Anda di halaman 1dari 23

Teknik Pembuatan Preparat

( Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Analisis Mikroskopik )

Disusun Oleh :
Kristina Simbolon ( 18 502 014 )
Yohanes Eugenius H ( 18 502 034 )
Esibrena Br. Kemit ( 18 502 023 )
Desprika Youhana Sitio ( 18 502 006 )
Nova Gress Hotma T. ( 18 502 036 )

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya.
Karena hanya dengan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan Laporan hasil kunjungan
Teknik Analisis Mikroskopik yang berjudul “Teknik Pembuatan Preparat ”. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Tinny D. Kaunang, M. Si yang merupakan dosen mata
kuliah Teknik Analisis Mikroskopik karena dengan bimbingan beliaulah kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Tujuan dari makalah ini tidak hanya menjelaskan Teknik Pembuatan Preparat yang
sering kita temui dalam pelajaran Biologi pada umumnya. Adapun tujuan lain dari makalah ini
adalah menjelaskan bagaimana Teknik Pembuatan Preparat secara lebih rinci.

Dalam penyajian makalah ini, kami memilih untuk menggunakan gaya bahasa yang
sederhana dan menyajikannya secara sistematis, tetapi tidak mengurangi maksud dan tujuan
disusunnya makalah ini. Hal ini dimaksudkan agar para pembaca lebih mudah memahami isi dari
makalah ini. maka da gading yang tak retak. Kami menyadari, dalam makalah ini tidak luput
dari kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kepada semua pembaca makalah ini, kami
mengharapkan sumbang saran atau kritik yang konstruktif, demi perbaikan isi makalah ini pada
khususnya dan pendidikan pada umumnya.

Jakarta, 3 November 2020


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................

Daftar Isi ...................................................................................................

Bab I Pendahuluan ....................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................


B. Perumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................
D. Manfaat ..............................................................................................

Bab II Tinjauan Pustaka ....................................................................................

A. Kajian Teori .........................................................................................

Bab III Metode Penelitian .............................................................................

A. Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................................


B. Alat Dan Bahan ...........................................................................................
C. Langkah Kerja .............................................................................................

Bab IV Hasil Dan Pembahasan ..........................................................................

A. Hasil ...........................................................................................................
B. Pembahasan ......................................................................................................

Bab V Penutup ...................................................................................................

A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran ......................................................................................................
Daftar Pustaka ......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembuatan preparat dalam pengamatan sel dan jaringan tumbuhan atau hewan sangat
membutuhkan pewarnaan. Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau
memperjelas berbagai elemen tisu, terutama sel-selnya (Wahyuni, 2008). Tanpa
pewarnaan, sel dan jaringan tumbuhan atau hewan akan transparan sehingga sulit untuk
diamati. Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada jaringan yang telah dipotong
sehingga unsur jaringan menjadi kontras dan dapat dikenali dengan menggunakan
mikroskop. Proses timbulnya warna pada jaringan yang diwarnai terikat dengan
terjadinya ikatan molekul antara zat warna dengan jaringan tertentu. Zat warna yang
terikat pada jaringan akan menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu sehingga
jaringan akan tampak berwarna (Saidi, 2010). Pewarnaan dapat membantu memperjelas
pengamatan sel dan jaringan dibawah mikroskop. Akan tetapi, setiap bagian dari sel
mempunyai sifat-sifat yang khusus, sehingga afinitas bagian-bagian tersebut terhadap zat
warna juga berbeda-beda. Zat warna juga mempunyai kemampuan khusus dalam
mewarnai jaringan, sesuai dengan sifat-sifatnya. Kadang-kadang dua macam zat warna
yang mempunyai sifat yang sama, memberikan kemampuan yang berbeda dalam
mewarnai suatu jaringan (Suntoro, 1983). Oleh karena itu, sangat perlu mengenali sifat-
sifat zat warna.
Pewarnaan yang banyak digunakan dalam praktikum biasanya menggunakan pewarna
sintetik. Akan tetapi, penggunaan pewarna sintetik tersebut sangat terbatas. Hal ini
dikarenakan harga zat warna kimia di pasaran cukup mahal, misalnya harga dari bahan
pewarna safranin yaitu Rp. 2.384.000/25 g (Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2011).
Safranin adalah noda biologis yang digunakan dalam histologi dan sitologi sebagai
pewarna dalam beberapa pewarnaan dan memberikan warna merah pada preparat. Hal ini
bisa dimaklumi mengapa pewarna safranin lebih disukai karena praktis dan sifat
pewarnaannya stabil dan beragam (Moulana dkk., 2012). Menghindari keterbatasan
penggunaan pewarna sintetik, dibutuhkan pewarna pengganti yang harganya lebih
terjangkau dan mempunyai fungsi yang sama dengan safranin yaitu pewarna alami.
Pewarna alami merupakan pewarna yang berasal dari tumbuhan maupun hewan,
misalnya hematoxylin, zat warna ini diperoleh dari suatu jenis tumbuh-tumbuhan yang
disebut Haematoxyli camphecianum (Suntoro, 1983). Pewarna alami yang ada, memiliki
beberapa pigmen warna misalnya klorofil, karotenoid, tanin dan antosianin. Pigmen
pewarna alami lebih aman digunakan meskipun tingkat kestabilan terhadap panas, cahaya
dan tingkat keasaman tidak menentu (Kwartiningsih, 2009). Oleh karena itu, penggunaan
pewarna alami sebagai pengganti pewarna sintetik sangat perlu dilakukan.

