuan

tentang penyakit dan pengobatan behubungan dengan kurang infomasi telah

teratasi dengan tanda, pasien tidak banyak bertanya, pasien da keluarga dapat

menyebutkan makanan yang boleh dimakan.

xxx
BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis mencoba membahas Asuhan Keperawatan yang telah

penulis laksanakan dengan metode pemecahan masalah secara ilmiah, dengan

pendekatan proses keperawatan. Disini penulis akan menganalisa Asuhan

Keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa medis Anemia Defisiensi Besi.

Penulis akan membahas diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny.S berdasarkan

urutan prioritas masalah :

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler

yang diperlukan untuk mengirim nutrisi ke sel.

Perubahan perfusi jaringan adalah keadaan dimana individu mengalami suatu

penurunan dalam suplai darah kapiler ( Carpenito, 2000: 967 ).

Masalah ini muncul karena adanya penurunan pengiriman nutrisi ke sel tubuh

yang disebabkan karena ketidak seimbangan komponen dalam darah, hal ini

disebabkan karena penurunan kepekatan darah yang dimanifestasikan dengan

perpindahan cairan darah dari intra vaskuler ke ekstra vaskuler sebagai akibat dari

volume darah yang menurun yang dikarenakan adanya perdarahan, parasit,

kurang zat besi, gangguan pembentukan sel darah merah, kerusakan maturitas dan

pemecahan sel.

Diagnosa tersebut ditegakkan didukung dengan data : data subyektif : “Pasien

mengatakan rasanya lemes” dan data obyektif : Konjungtiva anemis, mukosa

xxxi
mulut pucat, kapileri refil kembali setelah dua detik, Hb : 6,4 gr%. Tindakan

yang penulis lakukan antara lain :

a. Mengobservasi tanda-tanda vital, pengisian kapiler,warna kulit atau mukosa.

Penulis melakukan ini karena untuk mengetahui perubahan atau

perkembangan yang terjadi pada pasien. Hal ini sesuai dengan

Doenges,2000 : 574 yaitu hasilnya dapat memberikan informasi tentang

derajat atau keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan

intervensi. Hasil dari tindakan ini adalah tekanan darah 120 / 70 mmHg, nadi

80 kali / menit, suhu 37 0 C, pengisian kapiler kembali setelah 2 detik.

b. Tinggiakan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

Penulis melakukan tindakan ini karena dapat meningkatkan ekspansi paru dan

memaksimalkan oksigen untuk kebutuhann seluler Doenges, ( 2000 : 574 ).

Respon dari tindakan ini adalah pasien merasa nyaman dengan posisi setengah

duduk

c. Mengobservasi upaya nafas.

Penulis melakukan tindakan ini karena dyspneu, gemericik menunjukkan

gagal jantung kanan karena regangan jantung lama atau peningkatan

kompensasi curah jantung sesuai dengan Doenges ( 2000 : 574 ). Respon dari

tindakan ini adalah pasien bernafas dengan normal, tidak sesak, tidak

menggunakan otot bantu pernafasan, pernafasan 24 kali / menit.

d. Mengkaji keluhan nyeri dada.

xxxii
Penulis melakukan tindakan ini karena iskemi seluler mempengaruhi jaringan

miokardial atau potensial resiko infeksi Doenges ( 2000 : 574 ). Dengan

respon pasien tidak mengalami nyeri dada.

e. Mengkolaburasikan dengan tim laboratorium untuk pemeriksaan Hb.

Penulis melakukan tindakan ini untuk mengetahui respon terhadap terapi. Hal

ini sesuai dengan Doenges ( 2000 : 574 ) yaitu untuk mengetahui defisiensi

dan kebutuhan atau respon terhadap terapi, meningkatkan jumlah sel

pembawa oksigen dengfan respon hasil Hb : 8,8 gr%.

Hasil evaluasi untuk masalah perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan

penurunan komponen seluler yang diperlukan mengirim nutrisi ke sel adalah

teratasi karena pasien melakukan posisi semifowler sehingga akan

memaksimalkan oksigenasi ke sel yang dapat mempercepat kesembuhan

pasien.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

oksigen dan kebutuhannya.

