387-Article Text-662-2-10-20200301 PDF
387-Article Text-662-2-10-20200301 PDF
Kardiologi Indonesia
J Kardiol Indones. 2013;34:280-8
ISSN 0126/3773 Forum Pencitraan
K
ardiomiopati (KM) merupakan penyakit merupakan kardiomiopati yang diketahui etiologinya
miokardium dengan karakteristik gang atau terkait kelainan sistemik maupun kelainan
guan yang nyata pada morfologi, elek miokardium khusus lainnya.2
trofisiologi dan fungsi jantung.1 Definisi Penegakan diagnosis KM dan klasifikasinya
lain menyebutkan bahwa KM adalah kelainan didasarkan pada penilaian morfologi dan fungsi
miokardium dengan abnormalitas pada struktur jantung.3 Penetapan diagnosis KM primer dilakukan
dan fungsi otot jantung, tanpa adanya penyakit dengan mengeksklusi penyakit/kelainan jantung yang
jantung koroner, hipertensi, penyakit jantung katup lain.4 Seiring pengamatan klinis, perbedaan antara
ataupun kongenital yang melatarbelakanginya. KM primer dan sekunder akan menjadi semakin
Kardiomiopati dapat diklasifikasikan dalam dua jelas, karena ditemukannya etiologi pada kasus
kelompok besar yaitu KM primer dan KM sekunder. yang sebelumnya dianggap merupakan kelainan
KM primer merupakankardiomiopati yang etiologinya idiopatik.2
tidak diketahui sedangkan kardiomiopati sekunder Klasifikasi KM lainnya yang diajukan kemudian
280 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 34, No. 4 • Oktober - Desember 2013
Wicaksono SH dkk: MRI Kardiak untuk Gagal Jantung akibat Kardiomiopati
penyakit miokardium khusus telah ditinggalkan (dengan Meskipun pemeriksaan ekokardiografi merupakan
pengecualian pada hipertensi, penyakit jantung koroner, modalitas yang vital dan lebih mudah diakses diban
penyakit jantung katup dan anomali jantung kongenital). ding modalitas yang lebih modern namun kualitas
Pembagian KM menjadi familial dan non-familial dibuat gambar dan perhitungan fungsi sistolik ventrikel kiri,
untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kelainan kemampuannya menghasilkan tekstur jaringan yang
genetik sebagai penyebab disfungsi miokardium, serta lebih detail untuk membedakan etiologi dari gagal
membangun kerangka berpikir logis yang menjadi jantung masih terbatas. Pemeriksaan CMR dalam hal
landasan penelitian selanjutnya di masa mendatang.2 ini merupakan standar baku emas untuk penilaian
Penentuan etiologi yang tepat pada KM sangat massa ventrikel kiri, fungsi sistolik dan penilaian
penting karena etiologi berhubungan langsung dengan fibrosis miokard. Pemeriksaan CMR juga mempunyai
tatalaksana dan prognosis pasien. Namun penentuan kelebihan dalam menyajikan gambar dari tiga bidang
ini dapat menjadi sulit dengan menggunakan teknik dimensi, sehingga didapatkan penilaian dari fungsi
pencitraan yang ada seperti ekokardiografi dan dan volum ventrikel kiri dan ventrikel kanan, fraksi
pencitraan nuklir (resolusi kontras dan ruang/bidang ejeksi dan massa ventrikel. Modalitas ini juga dapat
evaluasi yang kurang serta evaluasi jaringan yang menilai perfusi miokard dan mengimplementasikan
terbatas), atau koroangiografi kateter (terbatas dalam teknik pencitraan lain seperti delayed hyperenhancement
menilai lumen ruang jantung, dengan gambaran
tidak langsung perubahan miokardium), bahkan
mungkin diperlukan gabungan dari beberapa
pemeriksaan tersebut untuk saling melengkapi. Biopsi
endomiokardium sebagai standar baku emas bahkan
masih memiliki keterbatasan berupa resiko kesalahan
sampel dan sensitifitas yang rendah. Alternatif baru
berupa pencitraan Cardiovascular Magnetic Resonance
(CMR) merupakan modalitas pencitraan non-
invasif terbaru, yang secara in vivo terbukti dapat
menghasilkan gambar dengan resolusi tinggi pada
bidang jantung manapun yang diinginkan tanpa
radiasi.Cardivascular Magnetic Resonance juga memiliki
beberapa teknik pemeriksaan yang dapat digunakan
secara terpisah atau terkombinasi selama pemeriksaan Gambar 2. Pola LGE pada CMR yang membedakan berba
pada pasien.1, 6 gai tipe kardiomiopati dengan penyakit jantung koroner.7
Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 34, No. 4 • Oktober - Desember 2013 281
Jurnal Kardiologi Indonesia
cardiovascular magnetic resonance (DHE-CMR), non iskemik. Pada gagal jantung karena iskemik
T1-weighed, T2-weighed, dan teknik pencitraan fat akan ditemukan pola delayed hyperenhancement
suppresion untuk menilai fibrosis miokard dan edema pada seluruh ketebalan otot miokard (transmural)
miokard.7 atau hanya subendokardium saja (non-transmural).