B. Perumusan Masalah
Adapun yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana teknik pembuatan preparat ?
2. Apa perbandingan jaringan parenkim pada berbagai empelur batang
tanaman dalam aspek-aspek tertentu (bentuk sel, ruang antar sel, dan
dinding sel) ?
3. Bagaimana mengidentifikasi bagian-bagian noktah sederhana melalui
pengamatan pada jaringan parenkim ?
4. Bagaimana membandingkan bermacam-macam bentuk sel parenkim pada
berbagai organ tumbuhan termasuk bentuk ruang antar sel ?
5. Apa yang membandingkan berbagai bentuk sel parenkim pada jaringan yang
sama ?

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini, antara lain sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui teknik pembuatan preparat
2. Untuk membandingkan jaringan parenkim pada berbagai empelur batang
tanaman dalam aspek-aspek tertentu (bentuk sel, ruang antar sel, dan
dinding sel).
3. Untuk mengidentifikasi bagian-bagian noktah sederhana melalui
pengamatan pada jaringan parenkim.
4. Untuk membandingkan bermacam-macam bentuk sel parenkim pada
berbagai organ tumbuhan termasuk bentuk ruang antar sel.
5. Untuk membandingkan berbagai bentuk sel parenkim pada jaringan yang
sama.

D. Manfaat
1. Dapat meninggkatkan motivasi dan hasil belajar mahasiswa, serta memberikan
pengalaman baru bagi mahasiswa yakni menggunakan media pembelajaran berupa
preparat jaringan tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    KAJIAN TEORI
Macam-macam   sayatan yang biasa digunakan pada pengamatan anatomi tumbuhan  adalah
sebagai berikut  :

1. Transverse section/cross section (sayatan melintang) yaitu bagian tanaman disayat tegak


lurus dengan sumbu horizontal dari bagian tanaman. bagian yang digunaakan seperti
daun, kulit kayu (Bark), rhizoma, akar, buah dan biasanya tujuan dari pengamatan ini
adalah untuk melihat susunan jaringan.
2. Longitudinal Tangensial section yaitu bagian tanaman dipotong tegak lurus terhadap
bagian radial longitudinal dan tidak sampai bagian tengah organ. bagian yang digunakaan
dapat berupa batang, rhizoma dan lain-lain. pada bagian batang sayatan ini digunakan
untuk mengamati struktur vessel, trakeid, parenkim aksial.
3. Longitudinal Radial section (sayatan radial/membujur) yaitu bagian tanaman dipotong
langsung pada bagian tengah dan sejajar dengan sumbu utama (vertical). sayatan
digunakan untuk mengamati struktur paraenkim  radial (sel baring dan sel tegak)
4. Paradermal section (sayatan paradermal) yaitu bagian tanaman disayat pada permukaan
organ tanaman sejajar dengan permukaan. bagian yang digunakan dapat berupa batang,
daun, buah atau endocarp. sayatan ini biasa digunakan untuk pengamatan stomata atau
bentuk epidermis, cork pada batang atau bentuk sklereid pada endocarp kelapa.
Metode preparasi jaringan tumbuhan berdasarkan daya simpan