Intoleransi aktivitas adalah penurunan kapasitas fisiologis seseorang untuk

mempertahankan aktivitas sampai ketingkat yang diinginkan atau diperlukan

( Carpenitto, 2000 : 109 ). Masalah ini muncul sebagai akibat dari kekurangan

oksigen dalam jarinngan, dudukung oleh penurunan oksigenasi karena adanya

penurunan kadar hemoglobin dalam darah.

xxxiii
Diagnosa tersebut ditegakkan dudukung dengan data : data subyektif pasien

mengatakan cepat lelah. Data obyektif pasien tampak lemah kebutuhannya di

bantu oleh keluarga, terdapatnya oedem pada kedua kaki.

Diagnosa ini penulis prioritaskan kedua karrena apabila masalah iini tidak

segera diatasi maka akan terjasi gangguan yang lebih lanjut sebagai akibat tidk

seimbangnya suplai oksigen dan kebutuhannya ( Carpenitto, 2000 : ..... ).

Tindakan yang penulis lakukan antara lain :

a. Mengkaji kemampuan aktivitas pasien

Penulis melakukan tindakan ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien

hal ini sesuai dengan Doenges, 2000 : 575 yaitu akan memepengaruhi pilihan

intervensi atau bantuan kepada pasien. Dengan hasil paien melakukan

aktivitas dibantu oleh keluarga.

b. Mengubah posisi dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.

Penulis melakukan ini karena peusing sebagai maniestasi darai adanya

kurang oksigen di otak. Hal ini sesuai dengan Doenges, 2000 : 575, yaitu

hipotnsi postural atau hipoxia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut

dan meningkatkan resiko cidera. Dengan hasil pasien bisa miring kanan dan

kiri tanpa pusing dan kelelahan.

c. Melakukan mobolisasi bertahap.

Penulis melakukan tindakan ini untuk melatih tonus-tonus otot dalam

beraktivitas, hal ini didukung oleh Dpoenges, 2000 : 575, yaitu meningkatka

secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot

xxxiv
atau stamina tanpa kelemahan serta meningkatkan harga diri pasien, dengan

hasil pasien dapat duduk dengan dibantu oleh keluarga.

d. Menganjurkan pasien untuk tidak melakukan gerakan yang tiba-tba.

Penulis melakukan tindakan ini karena untuk menghindari penggunaan

oksigen yang berlebihan. Hal ini sesuai dengan Doenges, 2000 : 575, yaitu

regangan atau stres kardio pulmonal yang berlebihan atau stres dapat

menimbulkan dekompensasi atau kegagalan. Dengan hasil pasien mengerti

dan melakukannnya.

e. Mendekatkan barang – barang yang diperlukan.

Penulis melakukan tindakan ini untuk menghemat energi pasien hal ini

didukung oleh Carpenitto, 1996 : 673, yaitu membantu klien menyiapkan

barang-barnag miliknya dalam jangkauan , akses mudah mengurangi

kebutuhan untuk bergerak yang dapat meyebabkan melambatnya

penyembuhan pasien. Dengan hasil pasien senang.

Hasil evalusi untuk masalah intoleransi aktivitas behubungan dengan ketidak

seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhannya adalah teratasi karena

pasien melakukan mobilisasi secara bertahap, secara rutin tanpa ada keluhan

pusing.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan

yang kurang.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dalah kedaaan dimana individu

tidak mengalami puasa atau beresiko mengalami penurunan berat badan yang

xxxv
berhubungan dengan tidak cukupnya masukan atau metabolisme nutrisi untuk

kebutuhan metabolisme ( Carpenitto, 2000 : 645 )

Masalah ini muncul disebabkan adanya penurunan sistem absorbsi usus karena

suplai oksigen kesistem pencernaan menurun ( Sylvia Anderson, 1999 : 236 ).

Diagnosa ini ditegakkan karena didukung data : data subyektif : pasien

mengatakan mual bila mau makan. Dan data obyektif : pasien menghabiskan ¼

porsi makan yang tersedia, turgor kulit kurang, lidah terdapat lesi, tinggi badan

142,5 cm dan berat badan 49 kg.

Diagnosa tersebut penulis prioritaskan nomer tiga karena bukan merupakan

keluhan utama pasien. Menurut hirarki Maslow hal ini merupakan kebutuhan

dasar yang paling utama, tetapi pada pasien Ny. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan dengan kriteria hasil : tidak terjadi

penurunan berat badan dan juga tidak memerlukan tindakan yang segera, akan

tetapi memerlukan tindakan secara berkelanjutan.