Pencitraan DHE-CMR sendiri memungkinkan Pemeriksaan ini juga mampu membedakan antara tipe-
untuk mengidentifikasi fibrosis miokard baik itu tipe kardiomiopati berdasarkan pola unik dari fibrosis
disebabkan oleh gangguan iskemik maupun yang yang terdapat pada miokard (gambar 2).7
Tabel 2. Aplikasi dan perbandingan berbagai teknik pencitraan yang dapat dilakukan dalam diagnosis penyakit kar
diovaskular.8
Echo CMR Cath SPECT MDCT PET
Etiologi
CAD Iskemia +++ +++ - +++ - +++
Hibernasi +++ +++ - +++ - +++
Skar ++ +++ - ++ - ++
Anatomi koroner - - +++ - +++ -
Valvular Stenosis +++ + +++ - ++ -
Regurgitasi +++ ++ ++ - - -
Miokarditis + +++ +++ - - -
Sarkoidosis + +++ ++ - - ++
HCM HCM +++ ++ ++ - - -
Amiloidosis ++ +++ +++ - - -
DCM Miokarditis + +++ +++ - - -
Sindroma Eosinofilia + +++ +++ - - -
Hemokromositoma + +++ - - - -
Talasemia Besi + +++ - - - -
ARVC ++ +++ +++ - + -
RCM Pericarditis ++ ++ ++ - ++ -
Amiloidosis ++ +++ +++ - - -
Fibrosis Endomiokar + +++ +++ - - -
dium
Anderson-Fabry + + - - - -
KM yang KM Takotsubo ++ ++ +++ - - -
tidak terklas
ifikasi
Keuntungan utama
Availabilitas Kualitas Availabilitas Availabilitas Availabilitas Availabilitas
tinggi, Porta gambar baik, baik baik beralasan, terbatas,
bel, Non- Non-radiasi Kualitas Kualitas
radiasi, relatif gambar gambar baik
murah tinggi
Kerugian utama
Perlu echo Availabilitas Inavsif Radiasi Radiasi, Radiasi,
window terbatas, Ada radiasi Kualitas Availabilitas
kontraindikasi, gambar terbatas
Analisa fungsi terbatas bila
dan kualitas aritmia
gambar terba
tas bila aritmia
282 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 34, No. 4 • Oktober - Desember 2013
Wicaksono SH dkk: MRI Kardiak untuk Gagal Jantung akibat Kardiomiopati
Berdasarkan tabel 2, modalitas pencitraan non- pembesaran kedua atrium serta peningkatan ukuran
invasif yang paling baik dalam evaluasi dan penilaian ventrikel kiri dan kanan (gambar 2). Dapat juga
KM adalah dengan Cardiovascular Magnetic Resonance dijumpai adanya efusi di perikardium atau pleura,
(CMR). Berbagai teknik pada CMR yang dapat dilatasi vena kava superior atau inferior ataupun
digunakan pada kardiomiopati, antara lain ; cine-CMR trombus pada ventrikel. Abnormalitas fungsional
untuk penilaian morfologi dan fungsi jantung, first- ditunjukkan berupa abnormalitas pergerakan dinding
pass contrast-enhanced perfusion-CMR untuk penilaian segmental atau disfungsi global. Regurgitasi mitral
perfusi miokardium, dan Delayed contrast Enhanced atau trikuspid juga dapat dilihat dengan baik pada
CMR(DE-CMR) untuk identifikasi karakteristik cine-CMR.1
jaringan secara non-invasif.6 Protokol pencitraan CMR McCrohon dkk pada penelitian dengan DE-CMR
untuk pemeriksaan non-iskemik kardiomiopati pada menyimpulkan bahwa pola enhancement miokardium
ventrikel kiri adalah sebagai berikut9: pada pemeriksaan CMR dapat membedakan dis