1. Preparat segar adalah preparat yang setelah proses penyayatan langsung diamati
mikroskop tanpa adanya proses pengawetan.
2. Preparat semi permanen adalah preparat yang dibuat dengan proses pengawetan namun
tidak bertahan lama contoh menggunakan gliserin, metode cetakan, dan metode smear /
squash.
3. Preparat permanen adalah preparat yang dibuat dengan proses pengawetan dan perekat
(Entelan / Canada balsam) dan mampu disimpan sampai puluhan tahun contoh preprat
yang dibuat dengan paraffin dan cryostat.

metode-metode pembuatan sedian pada tumbuhan

 Gunung Utuh ; Metode ini digunakan untuk membuat preparat organisme utuh atau
sebagian kecil yang nantinya akan diamati di bawah mikroskop tanpa atau dengan
penyayatan. Contoh dari tumbuhan yang dapat dibuat dengan menggunakan metode ini
adalah lumut, sori paku, trikoma dan stomata
 Labu (pencet); Metode yang digunakan untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara
memejet sebuah objek di atas gelas objek atau kaca
preparat. 

 Smear (apus); Metode terbatas pada penerapan pada sel-sel yang tidak bersatu dengan
kuat satu sama lain, seperti pada lamela tengah. Pada tumbuhan tingkat tinggi seperti
pada mikrosporosit yang mulai membulat.
 Parafin ; Metode ini mengharuskan membuat sayatan setipis mungkin untuk mengamati
objek dengan bidang penyayatan yang berbeda ditanam di dalam lilin parafin dan disayat
dengan mikrotom.

 Maserasi; Metoda yang dipercayai ikatan antar dinding sel dengan cara direndam dalam
larutan asam dan dipanaskan. Misalnya maserasi batang untuk pengamatan dan
komponen-komponen alat angkut.
 Mikrokimia ( Microchemist ); yaitu suatu metoda yang menggunakan suatu tumbuhan,
dapat mengetahui suatu tumbuhan, suatu tumbuhan pada suatu tumbuhan, pada suatu
tumbuhan pada suatu tumbuhan, dapat mengetahui dengan ditetesi Lugol. Keberadaan
pati: dengan perubahan warna objek menjadi ungu.

Bagian Freehand
Prosedur

1. satu sisi dari silet studio oleh selotip (panah) untuk menghindari tersayatnya jari secara
tidak sengaja.
2. Untuk memotong spesimen harus dipegang oleh ibu jari, pada sudut kanan ke jari
telunjuk.
3. Silet dan spesimen harus basah untuk mengurangi pembayaran selama
pemotongan. Posisi spesimen di salah satu ujung pisau seperti yang ditunjukkan oleh
panah.
4. Bagian yang terpotong (panah) dipindahkan ke kaca objek kemudian ditetesi udara dan
ditutup dengan penutup kaca kemudian diamati.

Bagian freehand dapat pula dilakukan dengan meletakan potongan sampel kedalam gabus atau
wortel seperti gambar dibawah ini
BAB III

METODE PENELITIAN

A.    WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Hari/Tanggal        :           Selasa, 26 Februari dan 5 Maret 2019

Pukul                    :           Pukul 09.30 – 12.00 WIB

Tempat                 :           Laboratorium Struktur Tumbuhan FPMIPA UPI

B.  ALAT DAN BAHAN

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam Praktikum Parenkim

No. Alat Jumlah


1. Mikroskop binokuler 2 unit
2. Object glass 10 unit
3. Cover glass 10 unit
4. Silet 1 unit
5. Alat Tulis 1 unit
6. Kamera Handphone 1 unit
7. Aquadest 1 unit
8. Air 1 unit

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam Praktikum Parenkim

No. Bahan Jumlah

1. Bawang Merah 1 unit

2. Wortel 1 unit

3. Pentiolus Bunga Tasbih 1 unit


4. Biji Salak 1 unit
5. Buah Pisang 1 unit

C.   Langkah Kerja

Disiapkan alat dan Hasil pengamatan Dicatat hasil


bahan praktikum didokumentasikan pengamatan

Bahan-bahan disayat
tipis yaitu : Bawang Diamati struktur
merah, Wortel, buah parenkim dari bahan Digambar pada jurnal
pisang, biji salak, yang digunakan
Pentiolus Bunga Tasbih

Ditaruh di atas kaca


Ditetesi dengan Disusun laporan
objek kemudian tutup
aquadest atau air praktikum
dengan kaca penutup.