Tindakan yang penulis lakukan antara lain :

a. Mengkaji riwayat nutrisi pasien

Penulis melakukan tindakan ini karena untuk mengetahui kebiasaan dan

makanan kesukaan pasien. Hal ini sesuai dengan Doenges ( 2000 : 576 ) yaitu

mengidentifikasi dan menduga kemungkinan intervensi. Dengan hasil pasien

makan 3 x / hari dengan makanan pokok nasi, sayur,dan lauk. Makanan

kesukaan paasien adalah sop.

xxxvi
b. Mengobservasi dan mencatat makanan pasien dan menimbang berat badan

pasien.

Penulis melakukan tindakan ini karena untuk mengetahui adekuat atau

tidaknya pemasukan dan adanya penurunan berat badan akibat dari kuran

nutrisi. Hal ini sesuai dengan Doenges ( 2000 : 576 ) yaitu untuk mengawasi

pemasukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan dan

mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi. Dengan

hasil pasien menghabiskan ¼ porsi makanan yang disediakan dan 1 gelas

susu.

c. Memberikan dan membantu kebersihan mulut sebelum dan sesudan makan.

Penulis melakukan tindakan ini karena untuk mengurangi rasa mual sehingga

nafsu makan meningkat. Hal ini seesuai dengan Doenges ( 2000 : 576 ) yaitu

dapat meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan

pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi, teknik perawatan

mulut khusus diperlukan bila jaringan rapuh atau luka atau perdarahan dan

nyeri berat. Dengan hasil muluit nampak bersih dan pasien mengatakan sudah

tidak mual lagi .

d. Memberikan obat sesuai indikasi.

Penulis melakukan tindakan ini karena kebutuhan pengganti diperlukan untuk

kesembuhan pasien. Hal ini sesuai dengan Doenges (2000 : 576 ) yaitu

kebutuhan pengganti tergantung pada anemi dan atau adanya masukan oral

yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi. Dengan hasil obat masuk.

xxxvii
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan adanya jalur invasif

Resiko terhadap infeksi adalah keadaan dimana seseorang individu beresiko

terserang oleh agen patogenik atau oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa

atau paresit lain) dari sumber-sumber eksterna sumber endogen atau eksogen

(Carpenito, 2000: 204 )

Masalah ini muncul karena adanya jalur invasif yaitu pemasangan infus dan

kateter yang digunakan untuk terapi, yang merupakan sumber masuknya

organisme kedalam tubuh.

Diagnosa ini ditegakan berdasarkan data : Data objektif : terpasang infus dan

dower kateter pada tanggal 14 agustus 2003, kasa kotor, plester tidak lengket,

genetalia dan kateter kotor, leokosit 3400 /m3, mendapat terapi amoksillin 3x

1000 mg.

Diagnosa ini penulis prioritaskan keempat karena apabila tidak diatasi akan

menimbulkan infeksi pada pasien.

Tindaklan yang penulis lakukan antara lain :

a. Mengobservasi tanda-tanda vital.

Penulis melakukan tindakan ini karena peningkatan subuh menandakan

adanya proses infiksi hal ini sesuai dengan Doenges ( 2000 : 579 )yaitu

hipertermi lanjut, demam dan takikardi menunjukkan adanya proses infeksi

yang membutuhkan evaluasi atau pengobatan. Dengan hasil tanda-tanda

vital:TD : 120 / 80 mmhg, N : 96 x/mnt, RR : 24 x/mnt, Suhu : 36 0C

xxxviii
b. Mempertahankan tehnik septik dan aseptik.

Penulis melakukan tindakan ini karena untuk menghindari masuknya

organisme kedalam tubuh. Hal inio sesuai Doenges ( 2000 : 578 ). Dengan

hasil Perawat melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan

tindakan.

c. Melakukan perawatan infus dan kateter secara teratur.

Penulis melakukan tindakan ini karena dapat menjaga kebersihan sekitar

daerah pemasangan infus dan kateter sehingga dapat menurunkan resiko

infeksi.Hal ini sesuai Doenges (2000:579) yaitu menurunkan resiko kerusakan

kulit ataum jaringan dan infeksi. Dengan hasil infus dan kateter bersih dan

lancar.

d. Menjaga kebersihan lingkungan dan pasien.