1. Penilaian struktur dan fungsi ventrikel kiri. fungsi ventrikel kiri terkait DCM atau terkait PJK.
2. Pemeriksaan gambaran T2-weighted pada kondisi Mayoritas pasien DCM tidak menunjukkan adanya
akut yang kemungkinan terdapat edema ataupun ambilan kontras sedangkan pada sebagian pasien late
nekrosis miokardium. enhancement terlihat di mid-miokardium pada pola
a. Penggunaan body coil ataupun functional non-koroner, yang jelas dapat dibedakan dengan PJK.
surface coil sebagai algoritma untuk koreksi. CMR juga berguna dalam evaluasi efek terapi pada
b. Pengambilan gambar saat pasien menahan pasien.1, 3 Etiologi pada DCM sering tidak diketahui,
nafas dan pencitraan dengan segmented fast spin namun mungkin dihasilkan dari proses miopati
echo ( double inversion recovery ). genetik atau miokarditis sebelumnya, dan hal ini
c. Melakukan pencitraan sebelum pemberian terkait dengan prognosis.3
kontras
d. Pemilihan segmen pencitraan berdasarkan hasil
pemeriksaan Cine.
e. Penyesuaian readout saat mid-diastole
f. Ketebalan segmen pencitraan minimal 10mm.
g. Ketebalan segmen pencitraan dengan teknik
dark blood harus lebih besar daripada base-apex
motion anulus mitral.
3. Pemeriksaan Late Gadolinium Enhancement.
• Analisis : penilaian pola perubahan miokardium,
dimana pada beberapa kardiomiopati non-
iskemik mempunyai predileksi pembentukan
scar dengan tampilan khusus.
4. Optional : Pencitraan dengan adenosine stress-rest
perfusion ataupun dengan high dose dobutamine
stress functional imaging untuk mengetahui ada Gambar 2. Diastolic 4-CH SSFP fase diastolik menunjukkan
tidaknya iskemia , karena iskemiadapat ditemui dilatasi pada semua ruang jantung, penipisan dinding ventrikel,
pada mixed kardiomiopati. efusi perikard dan pleura minimal.1
5. Pencitraan outflow tract ventrikel kiri pada
hypertrophic cardiomyopathies untuk menilai
adanya turbulensi, diskinetik sistolik ataupun Kardiomiopati hipertrofi/Hypertrophic
pengukuran gradien aliran. cardiomyopathy/HCM
Kardiomiopati Dilatasi/Dilated Diagnosis klinis HCM secara konvensional dibuat
Cardiomyopathy (DCM) dengan pencitraan yaitu dengan pemeriksaan
ekokardiografi 2-dimensi (2D) ataupun alternatif
Abnormalitas anatomi pada DCM dapat dengan jelas yang lebih baik dengan pemeriksaan CMR. Diagnosis
ditunjukkan pada ekokardiografi atau CMR berupa morfologi dilakukan berdasarkan adanya hiperrtrofi
Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 34, No. 4 • Oktober - Desember 2013 283
Jurnal Kardiologi Indonesia
dan non dilatasi ventrikel kiri, tanpa adanya penyakit genetik yang merupakan penyebab tersering kematian
jantung/sistemik lain yang mendasari timbulnya mendadak pada usia muda.11
hipertrofi pada pasien (biasanya ≥15mm pada HCM merupakan kondisi hipertrofi miokardium
dewasa atau relatif sesuai luas permukaan tubuh yang simetris (gambar 4A) ataupun asimetris. Pada
pada anak).10HCM merupakan penyakit jantung ekhokardiografi, hipertrofi yang asimetris pada
Gambar 4. (A-D)Gambar VLA SSFP sistolik pada HCM (A) menunjukkan penyempitan signifikan rongga
ventrikel kiri akibat hipertrofi miokardium difus pada pasien dengan HCM simetris.Gambar 3-CH SSFP