Gambar 1. Diagram Langkah Kerja Pengamatan Sel Parenkim


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    HASIL PENELITIAN

Gambar Hasil Pengamatan Sel Bawang Merah

Gambar Hasil Pengamatan Sel Wortel

Gambar Hasil Pengamatan Parenkim pentiolus bunga


tasbih

Gambar Hasil Pengamatan Parenkim biji salak


Gambar Hasil Pengamatan Parenkim buah pisang

B.       PEMBAHASAN

1.      Sel Bawang Merah

            Klasifikasi ilmiah bawang merah

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Asparagales

Family : Amaryllidaceae

Genus : Allium

Spesies : A. Cepa

Pada pengamatan selaput bagian dalam bawang merah ( Allium cepa ) pada mikroskop terlihat
sel-sel bawang merah yang berlapis-lapis. Pada sel-sel bawang merah terdapat organel-organel
sel seperti sitoplasma, dinding sel dan nukleus. Dinding sel berfungsi untuk melindungi dan
memberi bentuk pada sel. Nukleusnya berbentuk oval dan merupakan organel terbesar dalam sel.
Plastidanya berupa butir – butir yang mengandung zat warna ( ungu ).

2.      PENGAMATAN SEL WORTEL


Klasifikasi ilmiah Wortel

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Apiales

Family : Apiaceae

Genus : Daucus

Spesies : D. Carota

Pada sayatan melintang umbi wotel yang diamati dibawah mikroskop cahaya dengan
perbesaran 40 x 10 terlihat adanya kromoplas. Kromoplas yang ditemukan pada sayatan
umbi wortel ini memiliki warna oranye dengan bentuk yang beragam, ada yang
berbentuk bulat dan ada pula yang memanjang). Kromoplas adalah plastida sel tumbuhan
yang berpigmen. Kromoplas berwarna merah, kuning, atau oranye

3.      PENGAMATAN PARENKIM PENTIOULUS BUNGA TASBIH

                                  Klasifikasi ilmiah Bunga Tasbih

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Lliopsida

Ordo : Zingiberals

Family : Cannaceae

Genus : Canna

Spesies : Canna sp.

Dari pengamatan yang telah dilakukan pada sayatan ptiolus bunga tasbih didapatkan hasil
bahwa pada sel parenkim pentioulus bunga tasbih, sel-nya berbentuk seperti bintang dan
berada pada lapisan dalam, sedangkan parenkimnya berada pada bagian korteks yang
berbentuk polyhedral. Sayatan pentioulus bunga tasbih memiliki sel parenkim yang
memiliki dinding sel, inti sel, ruang antar sel rapat dan terdapat kristal kalsium oksalat
berbentuk bulat, dan terdapat berkas pembuluh.

4.      PENGAMATAN PARENKIM BIJI SALAK

Klasifikasi ilmiah salak

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecales

Family : Arecaceae

Genus : Salacca

Spesies : S. Zalacca

Dari pengamatan yang telah dilakukan pada sayatan biji salak didapatkan hasil bahwa
pada sayatan biji salak terlihat adanya sel parenkim yang memiliki dinding sel, inti sel,
ruang antar sel yang jelas seperti pada sayatan segar lainnya. Perbedaannya adalah noktah
pada sayatan melintang biji salak (endosperma salak) terlihat lebih jelas dibandingkan
dengan sayatan melintang yg lain. Hal ini dikarenakan dinding sel endosperma salak
sangat tebal, sehingga bisa terlihat noktahnya dengan jelas.

5. PENGAMATAN PARENKIM BUAH PISANG

         Klasifikasi ilmiah pisang

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Updivisi : Spermatophytina

Kelas : Angiosperms
Kelas : Monocots

Kelas : Commelinids

Ordo : Zingiberales

Family : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : M. Acuminata

Dari pengamatan yang telah dilakukan pada sayatan buah pisang didapatkan hasil bahwa pada
sayatan buah pisang bagian yang paling jelas terlihat adalah butiran starch granules yang tersebar
pada seluruh permukaan sayatan dengan bentuk yang bervariasi, starch granules ini terbungkus
dinding sel pada jaringan parenkimnya.