Penulis melakukan tindakan ini karena dapat memberikan rasa nyaman Pada

pasien.Hal ini sesuai dengan Doenges (2000:579) yaitu meningkatkan

kebersihan akan membuat kenyamanan pada pasien,menurunkan resiko

infeksi,meningkatkan sirkulasi dan penyembuhan.Dengan hasil lingkungan

dan pasien dalam keadaan bersih dan rapih.

e. Memberikan antibiotik.

Penulis melakukan tindakan ini karena untuk menghindari terjadinya infeksi

Hal ini sesuai dengan Doenges(2000:579).yaitu antibiotik digunakan untuk

menurumkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi.Dengan hasil

ampicillin 1x1000 mgr masuk dan tidak ada reaksi alergi.

xxxix
Hasil evaluasi untuk masalah resiko infeksi berhubungan dengan adanya jalur

invasif adalah teratasi karena keluarga dan pasien mampu menciptakan

lingkungan bersih dan rapi sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan

pasien.

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan

kurang informasi.

Kurang pengetahuan adalah suatu kondisi dimana individu atau kelompok

mengalami kekurangan pengetahuan kognitif atau ketrampilan psikomotor

mengenai suatu keadaan dan rencna tindakan pengobatan (Carpenitto,2000:589).

Masalah ini muncul karena kurangnya informasi yang diberikan perawat dan

laboratorium tentang penyakit dan pengobatanya.

Diagnosa ini diprioritaskan nomer lima karena tidak membutuhkan penanganan

segera dan bukan merupakan kasus yang mengancam keselamatan jiwa.

Diagnosa ini ditegakkan ,didukung datasubyektif :Pasien belum tahu tentang

penyakit dan perawatanya.data obyektif :pasien dan keluarga sering bertanya

tentang penyakit dan perawatanya,pendidikan pasien SD.

Tindakan yang penulis lakukan antara lain :

a. mengkaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

Penulis melakukan tindakan ini karena untuk menentukan intervensi yang

tepat. Hal ini sesuai dengan Doenges ( 2000 : 95 ) yaitu untuk pembuatan

rencana instruksi individu, mengidentifikasi secara verbal kesalahpahaman

xl
dan memberikan penjelasan. Dengan hasil pasien belum tahu tentang penyakit

dan cara pengobatan.

b. Memberi informasi secukupnya.

Penulis melakukan tindakan ini karena untuk mengurangi kecemasan

keluarga. Hal ini sesuai dengan Doenges ( 200 : 104 ) yaitu informasi perlu

untuk membuat pilihan berdasarkan nformasi dan menangani program

pengobatan serta menurunkan kecemasan. Dengan hasil pasien mengetahui

penjelasan perawat.

c. Mendiskusiakn dengan pasien dan keluarga tentang penyakit serta tingkat

kesembuhannya.

Penulis melakukan tindakan ini karena dapat digunkan sebagai dasar

pengambilan keputusan bagi pasien dan keluarga. Hal ini sesuai dengan

Doenges ( 2000 : 579 ) yaitu memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien

dapat membuat pilihan yang tepat dan dapt meningkatkan kerjasama dalam

program terapi serta meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga. Denga

hasil paasien dan keluarga mengetahui dan tampak puas.

d. Memberi tahu prosedur setiap melakukan tindakan.

Penulis melakukan tindakan ini untuk mencegah akibat yang tidak efektif.

Hal ini sesuai dengan Doenges ( 2000 : 144 ) yaitu pemahaman dapat

meningkatklan kerjasama dengan terapi yang programkan dan mencegah

penggunaan tidak tepat atau tidak efektif. Dengaqn hasil pasien mengetahui

prosedur setiap tindakan yang dilakukan perawat.

xli
e. Melibatkan pasien dan keluarga setiap melakukan tindakan.

Penu;lis melakukan tindakan ini karena untuk meningkatkan kerjasama dan

mengilangkan rasa takut pada pasien dan keluarga. Hal ini sesuai denga

Doenges ( 2000 : 81 ) yaitu menyiapkan pasien dan keluarga pada kejadia

untuk meghilangkan takut yang mungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan

bila terjadi serangan ulang. Dengan hasil pasien dan keluarga senang.