diastolik (B) menunjukkan penyempitan daerah LVOT dibawah pangkal aorta, dibatasi dengan daun anterior
katup mitral (panah) dan septum interventrikel bagian atas. Gambar SSFP sistolik (C) dari seri gambar yang
sama menunjukkan tanda kosong (panah) yang dihasilkan velositas yang tinggi dari jet turbulensi melalui
LVOT akibat obstruksi. (D) DE-CMR, gambar aksis pendek menunjukkan enhancementpada dinding
antero-lateral dari ventrikel kiri, pada miokardium ventrikel kanan dan pada titik insersi ventrikel kanan
septum (panah).1
284 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 34, No. 4 • Oktober - Desember 2013
Wicaksono SH dkk: MRI Kardiak untuk Gagal Jantung akibat Kardiomiopati
apeks ventrikel kiri mungkin tidak terevaluasi waktu tertentu dapat dievaluasi dengan lebih baik
dengan jelas, namun CMR dapat mengidentifikasi dibandingkan dengan ekokardiografi.1
dengan tepat lokasi dan luas hipertrofi, termasuk
pada apeks ventrikel kiri. Fungsi jantung dan aliran
dinamik outflowpada kasus Hypertrophic Obstructive Kardiomiopati restriktif/Restrictive
Cardiomyopathy (HOCM), termasuk Systolic Anterior Cardiomyopathy/RCM
Motion(SAM) katup mitral, dapat dilihat dengan baik
pada cine-CMR (gambar 4B dan 4C). Perhitungan Definisi WHO untuk RCM merupakan suatu
planimetri yang tepat dari daerah LVOT selama penyakit miokardium dengan pengisian restriktif
sistolik juga dapat dinilai. 1 CMR dibandingkan dan berkurangnya volume diastolik pada salah satu
dengan ekokardiografi memberikan visualisasi yang maupun kedua ventrikel dengan penebalan dinding
lebih baik dan potensial dalam menilai jaringan ventrikel dan fungsi sistolik mendekati normal.
parut.12 Kelainan ini hampir 5% dari semua sebab primer
DE-CMR menunjukkan pola ambilan kontras kelainan miokardium.1
pada daerah fibrosis yang membedakan dengan KM RCM dididentifikasi pada CMR dengan ukuran
iskemik, yang tidak melibatkan subendokardium. ventrikel kiri yang normal atau gangguan fungsi sistolik
Hal ini biasanya terlihat pada daerah hipertrofi ringan, gangguan fungsi diastolik berat dan pembesar
atau pada titik insersi ventrikel kanan pada septum an kedua atrium (gambar 5). Gangguan infiltrasi pri
(gambar 4D). Pasien yang menunjukkan adanya mer pada miokardium, dicirikan sebagai penggantian
hyperenhancementmeningkatkan risiko kematian otot dengan jaringan fibrosa dan tipe kelainan
jantung mendadak. Bello, dkk,smenunjukkan pasien jaringan lain, dapat menimbulkan RCM. CMR
dengan late enhancementbiasanya tidak berespon dapat mengidentifikasi jaringan, perubahan anatomi
dengan terapi gagal jantung, namun mungkin dan dapat menghitung massa miokardium, volume
memiliki keuntungan dengan pemasangan defibrilator. ventrikel dan fraksi ejeksi, sehingga menjadikan CMR
CMR juga digunakan untuk evaluasi anatomi dan modalitas yang baik dalam menilai berbagai variasi KM
fungsi pasca tindakan septektomi bedah maupun infiltratif. Kelainan infiltratif yang sering pada jantung
farmakologi. CMR berguna untuk monitor probands seperti amiloidosis, sarkoidosis, hemokromatosis
relatif, merupakan teknik yang dipilih untuk diagnosis (atau KM siderotik) dan fibrosis endomiokardium.