Pertanyaan & Soal

1. Coba Jelaskan Bagaimana tipe sayatan yang di lakukan pada pengamatan wortel?
Transverse section/cross section (sayatan melintang) yaitu bagian tanaman disayat tegak
lurus dengan sumbu horizontal dari bagian tanaman. bagian yang digunaakan seperti
daun, kulit kayu (Bark), rhizoma, akar, buah dan biasanya tujuan dari pengamatan ini
adalah untuk melihat susunan jaringan.
2. Bagaimana metode preparasi jaringan tumbuhan bedasarkan daya simpan pada
pengamatan wortel?
Preparat segar adalah preparat yang setelah proses penyayatan langsung diamati dibawah
mikroskop tanpa adanya proses pengawetan.
3. Bagaimana metode – metode pembuatan sedian pada tumbuhan yang di lakukan pada
pengamatan wortel?
Sediaan Irisan /sayatan (Sectioning) yaitu membuat suatu irisan dengan tebal tertentu
sehingga dapat diamati melalui mikroskop. Metode ini yang umum digunakan, Tebal-
tipisnya sayatan bergantung pada tujuan pengambilan spesimen. Umumnya bersikat
antara 6-15 mikron (1 mikron – 0,001 mm). Ukuran sayatan biasanya terbatas pada
ukuran panjang dan lebar yaitu 3 x 2 cm.
4. Bagaimana prosedur freehand sections pada pengamatan wortel?
Prosedur Freehand Sections pada pengamatan Wortel :
 satu sisi dari silet  ditutupi oleh selotip(panah) untuk menghindari tersayatnya jari
secara tidak sengaja.
 Untuk memotong spesimen harus dipegang oleh ibu jari, pada sudut kanan ke jari
telunjuk.
 Silet dan spesimen harus basah untuk mengurangi gesekan selama pemotongan.
Posisi spesimen di salah satu ujung pisau seperti yang ditunjukkan oleh panah.
 Bagian yang terpotong (panah) di pindahkan ke kaca objek kemudian ditetesi air
dan ditutup dengan cover glass kemudian diamati.

5. Mengapa harus menggunakan air atau aquadest pada pengamatan wortel?


Karna fungsi akuades ataupun air tersebut adalah untuk bisa mensterilisasi bahan objek
pengamatan dan juga digunakan untuk melihat sel" parenkim objek lebih jelas
dimikroskop.
BAB V

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada umumnya sel-sel parenkim pada berbagai empulur batang tanaman


memiliki persamaan pada bentuk sel yaitu bersegi banyak (polyhedral) dan
memiliki ruang antar sel. Pebedaanya hanya terletak pada ketebalan dinding sel, dinding
sel pada empulur lebih tebal dibandingkan dengan tangkai.
2. Melalui pengamatan pada jaringan parenkim, noktah tersusun atas ruang
noktah dan membran noktah.
3. Sel parenkim yang mempunyai ruang antar sel luas dan berfungsi untuk
menyimpan udara disebut aerenkim. Sel aerenkim memiliki perbedaan
bentuk dengan sel parenkim pada umumnya.
4. Pada jaringan korteks bunga tasbih (Canna) terdapat sel parenkim dan
aerenkim. Sel parenkim berbentuk polyhedral sedangkan sel aerenkim
berbentuk seperti bintang yang disebut aktinenkim.

B.       SARAN

Makalah kami ini masih sangat jauh dari kata sempurna, diharapkan kepada yang telah
membaca makalah ini dapat memberikan saran dan masukan yang membangun untuk
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

https://alponsin.wordpress.com/2018/10/10/tipe-tipe-sayatan-pada-tumbuhan/
Kartasapoetra, A.G. (1991). Pengantar Anatomi Tumbuh Tumbuhan (Tentang Sel
dan Jaringan). Jakarta: PT Rineka cipta
Setjo, dkk. (2004). Anatomi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang
Syamsuni. (2009). Diktat Anatomi Tumbuhan. Indramayu: Universitas Wiralodra
https://www.academia.edu/38578748/Laporan_Praktikum_Parenkim

Anda mungkin juga menyukai