Hasil evaluasi untuk masalah kurang pengetahuan tentang penyakit dan

pengobatan berhubungna dengan kurangnya informasi adalah teratasi karena

perawat selalu memberikan informasi setiap pasien bertanya dan mau

bekerjasama dengan perawat.

xlii
BAB IV

IMLIKASI KEPERAWATAN

Selama dua hari penulis melakukan asuhan keperawatan yaitu :

1. Pada perubahan perfusi jaringan serebral, sebaiknya perawat lebih

meminimalkan aktivitas pasien karena akan meningkatkan kebutuhan pasien

sehingga tidak terjadi gangguan yang lebih lanjut.

2. Perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan.

Untuk meningkatkan nafsu makan pasien, sebaiknya dalam menyajikan makanan

memperhatikan cara penyajian agar menarik danmeningkatkanj oral higiene.

3. Pada intoleransi aktivitas, dibutuhkan kerjasama antara pasien, keluarga dan

perawat untuk membantu aktivitas pasien apabila terjadi kelemahan pada

dirinya.

4. Pada resiko tinggi infeksi, dibutuhkan kerjasama dengan keluarga dalam

menciptakan lingkungan yang bersih.

5. Pada kurang pengetahuan dibutuhkan kerjasama dan komunikasi yang baik

antara tim kesehatan dengan pasien maupun keluarga dan untuk menghadapi

keluaraga pasien dengan latar belakang pendidikan rendah, dibutuhkan

kesabaran dalam menerangkan penyakit, cara perawatan, diit dan prosedur

tindakan yang dilakukan

xliii
DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, L. J, 2000, buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, EGC Jakarta.

Corwin, E. J, 2001, Buku Saku Patofisiologi, EGC Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1996, Proses Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler , Jakarta.

Beck, Mary E, 2000, Ilmu Gizi ddan Diit, yayasan essentia medika, Yogyakarta.

Hoffbard dan Pettit, 1996, Kapita Selekta Hematologi, EGC, Jakarta.

Manjoer, Arif, 2001, Kapitra selekta Kedokteran, edisi 3, Media Aesculapius

FKUI,Jakarta.

Price, Sylvia A, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta.

Robbins,1999, Dasar Patologi Penyakit, EGC, Jakarta.

Soepaerman,1998, Ilmu Penyakit Dalam II,Gaya baru , Jakarta.

Tambayong, dr. Jan, 2000, Patofisiologi untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.

xliv
LAMPIRAN I

SATUAN PENYULUHAN

Topik : Perawatan dan diit pasien anemia

Sub topik : Diit Pasien anemia

Sasaran : Pasien dan keluarga

Pelaksana : Puji Widhi Astuti

Waktu : 09.30 WIB

Tujuan Instruksional Umum : pasien mengerti car aperawatan dan diit pasien anemia.

Tujuan Instruksional Khusus :

1. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian anemia .

2. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala anemia.

3. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan penyebab anemia minimal 3 ( tiga ) .

4. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan bahan makanan dan sayuran yang tinggi

zat besi , minimal 5 ( lima ).

5. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan cara perawatan dirumah pada penyaki

anemia .

Metode : Ceramah dan tanya jawab.

Media : Contoh bahan makanan.

Materi : Terlampir .

Evaluasi : Terlampir.

xlv
STRATEGI PELAKSANAAN

NO WAKTU KEGIATAN
PERAWAT KELUARGA/ PASIEN
1 5 menit Pra interaksi

- Salam pembuka. - Menjawab salam .

- Perkenalan. - Mengetahui identitas

perawat.

- Mengingat kontrak. - Mengingat kontrak

- Menjelaskan tujuan. - Mengerti tujuan

2 10 menit Interaksi

- Menjelaskan pengertian - Sasaran mengetahui

Thypoid pengertian Thypoid

- Menjelaskan penyebab - Sasaran mengetahui

Thypoid. penyebab Thypoid.

- Menjelaskan tanda – tanda - Sasaran mengetahui

Thypoid. tanda – tanda Thypoid.

- Menjelaskan pengobatan - Sasaran mengetahui

pada Thypoid. pengobatan Thypoid.