dan evaluasi semua tipe HCM. Penilaian massa Perbandingan abnormalitas morfologi dan fungsi KM
total ventrikel kiri dan perkembangannya dalam ini dapat dilihat pada tabel 3.1
Gambar 5. (A, B) Gambar 4-CH SSFP diastolik (A) menunjukkan ukuran ventrikel
normal dengan dilatasi atrium, Gambar sistolik (B) menunjukkan kontraksi sistolik
normal dari ventrikel dengan jet regurgitasi trikuspid. (panah).1
Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 34, No. 4 • Oktober - Desember 2013 285
Jurnal Kardiologi Indonesia
286 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 34, No. 4 • Oktober - Desember 2013
Wicaksono SH dkk: MRI Kardiak untuk Gagal Jantung akibat Kardiomiopati
Gambar 6. (A-C) Gambar SE T1W aksial (A) menunjukkan infiltrasi lemak epikardium ke dalam miokardium
ventrikel kanan pada dinding anterior (panah). Gambar cine SSFP diastolik dan sistolik (B) menunjukkan daerah
diskinetik, mengindikasikan aneurisma pada apeks ventrikel kanan (panah). Gambar DE-CMR aksis pendek (C)
menunjukkan berbagai daerah enhancement sepanjang dinding anterior ventrikel kanan (panah) dan septum inter-
ventrikuler (panah)Enhancementmemisahkan subendokardium. Biopsi endomiokardium diarahkan di daerah enhance
septal yang mengalami penggantian jaringan lemak fibrous.1
a. Memilih gambaran black blood transaksial atau intramiokardium, sehingga dapat memonitor per
transaksial oblique (double inversion recovery ubahan dan proses penyakit. Penting sekali diketahui
T1-weighted fast spin echo). bahwa infiltrasi lemak terjadi pada 50% usia tua
b. Mengulangi geometri yang sama dengan dengan jantung normal, sementara abnormalitas
mensupresi lemak. pergerakan dinding jantung fokal dipertimbangkan
c. Late gadolinium enhancement diambil dengan sebagai indikator yang lebih diandalkan untuk ARVD
orientasi yang sama seperti di atas, perlu dibandingkan adanya lemak intramiokardium yang
dipastikan T1 nulling untuk RV. terisolasi.1
d. Menggunakan permukaan anterior koil hanya
untuk meningkatkan resolusi tanpa dipenuhi
dengan artefak. Kardiomiopati yang tidak terklasifikasi
e. Posisi tengkurap pada pasien overweight dapat
berguna untuk meminimalisir jarak antara Takotsubo Cardiomyopathy
permukaan koil dan RV.
Kelainan ini juga disebut “transient apical ballooning
Gambar T1W SE menunjukkan infiltrasi lemak syndrome”, kondisi ini memiliki karakteristik berupa
sebagai signal terang dengan penipisan dinding ventri hiperkontraksi pada basal miokardium dan diskinetik
kel kanan dan displasia struktur trabekular. (gambar apeks. Pasien dengan kelainan di atas biasanya datang
6A) Cine-CMR menunjukkan penurunan fungsi dengan semua manifestasi klinis infark miokardium
global, abnormalitas gerakan dinding regional atau dengan ST segmen elevasi termasuk nyeri dada,
aneurisma (gambar 6B). DE-CMR dapat menunjuk perubahan gambaran elektrokardiogram (EKG) dan
kan hyperenhancementpada daerah penggantian lemak- peningkatan enzim jantung, namun hasil angiografi
fibrous dan mungkin berguna sebagai panduan biopsi koroner normal. Kelainan ini dianggap karena
endomiokardium (gambar 6C).1 stres terkait peningkatan katekolamin sehingga
CMR dapat secara akurat menghitung lemak menyebabkan disfungsi jantung. CMR bermanfaat
Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 34, No. 4 • Oktober - Desember 2013 287
Jurnal Kardiologi Indonesia
dalam menunjukkan abnormalitas fungsi. Beberapa 4. O’Hanlon R, Pennell D, Schulz-Menger J, Wabmuth R. Dif
penelitian dengan CMR menunjukkan kembalinya ferentiation of Cardiomyopathies by use of CMR. Magnetom
perubahan pergerakan dinding secara sempurna Flash. 2007;2:22-33.
setelah dievaluasi beberapa minggu kemudian, secara 5. McCartan C, Mason R, Jayasinghe S, Griffiths L. Cardiomyo
umum tidak ada enhancementyang terlihat pada DE- pathy Classification: Ongoing Debate in the Genomics Era.
CMR.1 Biochemistry Research International. 2012:1-10.
6. Mahrholdt H, Wagner A, Judd R, Sechtem U, Kim R. Delayed
enhancement cardiovascular magnetic resonance assessment of
Ringkasan non-ischaemic cardiomyopathies. Eur Heart J. 2005;26:1461-
74.
Kardiomiopati adalah suatu kelainan miokardium 7. Park J, Kwon D, Starling R, Marwick T. Role of Imaging in
dimana terdapat abnormalitas struktur dan fungsi the Detection of Reversible Cardiomyopathy. J Cardiovasc
otot jantung, tanpa adanya penyakit jantung koroner, Ultrasound. 2013;21(2):45-55.
hipertensi, penyakit jantung katup dan kongenital. 8. McMurray J, Adamopoulos S, Anker S, Auricchio A, Bohm M.
Klasifikasi dan diagnosis didasarkan pada penilaian ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
morfologi dan fungsi jantung. Teknik pencitraan chronic heart failure 2012. Eur Heart J. 2012;33:1787-847.
tradisional memiliki keterbatasan dalam menilai dan 9. Kramer C, Barkhausen J, Flamm S, Kim R, Nagel E. Stan
evaluasi kardiomiopati. CMR menjadi modalitas dardized Cardiovascular Magnetic Resonance Imaging (CMR)
pencitraan yang paling baik dalam didagnosa dan protocols, society for cardiovascular magnetic resonance: board
mencari etiologi kardiomiopati karena memiliki of trustees task force on standardized protocols. Journal of
resolusi tinggi serta berbagai teknik pengambilan Cardiovascular Magnetic Resonance. 2008 10:35.
gambar yang dapat diaplikasikan. 10. Gersh B, Phil D, Maron B, Bonow R, Dearani J. ACCF/AHA
Guideline for the Diagnosis and Treatment of Hypertrophic
Cardiomyopathy. JACC. 2011;58:213-60.
Daftar Pustaka 11. Rickers C, Wilke N, Jerosch-Herlod M, Casey S, Panse P. Util
ity of Cardiac Magnetic Resonance Imaging in the Diagnosis
1. Jagia P, Gulati G, Sharma S. Cardiac Magnetic Resonance in of Hypertrophic Cardiomyopathy. Circulation. 2005;112:855-
the Assessment of Cardiomyopathies. Indian J Radiol Imaging. 61.
2007;17:109-19. 12. Valente A, Lakdawala N, Powell A, Evans S, Cirino A. Com
2. Elliott P, Andersson B, Arbustini E, Bilinska Z, Cecchi F. parison of Echocardiographic and Cardiac Magnetic Resonance
Classification of the Cardiomyopathies: a Position Statement Imaging in Hypertrophic Cardiomyopathy Sarcomere Mutation
From the European Society of Cardiology Working Group on Carriers Without Left Ventricular Hypertrophy. Circulation
Myocardial and Pericardial Diseases. Eur Heart J. 2008;29:270- Cardiovascular Genetics. 2013;6:230-7.
6. 13. Ahmad F, Li D, Karibe A, Gonzalez O, Tapscott T, Hill R, et
3. Quarta G, Sado D, Moon J. Cardiomyopathies: Focus on al. Localization of a Gene Responsible for Arrhythmogenic
Cardiovascular Magnetic Resonance. The British Journal of Right Ventricular Dysplasia to Chromosome 3p23. Circulation.
Radiology. 2011;84:296-305. 1998;98:2791-5.
288 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 34, No. 4 • Oktober - Desember 2013