- Menjelaskan pencegahan - Sasaran mengetahui

pada Thypoid. pencegahan Thypoid.


3 5 menit Terminasi

a. Evaluasi.

xlvi
- Jelaskan pengertian dari - Mampu menyebutkan

Thypoid. pengertian Typoid.

- Sebutkan penyebab - Mampu menyebutkan

Thypoid. penyebab Thypoid.

- Sebutkan tanda – tanda - Mampu menyebutkan

Thypoid. minimal empat tanda –

tanda Thypoid.

- Sebutkan pengobatan pada - Mampu menyebutkan

Thypoid. dua dari empat

pengobatan Thypoid.

- Sebutkan pencegahan - Mampu menyebutkan

Thypoid. dua dari tiga pencegahan

Thypoid.

b. Reward.

- Memberikan reward - Sasaran merasa puas.

kepada keluarga.

- Salam penutup. - Sasaran menjawab

salam.

xlvii
Materi

1. pengertian anemia

suatu keadaan dimana kadar haemoglobin dalam darah kurang dari 12 gr% ( pada

wanita).

2. Gejala umum

Cepat lelah, takikardi, berdebar-debar, sering berkunang-kunang, lemas, mual,

konjungtiva anemis, mukosa mulut pucat.

3. Penyebab.

Cacing tambang, perdarahan, diit yang tidak tercukupi.

PERAWATAN DAN DIIT YANG HARUS DIKONSUMSI :

1. Makan makanan yang bergizi dan banyak yang mengandung zat besi, kalsium

dan protein.

Seperti : kacang panjang, bayem, kangkung, daun singkong, daun pepaya,

kecipir, kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, hati sapi, harti ayam , hati

kambing.

2. Makanan yang banyak mengandung kalsium. Seperti : daging , susu, keju, telur.

Makanan yang banyak mengandung protein : tahu, tempe, daging, ikan.

Evalusi.

1. Sebutkan Pengertian anemia.

Jawab : anemia adalah suatu keadaan diama kadar Hb dalam darah kurang dari

12gr%.

xlviii
2. Sebutkan penyebab anemia.

Jawab : penyebab anemia adalah cacing tambang, perdarahan dan diit yang tidak

tercukupi .

3. Sebutkan gejala umum anemia :

Jawab : Gejala anemia yaitu cepat lelah , takiakrdia, lemes, mual, berdebar-debar,

pucat.

4. sebutkan makanan yang harus dikonsumsi pasien anemia.

Jawab : makan makanan yang beergizi dan bayak mengandung zat besi, kalsium

dan priotein , contoh : bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya, kecipir,

kacang panjang, hati, daging, telor, tempe, susu, tahu, ikan.

xlix
LAMPIRAN II

FLOW SHET VITAL SIGN

Nama : Ny.S.

Umur : 65 Tahun.

Ruang : Zal . Hidayah B 07.

No. RM : 069946.

No Tanggal / jam TD Nadi Suhu Pernafasan Paraf


0
( mmHg ) X / menit C x/menit
1 20 Agustus 2003

08.30 WIB 120 / 80 96 36 24

12. 00 WIB 120 / 70 84 37 22

2 21 Agustus 2003

07.00 WIB 120 / 70 80 37 20

12.00 WIB 120 / 70 84 36,5 20

LAMPIRAN II

l
CHEK LIST

PEMBERIAN OBAT

Nama : Ny.S.

Umur : 65 Tahun.

Ruang : Zal . Inayah B 07.

No. RM : 069946.

Tanggal No Nama Obat Cara Pemberian Pagi Siang Sore Mala Ttd

m
20-08-03 Klidibrax 2 x 1 Oral 2 x 1 √ √

Toral 1 x 1 Oral 1x1 √

Sangofer 2 x 1 Oral 2 x 1 √ √

Amphicilin 4 x 1000 Parenteral 4 x 1000 √ √ √ √

Cimetidin 4 x 200 mg Parenteral 4 x 200 √ √ √ √

Kalnek 3 x 50 mg Parenteral 3 x 50 √ √ √

Dexametazon 3 x 5 mg Parenteral √ √ √

Adona 50 mg kalau Per drip

perlu

Lasik 1 x 10 mg Parenteral √

li

Anda mungkin juga menyukai